STUDIKOMPARASIHASILBELAJARBIOLOGIMENGGUNAKAN …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id...
Transcript of STUDIKOMPARASIHASILBELAJARBIOLOGIMENGGUNAKAN …/Studi... · perpustakaan.uns.ac.id...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MIND MAP
DAN LKS PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENTS TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) SISWA KELAS VIII SMP AL-HADI
SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010.
SKRIPSI
OLEH :
SRI WAHYUTI
K4303009
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN
MIND MAP DAN LKS PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF
STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) SISWA KELAS
VIII SMP AL-HADI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010.
OLEH :
SRI WAHYUTI
K4303009
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan guna mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Sri Wahyuti STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGIMENGGUNAKAN MIND MAP DAN LKS PADA PEMBELAJARANKOOPERATIF STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)SISWA KELAS VIII SMP AL-HADI SUKOHARJO TAHUN AJARAN2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Universitas Sebelas Maret, Agustus 2011.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui pengaruh pembelajarankooperatif STAD dengan mind map terhadap hasil belajar siswa dalampembelajaran biologi, 2) mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif STADdengan LKS terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu.Populasi penelitiannya adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Islam Al-HadiSukoharjo tahun ajaran 2009/2010 yang terdiri dari lima kelas. Pengambilansampel dilakukan dengan Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel yangdilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, randomatau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik pengumpulandata menggunakan teknik dokumentasi nilai biologi pada ledger Biologi semester1 untuk uji keseimbangan, teknik tes dilakukan untuk memperoleh nilai kognitif ,teknik angket dan observasi dilakukan untuk memperoleh nilai afektif danpsikomotorik.
Teknik analisa data yang pertama digunakan uji prasyarat analisismenggunakan metode Liliefors untuk uji normalitas, metode Bartlet untuk ujihomogenitas dan uji F berpasangan untuk uji keseimbangan kemampuan awal.Kemudian dilanjutkan dengan uji anava satu jalan dan uji lanjut dengan ujikomparansi ganda menggunakan uji Scheffe.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) ada pengaruhpembelajaran kooperatif STAD dengan mind map terhadap hasil belajar biologisiswa dalam pembelajaran biologi dan 2) ada pengaruh pembelajaran kooperatifSTAD dengan LKS terhadap hasil belajar biologi siswa dalam pembelajaranbiologi. Adanya pengaruh pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map danLKS terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran biologi, ditunjukkan denganhasil perhitungan uji komparasi ganda untuk ranah kognitif F hit = 6,276 > F tabel
= 3,96; ranah afektif F hit = 11,712 > F tabel = 3,96; ranah psikomotorik F hit =9,432 > F tabel = 3,96 semua menunjukkan hasil F hit lebih besar dari F tabel yangartinya ada perbedaan pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif STAD denganmind map dan LKS. Hal ini juga diperkuat dengan perbedaan rata-rata nilaipencapaian hasil belajar pada ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotorik yangmenunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map lebih baikdibanding dengan pembelajaran kooperatif STAD dengan LKS.
Kata Kunci : Pembelajaran kooperatif STAD, mind map, LKS, kognitif, afektif,
psikomotorik, pembelajaran biologi.
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
”Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakan
dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain). Dan hanya kepada
Tuhan-mulah hendaknya kalian berharap”
(QS.Al Insyirah: 7-8)
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka mengubah sendiri keadaannya.”
(QS. Ar Ra‛du : 11)
”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. Al Insyirah: 6)
”Ketahuilah, kewajiban itu lebih banyak dari pada waktu yang tersedia,
maka bantulah saudaramu untuk menggunakan waktunya sebaik-baiknya
dan jika anda punya kepentingan atau tugas selesaikan segera”
(Hasan Al-Banna)
” Siapa yang memikirkan dirinya sendiri ia akan hidup sebagai orang
kerdil dan mati sebagai orang kerdil, tapi siapa yang memikirkan orang
lain, ia akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar”.
( Sayyid Quttub)
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Ibuku, ibuku, ibuku dan Bapakku ( Almarh) tercinta. Terimakasih atas do’a,
nasehat, dan pengertian yang tiada batasnya. Jasa kalian takkan terbalaskan oleh
apapun.
Keluarga besar Bp Wardi Parto Wiyono, Bapak dan Ibu mertuaku, terima kasih
atas doa, dukungan dan pengertiannya.
Suamiku tercinta, Mas Umar, terima kasih atas kasih sayang, doa, dukungan dan
segalanya.
Kedua buah hatiku, Zulfa dan Brillian yang menjadi penyempurna kebahagiaan.
Bu Retno dan Pak Joko terimakasih atas bimbingan dan nasehatnya.
Teman-teman yang telah membantu dan mendukungku (Dian Ratih, Tyan, Erni,
Heni, Nove, Dek Astri, Dek sri nur, Dek bekti) terimakasih atas bantuan dan
kebersamaannya.
Para inspirator dan motivator baik langsung maupun tidak langsung membantu dan
mendo’akan,, aku ucapkan terimakasih.
Teman-teman ”Biologi Ceria 2003”, kebersamaan dan persahabatan kalian tak akan
terlupakan.
Seluruh pembaca yang budiman dan Almamater.
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “STUDI KOMPARASI HASIL
BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MIND MAP DAN LKS PADA
PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISIONS (STAD) SISWA KELAS VIII SMP AL-HADI SUKOHARJO
TAHUN AJARAN 2009/2010” diselesaikan untuk memenuhi sebagai
persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Ibu Dra. Sri Widoretno, M.Si selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan.
5. Bapak Joko Ariyanto, S.Si,M.Si selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan.
6. Kepala Sekolah SMP Islam Al-Hadi Sukoharjo yang telah memberikan
izin untuk mengadakan penelitian.
7. Guru mata pelajaran Biologi SMP Islam Al-Hadi Sukoharjo Kelas VIII
yang senantiasa memberikan bantuan, arahan serta bimbingan selama
penelitian.
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8. Siswa-siswi kelas VIII A dan B SMP Islam Al-Hadi Sukoharjo
9. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah
membantu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Agustus 2011
Penulis
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN ABSTRAK v
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Perumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II. LANDASAN TEORI 6
A. Tinjauan Pustaka 6
1. Pembelajaran Kooperatif 6
2. Pembelajaran STAD 10
3. Pembelajaran STAD dengan mind map 13
4. Pembelajaran STAD dengan LKS 16
5. Hasil Belajar Siswa 17
B. Kerangka Berpikir 20
C. Hipotesis 23
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 24
A. Tempat dan Waktu Penelitian 24
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Tempat Penelitian 24
2. Waktu Penelitian 24
B. Populasi dan sampel 24
1. Populasi 24
2. Sampel 25
3. Teknik Pengambilan Sampel 25
C. Teknik Pengumpulan Data 26
1. Variabel Penelitian 26
2. Teknik Pengumpulan Data 26
3. Instrumen Penelitian 28
D. Metodologi 35
E.Teknik Analisa Data 36
1. Uji Keseimbangan 36
2. Uji Prasyarat 37
3. Uji Hipotesis 39
BAB IV. HASIL PENELITIAN 43
A. Deskripsi Data 43
B. Uji Prasyarat Analisis 53
C. Pengujian Hipotesis 54
D. Pembahasan Analisa Data 58
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 67
A. Simpulan 67
B. Implikasi 67
C. Saran 68
DAFTAR PUSTAKA 70
LAMPIRAN
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Poin Kemajuan Siswa 12
Tabel 2. Tingkat Penghargaan 13
Tabel 3. Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Mapping 14
Tabel 4. Rangkuman Hasil Try Out Instrumen Untuk Uji Validitas 31
Tabel 5. Rangkuman Hasil Try Out Instrumen Penelitian Untuk 32Uji Reliabilitas.
Tabel 6. Kualifikaasi indeks kesukaran. 33
Tabel 7. Klasifikasi indeks kesukaran 34
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Kognitif 34
Tabel 9. Hasil Perhitungan Uji Keseimbangan. 37
Tabel 10. Rangkuman Analisis Variansi 41
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Ranah KognitifKelompok Eksperimen I. 43
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Ranah KognitifKelompok Eksperimen II. 45
Tabel 13. Data Nilai Rata-rata Ranah Kognitif 46
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Ranah AfektifKelompok Eksperimen I 47
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Ranah AfektifKelompok Eksperimen II. 48
Tabel 16. Data Nilai Rata-rata Ranah Afektif 49
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Ranah PsikomotorikKelompok Eksperimen I 50
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Ranah psikomotorikKelompok Eksperimen II. 51
Tabel 19. Data Nilai Rata-rata Ranah Psikomotorik 52
Tabel 20. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Ranah Kognitif, Afektif 53dan Psikomotorik
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 21. Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Ranah Kognitif, Afektif 54dan Psikomotorik
Tabel 22. Rangkuman Hasil Uji Anava Satu Jalan Hasil Belajar Ranah 54Kognitif Kelompok Eksperimen I dan Kelompok Eksperimen II.
Tabel 23. Rangkuman Hasil Uji Anava Satu Jalan Hasil Belajar Ranah 55Afektif Kelompok Eksperimen I dan Kelompok Eksperimen II.
Tabel 24. Rangkuman Hasil Uji Anava Satu Jalan Hasil Belajar Ranah 56psikomotorik Kelompok Eksperimen I dan KelompokEksperimen II.
Tabel 25. Hasil perhitungan Uji Lanjut Anava Ranah Kognitif 56
Tabel 26. Hasil perhitungan Uji Lanjut Anava Ranah Afektif 57
Tabel 27. Hasil perhitungan Uji Lanjut Anava Ranah Psikomotorik 57
Tabel 28. Perbandingan Rata-rata Nilai Pencapaian Hasil Belajar Ranah Kognitif,Afektif dan Psikomotorik. 59
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran 22
Gambar 2. Paradigma Penelitian 22
Gambar 3. Histogram Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif KelasEksperimen I 44
Gambar 4. Histogram Hasil Belajar Siswa Ranah KognitifEksperimen II 45
Gambar 5. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar RanahKognitif Kelompok Eksperimen I dan Kelompok Eksperimen II 46
Gambar 6. Histogram Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Ekperimen I 47
Gambar 7. Histogram Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Ekperimen II 48
Gambar 8. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil BelajarRanah Afektif Kelompok Eksperimen I dan KelompokEksperimen II 49
Gambar 9. Histogram hasil belajar ranah psikomotorik kelompok eksperimen I 50
Gambar 10. Histogram hasil belajar ranah afektif kelompok eksperimen II 52
Gambar 11. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar RanahPsikomotorik Kelompok Eksperimen I dan Kelompok Eksperimen II. 53
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Satuan Pembelajaran Kelompok Eksperimen I 72
Lampiran 2. Satuan Pembelajaran Kelompok Eksperimen II 74
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen I 76
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen II 101
Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa 119
Lampiran 6. Mind Map 125
Lampiran 7. Kisi-kisi Soal Kognitif 127
Lampiran 8. Kisi-kisi Angket Afektif 129
Lampiran 9. Kisi-kisi Angket Psikomotorik 131
Lampiran 10. Soal Kognitif 132
Lampiran 11. Jawaban Soal Kognitif 139
Lampiran 12. Angket Afektif 140
Lampiran 13. Angket Psikmotorik 143
Lampiran 14. Data Awal Keseimbangan 158
Lampiran 15. Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa 159
Lampiran 16. Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa 169
Lampiran 17. Uji Keseimbangan (Uji Kesamaan Dua Varian) 170
Lampiran 18. Uji Validitas Tes Try Out Kognitif Siswa 172
Lampiran 19. Uji Reliabilitas Tes Try Out Kognitif Siswa 175
Lampiran 20. Uji Validitas Angket Afektif Siswa 178
Lampiran 21. Uji Reliabilitas Angket Afektif Siswa 181
Lampiran 22. Uji Validitas Angket Psikomotorik Siswa 184
Lampiran 23. Uji Reliabilitas Angket Psikomotorik Siswa 186
Lampiran 24. Data Kemampuan Kognitif Siswa 188
Lampiran 25. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen I 189
Lampiran 26. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen II 190
Lampiran 27. Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif Siswa 191
Lampiran 28. Uji Anava Satu Jalan Aspek Kognitif 192
Lampiran 29. Uji Lanjut Anava ( Uji Scheffe ) untuk Kemampuan Kognitif 195
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 30. Data Kemampuan Afektif Siswa 197
Lampiran 31. Uji Normalitas Kemampuan Afektif Siswa Kelas Eksperimen I 198
Lampiran 32. Uji Normalitas Kemampuan Afektif Siswa Kelas Eksperimen II 200
Lampiran 33. Uji Homogenitas Kemampuan Afektif Siswa 202
Lampiran 34. Uji Anava Satu Jalan Aspek Afektif 203
Lampiran 35. Uji Lanjut Anava ( Uji Scheffe ) untuk Kemampuan Afektif 206
Lampiran 36. Data Kemampuan Psikomotorik Siswa 208
Lampiran 37. Uji Normalitas Kemampuan Psikomotorik Siswa KelasEksperimen I 209
Lampiran 38. Uji Normalitas Kemampuan Psikomotorik Siswa KelasEksperimen II 210
Lampiran 39. Uji Homogenitas Kemampuan Psikomotorik Siswa 211
Lampiran 40. Uji Anava Satu Jalan Aspek Psikomotorik 212
Lampiran 41. Uji Lanjut Anava ( Uji Scheffe ) untuk KemampuanPsikomotorik 215
Lampiran 42. Nilai-nilai Product Moment 217
Lampiran 43. Tabel : Nilai X2 218
Lampiran 44. Tabel : Nilai Kritik Uji Lilliefors 219
Lampiran 45. Tabel Statistik F 220
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat
siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam
kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa mempunyai hak
dan kebebasan untuk bersuara, berpendapat, dan berargumen di dalam kelas yang
berkaitan dengan materi pelajaran. Saat proses belajar mengajar siswa bersama guru
diharapkan bersikap aktif dalam hal transfer ilmu pengetahuan baik dari guru ke
siswa atau sebaliknya dari siswa ke guru dan dapat pula transfer ilmu pengetahuan
antar siswa satu ke siswa lainnya. Sehingga pembelajaran lebih efektif dan efisien
serta tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Salah satu tujuan pembelajaran adalah mengantarkan siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi yang
sudah ditetapkan. Pencapaian kompetensi dasar bukanlah hal yang mudah. Dalam
kegiatan pembelajaran, seringkali siswa sulit menangkap materi yang disampaikan
oleh guru sehingga perlu adanya usaha untuk meningkatkan pencapaian kompetensi
tersebut. Pada dasarnya, penerapan metode pembelajaran yang bervariasi berupaya
untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Berkaitan
dengan hal tersebut, perlu sebuah konsep pembelajaran yang sesuai. Pembelajaran
tersebut tidak hanya mampu secara materi saja, tetapi juga menghasilkan lulusan
yang berkualitas dalam segi ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Kondisi ini dapat
diwujudkan dengan penggunaan salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat
menciptakan iklim kerjasama dan interaksi antar anggota dalam kelompok-kelompok
kecil sehingga siswa akan mampu menyerap materi dengan baik yang akan
berimplikasi pada keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran tersebut.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan interaksi aktif antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun siswa
dengan lingkungan belajarnya. Siswa belajar bersama-sama dan memastikan bahwa
setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai materi yang sedang dipelajari.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Terdapat banyak tipe dalam pembelajaran kooperatif salah satunya adalah
Student Team Achievement Divisions (STAD). Pembelajaran kooperatif STAD yaitu
pembelajaran yang dilakukan dengan pembagian siswa berdasarkan perbedaan
kemampuan akademik, ras, jenis kelamin. Sehingga merupakan kelompok yang
beranggotakan heterogen. Pembelajaran kooperatif STAD dikembangkan oleh Robert
Slavin dan kawan-kawan dari universitas Jonh Hopkins. Pembelajaran kooperatif ini
dipandang paling sederhana, langsung dan cocok untuk hampir seluruh mata
pelajaran serta tingkat kelas. Secara teknik pembelajaran STAD menuntut ditekankan
terbentuknya konsep-konsep yang dipelajari sebelum dilaksanakan pembelajaran tim.
Pertama, guru menyajikan materi pelajaran secara langsung dengan ceramah dan
diskusi atau audiovisual. Selanjutnya guru memberikan tugas kelas yang harus
dikerjakan oleh siswa. Tahap akhir pembelajaran adalah dalam bentuk kelompok.
Setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Kelompok yang memiliki kinerja tinggi diberikan
penghargaan oleh guru. Kelemahan pembelajaran kooperatif STAD ini adalah guru
memerlukan waktu yang lama dalam mengkondisikan siswa. Sedangkan kelebihan
STAD adalah siswa lebih efektif belajar dengan siswa lain dalam memecahkan
masalah serta dapat memotivasi siswa untuk bertanggung jawab menyelesaikan
materi pelajaran sehingga akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik.
Biologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang makhluk
hidup dan aspek kehidupan, dimana dalam mempelajari materi biologi ini diperlukan
metode ilmiah untuk memperjelas proses belajar mengajar sehingga siswa menjadi
paham akan pelajaran tersebut. Pelaksanaan proses pembelajaran sering kali siswa
kurang terfokus terhadap materi yang diajarkan oleh guru sehingga dalam penerapan
pembelajaran kooperatif, seorang guru harus mampu menggunakan strategi yang
dimodifikasi dengan strategi yang lain.
SMP Islam Al Hadi Sukoharjo merupakan salah satu sekolah swasta yang
mempunyai masukan input siswa dengan prestasi belajar yang bervariasi. Karena
prestasi belajar yang bervariasi inilah maka partisipasi dan keaktifan dalam kegiatan
belajar mengajar beraneka ragam pula. Berdasarkan pengamatan di lapangan masih
tampak proses belajar mengajar dengan metode konvensional yaitu dengan ceramah
sehingga siswa pasif dan tidak ada aktivitas belajar mengajar yang interaktif antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
guru dan siswa. Aktivitas belajar yang tidak interaktif ini dapai dilihat dari kurangnya
keberanian siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Siswa terlihat
malu dan tidak berani mengungkapkan tentang materi yang belum mereka pahami
saat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Guru pengajar melaksanakan metode
pembelajaran yang cenderung menyamaratakan potensi siswa, sehingga didapatkan
hasil belajar yang kurang maksimal. Oleh karena itu, guru sebagai pengajar perlu
mengatasi hal tersebut, salah satunya dengan mencoba metode pembelajaran yang
lebih menarik perhatian siswa dan bersifat interaktif. Selain itu dalam observasi yang
telah dilakukan ternyata siswa kesulitan dalam memahami sebagian materi pelajaran,
sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar mereka pula. Kesulitan mereka terlihat
juga dalam menghafal istilah latin yang kerap dijumpai dalam pembelajaran biologi.
Keadaan seperti itu diperburuk pula dengan kebiasaan siswa dalam hal mencatat.
Salah satu upaya mengatasi kesulitan dalam memahami materi pembelajaran
di atas adalah dengan memberikan teknik mencatat tingkat tinggi atau yang dikenal
dengan peta pikiran. Peta pikiran adalah teknik meringkas bahan yang akan dipelajari
dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik
sehingga lebih mudah memahaminya (Iwan Sugiarto, 2004:75). Peta pikiran sangat
bermanfaat untuk memahami materi, terutama materi yang diberikan secara verbal.
Peta pikiran bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang
akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat kembali informasi
yang telah dipelajari. Dengan pemberian teknik ini, diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman siswa akan materi pelajaran biologi.
Pemahaman dan penguasaan materi pelajaran pun sering kali siswa masih
kurang atau belum cukup maksimal. Penambahan pemahaman dan penguasaan siswa
terhadap materi dapat dilakukan dengan pemberian lembar kegiatan siswa. Dengan
menggunakan LKS, siswa dapat belajar lebih mandiri sesuai dengan petunjuk-
petunjuk yang ada. LKS berisi petunjuk-petunjuk kerja, tabel yang telah digambar
untuk penilaian demonstrasi serta pertanyaan-pertanyaan untuk bahan diskusi,
sehingga siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab siswa tidak hanya
mendengarkan pengajaran guru, tetapi juga melakukan aktivitas lain yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
mengamati, melakukan, dan mendemonstrasikan. Sedangkan tugas guru hanya
sebagai motivator dan pembimbing siswa yang mengalami kesulitan.
Pembelajaran biologi merupakan pelajaran yang membutuhkan variasi
metode mengajar. Variasi metode mengajar tersebut diharapkan agar siswa lebih aktif
dan tidak merasa bosan dengan materi yang disampaikan dan dalam hal ini guru harus
mampu memilih dan menerapkan metode dan strategi mengajar yang cocok dan
efektif sesuai dengan situasi dan kondisi serta sesuai dengan tujuan sistem
pengajaran.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan judul penelitian ini
adalah :
” STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN
MIND MAP DAN LKS PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT
TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) SISWA KELAS VIII SMP AL-
HADI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010.”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas serta untuk
memperjelas masalah maka dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map terhadap
hasil belajar siswa pada pembelajaran biologi?
2. Apakah ada pengaruh pembelajaran kooperatif STAD dengan LKS terhadap hasil
belajar siswa pada pembelajaran biologi?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map terhadap
hasil belajar siswa pada pembelajaran biologi.
2. Mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif STAD dengan LKS terhadap hasil
belajar siswa pada pembelajaran biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diupayakan mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Bagi guru
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam penerapa pembelajaran
kooperatif Student Team Achievement Divisions (STAD) dengan Mind Map
maupun LKS sebagai evaluasi guru dan siswa dalam meningkatkan
pencapaian hasil belajar.
b. Memberikan masukan pada calon guru agar lebih memperhatikan masalah-
masalah yang terkait dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
2. Bagi siswa
a. Dapat mengaktifkan daya pikir siswa dengan metode dan media pembelajaran
yang tepat.
b. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih
berpartisiasi dalam pembelajaran.
3. Bagi sekolah dan instansi pendidikan lainnya
a. Untuk menyusun program peningkatan proses pembelajaran biologi pada
tahap berikutnya.
b. Hasil penelitian yang dipaparkan akan memberikan sumbangan yang baik
pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu
sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam
struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok. Cooperative learning juga dapat
diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara
sesama anggota kelompok.
Kerjasama kelompok cooperative learning tersebut oleh Slavin (1984) dalam
Etin Solihatin dan Raharjo (2007: 4) menyatakan ”Cooperative learning adalah suatu
model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-keompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan
struktur kelompoknya yang bersifat heterogen”.
Robert E. Slavin (2008: 4) mengatakan ”Pembelajaran kooperatif merujuk
pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pelajaran”. Dalam kelas koperatif, para siswa diharapkan saling
membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan
yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-
masing atau saling menilai pengetahuan dan pemahaman satu sama lain.
Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) menurut Nurhadi (2004: 112)
adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaaan kelompok kecil
siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
tujuan belajar.
Salah satu tujuan pembelajaran kooperatif adalah siswa dapat berinteraksi
yang edukatif dalam proses belajar. Dengan interaksi yang edukatif diharapkan siswa
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
saling membantu dalam memahami pelajaran. Siswa yang mempunyai kemampuan
lebih membantu siswa yang berkemampuan sedang atau dibawahnya dan saling
melengkapi karena biasanya pembelajaran kooperatif memberikan tugas dalam
bentuk belajar berkelompok sehingga masing-masing siswa terdorong untuk
bersemangat memahami pelajaran. Pembelajaran kooperatif juga berperan
menciptakan interaksi yang asah, asih, dan asuh sehingga tercipta masyarakat
belajar.
Terciptanya masyarakat belajar dalam cooperative learning menurut Munawir
Yusuf, Sunardi, dan Mulyono Abdurrahman (2003: 170) mengatakan “Penciptaan
suasana belajar kooperatif berarti pula penciptaan norma yang membuat semua anak
memberikan sumbangan bagi kemajuan kelompok. Norma semacam itu memandang
anak yang mendominasi anak lain atau menggantungkan diri pada orang lain sama
buruknya sehingga harus diberantas”. Ini berarti anak yang pandai harus membantu
anak yang kurang pandai, anak yang kuat harus membantu yang lemah dan tiap anak
harus saling mendorong untuk menumbuhkan motivasi belajar yang kuat.
Lebih lanjut Munawir Yusuf, Sunardi, dan Mulyono Abdurrahman (2003:
170-171) menyebutkan ada empat elemen dasar yang memungkinkan terciptanya
suasana belajar kooperatif. Keempat elemen dasar tersebut adalah sebagai berikut:
a. Saling ketergantungan positif
b. Interaksi tatap muka
c. Akuntabilitas individual
d. Keterampilan menjalin hubungan interpersonal
Saling ketergantungan positif dapat dicapai melalui saling ketergantungan
tujuan, saling ketergantungan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling
ketergantungan peran, dan saling ketergantungan hadir. Sedangkan interaksi
kooperatif antar anak dalam kelompok belajar membuat siswa saling bertatap muka
sehingga siswa dapat melakukan dialog tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan
sesama siswa. Pada elemen interaksi tatap muka memungkinkan terciptanya sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
belajar yang bervariasi sehingga mengoptimalkan pencapaian hasil belajar.
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujud dalam belajar kelompok. Meskipun
demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran tiap
anggota kelompok dan hasil penilaian dikomunikasikan kepada kelompok. Penilaian
kelompok secara individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.
Pada pembelajaran kooperatif, keterampilan sosial seperti tenggang rasa, bekerja
sama, bersikap sopan terhadap teman, mengkritik ide orang lain, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai
sifat lain yang bermanfaat untuk menjalin hubungan interpersonal tidak hanya
diasumsikan, tetapi diajarkan secara sengaja.
Pembelajaran kooperatif atau Cooperatif Learning merupakan kegiatan
belajar yang berorientasi pada siswa, dimana siswa belajar dalam kelompok-
kelompok kecil. Pada pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama-sama dalam
menyelesaikan suatu kegiatan belajar. Kelompok-kelompok kecil biasanya terdiri atas
4-5 orang dengan tujuan agar interaksi antar anggota kelompok menjadi efektif dan
maksimal. Siswa akan berusaha keras untuk berhasil dalam belajarnya dan berusaha
keras untuk membantu dan mendorong semangat teman sekelompoknya untuk sama-
sama berhasil. Sehingga dengan pembelajaran memacu siswa lebih aktif, kreatif, dan
mandiri serta dapat memacu samangat siswa untuk saling membantu memecahkan
masalah atau persoalan yang dihadapi.
Pembelajaran kooperatif memiliki banyak keuntungan seperti:
a. Siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, terlibat secara aktif dan
memiliki usaha yang lebih besar untuk berprestasi.
b. Siswa mengembangkan ketrampilan berfikirnya (berfikir kritis)
c. Hubungan yang lebih positif antar siswa dan kesehatan psikologis yang lebih
besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Sedangkan tingkat keberhasilan pembelajaran kooperatif tergantung pada:
a. Interdependensi ganjaran yang merujuk kepada suatu ganjaran kelompok secara
eksplisit yang didasarkan pada kinerja kelompok.
b. Interdependensi tugas dikatakan tinggi apabila para anggota kelompok bekerjasam
menyelesaikan tugasnya demi pencapaian kinerja kelompok yang maksimal.
c. Akuntabilitas individual merujuk kepada sumbangan anggota tim terhadap
kelompok atau timnya dalam bentuk perolehan skor tertentu. Semakin tinggi
akuntabiltas individual, maka ia akan memperlihatkan tingkat keterlibatan dalam
kelompok yang tinggi pula.
d. Struktur yang dipaksakan oleh guru berkaitan dengan pembentukan kelompok dan
pemberian ganjaran yang dilakukan dikelas, apakah diprakarsai oleh siswa atau
guru. Semakin besar struktur yang dipaksakan oleh guru mengindikasikan semakin
besar pula intervensi dan keterlibatan guru dalam proses pembelajaran. Tidak
semua kelompok kooperatif berjalan dalam kondisi yang sama. Ada yang sangat
membutuhkan banyak intervensi dari guru, disamping itu ada pula yang tidak
terlalu membutuhkan intervensi dari guru dalam pembentukan kelompok dan
penetapan strategi pencapaian kelompok.
e. Kompetensi kelompok merujuk kepada ada atau tidaknya suasana persaingan yang
ditetapkan sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan. Ada kelompok kooperatif
yang tidak didasarkan pada kompetisi. Para siswa berjuang menurut kemampuan
mereka dalam kelompok dengan harapan akan mendapatkan hasil yang maksimal
tanpa harus merasa disaingi oleh kelompok lain. Ada kelompok yang sengaja
memasukkan unsur persaingan ini untuk mendorong kinerja kelompok.
Prosedur pembelajaran kooperatif menurut Wina Sanjaya (2008: 194-196)
terdiri atas empat tahap yaitu:
a. Penjelasan materi
b. Belajar dalam kelompok
c. Penilaian
d. Pengakuan tim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi
pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini
adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini, guru
memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang
selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (team).
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran,
selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah
dibentuk sebelumnya. Untuk penilaian dalam SPK (Sistem Pembelajaran Kooperatif)
bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual
maupun secara kelompok. Sedangkan pengakuan tim (team recognition) adalah
penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk
kemudian diberikan penghargaan atau hadiah.
a. Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD)
Pembelajaran kooperatif STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-
kawan dari Universitas John Hopkins. Pembelajaran kooperatif ini dipandang paling
sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif.
Berdasarkan Robert E. Slavin (2008: 13), STAD lebih merupakan metode
umum dalam mengatur kelas daripada metode komprehensif dalam mengerjakan
mata pelajaran tertentu. Guru menggunakan pelajaran mereka sendiri dan materi-
materi lain.
Sedangkan menurut Nurhadi (2004:116-117), para guru menggunakan metode
STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik
melalui penyajian verbal maupun tertulis. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok.
Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun
kemampuan (tinggi, sedang, rendah).
Mohamad Nur (2005: 6) mengemukakan “Ide utama dibalik STAD adalah
untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
menuntaskan keterampilan-keterampilan yang dipresentasikan guru”. Apabila siswa
menginginkan tim mereka mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu
teman satu tim dalam mempelajari bahan ajar tersebut. Mereka harus memberi
semangat satu timnya yang melakukan yang terbaik, menyatakan norma bahwa
belajar itu penting, bermanfaat, dan menyenangkan. Siswa bekerja sama setelah guru
mempresentasikan pelajaran. Mereka dapat bekerja berpasangan dengan cara
membandingkan jawaban-jawabannya, mendiskusikan perbedaan yang ada, dan
saling membantu satu sama lain saat menghadapi jalan buntu.
Menurut Robert E. Slavin (2008: 143-146) menyebutkan STAD terdiri atas
lima komponen utama yaitu:
1) Presentasi kelas
2) Tim
3) Kuis
4) Skor kemajuan individual
5) Rekognisi tim
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam
kelas. Perbedaan presentasi kelas dengan pengajaran biasa yaitu presentasi tersebut
haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan
menyadari bahwa siswa harus benar-benar memberi perhatian penuh selama
presentasi kelas, dengan demikian akan sangat membantu siswa mengerjakan kuis-
kuis, dan skor kuis siswa menentukan skor tim siswa.
Tim terdiri empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas
dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim
ini adalah untuk memastikan semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih
khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggota tim untuk bisa mengerjakan
kuis dengan baik. Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap
poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik
untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggota
tim.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan
sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis
individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam
mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk
memahami materinya. Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk
memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila siswa
bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap
siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem
skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha
mereka yang terbaik. Para siswa mengumpulkan poin untuk tim siswa berdasarkan
tingkat dimana skor kuis siswa (persentase yang benar) melampui skor awal siswa.
Poin kemajuan siswa berdasarkan skor kuis yang diperoleh dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Poin Kemajuan
Skor Kuis Poin Kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
10 - 1 poin di bawah skor awal
skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal)
5
10
20
30
30
Sumber: Robert E. Slavin (2008: 159)
Tim akan mendapatkan penghargaan yang lain apabila skor rata-rata tim
mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan
dua 20% dari peringkat tim. Tiga macam penghargaan diberikan pada rekognisi tim.
Ketiga penghargaan tersebut didasarkan pada rata-rata skor tim, yang dapat dilihat
pada Tabel 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Tabel 2. Tingkatan Penghargaan
Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan
15
16
17
TIM BAIK
TIM SANGAT BAIK
TIM SUPER
Sumber: Robert E. Slavin (2008:160)
1) Pembelajaran Kooperatif STAD Dengan Media Mind Map
Mind map atau peta pikiran dikembangkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-
an sebagai cara untuk mendorong siswa mencatat hanya dengan menggunakan kata
kunci dan gambar . Menurut Tony Buzan (2007: 4) ”Mind Map adalah cara termudah
untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar otak”.
Otak tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk rapi dan teratur
melainkan harus mencari, memilih, merumuskan dan merangkainya dalam bentuk
gambar-gambar, simbol-simbol, suara dan bunyi. Informasi yang diterima akan
dihubungkan dengan logika dan diatur oleh bahasa sehingga menghasilkan arti yang
dipahami.
Sedangkan menurut Iwan Sugiarto (2004:75) Peta pikiran adalah teknik
meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi
ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya.
Lebih lanjut Bobbi de Porter dan Hernacki (1999: 152) menjelaskan, peta
pikiran merupakan teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra
visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk suatu kesan yang lebih dalam.
Pembuatan peta pikiran selain ditulis dengan tulisan manual juga disertai pengingat-
pengingat visual dan sensorik seperti gambar atau simbol.
Mind map merupakan bentuk catatan yang tidak monoton karena Mind Map
memadukan fungsi kerja otak secara bersamaan dan saling berkaitan satu sama lain,
sehingga terjadi keseimbangan kerja kedua belahan otak. Melalui peta pikiran
informasi lebih mudah diingat daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional.
Berikut disajikan perbedaan antara catatan tradisioanal (catatan biasa) dengan catatan
mind mapping.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Tabel 3. Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Mapping
Catatan Biasa Peta Pikiran
1. hanya berupa tulisan-tulisan saja 1. berupa tulisan, symbol dan gambar
2. hanya dalam satu warna 2. berwarna-warni
3. untuk mereview ulang memerlukan 3. untuk mereview ulang diperlukanwaktu yang lama waktu yang pendek
4. waktu yang diperlukan untuk 4. waktu yang diperlukan untukbelajar lebih lama belajar lebih cepat dan efektif
5. statis 5. membuat individu menjadi lebihkreatif.
Sumber: Iwan Sugiarto (2004 : 76)
Dari uraian tersebut, peta pikiran adalah satu teknik mencatat yang
mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan
potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan
kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan
mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal.
Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam
menyerap informasi yang diterima.
a) Langkah –langkah Membuat Mind map
Sebelum membuat sebuah peta pikiran menurut Tony Buzan (2007: 14)
diperlukan beberapa bahan, yaitu kertas kosong tidak bergaris, pena, dan pensil
warna, otak serta imajinasi. Lebih lanjut Tony Buzan (2007: 15) mengemukakan
tujuh langkah untuk membuat peta pikiran. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai
berikut:
(1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnyadiletakkan mendatar. Mengapa? Karena memulai dari tengah memberikebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untukmengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami;(2) Gunakan gambaratau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena sebuah gambar bermakna seribukata dan membantu otak menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akanlebih menarik, membuat otak tetap terfokus, membantu otak berkonsentrasi,dan mengaktifkan otak;(3) Gunakan warna. Mengapa? Karena bagi otak,warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat Mind Map lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
hidup, menambah energi pada pemikiran kreatif dan menyenangkan;(4)Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya.Mengapa? Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkandua (atau tiga atau empat) hal sekaligus. Bila cabang-cabang dihubungkanakan lebih mudah dimengerti dan diingat;(5) Buatlah garis hubung yangmelengkung, bukan garis lurus. Mengapa? Karena garis lurus akanmembosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis seperticabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata;(6) Gunakan satu katakunci untuk setiap garis. Mengapa? Karena kata kunci tunggal memberi lebihbanyak daya dan fleksibilitas kepada Mind Map;(7) Gunakan gambar.Mengapa? Karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna seribukata.
Dalam pembuatan mind map penggunaan kertas dalam posisi secara melebar
membantu mendapatkan lebih banyak tempat. Pembelajaran konvensional adalah
pembelajaran yang memusatkan kegiatan belajar pada guru. Siswa hanya duduk,
mendengarkan dan menerima informasi. Cara penerimaan informasi akan kurang
efektif karena tidak adanya proses penguatan daya ingat, walaupun ada proses
penguatan yang berupa pembuatan catatan, siswa membuat catatan dalam bentuk
catatan yang monoton dan linear. Mind map dapat menghubungkan ide baru dan unik
dengan ide yang sudah ada , sehingga menimbulkan adanya tindakan spesifik yang
dilakukan oleh siswa dengan penggunaan warna dan simbol –simbol yang menarik
akan menciptakan suatu hasil pemetaan pikiran yang baru dan berbeda. Pemetaan
pikiran merupakan salah satu produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa dalam
kegiatan belajar.
Pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map adalah pembelajaran
kooperatif dimana dalam pelaksanaan pembelajarannya menggunakan STAD dan
dimodifikasi dengan penggunaan mind map dalam kegiatan belajar mengajar.
Keuntungan lain penggunaan catatan mind map yaitu sebagai alat untuk membantu
siswa berfikir dan mengingat lebih baik, membiasakan siswa untuk melatih aktivitas
kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat
bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Dengan penggunaan mind map diduga
pencapaian hasil belajar siswa akan meningkat karena siswa lebih mudah untuk
memahami materi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) Pembelajaran Kooperatif STAD Dengan Media LKS
Lembar kerja siswa merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang berisi
informasi dan perintah dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan
belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk
mencapai tujuan.
Lembar kerja siswa merupakan salah satu sarana untuk membantu dan
mempermudah dalam belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif
antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam
peningkatan hasil belajar. Dalam lembar LKS siswa akan mendapatkan uraian materi,
tugas, dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diberikan. Penggunaan LKS
dalam pengajaran akan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk ikut
aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian guru bertanggung jawab penuh dalam
memantau siswa dalam proses belajar mengajar.
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa lembar kerja siswa (LKS) adalah
lembaran kertas yang intinya berisi informasi dan instruksi dari guru kepada siswa
agar dapat mengerjakan sendiri suatu kegiatan belajar melalui praktek atau
mengerjakan tugas dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan untuk
mencapai tujuan pengajaran. (http//www,gudangmateri.com/2011/03/pengertian-dan-
manfaat-lks.html)
Penggunaan LKS sebagai media yang diterapkan dalam proses pembelajaran
mempunyai beberapa fungsi baik bagi guru maupun siswa. Sultan (2008) berpendapat
bahwa fungsi LKS dalam proses belajar mengajar ada dua, yaitu:
a) dari segi siswa: fungsi LKS adalah sebagai sarana belajar baik dikelas, diruang praktek maupundiluar kelas sehingga siswa berpeluang besar untukmengembangkan kemampuan, menerapkan pengetahuan, melatihketerampilan,memproses sendiri untuk mendapatkan perolehannya,b) darisegi guru: melalui LKS, guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajarmengajar sudah menerapkan metode”membelajarkan siswa” dengan kadarSAL (Student Active Learning) yang tinggi. Intervensi yang diberikan gurubukan dalam bentuk jawaban atas pertanyaan siswa, tetapi berupa panduanbagi siswa untuk memecahkan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Pembelajaran kooperatif STAD dengan LKS adalah pembelajaran kooperatif
dimana dalam pelaksanaan pembelajarannya menggunakan STAD dan dimodifikasi
dengan penggunaan LKS yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar.
Dengan diberikan LKS tersebut siswa tidak hanya menerima penjelasan dari
guru, tetapi lebih aktif melakukan kegiatan belajar untuk menemukan atau mengelola
sendiri perolehan belajar atau pengetahuan dan keterampilan yang perlu dikuasai.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Hasil belajar dapat juga dikatakan sebagai hasil akhir dari proses belajar mengajar di
kelas serta merupakan perwujudan dari kemampuan diri yang optimal setelah
menerima pelajaran.
Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan tes yang
diselenggarakan oleh guru sendiri pada setiap akhir pertemuan pelajaran ataupun
dapat dilakukan oleh Depdiknas yang berupa ujian nasional.
Bukti keberhasilan siswa dalam belajar adalah dengan prestasi yang
ditunjukkan dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik. Berdasarkan kurikulum 2004 pestasi belajar siswa tercapai dengan baik
apabila siswa mampu menguasai ketiga aspek tersebut yaitu aspek kognitif, aspek
afektif, dan aspek psikomotorik yang dikembangkan dalam bersikap dan berfikir
siswa.
Ada beberapa petunjuk bahwa proses belajar mengajar dianggap berhasil
adalah hal-hal sebagai berikut:
a.Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestsi tinggi baik
secara individu maupun kelompok.
b.Perilaku siswa yang menguasi ketiga ranah belajar (kognitif, afektif, dan
psikomotorik) baik secara individu maupun kelompok.
Berdasarkan kurikulum 2004 prestasi belajar siswa tercapai dengan baik
apabila siswa mampu menguasai tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotorik. Ketiga ranah tersebut ditampilkan dalam indicator yang harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dikuasai siswa agar tercapai keberhasilan belajar. Nana Sudjana (1991:22-23)
mengemukakan bahwa secara garis besar ranah dibagi menjadi tiga yaitu:
a Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri darienam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitiftingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkattinggi.
b Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaknipenerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dankemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaknigerakan reflek, keterampilan gerakan dasar,kemampuanperceptual,keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleksndan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ranah kognitif memegang peranan dalam peningkatan kemampuan siswa.
Kemampuan tersebut antara lain dalam penguasaan ilmu, teknologi, maupun
kemampuan akademik yang lainnya. Apabila seseorang memiliki penguasaan kognitif
pada tingkatan tinggi, maka seseorang tersebut dapat dikatakan memiliki sikap yang
baik juga. Hasil belajar siswa pada ranah afekti tampak berbagai tingkah lakunya
seperti perhatiannya terhadap pelajaran, motivasi belajarnya, kedisiplinannya paupun
rasa menghormati dan menghargai terhadap guru dan teman. Ranah psikomotorik
tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak siswa. Ketiga
ranah tersebut merupakan satu kesatuan dan bagian integral dalam proses
pembelajaran.
a. Ranah Kognitif
Bloom menggolongkan enam tingkatan pada ranah kognitif dari pengetahuan
sederhana atau penyadaran terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan yang paling rendah
ke penilaian (evaluasi) yang lebih kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang
paling tinggi.
Menurut Winkel (1996:250-252) ranah kognitif mencangkup 6 jenjang yaitu
C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5 (sintesis), dan
C6 (evaluasi).
Secara umum penilaian ranah kognitif pada mata pelajaran biologi
ditujukan dalam jenis ten obyektif dan tes non obyektif, serta penskoran tugas. Dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
masing-masing tes diadakan penskoran berdasarkan bobot soal, cakupan materi,
tingkat kesulitan atau kemampuan berfikir yang dituntut.
Penguasaan ranah kognitif dengan tes lisan dan tertulis meliputi pilihan ganda,
uraian bebas, bentuk menjodohkan, unjuk kerja dan pengumpulan kerja siswa.
b. Ranah Afektif
Menurut Muhibin Syah (2004:121) tingkah laku afektif adalah tingkah laku
yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti takut, marah, sedih, gembira,
kecewa, senang, benci, dan sebagainya.
Menurut Winkel (1996:252-253) ranah afektif meliputi 5 tahap yaitu A1
(penerimaan), A2 (partisipasi), A3 (penentuan nilai/sikap), A4 (organisasi), dan A5
(pembentukan pola hidup).
Ranah afektif dipresentasikan dari tingkah laku sebagai tujuan pembelajaran,
banyak sikap yang dapat diidentifikasi sebagai tujuan pembelajaran seperti toleransi,
suka menolong, berperasaan. Siswa yang bertingkah laku baik maka dia akan
bertanggung jawab atas dirinya, masyarakat, dan negara. Dalam pembelajaran siswa
yang bersikap baik akan ditujukan dengan tingkah laku yang baik pula.
Secara umum penilaian afektif pada mata pelajaran biologi yaitu sikap, minat,
konsep diri, dan nilai. Sikap merupakan suatu yang dipelajari untuk merespon secara
positif setelah siswa mengikuti pelajaran biologi.
c. Ranah Psikomotorik
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif akan berdampak positif terhadap
perkembangan ranah psikomotorik. Kecakapan psikomotorik ialah segala kegiatan
jasmaniah yang kongkrit dan mudah diamati baik kualitas maupun kuantitasnya
karena sifatnya yang terbuka. Kecakapan psikomotorik siswa merupakan perwujudan
wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya.
Menurut Winkel (1996:253-254) ranah psikomotorik meliputi 7 jenjang yaitu
P1 (persepsi), P2 (kesiapan), P3 (gerakan terbimbing), P4 (gerakan terbiasa), P5
(gerakan kompleks), P6 (penyesuaian pola gerakan), dan P7 (kreativitas).
Cara menilai hasil belajar psikomotorik ada tiga keterampilan yang dapat
diukur melalui (1) pengamatan secara langsung serta penilaian tingkah laku siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
selama proses belajar berlangsung, (2) sesudah mengikuti pelajaran, yaitu dengan
jalan memberikan tes kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan
sikap, dan (3) beberapa waktu sesudah pelajarn selesai dan kelak dalam lingkungan
kerjanya. Soal hasil psikomotorik dapat berupa soal-soal, lembar kerja dan lembar
eksperimen. Sementara itu instrumen untuk mengamati jawaban siswa dapat berupa
lembar observasi.
Lembar observasi biasanya berupa check list yang berisi daftat pertanyan
yang jawabannya tinggal memberi check (v) pada jawaban yang sesuai dengan
keadaan. Bentuk tes psikomotorik dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi dan tes
unjuk kerja. Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan dan
kemampuan bertindak individu setelah menerima pengalaman belajar.
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Metode pembelajaran merupakan suatu bagian dari sistem pengajaran yang
merupakan suatu cara peyajian pengajaran secara teratur untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, pencapaian tujuan dalam proses belajar mengajar yang dipakai
sebagai tolak ukur adalah hasil belajar atau prestasi belajar siswa. Hasil belajar atau
prestasi belajar siswa menunjukkan tingkat keberhasilan yang telah dilakukan siswa
selama masa studi yang menyangkut kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai
siswa yang berupa aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pencapaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat optimal jika
kegiatan yang dilakukan juga optimal. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan merupakan
pengalaman yang melibatkan fisik maupun mental dalam berinteraksi dengan bahan
ajar (materi). Keberhasilan pengalaman belajar memiliki korelasi yang positif
terhadap prestasi belajar siswa. Penciptaan suasana belajar yang memberikan makna
terhadap pengalaman belajar diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Penciptaan suasana belajar yang efektif ditentukan oleh pemilihan metode
pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang dipilih harus disesuaikan
dengan tujuan pengajaran, materi pelajaran, karakteristik siswa dan karakteristik
sekolah. Tidak ada metode pembelajaran yang paling sempurna dan ampuh setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
metode pembelajaran yang digunakan pasti mempunyai kelemahan maupun
kelebihan. Metode pembelajaran menentukan kejelasan penyampaian bahan pelajaran
kepada siswa sehingga pelajaran tersebut dapat ditangkap, difahami, dan digunakan
oleh siswa dengan baik.
Metode konvensional atau ceramah merupakan bentuk pengajaran yang
berpusat pada aktivitas guru dan menekankan pada penghafalan konsep yang ada.
Siswa cenderung membuat catatan dalam bentuk linier dan panjang sehingga siswa
mengalami kesulitan dalam mencari pokok ataupun point-point materi pelajaran yang
telah dipelajari. Dalam metode konvensional siswa tidak banyak terlibat baik dari
segi berfikir dan bertindak. Siswa hanya menerima informasi yang telah diberikan
oleh guru tanpa adanya keterlibatan kegiatan psikomotoriknya. Akibat dari keadaan
tersebut siswa kurang berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar yang berakibat
pada pencapaian hasil belajar yang kurang maksimal. Mengingat keterbatasan
tersebut maka diperlukan suatu metode yang dapat meningkatkan partisipasi siswa
dalam belajar dengan metode pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif yang dipilih dalam penelitian ini adalah
pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dimana
siswa akan belajar dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari empat sampai lima
anggota yang bersifat heterogen. Pelaksanaan proses pembelajaran sering kali siswa
kurang terfokus terhadap materi yang diajarkan oleh guru sehingga dalam penerapan
pembelajaran kooperatif, seorang guru harus mampu menggunakan strategi yang
dimodifikasi dengan berbagai strategi yang lain. Salah satu cara yang digunakan
dalam memodifikasi tersebut adalah dengan adanya LKS dan mind map. Dengan
modifikasi ini proses pembelajaran diharapkan dapat memberikan keberartian
pengalaman belajar kepada siswa dan berimplikasi positif terhadap hasil belajar
siswa.
Berdasarkan uraian diatas dapat digambarkan hubungan antara variabel-
variabel dalam penelitian dengan alur kerangka pemikiran sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Gambar 1. Alur kerangka pemikiran
Dari alur kerangka pemikiran tersebut dapat dibuat paradigma penelitian
sebagai berikut:
Y1 X1Y1
X1 Y2 X1Y2
Y3 X1Y3
X
Y1 X2Y1
X2 Y2 X2Y2
Y3 X2Y3
Gambar 2. Paradigma Penelitian
Keterangan :
X : Pembelajaran
X1 : Diterapkan pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions
(STAD) dengan mind map
Mind Map
Hasil BelajarPembelajaran
LKS
PembelajaranKooperatif STAD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
X2 : Diterapkan pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions
(STAD) dengan LKS
Y1 : Daya serap kognitif
Y2 : Daya serap afektif
Y3 : Daya serap psikomotorik
X1Y1 : Hasil belajar ranah kognitif dengan pembelajaran kooperatif Student Teams
Achievement Divisions (STAD) dengan mind map
X1Y2 : Hasil belajar ranah afektif dengan pembelajaran kooperatif Student Teams
Achievement Divisions (STAD) dengan mind map
X1Y3 : Hasil belajar ranah psikomotor dengan pembelajaran kooperatif Student
Teams Achievement Divisions (STAD) dengan mind map
X2Y1 : Hasil belajar ranah kognitif dengan pembelajaran kooperatif Student Teams
Achievement Divisions (STAD) dengan LKS
X2Y2 : Hasil belajar ranah afektif dengan pembelajaran kooperatif Student Teams
Achievement Divisions (STAD) dengan LKS
X2Y3 : Hasil belajar ranah psikomotor dengan pembelajaran kooperatif Student
Teams Achievement Divisions (STAD) dengan LKS
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir dan paradigma penelitian di atas, maka dapat
disusun hipotesis sebagai berikut :
”Ada pengaruh pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map dan LKS terhadap
hasil belajar siswa pada pembelajaran biologi”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama
Islam Al Hadi Sukoharjo kelas VIII tahun pelajaran 2009/2010
2. Waktu Penelitian
Pada penelitian ini waktu penelitian dilakukan secara bertahap yang secara
garis besar dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan dan perizinan, tahap
penelitian dan tahap penyelesaian
a. Tahap Persiapan dan Perizinan
Tahap persiapan meliputi pengajuan judul skripsi, pembuatan proposal skripsi,
seminar, permohonan izin penelitian, dan konsultasi instrument penelitian pada
pembimbing. Tahap ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember
2009.
b. Tahap Penelitian
Tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang ada di lapangan, yaitu uji coba
instrumen, pelaksanaan mengajar dan pengambilan data. Tahap ini dilaksanakan
pada bulan April 2010 – Mei 2010.
c. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan hasil penelitian.
Tahap ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010 sampai selesai.
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Penelitian
Suharsimi Arikunto (2002:108) menyatakan bahwa “Populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian”. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VIII SMP Islam Al Hadi Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari
5 kelas.
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2. Sampel Penelitian
Suharsimi Arikunto (2002: 109) menyatakan bahwa “Sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti”. Penentuan ukuran sampel ditentukan berdasarkan
pendapat Suharsimi Arikunto (2002: 112) yang menyatakan “Untuk sekedar ancer-
ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya
besar dapat diambil kira-kira antara 10-15 % atau 20-25% atau lebih”.
Sesuai pendapat tersebut maka sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu
sebanyak dua kelas dari lima kelas yang ada.
3. Teknik Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan Purposive sampling yaitu
pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan
didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan
tertentu. Teknik ini dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya keterbatasan
waktu dan tenaga sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.
Menurut H.B Sutopo (2002:56) didalam pelaksanaan pengumpulan data, pilihan
informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan dalam
memperoleh data.
Penentuan ini berdasarkan pada ciri-ciri yang sama dimiliki populasi, yaitu:
a. Siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada tingkat yang sama.
b. Siswa diampu oleh guru yang sama
c. Siswa mendapat materi pelajaran yang sama
Kelas yang diambil melewati tahap sebagai berikut:
a. Mengambil data nilai UAS semester ganjil seluruh siswa kelas VIII SMP Al-Hadi
Sukoharjo.
b. Melakukan uji keseimbangan untuk kelas-kelas yang mempunyai kemampuan
sama dengan uji F berpasangan.
c. Menentukan kelas yang berfungsi sebagai kelompok eksperimen I dan kelas yang
berfungsi sebagai kelompok eksperimen II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
C. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes, angket dan
observasi. Metode tes digunakan untuk mengambil data hasil belajar ranah kognitif
siswa. Metode angket digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah afektif. Metode
observasi digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah psikomotor siswa.
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang menjadi obyek pengamatan dan sebagai faktor
yang berperan dalam peristiwa yang diteliti.
Variabel yang terdapat pada penelitian ini terdiri atas :
a. Variabel Bebas
Sugiyono (2006: 61) menyatakan bahwa “Variabel bebas adalah variabel yang
menjadi sebab atau timbulnya variabel terikat”. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah pembelajaran kooperatif STAD yang dimodifikasi dengan mind map dan
LKS.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006: 61). Variabel terikat dalam
penelitian ini meliputi hasil belajar biologi siswa yang meliputi ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif terdiri dari lima jenjang yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif terdiri dari lima
jenjang yaitu penerimaan, partisipasi,penentuan nilai/sikap, organisasi, dan
pembentukan pola hidup. Sedangkan ranah psikomotorik terdiri dari tujuh jenjang
yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan
kompleks, dan penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk pengambilan data adalah
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
a. Teknik Dokumentasi
Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data
tentang kemampuan awal siswa yang diambil dari nilai Ujian Akhir Semester (UAS)
semester I untuk mata pelajaran biologi kelas VIII.
b. Teknik Tes
Suharsimi Arikunto (2002: 198) menyatakan bahwa “tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.
Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai prestasi belajar
atau hasil belajar ranah kognitif biologi siswa kelas dengan pembelajaran kooperatif
STAD dengan mind map dan kelas dengan pembelajaran kooperatif STAD dengan
LKS. Tes berbentuk tes obyektif yaitu bentuk pilihan ganda.
c. Teknik angket
Suharsimi Arikunto (2002: 128) menyatakan bahwa ”Angket atau kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadi, atau hal-hal yang ia ketahui”.
Dalam penelitian, bentuk angket yang digunakan adalah bentuk cek-list, yaitu
suatu bentuk angket dimana pengisi angket memberi tanda cek (v) pada kolom yang
telah disediakan. Alternatif jawaban tiap item ada lima. Prosedur pemberian tiap item
berdasarkan sikap dan minat siswa terhadap pelajaran biologi. Pemberian skor tiap
item pernyataan menurut skala Linkert dalam Sukardi (2005:145) sebagai berikut:
SL : jawaban selalu dengan skor 5 yang menunjukkan minat dan sikap yang
paling tinggi.
SR : jawaban sering dengan skor 4 yang menunjukkan sikap dan minat tinggi.
KD : jawaban kadang dengan skor 3 yang menunjukkan sikap dan minat sedang.
J : jawaban jarang dengan skor 2 yang menunjukkan sikap dan minat
rendah.
TP : jawaban tidak pernah mendapat skor 1 yang menunjukkan sikap dan minat
paling rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Instrumen negatif penyekorannya kebalikan dari item positif, yaitu sebagai
berikut :
SL : jawaban selalu dengan skor 1 yang menunjukkan minat dan sikap yang paling
tinggi.
SR : jawaban sering dengan skor 2 yang menunjukkan sikap dan minat tinggi.
KD : jawaban kadang dengan skor 3 yang menunjukkan sikap dan minat sedang.
J : jawaban jarang dengan skor 4 yang menunjukkan sikap dan minat rendah.
TP : jawaban tidak pernah dengan skor 5 yang menunjukkan sikap dan minat
paling rendah.
Angket digunakan untuk mengambil data tentang hasil belajar ranah afektif.
d. Teknik observasi
Observasi merupakan suatu langkah yang sangat baik untuk memperoleh data
tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik. Teknik obsevasi
digunakan untuk mengambil data ranah psikomotor.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua instrumen yaitu instrumen tes
dan instrumen non tes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan ranah
kognitif, instrumennya berupa tes obyektif. Instrumen non tes digunakan untuk
mengukur hasil belajar ranah afektif dan psikomotor. Pengukuran ranah afektif
digunakan instrumen bentuk angket atau kuesioner dimana berisi tentang sikap dan
minat siswa terhadap mata pelajaran biologi. Pengukuran aspek psikomotor,
instrumen yang digunakan adalah instrumen berbentuk cek-list yang berisi tentang
unjuk kerja siswa dalam praktikum.
a Teknik penyusunan instrumen
Instrumen dalam penelitian ini terdiri atas 3 instrumen yaitu instrumen
penelitian kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1) Pengukuran ranah Kognitif menggunakan test.
Adapun langkah-langkh penyusunan test sebagai berikut;
a) Spesifikasi materi berdasarkan kurikulum
b) Pembuatan alat ukur sesuai indikator
c) Pembuatan kisi-kisi soal sesuai indikator yang diharapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
d) Soal-soal yang disusun mengangkut soal-soal yang mencangkup 6 jenjang
yaitu C1 ( pengetahuan), C2 ( pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5
(sintesis) dan C6 (evaluasi) menurut Winkel (1996: 250-252)
e) Penyusunan item
f) Pengujian kesahihan item dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas
g) Item diuji lagi dengan uji pembeda dan uji tingkat kesahihan item.
2) Pengukuran ranah afektif menggunakan test dengan metode angket skala Linkert
(Sukardi, 2005:145) dengan mengemukakan adanya 5 alternatif jawaban.
Item pertanyaan positif:
Skor 5 untuk alternatif jawaban selalu
Skor 4 untuk alternatif jawaban sering
Skor 3 untuk alternatif jawaban kadang-kadang
Skor 2 untuk alternatif jawaban jarang
Skor 1 untuk alternatif jawaban tidak pernah
Item pertanyaan negatif:
Skor 1 untuk alternatif jawaban selalu
Skor 2 untuk alternatif jawaban sering
Skor 3 untuk alternatif jawaban kadang-kadang
Skor 4 untuk alternatif jawaban jarang
Skor 5 untuk alternatif jawaban tidak pernah
Ranah afektif meliputi 5 tahap yaitu A1 (penerimaan), A2 (partisipasi), A3
(penentuan nilai/sikap), A4 (organisasi), dan A5 (pembentukan pola hidup)
menurut Winkel (1996: 252-253). Uji kesahihan ranah afektif diukur dengan uji
validitas dan reliabilitas.
3) Pengukuran ranah psikomotorik dengan menggunakan angket dan observasi
secara langsung.
Skor berupa skala penilaian yang tersaji dalam pernyataan ”Ya” dan
”Tidak”. Pengukuran ranah psikomotorik dengan observasi dilakukan pada saat
kegiatan belajar mengajar, sebagai acuan untuk pengukuran dengan metode
angket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Ranah psikomotorik meliputi 7 jenjang yaitu P1 (persepsi), P2 (kesiapan),
P3 (gerakan terbimbing), P4 (gerakan terbiasa), P5 (gerakan kompleks), P6
(penyesuaian pola gerakan), dan P7 (kreativitas) menurut Winkel (1996: 253-
254). Uji kesahihan ranah psikomotorik diukur dengan uji validitas dan
reliabilitas.
Instrumen yang baik adalah instrumen yang telah diujicobakan kepada
kelas lain dan kemudian baru diterapkan pada kelas eksperimen. Untuk
mendapatkan instrumen tes yang baik harus diketahui taraf kesukarannya, daya
pembeda, validitas dan reliabilitasnya. Sedangkan instrumen non tes harus
diketahui validitas dan reliabilitasnya.
4) Penggunaan mind map dan LKS sebagai media
a) Mind Map
Mind map sebagai media yaitu mind map yang disediakan guru sebagai sarana
mempermudah siswa memahami pelajaran seperti terdapat dalam lampiran 6.
b) LKS
LKS dalam hal ini adalah LKS yang dibuat oleh guru dengan pendekatan
konstruktivisme seperti yang terdapat dalam lampiran 5.
a. Instrumen tes obyektif
1) Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Dalam penelitian ini yang diuji validitasnya adalah
validitas isi yaitu apakah instrumen penelitian yang dibuat dapat mewakili atau
mencakup aspek-aspek yang ingin diteliti. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang invalid berarti memiliki
validitas rendah. Uji validitas instrumen menurut Budiyono (2003:65)
menggunakan korelasi momen produk dari Karl Pearson dengan rumus :
r xy =2222 YYNXXN
)Y)(X(XYN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Keterangan :
r xy : koefisien korelasi suatu butir (item)
n : cacah subjek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor butir item tertentu (item ke-I)
Y : skor total
Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5%
Kriteria validitas sustu tes (rxy).
0,91 - 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 - 0,90 : Tinggi (T)
0,41 - 0,70 : Cukup (C)
0,21 - 0,40 : Rendah (R)
Negatif - 0.20 : Sangat Rendah (SR)
Keputusan uji :
r xy r tabel item pertanyaan tersebut valid
r xy < r tabel item pertanyaan tersebut tidak valid
Uji validitas tes try out kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa secara
lengkap disajikan pada tabel 4 dan selengkapnya pada lampiran 18, 20, 22.
Tabel 4. Rangkuman Hasil Try Out Instrumen Untuk Uji Validitas
Keputusan Uji ValiditasInstrumen Penelitian Jumlah Item
Valid Invalid
Kognitif 35 35 5
Afektif 30 27 3
Psikomotorik 15 15 0
Dari tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji validitas
tes kognitif menunjukkan item yang valid sebanyak 35 soal sedang untuk item
yang tidal valid (invalid) sebanyak 5 soal. Hasil uji validitas angket afektif
menunjukkan item yang valid sebanyak 27 soal sedang untuk item yang tidal
valid (invalid) sebanyak 3 soal. Hasil uji validitas angket psikomotorik
menunjukkan semua item sebanyak 15 soal valid semua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2) Reliabilitas
Instrumen dikatakan reliabel berarti dapat memberikan hasil yang relatif
sama pada saat dilakukan pengukuran lagi pada objek yang berbeda pada waktu
yang berlainan. Reliabel tes hasil belajar menurut Budiyono (2003:69) dapat diuji
dengan rumus Kuder-Richardson (KR-20) yaitu :
r 11 =2
t
ii2
t
s
qps
1n
n
dengan :
r11 : indeks reliabilitas instrumen
n : cacah butir instrumen
p i : proporsi cacah subjek yang menjawab benar pada butir ke-I
q i : 1- p i , i : 1, 2, …n
s 2t : variansi total
Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 71) kriteria reliabilitas adalah sebagai
berikut :
0,00 r11 < 0,20 reliabilitas sangat rendah
0,20 r11 < 0,40 reliabilitas rendah
0,40 r11 < 0,60 reliabilitas cukup
0,60 r11 < 0,80 reliabilitas tinggi
0,80 r11 < 1,00 reliabilitas sangat tinggi
Hasil uji reliabilitas tes try out untuk aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik siswa secara lengkap disajikan pada tabel 5 dan selengkapnya pada
lampiran 19, 21, 23.
Tabel 5. Rangkuman Hasil Try Out Instrumen Penelitian Untuk Uji
Reliabilitas.
Instrumen Penelitian Jumlah Item Keputusan Uji Reliabilitas
Kognitif 35 0.880
Afektif 30 0.816
Psikomotorik 15 0.816
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Berdasarkan Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas tes
kognitif diperoleh rli = 0.880 hal ini berarti bahwa koefisien reliabiltas soal tes
kognitif memiliki reliabilitas yang tinggi. Hasil uji reliabilitas angket afektif
diperoleh rli = 0.816 hal ini berarti bahwa koefisien reliabiltas soal tes kognitif
memiliki reliabilitas yang tinggi. Hasil uji reliabilitas angket psikomotorik
diperoleh rli = 0.816 uji reliabilitas angket psikomotorik memiliki reliabilitas yang
tinggi.
3) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa
yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Menurut Masidjo (1995:201), daya
pembeda soal disebut juga indeks diskriminasi yang dapat dicari dengan rumus
sebagai berikut :
ID =malxskormaksiNKAatauNKB
KBKA
Keterangan :
ID : Indeks Diskriminasi
KA : Jumlah jawaban yang benar diperoleh dari siswa yang tergolong
kelompok atas
KB : Jumlah jawaban yang benar diperoleh dari siswa yang tergolong
kelompok bawah
NKA / NKB : Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah
Tabel 6. Kualifikaasi indeks kesukaran sebagai berikut.
Daya Pembeda Kualifikasi
0,80-1,00
0,60-0,79
0,40-0,59
0,20-0,39
(negatif)-0,19
Sangat Membedakan
Lebih Membedakan
Cukup Membedakan
Kurang Membedakan
Sangat Kurang Membedakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
4. Tingkat kesukaran
Pengujian tingkat kesukaran soal dipergunakan rumus soal dari Masidjo
(1995: 189-192) untuk menentukan tingkat kesukaran tes hasil belajar digunakan
rumus berikut :
IK =maksimalskorxnB
dengan :
IK : indeks kesukaran
B : jumlah jawaban yang benar
n : cacah siswa
Skor maksimal : besarnya skor yang dituntut untuk suatu jawaban benar dari
satu item
Tabel 7. Klasifikasi indeks kesukaran
Indeks Kesukaran Klasifikasi
0,81 - 1,00
0,61 - 0,80
0,41 - 0,60
0,21 - 0,40
0,00 - 0,20
Mudah Sekali
Mudah
Sedang/Cukup
Sukar
Sukar Sekali
Hasil uji tingkat kesukaran tes kognitif secara ringkas disajikan dalam tabel 8
dan selengkapnya pada lampiran 18.
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Kognitif
Keputusan Uji Indeks KesukaranInstrumen
Penelitian S M SK
Kognitif 20 12 3
Dari tabel 8 diatas, diperoleh jumlah soal yang dinyatakan mudah sebanyak
12 soal, yang dinyatakan sedang sebanyak 20 soal, yang dinyatakan sukar sebanyak 3
soal.
Setelah menentukan validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks
kesukarannya maka selanjutnya ditentukan butir soal yang akan digunakan dalam
penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b. Instrumen Non Tes (angket dan lembar observasi)
1) Validitas soal angket
Pengujian validitas instrumen angket sama dengan menguji validitas
instrumen tes dengan menggunakan korelasi momen produk dari Pearson:
r xy =2222 YYNXXN
)Y)(X(XYN
dengan :
r xy : koefisien korelasi suatu butir (item)
N : cacah subjek yang yang dikenai tes (instrumen)
X : skor butir ke-i
Y : skor total
2) Reliabilitas soal angket
Reliabilitas angket menurut Suharsimi Arikunto (2002: 171) dapat diuji
menggunakan rumus alpha :
r11 =2t
2b-1
1-k
k
dengan :
r11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal2b : jumlah variansi butir
2t : varians total
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen semu yang
bersifat ex post facto. Tujuan dari metode eksperimen semu menurut Sumadi
Suryabrata (1983: 92) yaitu ”untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan
bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam
keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan
semua variabel yang relevan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Data yang bersifat kuantitatif yang berwujud angka-angka hasil perhitungan,
kemudian dianalisis untuk memperoleh kesimpulan.
E. Teknik Analisis Data
Tujuan analisis data adalah untuk menjawab atau mengkaji kebenaran
hipotesis yang diajukan. Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan uji
analisis variansi satu jalan dilanjutkan dengan analisis komparasi ganda. Analisis
hanya dapat mengetahui ditolak atau diterimanya hipotesis nol dan ada tidaknya
perbedaan. Hal ini berarti jika hipotesis nol ditolak maka belum diketahui rerata mana
yang berbeda. Jika hipotesis nol ditolak maka diperoleh kesimpulan bahwa paling
sedikit terdapat satu rerata yang berbeda dengan rerata lainnya. Sedangkan untuk
mengetahui lebih lanjut rerata berbeda dan yang sama dilakukan pelacakan rerata
yang dikenal sebagai analisis komparasi ganda.
1. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
ini memiliki kemampuan awal yang sama apa tidak. Uji keseimbangan yang
digunakan adalah uji F Berpasangan dari Budiyono (2004:164) dengan prosedur:
a. Hipotesis
:Ho 21 ( kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal sama)
21:1H ( kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal berbeda)
b. Taraf Signifikasi ( )=0,05
c. Statistik Uji yang digunakan:
22
21
S
SF F(n1-1, n2-1)
d. Menuntukan daerah kritik(DK): {F F>F (n1-1, n2-1)
e. Keputusan Uji
Ho diterima jika Fhitung < Ftabel .
f. Kesimpulan
1) Kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal sama jika Ho diterima
2) Kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal berbeda jika Ho ditolak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Data dokumentasi diperoleh dari nilai UAS semester I kelas VIII Nilai UAS
mata pelajaran biologi dari seluruh kelas VIII digunakan untuk uji keseimbangan.
Kelas yang digunakan untuk eksperimen sebanyak 5 kelas maka uji keseimbangan
menggunakan uji F Berpasangan dapat diketahui bahwa Fhitung < Ftabel , Hal ini
berarti bahwa semua sampel memiliki kemampuan awal yang sama.
Hasil perhitungan uji keseimbangan dengan menggunakan uji F berpasangan
secara lengkap disajikan dalam Tabel 9 dan selengkapnya pada lampiran 17.
Tabel 9. Hasil Perhitungan Uji Keseimbangan.
Kombinasi Fobs F0,05(dk terbesar-1), (dk terkecil-1) Keputusan
F1.2 1,01 1,70 Diterima
F1.3 1,41 1,70 Diterima
F1.4 1,48 1,70 Diterima
F1.5 1,08 1,70 Diterima
F2.3 1,42 1,70 Diterima
F2.4 1,49 1,70 Diterima
F2.5 1,08 1,70 Diterima
F3.4 1,05 1,70 Diterima
F3.5 1,31 1,70 Diterima
F4.5 1,37 1,70 Diterima
Berdasarkan tabel 9 diatas, dapat diketahui bahwa Fhitung < Ftabel, hal ini berarti
bahwa semua sampel memiliki kemampuan awal yang sama
2. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan dengan teknik Lilliefors. Uji normalitas
ditempuh dengan prosedur sesuai dengan rumus dari Sudjana (1996: 466) yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
1). Pengamatan X1, X2,…,Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, …Zn dengan
menggunakan rumuss
xxz ii ( x dan s masing – masing merupakan rata – rata
dan simpangan baku sampel)
2). Tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluang F(Zi) = P(Z < Zi)
3). Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2,…,Zn yang lebih kecil atau sama dengan
Zi.. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka :
n
zyangzzbanyaknyazzS ini
,)( 2,1
4). Menghitung selisih F(Zi) – S(zi) kemudian tertentu harga mutlaknya.
5). Mengambil harga F(Zi) – S(zi) yang paling besar sebagai harga L0.
Hipotesis:
H0 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Ha= Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H0 ditolak bila L0 > Ldaftar untuk taraf nyata yang dipilih
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari
populasi yang homogen. Untuk mengetahui homogenitas variansi digunakan ”uji
Bartllet”. Menurut Sudjana (2005: 261-263) rumus uji Bartllet adalah sebagai
berikut:
S2 =1n
S1n
i
2ii
B = 1nSlog i2i
2 = 2ii Slog1nB10ln
= 2,3026 2ii Slog1nB
Hipotesis yang akan diuji adalah :
Ho = 21 = 2
2 = kedua populasi mempunyai varian yang sama
H1 = 21
22 = paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Adapun langkah-langkah pengujian homogenitas dengan menggunakan uji
Bartllet sebagai berikut :
1. Menggunakan hipotesis
Ho = 21 = 2
2 = kedua populasi mempunyai varian yang sama
H1 = 21
22 = paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
2. Menghitung varian masing-masing sampel (S 2i ) dengan rumus
S 2i = 1n
XX 21
3. Menghitung varian gabungan dari semua sampel (S2) dengan rumus :
S 2i = 1n
1n
1
21
4. Menghitung harga satuan B = 1nSlog i2i
5. Menghitung Chi- 2 = ( )10ln 2i1 Slog1nB
6. Menghitung 2 dari tabel distribusi Chi-kuadrat pada taraf signifikansi 5%
7. Kriteria uji : Ho2hitung
2tabel yang berarti sampel homogen
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis digunakan analisis variansi satu jalan dilanjutkan dengan
analaisis komparasi ganda. Analisis hanya dapat mengetahui ditolak atau diterimanya
hipotesis nol dan ada tidaknya perbedaan. Hal ini berarti jika hipotesis nol ditolak
maka belum diketahui rerata mana yang berbeda. Jika hipotesis nol ditolak maka
diperoleh kesimpulan bahwa paling sedikit terdapat satu rerata yang berbeda dengan
rerata lainnya. Untuk mengetahui lebih lanjut rerata berbeda dan yang sama
dilakukan pelacakan rerata yang dikenal sebagai analisis komparasi ganda.
a. Analisis Variansi Satu Jalan
Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi satu jalan
menurut Husaini Usman dan Purnomo Stiady A ( 2003:183) adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
1) Hipotesis:
0 : 0jY , untuk semua j ( tidak ada perbedaan efek antar perlakuan terhadap
variable terikat )
,0:1 jYH untuk paling sedikit satu j ( ada perbedaan efek antar perlakuaan
terhadap variabel terikat)
2) Taraf signifikansi 05,0
3) Statistik uji yang digunakanD
A
RKRK
F
4) Menghitung jumlah kuadrat rata-rata, dengan rumus:
Jn
nR nnnn
xxxxK
....
....
321
2
321
5) Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus:
Rn
nA JK
n
x
n
x
n
xJK
2
2
2
2
1
21 ...)(
6) Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok ARD JKJKxJK 2
7) Menghitung derajat kebebasan rata- rata dengan rumus dk ratarata = 1
8) Menghitung derajat kebebasan antar kelompok dk 1kA
9) Menghitung derajat kebebasan dalam kelompok dk kND
10) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat rata-rata RKR
Rratarata dk
JK
11) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok RKA
RA dk
JK
12. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok RKD
DD dk
JK
13). Mencari F hitung dengan rumus : F hitung =D
A
RK
RK
14). Mencari F tabel dengan rumus : )();();( dkDdkAtabel FF
15). Kriteria pengujian yaitu:Jika F tabelhitung F maka Ho ditolak.
16). Rangkuman Analisis Variansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 10. Rangkuman Analisis Variansi
Jumlah variansi Jumlah
kuadrat
(JK)
Dk Rata-rata
kuadrat
(RK)
F hitung F tabelKepu
-
tusan
Rata-rata antar
kelompok dalam
kelompok
JK R
JK A
JK D
1
dk A
dk D
RK R
RK A
RK D
Jumlah 2x 1n - -
b. Uji Komparasi Ganda
Komparasi ganda adalah tidak lanjut dari analisis variansi apabila hasil
analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Uji lanjutan
setelah analisis variasi, digunakan metode Scheffe, karena metode tersebut akan
menghasilkan beda rerata dengan tingkat signifikasi yang kecil.
Menurut Budiyono (2004: 201-204) langkah–langkah dalam menggunakan
metode Scheffe adalah sebagai berikut:
1). Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata
2). Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut
3). Menentukan tingkat signifikansi =0,05
4). Mencari harga anava statistik uji F dengan rumus sebagai berikut :
a). Komparasi rerata antar baris ke-i dan ke-j
j
jiji
nnRKG
XXF
111
2
..
b). Komparasi rerata antar baris ke-i dan ke-j
j
jiji
nnRKG
XXF
111
2
..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
c). Komparasi rerata anatar sel pada kolom ke-j
kjij
kjijkjij
nnRKG
XXF
11
2
d). Komparasi rerata antar sel pada baris ke-i
kjij
kjijkjij
nnRKG
XXF
11
2
5). Menentukan daerah kritik (DK)
.. jiDK pqNpFpFF ;1;1
.. jiDK pqNpFqFF ;1;1
kjijDK pqNpqFpqFF ;1;1
kjijDK pqNpqFpqFF ;1;1
6.) Menentukan keputusan uji untuk setiap pasang komparasi ganda
7). Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil belajar biologi siswa
pada kompetensi dasar mengidentifikasi macam-macam gerak pada tumbuhan.
Hasil belajar biologi siswa meliputi ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik.
Berikut disajikan masing-masing hasil belajar biologi siswa kelas VIII
SMP Islam Al-Hadi Sukoharjo:
1. Hasil Belajar Biologi Ranah Kognitif
a. Kelompok Eksperimen I
Kelas eksperimen I adalah kelas yang diberikan perlakuan berupa
penggunaan Pembelajaran kooperatif STAD (Student Teams-Achievement
Divisions) dengan modifikasi berupa Mind Map dalam setiap kegiatan
pembelajarannya. Nilai tertinggi 83, nilai terendah 57, mean sebesar 71,7000 dan
standar deviasi sebesar 6,7869. Distribusi frekuensi hasil belajar siswa ranah
kognitif disajikan dalam Tabel 11 dan histogram pada Gambar 3, serta
perhitungan selengkapnya pada Lampiran 24.
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif KelompokEksperimen I
Interval Batas Nyata Frekuensi Frekuensi Relatif
57-61 61,5 3 7,5%
62-66 66,5 4 10%
67-71 71,5 12 30%
72-76 76,5 9 22,5%
77-81 81,5 8 20%
82-86 86,5 4 10%
Jumlah 40 100,00%
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat disajikan dalam histogram sebagai
berikut:
Gambar 3. Histogram Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Kelas Eksperimen I
Berdasarkan histogram di atas, maka dapat diketahui frekuensi hasil belajar
biologi pada ranah kognitif untuk kelas eksperimen I yang paling tinggi terdapat pada
nilai antara 66,5-71,5 sebanyak 12 siswa atau sebesar 30% dan yang terendah pada
nilai antara 56,5-61,5 sebanyak 3 orang atau sebesar 7,5 %.
b. Kelompok Eksperimen II
Kelas eksperimen II adalah kelas yang diberikan perlakuan berupa
penggunaan Pembelajaran kooperatif STAD (Student Teams-Achievement Divisions)
dengan modifikasi berupa pemberian LKS dalam setiap kegiatan pembelajarannya.
Nilai tertinggi 80, nilai terendah 53, mean sebesar 67,6750 dan standar deviasi
sebesar 7,5630. Distribusi frekuensi hasil belajar siswa ranah kognitif disajikan dalam
Tabel 12 dan histogram pada Gambar 4, serta perhitungan selengkapnya pada
Lampiran 24.
56,5 61,5 66,5 71,5 76,5 81,5 86,5Batas Nyata Hasil Belajar Ranah Kognitif Kelas Eksperimen I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif KelompokEksperimen II.
Interval Batas Nyata Frekuensi Frekuensi Relatif
53-57 57,5 4 10%
58-62 62,5 5 12,5%
63-67 67,5 13 32,5%
68-72 72,5 7 17,5%
73-77 77,5 6 15%
78-82 81,5 5 12,5%
Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan Tabel 12 di atas dapat disajikan dalam histogram sebagai
berikut:
Gambar 4. Histogram Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Kelas Eksperimen II
Berdasarkan histogram di atas, maka dapat diketahui frekuensi hasil belajar
biologi pada ranah kognitif untuk kelas eksperimen I yang paling tinggi terdapat pada
nilai antara 62,5-67,5 sebanyak 13 orang atau sebesar 32,5% dan yang terendah pada
nilai antara 52,5-57,5 sebanyak 3 orang atau sebesar 10%.
Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa ranah kognitif
kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II dapat dilihat pada Tabel 13
serta disajikan dalam Diagram Batang Gambar 5.
52,5 57,5 62,5 67,5 72,5 77,5 82,5Batas Nyata Hasil Belajar Ranah Kognitif Kelas Eksperimen II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 13. Data Nilai Rata-rata Ranah Kognitif
Uraian Kelompok eksperimen I Kelompok eksperimen II
Nilai rata-rata
kognitif71,7000 67,6750
Berdasarkan Tabel 13 di atas dapat diketahui selisih nilai rata-rata hasil
belajar ranah kognitif antara kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II
adalah 4,025.
Berdasarkan Tabel 13 di atas dapat disajikan dalam diagram batang sebagai
berikut:
656667686970717273
eksperimen 1 eksperimen 2
71.7
67.7
kelas
Gambar 5. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar RanahKognitif Kelompok Eksperimen I dan Kelompok Eksperimen II.
Berdasarkan diagram batang di atas, maka dapat diketahui nilai rata-rata ranah
kognitif paling tinggi dicapai kelompok eksperimen I kemudian diikuti kelompok
eksperimen II.
2. Hasil Belajar Biologi Ranah Afektif
a. Kelompok Eksperimen I
Nilai tertinggi 122, nilai terendah 87, mean sebesar 105,9250 dan standar
deviasi sebesar 8,9740. Distribusi frekuensi hasil belajar siswa ranah kognitif
disajikan dalam Tabel 14 dan histogram pada Gambar 6, serta perhitungan
selengkapnya pada Lampiran 30.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif KelompokEksperimen I.
Interval Batas Nyata Frekuensi Frekuensi Relatif
87-92 92,5 2 5%
93-98 98,5 7 17,5%
99-104 104,5 7 17,5%
105-110 110,5 11 27,5%
111-116 116,5 8 20%
117-122 122,5 5 12,5%
Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan Tabel 14 di atas dapat disajikan dalam histogram sebagai
berikut:
Gambar 6. Histogram hasil belajar ranah afektif kelompok eksperimen I
Berdasarkan histogram di atas, maka dapat diketahui frekuensi hasil belajar
biologi pada ranah afektif untuk kelompok eksperimen I yang paling tinggi pada
nilai antara 104,5-110,5 sebanyak 11 orang atau sebesar 27,5% dan terendah pada
nilai antara 86,5-92,5 sebanyak 2 orang atau sebesar 5%.
86,5 92,5 98,5 104,5 110,5 116,5 122,5Batas Nyata Hasil Belajar Ranah Afektif Kelas Eksperimen I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
b. Kelompok Eksperimen II
Nilai tertinggi 115, nilai terendah 81, mean sebesar 99,1500 dan standar
deviasi sebesar 8,7312. Distribusi frekuensi hasil belajar siswa ranah afektif disajikan
dalam Tabel 15 dan histogram pada Gambar 7, serta perhitungan selengkapnya pada
Lampiran 30.
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif KelompokEksperimen II.
Interval Batas Nyata Frekuensi Frekuensi Relatif
81-86 86,5 3 7,5%
87-92 92,5 6 15%
93-98 98,5 9 22,5%
99-104 104,5 11 27,5%
105-110 110,5 7 17,5%
111-116 116,5 4 10%
Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat disajikan dalam histogram sebagai
berikut:
Gambar 7. Histogram hasil belajar ranah afektif kelompok eksperimen II
80,5 86,5 92,5 98,5 104,5 110,5 116,5Batas Nyata Hasil Belajar Ranah Afektif Kelas Eksperimen II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Berdasarkan histogram di atas, maka dapat diketahui frekuensi hasil belajar
biologi pada ranah afektif untuk kelompok eksperimen II yang paling tinggi pada
nilai antara 98,5-104,5 sebanyak 11 orang atau sebesar 27,5% dan terendah pada nilai
antara 80,5-86,5 sebanyak 3 orang atau sebesar 7,5 %.
Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa ranah afektif kelompok
eksperimen I dan kelompok eksperimen II dapat dilihat pada Tabel 16 serta disajikan
dalam Diagram Batang Gambar. 8
Tabel 16. Data Nilai Rata-rata Ranah Afektif
Uraian Kelompok eksperimen I Kelompok eksperimen II
Nilai rata-rata afektif 105,9250 99,1500
Berdasarkan Tabel 16 di atas dapat diketahui selisih nilai rata-rata hasil
belajar ranah afektif antara kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II
adalah 6,775.
Berdasarkan Tabel 16 di atas dapat disajikan dalam diagram batang sebagai
berikut:
94
96
98
100
102
104
106
108
eksperimen1 eksperimen2
105.9
99.1
kelas
Gambar 8. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar Ranah AfektifKelompok Eksperimen I dan Kelompok Eksperimen II.
Berdasarkan diagram batang di atas, maka dapat diketahui nilai rata-rata ranah
afektif paling tinggi dicapai kelompok eksperimen I kemudian diikuti kelompok
eksperimen II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
3. Hasil Belajar Biologi Ranah Psikomotorik
a. Kelompok Eksperimen I
Nilai tertinggi 15, nilai terendah 5, mean sebesar 10,4250 dan standar deviasi
sebesar 2,9516. Distribusi frekuensi hasil belajar siswa ranah psikomotorik disajikan
dalam Tabel 17 dan histogram pada Gambar 9, serta perhitungan selengkapnya pada
Lampiran 36.
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotorik KelompokEksperimen I
Interval Batas Nyata Frekuensi Frekuensi Relatif
5-6 6,5 5 12,55
7-8 8,5 6 15%
9-10 10,5 8 20%
11-12 12,5 10 25%
13-14 14,5 7 17,5%
15-16 16,5 4 10%
Jumlah 100,00%
Berdasarkan Tabel 17 di atas dapat disajikan dalam histogram sebagai
berikut:
Gambar 9. Histogram Hasil Belajar Ranah Psikomotorik KelompokEksperimen I.
4,5 6,5 8,5 10,5 12,5 14,5 16,5Batas Nyata Hasil Belajar Ranah Psikomotorik Kelas Eksperimen I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Berdasarkan histogram di atas, maka dapat diketahui frekuensi hasil belajar
biologi pada ranah psikomotorik untuk kelompok eksperimen I yang paling tinggi
pada nilai antara 10,5-12,5 sebanyak 10 orang atau sebesar 25% dan terendah pada
nilai antara 14,5-16,5 sebanyak 4 orang atau sebesar 10%.
b. Kelompok Eksperimen II
Nilai tertinggi 13, nilai terendah 3, mean sebesar 8,4250 dan standar deviasi
sebesar 2,8724. Distribusi frekuensi hasil belajar siswa ranah psikomotorik disajikan
dalam Tabel 18 dan histogram pada Gambar 10, serta perhitungan selengkapnya
pada Lampiran 36.
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Ranah psikomotorik KelompokEksperimen II.
Interval Batas Nyata Frekuensi Frekuensi Relatif
3-4 4,5 4 10%
5-6 6,5 7 17,5%
7-8 8,5 9 22,5%
9-10 10,5 10 25%
11-12 12,5 6 15%
13-14 14,5 4 10%
Jumlah 40 100,00%
Berdasarkan Tabel 18 di atas dapat disajikan dalam histogram sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gambar 10. Histogram hasil belajar ranah psikomotorik kelompok eksperimen II
Berdasarkan histogram di atas, maka dapat diketahui frekuensi hasil belajar
biologi pada ranah psikomotorik untuk kelompok eksperimen II yang paling tinggi
pada nilai antara 8,5-10,5 sebanyak 10 orang atau sebesar 25% dan terendah pada
nilai antara 2,5-4,5 sebanyak 4 orang sebesar 10% dan antara 12,5-14,5 sebanyak 4
orang dan sebesar 10%.
Perbandingan nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa ranah psikomotorik
kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II dapat dilihat pada Tabel 19
serta disajikan dalam Diagram Batang Gambar 11.
Tabel 19. Data Nilai Rata-rata Ranah Psikomotorik
Uraian Kelompok eksperimen I Kelompok eksperimen II
Nilai rata-rata
psikomotorik10,4250 8,4724
Berdasarkan Tabel 19 di atas dapat diketahui selisih nilai rata-rata hasil
belajar ranah psikomotorik antara kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen
II adalah 1,9526.
Berdasarkan Tabel 19 di atas dapat disajikan dalam diagram batang sebagai
berikut:
2,5 4,5 6,5 8,5 10,5 12,5 14,5Batas Nyata Hasil Belajar Ranah Psikomotorik Kelas Eksperimen II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
02468
1012
eksperimen 1 eksperimen 2
10.4
8.3
kelas
Gambar 11. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Hasil Belajar RanahPsikomotorik Kelompok Eksperimen I dan Kelompok EksperimenII.
Berdasarkan diagram batang di atas, maka dapat diketahui nilai rata-rata ranah
Psikomotorik paling tinggi dicapai kelompok eksperimen I kemudian diikuti
kelompok eksperimen II.
B. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat hipotesis dilakukan sebelum melaksanakan Analisis Variansi
Satu Jalan untuk menguji hipotesis penelitian. Uji prasyarat hipotesis meliputi uji
normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas hasil belajar ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 20 dan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 25, 31, dan 37.
Tabel 20. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Ranah Kognitif, Afektif, danPsikomotorik
Kelompok Eksperimen
I
Kelompok Eksperimen
IIHasil Belajar
Lhit Ltab Lhit Ltab
Keputusan
Uji
Kognitif 0,1247 0,1401 0,1074 0,1401 Normal
Afektif 0,0454 0,1401 0,0531 0,1401 Normal
Psikomotorik 0,0770 0,1401 0,0995 0,1401 Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 20 di atas menunjukkan bahwa harga statistik uji Lhitung kurang dari
Ltabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Hasil uji homogenitas hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 21 dan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 27,33, dan 39.
Tabel 21. Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Ranah Kognitif, Afektif danPsikomotorik.
Uji HomogenitasDerajat
KebebasanHarga X2
hitung Harga X2tabel
Kesimpulan
Uji
Kognitif 78 0,456 3,841 Homogen
Afektif 78 0,029 3,841 Homogen
Psikomotorik 78 0,029 3,841 Homogen
Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa harga X2hitung, < X2
tabel atau berada
diluar daerah kritik, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi
yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis
1.Uji Hipotesis
a. Uji Hipotesis untuk Hasil Belajar Ranah Kognitif Kelompok Eksperimen I Dan
Kelompok Eksperimen II
Hasil uji anava satu jalan untuk hasil belajar ranah kognitif kelompok
eksperimen I dan kelompok eksperimen II dapat dilihat dalam Tabel 22 (Lampiran
28).
Tabel 22. Rangkuman Hasil Uji Anava Satu Jalan Hasil Belajar Ranah KognitifKelompok Eksperimen I dan Kelompok Eksperimen II.
Jumlah Jumlah Dk Rata-rata
Variasi Kuadrat Kuadrat Fhitung Ftabel
(JK) (RK)
Rata-rata 388507,8125 1 388507,8125 6,276 3,96
Antar Kelompok 324,0125 1 324,0125
Dalam Kelompok 4027,1750 78 51,6304
Jumlah 392859,0000 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Berdasarkan Tabel 22 di atas didapat hasil bahwa F hitung (6,276) yang
didapat dari hasil pembagian rata-rata antar kelompok dengan rata-rata kuadrat dalam
kelompok, dan F tab (3,96) dengan taraf signifikasi 5%. Karena Fhitung > Ftabel maka Ho
ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh penerapan
pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map dan LKS terhadap hasil belajar
pada ranah kognitif siswa.
b.Uji Hipotesis untuk Hasil Belajar Ranah Afektif Kelompok Eksperimen I dan
Kelompok Eksperimen II.
Hasil uji anava satu jalan untuk hasil belajar ranah afektif kelompok
eksperimen I dan kelompok eksperimen II dapat dilihat dalam Tabel 23 (Lampiran
34).
Tabel 23. Rangkuman Hasil Uji Anava Satu Jalan Hasil Belajar Ranah AfektifKelompok Eksperimen I dan Kelompok Eksperimen II.
Jumlah Jumlah dk Rata-rata
Variasi Kuadrat Kuadrat Fhitung Ftabel
(JK) (RK)
Rata-rata 841115,1125 1 841115,1125 11,712 3,96
Antar Kelompok 918,0125 1 918,0125
Dalam Kelompok 6113,8750 78 78,3830
Jumlah 848147,0000 80
Berdasarkan Tabel 23 di atas didapat hasil bahwa F hitung (11,712) yang
didapat dari hasil pembagian rata-rata antar kelompok dengan rata-rata kuadrat dalam
kelompok, dan F tab (3,96) dengan taraf signifikasi 5%. Karena Fhitung > Ftabel maka Ho
ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh penerapan
pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map dan LKS terhadap hasil belajar
pada ranah afektif siswa.
c.Uji Hipotesis untuk Hasil Belajar Ranah Psikomotorik Kelompok Eksperimen I dan
Kelompok Eksperimen II.
Hasil uji anava satu jalan untuk hasil belajar ranah psikomotorik kelompok
eksperimen I dan kelompok eksperimen II dapat dilihat dalam Tabel 24 (Lampiran
40).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 24. Rangkuman Hasil Uji Anava Satu Jalan Hasil Belajar RanahPsikomotorik Kelompok Eksperimen I dan Kelompok Eksperimen II.
Jumlah Jumlah dk Rata-rata
Variasi Kuadrat Kuadrat Fhitung Ftabel
(JK) (RK)
Rata-rata 7106,450 1 7106,450 9,432 3,96
Antar Kelompok 80,0 1 80,0
Dalam Kelompok 661,550 78 8,4814
Jumlah 7848,0 80
Berdasarkan Tabel 24 di atas didapat hasil bahwa F hitung (9,432) yang
didapat dari hasil pembagian rata-rata antar kelompok dengan rata-rata kuadrat dalam
kelompok, dan F tab (3,96) dengan taraf signifikasi 5%. Karena Fhitung >Ftabel maka Ho
ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh penerapan
pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map dan LKS terhadap hasil belajar
pada ranah psikomotorik siswa.
2. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Scheffe. Hasil
perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 29,35,41.
a. Uji Lanjut Anava Ranah Kognitif
Hasil uji lanjut anava untuk ranah kognitif secara ringkas disajikan dalam
Tabel 25 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 29.
Tabel 25. Hasil perhitungan Uji Lanjut Anava Ranah Kognitif.
Rerata
Komparasi
RerataiX jX
Statistik Uji (Fhitung)
)11
(ji
G
jiij
nnRK
XXF
Harga
Kritik
(F tab)
P
A1 vs A2 71,70 67,6750 6,276 3,96 < 0.05
Dari Tabel 25 di atas, pada komparasi A1 vs A2 menunjukkan bahwa F hitung
lebih besar dari F tab maka Ho ditolak. Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara kelas eksperimen I ( Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
STAD dengan Mind Map) dengan kelas eksperimen II ( Pembelajaran STAD dengan
LKS) terhadap hasil belajar biologi pada ranah kognitif.
b. Uji Lanjut Anava Ranah Afektif
Hasil uji lanjut anava untuk ranah afektif secara ringkas disajikan dalam Tabel
26 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 35.
Tabel 26. Hasil perhitungan Uji Lanjut Anava Ranah AfektifRerata
Komparasi
RerataiX jX
Statistik Uji (F hitung)
)11
(ji
G
jiij
nnRK
XXF
Harga
Kritik
(F tab)
P
A1 vs A2 105,925
0
99,150 11,712 3,96 < 0.05
Dari Tabel 26 di atas, pada komparasi A1 vs A2 menunjukkan bahwa F hitung
lebih besar dari F tab maka Ho ditolak. Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara kelas eksperimen I ( Pembelajaran
STAD dengan Mind Map) dengan kelas eksperimen II ( Pembelajaran STAD dengan
LKS) terhadap hasil belajar biologi pada ranah afektif.
c. Uji Lanjut Anava Ranah Psikomotorik
Hasil uji lanjut anava untuk ranah psikomotorik secara ringkas disajikan
dalam Tabel 27 dan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 41.
Tabel 27. Hasil perhitungan Uji Lanjut Anava Ranah Psikomotorik.Rerata
Komparasi
RerataiX jX
Statistik Uji
)11
(ji
G
jiij
nnRK
XXF
Harga
Kritik
P
A1 vs A2 10,4250 8,4250 9,432 3,96 < 0.05
Dari Tabel 28 di atas, pada komparasi A1 vs A2 menunjukkan bahwa F hitung
lebih besar dari F tab maka Ho ditolak. Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara kelas eksperimen I ( Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
STAD dengan Mind Map) dengan kelas eksperimen II ( Pembelajaran STAD dengan
LKS) terhadap hasil belajar biologi pada ranah psikomotorik.
D. PEMBAHASAN ANALISIS DATA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran
kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan mind map dan
STAD dengan LKS terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi siswa
kelas VIII SMP Al-Hadi Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010 pada kompetensi dasar
mengidentifikasi macam-macam gerak pada tumbuhan.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa dari hasil uji keseimbangan
kemampuan awal dengan uji F berpasangan pada Tabel 9 semua diperoleh Fhitung <
Ftabel. Berdasarkan perhitungan tersebut berarti Ho diterima maka kelima kelas
mempunyai variansi sama atau memiliki kemampuan awal sama. Setelah dilakukan
uji keseimbangan kemudian dapat ditentukan kelas yang akan digunakan untuk
penelitian yaitu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.
Berdasarkan hasil uji normalitas yang menggunakan uji Lilliefors
menunjukkan bahwa Lhitung < Ltabel, hal ini berarti semua sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal sedang hasil uji homogenitas yang menggunakan
Bartlet diketahui bahwa variansi antara kelompok uji sudah sama atau homogen.
Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis sudah terpenuhi maka dapat dilanjutkan ke uji
hipotesis.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa adanya pengaruh penerapan
pembelajaran STAD dengan mind map dan LKS terhadap hasil belajar biologi siswa
kelas VIII, dimana pada ranah kognitif diperoleh F hit (6,276) > F tab (3,96), ranah
afektif F hit (11,712) > F tab (3,96), ranah psikomotorik F hit(9,432) > F tab (3,96),
Dengan demikian terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajar
dengan penerapan pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map dan STAD
dengan LKS.
Setelah uji variansi satu jalan yang menunjukkan hasil bahwa terdapat
perbedaan pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map dan
STAD dengan LKS terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi siswa
kelas VIII SMP Al-Hadi Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010, dilakukan uji lanjut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
anava yaitu uji komparasi ganda dengan metode Scheffe untuk mengetahui perbedaan
yang signifikan dan ada tidaknya pengaruh antara kedua media pembelajaran yang
digunakan.
Berdasarkan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe diperoleh hasil
untuk ranah kognitif Fhit = 6,276 > Ftab = 3,96, ranah afektif Fhit = 11,712 > Ftab = 3,96,
dan ranah psikomotorik Fhit = 9,432 > Ftab = 3,96, semua menunjukkan F hit lebih
besar dari F tab sehingga Ho ditolak yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan
antara penerapan pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map dan STAD
dengan LKS terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi siswa kelas VIII
SMP Al-Hadi Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010. Adanya perbedaan yang signifikan
tersebut maka dapat disimpulkan ada pengaruh sehingga dapat diteruskan untuk
mengetahui mana yang lebih baik atau pengaruh mana yang lebih besar dari kedua
media yang digunakan dalam penerapan pembelajaran STAD tersebut dilihat dari
rata-ratanya. Dari rata-rata pada analisis komparasi ganda atau pada data induk
penelitian terlihat bahwa nilai rerata untuk kedua pembelajaran diperoleh hasil yang
berbeda-beda. Perbandingan rerata untuk kedua pembelajaran tersebut dapat dilihat
pada Tabel 28 berikut:
Tabel 28. Perbandingan Rata-rata Nilai Pencapaian Hasil Belajar Ranah Kognitif,Afektif dan Psikomotorik.
Kognitif Afektif PsikomotorikKlompok Jml Nilai
TerendahNilai
TertinggiNilai
TerendahNilai
TertinggiNilai
TerendahNilai
TertinggiEkspr. I(STADdenganmindmap)
40 57 83 87 122 5 15
Rata-rata 71,70 105,92 10,42Ekspr. II(STADdenganLKS)
40 53 80 81 115 3 13
Rata-rata 67,67 99,15 8,42Berdasarkan Tabel perbandingan rata-rata nilai pencapaian hasil belajar di
atas terlihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa yang dikenai perlakuan
penerapan pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map lebih tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa yang dikenai perlakuan penerapan
pembelajaran kooperatif STAD dengan LKS. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map lebih berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa daripada STAD dengan LKS.
Hasil uji hipotesis pada Tabel 22 diperoleh Fhitung = 6,276 > Ftabel = 3,96
sehingga keputusan uji H0 ditolak. Hipotesis tersebut menjelaskan bahwa terdapat
perbedaan pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map dan
LKS terhadap hasil belajar pada ranah kognitif siswa. Hasil uji Scheffe menunjukkan
terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara kelas eksperimen I ( Pembelajaran
STAD dengan Mind Map) dengan kelas eksperimen II ( Pembelajaran STAD dengan
LKS) terhadap hasil belajar biologi pada ranah kognitif. Rata-rata nilai kognitif siswa
pada penerapan pembelajaran STAD dengan mind map adalah 71,70 sedangkan rata-
rata nilai kognitif siswa pada penerapan pembelajaran STAD dengan LKS adalah
67,67. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada nilai
kognitif siswa, dalam penerapan pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map
dan LKS.
Berdasarkan hipotesis di atas dapat dijelaskan bahwa penerapan pembelajaran
STAD dengan mind map dan LKS mempunyai pengaruh yang berarti terhadap
pencapaian hasil belajar ranah kognitif. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif
didapat dari hasil pengukuran melalui tes hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil
observasi proses pembelajaran menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan mind
map dalam proses pembelajarannya dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
baik. Mind map menjadikan siswa aktif dan kreatif, menjadikan siswa berkonsentrasi
penuh terhadap pelajaran. Siswa dengan mind map terlihat lebih mudah menerima
informasi dan memahami materi karena didalam mind map terdapat proses penguatan
daya ingat berupa warna dan symbol yang menarik. Sedangkan penggunaan LKS
siswa akan lebih luas wawasan dan pengetahuannya sebab dengan mengerjakan soal
atau tugas dalam LKS siswa akan lebih rajin membaca. Meskipun demikian
penggunaan LKS ternyata anak lebih fokus untuk menyelesaikan tugas dari pada
memahami materi. Keadaan tersebut mempunyai pengaruh yang berarti dalam
pencapaian hasil belajar ranah kognitif. Hal ini disebabkan pencapaian hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
ranah kognitif membutuhkan pemahaman materi secara menyeluruh. Hal tersebut
dapat diketahui dari hasil tes kognitif yang menunjukkan nilai yang labih besar dari
pada penggunaan LKS.
Hasil uji hipotesis pada Tabel 23 diperoleh Fhitung = 11,712 > Ftabel = 3,96
sehingga keputusan uji ditolak. Hipotesis tersebut menjelaskan bahwa terdapat
perbedaan pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map dan
LKS terhadap hasil belajar pada ranah afektif siswa. Hasil uji Scheffe menunjukkan
terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara kelas eksperimen I ( Pembelajaran
STAD dengan Mind Map) dengan kelas eksperimen II ( Pembelajaran STAD dengan
LKS) terhadap hasil belajar biologi pada ranah afektif. Rata-rata nilai afektif siswa
pada penerapan pembelajaran STAD dengan mind map adalah 105,92 sedangkan rata-
rata nilai afektif siswa pada penerapan pembelajaran STAD dengan LKS adalah
99,15. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai afektif siswa pada penerapan
pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map lebih tinggi daripada nilai afektif
siswa pada penerapan pembelajaran kooperatif STAD dengan LKS.
Berdasarkan hipotesis di atas dapat dijelaskan bahwa penerapan pembelajaran
STAD dengan mind map dan LKS berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar
ranah afektif. Hasil belajar pada ranah afektif siswa didapat dari hasil pengukuran
melalui angket yang diberikan kepada siswa. Hasil belajar ranah afektif pada
dasarnya mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai
yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan hasil hipotesis dapat
dijelaskan bahwa penerapan pembelajaran STAD dengan mind map dan LKS
mempunyai peran yang berarti terhadap pencapaian hasil belajar ranah afektif. Rataan
nilai afektif siswa yang menerapkan pembelajaran kooperatif STAD dengan LKS
lebih rendah jika dibandingkan dengan rataan nilai afektif pada siswa yang
menerapkan pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map. Siswa yang
menggunakan LKS mempunyai minat yang rendah dalam mengikuti pembelajaran.
Hal tersebut dapat dilihat dari sikap siswa dalam mengikuti kegiatan diskusi yang
cenderung pasif. Siswa mengganggap penggunaan LKS sudah biasa dalam pelajaran
biologi. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam pencapaian hasil belajar
ranah afektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Hasil uji hipotesis pada Tabel 24 diperoleh Fhitung = 9,432 > Ftabel = 3,96
sehingga keputusan uji ditolak. Hipotesis tersebut menjelaskan bahwa terdapat
perbedaan pengaruh penerapan pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map dan
LKS terhadap hasil belajar pada ranah psikomotorik siswa. Hasil uji Scheffe
menunjukkan terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara kelas eksperimen I (
Pembelajaran STAD dengan Mind Map) dengan kelas eksperimen II ( Pembelajaran
STAD dengan LKS) terhadap hasil belajar biologi pada ranah psikomotorik. Rata-rata
nilai psikomotorik siswa pada penerapan pembelajaran STAD dengan mind map
adalah 10,42 sedangkan rata-rata nilai psikomotorik siswa pada penerapan
pembelajaran STAD dengan LKS adalah 8,42. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
nilai psikomotorik siswa pada penerapan pembelajaran kooperatif STAD dengan mind
map lebih tinggi daripada nilai psikomotorik siswa pada penerapan pembelajaran
kooperatif STAD dengan LKS.
Hasil belajar pada ranah psikomotorik siswa didapat dari hasil pengukuran
menggunakan lembar observasi ranah psikomotorik. Hasil belajar ranah psikomotorik
pada dasarnya adalah kemampuan menangkap rangsangan dan menerima suatu
isyarat kemudian mewujudkannya dalam suatu perbuatan nyata. Berdasarkan hasil
hipotesis dapat dijelaskan bahwa penerapan pembelajaran STAD dengan mind map
dan LKS mempunyai peran yang berarti terhadap pencapaian hasil belajar ranah
psikomotorik. Rataan nilai psikomotorik siswa yang menerapkan pembelajaran
kooperatif STAD dengan LKS lebih rendah jika dibandingkan dengan rataan nilai
psikomotorik pada siswa yang menerapkan pembelajaran kooperatif STAD dengan
mind map. Hal tersebut dapat dilihat dari sikap siswa dalam mengikuti kegiatan
diskusi yang cenderung pasif, sehingga dapat mempengaruhi psikomotorik siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran
STAD dengan mind map dan LKS berpengaruh terhadap hasil belajar pada ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan uraian didapat bahwa penerapan pembelajaran kooperatif
STAD memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa dan terlihat bahwa
pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map lebih baik dibandingkan STAD
dengan LKS. Penggunaan kedua media tersebut dalam pembelajaran kooperatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
STAD di SMP Al-Hadi Sukoharjo memberikan suasana baru sehingga siswa begitu
antusias dalam mengikuti pelajaran biologi dengan kedua media ini, terutama media
berupa mind map yang belum pernah digunakan sebelumnya. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah “Ada pengaruh pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map
dan LKS terhadap hasil belajar siswa SMP Al-Hadi Sukoharjo tahun ajaran
2009/2010”, diterima.
Penggunaan pembelajaran kooperatif dalam proses belajar dapat memberikan
dampak yang baik pada hasil belajar siswa karena memiliki lima unsur yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar
anggota, dan evaluasi proses kelompok. Lima unsur tersebut jika diterapkan saat
proses pembelajaran akan menghasilkan peserta didik yang memiliki kepercayaan diri
dalam proses belajar karena dalam pembelajaran kooperatif memberikan penghargaan
untuk setiap siswa dalam bentuk tanggung jawab perseorangan sebagai anggota
kelompok, hal ini artinya baik buruknya kelompok sangat tergantung dari kerja
anggotanya. Begitu pula unsur yang lain memberikan pengaruh yang baik terhadap
hasil belajar mereka.
Menurut Huang, Y.-M., Huang, T.-C., dan Hsieh, M.-Y. (2008:14) bahwa the
experimental results revealed that the devised cooperative learning process certainly
did help learners both broaden their knowledge of the topics under study and deepen
their understanding of the same topics.
Berdasarkan kutipan di atas, pembelajaran kooperatif yang dilengkapi dengan
peralatan-peralatan ataupun divariasi dengan metode atau model pembelajaran dapat
membantu memperluas pengetahuan dan pendalaman pemahaman topik atau materi
pelajaran yang diperoleh.
Salah satu pembelajaran kooperatif adalah Student Teams-Achievement
Divisions (STAD). Pembelajaran kooperatif ini menjadikan siswa memiliki
ketergantungan positif untuk saling membantu dalam penguasaan dan pemahaman
materi pelajaran karena dalam pembelajaran kooperatif STAD kelompok dibentuk
heterogen sehingga dalam setiap kelompok siswa yang berkemampuan lebih akan
membantu dalam proses pemahaman siswa yang berkemampuan rendah. Begitu pula
dengan siswa yang berkemampuan sedang akan segera menyesuaikan dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pemahaman materi, sehingga disini selain ketergantungan positif juga terjadi
komunikasi antar anggota kelompoknya dan interaksi tatap muka. Pembelajaran
kooperatif STAD terdapat pula pembagian materi menjadi beberapa konsep yang
memungkinkan siswa dapat memahami materi dengan mudah.
Berdasarkan Francis A.Adesoji, dan Tunde L. Ibraheem (2009) dalam The
superiority of STAD cooperative learning strategy over the conventional technique
coulb be attribute to the fact that it makes students develop more positive attitudes
toward self, peer, adults and learning in general. Menjelaskan bahwa keunggulan
strategi pembelajaran kooperatif STAD yang melebihi teknik konvensional ini dapat
dihubungkan dengan fakta bahwa strategi ini membuat siswa mengembangkan sikap
yang lebih positif terhadap dirinya sendiri, sesama siswa, orang yang lebih dewasa
dan pembelajaran secara umum.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif STAD bersifat fleksibel artinya bisa
dimodifikasi dengan metode atau media yang lain. Penelitian ini mengembangkannya
dengan media yang berbeda yaitu mind map dan LKS.
Implementasi pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map dibagi
menjadi tiga tahap yaitu: persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tahap persiapan
dalam pembelajaran kooperatif STAD hal yang perlu diperhatikan adalah penentuan
topik bahasan yang terangkum dalam mind map dalam bentuk diskusi, pembagian
siswa kedalam tim/kelompok, dan penentuan skor awal pertama, yaitu skor awal
mewakili skor rata-rata siswa pada kuis-kuis sebelumnya.
Dalam penelitian terdapat beberapa tahap. Pada tahap pertama yaitu
membaca, pelaksanaan STAD dengan mind map diawali dengan membaca dan
memahami topik-topik pembahasan yang tercantum dalam mind map yang harus
didiskusikan oleh setiap kelompok. Pemahaman di awal kegiatan belajar ditanamkan
ke siswa untuk menghindari salah persepsi dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Tahap kedua adalah diskusi kelompok untuk membahas permasalahan dalam lembar
mind map. Tahap ini membutuhkan tanggung jawab perseorangan dan kerjasama
antar anggota serta memerlukan ketergantungan positif untuk saling membantu dalam
penguasaan dan pemahaman materi pelajaran. Siswa yang berkemampuan lebih
diharapkan mampu membantu dalam proses pemahaman siswa yang berkemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
rendah. Begitu pula dengan siswa yang berkemampuan sedang untuk segera
menyesuaikan dalam proses pemahaman materi. Pada saat diskusi kelompok siswa
tampak antusias dan bersemangat meskipun sebagian besar siswa masih banyak
bertanya seputar mind map karena dianggap hal yang baru bagi mereka. Meskipun
demikian siswa dapat memperlihatkan kreativitas dalam menyelesaikan dan
mengembangkan mind map. Hal ini terlihat ketika setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi yang berbeda-beda. Tahap ketiga adalah presentasi
dilakukan oleh setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya didepan kelas
untuk mendapatkan feed back atau umpan balik dari kelompok lain yang memiliki
pendapat yang berbeda. Tahap keempat berupa tes yang harus di kerjakan siswa
secara individual untuk mengukur pemahaman masing-masing siswa mencakup
semua topik. Tahap terakhir berupa rekognisi/penghargaan tim/kelompok. Skor
kelompok ditentukan oleh rata-rata skor anggota kelompok dilihat dari skor tes dan
aktivitas kelompok termasuk kekompakan dalam kerjasama. Penghargaan diberikan
kepada kelompok yang memiliki skor perkembangan tertinggi biasanya berupa
pemberian sertifikat.
Implementasi pembelajaran kooperatif STAD dengan LKS sama dengan
tahap-tahap pada pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map yang
membedakan adalah media yang digunakan yaitu berupa lembar kerja siswa (LKS).
Secara umum dari penggunaan kedua media tersebut mampu membuat semangat dan
menambah motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran.
Pembelajaran dengan media mind map siswa terlihat bersemangat
menuangkan ide kreatifnya dalam mengembangkan mind mapnya karena siswa diberi
kebebasan mengembangkan Mind Map sesuai dengan keinginannya. Kegiatan ini
dapat menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa, karena siswa diberi
kebebasan untuk berpendapat, berpikir, mengemukakan gagasan dan
mengembangkan materi yang dipelajari. Siswa juga terlihat aktif dalam mencatat,
mencari sumber belajar dalam rangka menyelesaikan tugas kelompok dan
memberikan ide melalui diskusi dengan kelompoknya. Penggunaan mind map ini
juga dapat membimbing siswa menjadi mandiri dikarenakan siswa memiliki
kebebasan dalam mengembangkan Mind Map sesuai tingkat kreativitasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Keuntungan lain penggunaan mind map yaitu membiasakan siswa untuk melatih
aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang
dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
Sedangkan pembelajaran dengan media LKS siswa memperoleh pengetahuan
tidak hanya dari mendengarkan pengajaran guru, tetapi juga melakukan banyak
aktivitas lain yaitu mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Melalui
penggunaan LKS sebagai media yang tepat dapat mengatasi siswa yang pasif menjadi
aktif. Sultan (2008) mengemukakan bahwa dalam mata pelajaran biologi, media LKS
banyak digunakan untuk memancing aktivitas belajar siswa, karena dengan LKS
siswa akan merasa diberikan tanggung jawab moril untuk menyelesaikan sesuatu
tugas dan merasa harus mengerjakanya, terlebih lagi apabila guru memberikan
perhatian penuh terhadap hasil pekerjaan siswa dalam LKS tersebut. Namun pada
pembelajaran dengan media LKS siswa terlihat kurang serius bekerjasama dengan
kelompoknya karena LKS sudah dianggap biasa bagi mereka. Kondisi semacam ini
menyita waktu untuk kegiatan selanjutnya sehingga waktu untuk kegiatan lain
menjadi lebih singkat. Pengaruh yang lain menyebabkan kurang maksimalnya hasil
pembelajaran mereka terlihat dari rata-rata pencapaian hasil belajar pada ranah
kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang menunjukkan hasil lebih rendah
daripada pembelajaran dengan media mind map.
Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa dengan penerapan
pembelajaran kooperatif STAD dengan mind map mengakibatkan timbulnya
kreativitas nyata yang dituangkan dalam berpendapat, berpikir, mengemukakan
gagasan, mencari sumber belajar dan mengembangkan materi yang dipelajari. Semua
kegiatan tersebut mengakibatkan hasil dari ketiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif,
dan ranah psikomotorik menjadi meningkat dibandingkan dengan penggunaan LKS.
Sehingga terbukti bahwa penggunaan mind map lebih berpengaruh dari pada
penggunaan LKS karena dengan kreativitas yang nyata siswa akan lebih mudah
memahami materi pelajaran yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasannya, maka dapat dibuat kesimpulan
sebagai berikut:
1 Penerapan pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD)
dengan mind map dan LKS berpengaruh terhadap hasil belajar siswa baik pada
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik pada kompetensi dasar mengidentifikasi
macam-macam gerak pada tumbuhan di SMP Al-Hadi Sukoharjo tahun ajaran
2009/2010.
2 Penerapan pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD)
dengan mind map lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif
Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan LKS.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan simpulan dari penelitian ini, maka dapat dikemukakan implikasi
baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi sekolah
yang bersangkutan tentang pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement
Divisions (STAD), sebagai informasi kepada berbagai pihak tentang pengaruh
pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan
mind map dan LKS terhadap hasil belajar siswa
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan sehingga dapat
digunakan sebagai sumber informasi untuk penelitian selanjutnya.
2. Implikasi Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan hasil belajar
siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement
Divisions (STAD) dengan mind map dan LKS dalam pembelajaran biologi.
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya bersama antara guru, siswa,
dan penyelenggara pembelajaran untuk membantu siswa dalam meningkatkan
kompetensi di bidang sains biologi secara maksimal.
c. Hasil penelitian bahwa pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement
Divisions (STAD) dengan mind map lebih baik daripada pembelajaran kooperatif
Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan LKS sehingga dapat
dijadikan pertimbangkan untuk diterapkan di SMP Al-Hadi Sukoharjo pada
kompetensi dasar mengidentifikasi macam-macam gerak pada tumbuhan.
C. SARAN
1. Kepada Kepala Sekolah
a. Perlu adanya bimbingan kepada guru IPA biologi agar lebih terampil dalam
penerapan pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD)
dengan mind map dan LKS dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Perlu adanya perhatian dan pengawasan dalam pelaksanaan penerapan
pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan
mind map dan LKS sehingga tercapai pembelajaran yang menjadikan siswa aktif
dan dinamis serta dapat meningkatkan hasil belajar.
2. Kepada Guru
a. Hendaknya guru dapat menggunakan dengan baik penerapan pembelajaran
kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan mind map dan
LKS sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada
kompetensi dasar mengidentifikasi macam-macam gerak pada tumbuhan.
3. Kepada Siswa
a. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan lebih dari siswa lain sebaiknya selalu
mengkomunikasikan pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki.
b. Bagi anggota kelompok yang merasa kurang paham terhadap materi harus selalu
aktif bertanya kepada teman dan kelompok belajar yang mempunyai kemampuan
lebih.
c. Hal-hal yang merupakan kesulitan dalam kelompok sebaiknya dikonsultasikan
dengan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
d. Partisipasi aktif siswa sangatlah dituntut agar proses pembelajaran dapat berjalan
secara maksimal, sehingga antara guru dan siswa tercipta kolaboratif yang positif
antara pendidik dan peserta didik.
4. Kepada Peneliti Lain
Hendaknya peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis diharapkan
dapat terlebih dahulu menganalisis kembali perangkat pembelajaran yang telah dibuat
oleh peneliti ini untuk disesuaikan penerapannya, terutama dalam hal alokasi waktu,
fasilitas pendukung termasuk media pembelajaran dan karakteristik siswa yang ada
pada sekolah tempat penelitian tersebut dilakukan.