commiti to usereprints.uns.ac.id/7586/1/215901711201104321.pdfperpustakaan.uns.ac.id...

83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN SUTHOMADANSIH DI KABUPATEN KARANGANYAR Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian Disusun Oleh : Sofa Nur Azizah H0407071 JURUSAN PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of commiti to usereprints.uns.ac.id/7586/1/215901711201104321.pdfperpustakaan.uns.ac.id...

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user i 

     

    SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

    PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN

    SUTHOMADANSIH DI KABUPATEN KARANGANYAR

    Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

    guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret

    Jurusan/Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian

    Disusun Oleh : Sofa Nur Azizah

    H0407071

    JURUSAN PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user ii 

     

    SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP

    PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN

    SUTHOMADANSIH DI KABUPATEN KARANGANYAR

    SKRIPSI

    Disusun Oleh : Sofa Nur Azizah

    H0407071

    Dosen Pembimbing :

    Dr. Ir. Suwarto, M.Si

    Dr. Ir. Kusnandar, M.Si

    JURUSAN PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user iii 

     

    Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih

    di Kabupaten Karanganyar

    yang dipersiapkan dan disusun oleh

    Sofa Nur Azizah

    H 0407071

    telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

    pada tanggal : Juli 2011

    dan dinyatakan telah memenuhi syarat

    Susunan Tim Penguji

    Ketua

    Dr. Ir. Suwarto, M.Si NIP. 19561119 198303 1002

    Anggota I

    Dr. Ir. Kusnandar, M.Si NIP. 19670703 199203 1 004

    Anggota II

    Widiyanto, SP, M.Si NIP. 19810221 200501 1 003

    Surakarta, Juli 2011

    Mengetahui

    Dekan Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret

    Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S NIP. 19560225 198601 1 001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah serta berbagai kemudahan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih Di Kabupaten Karanganyar” dengan lancar. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orangtua penulis, Ayah Basid dan Mama Niach yang senantiasa

    memberikan doa, motivasi serta kasih sayangnya, 2. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian

    Universitas Sebelas Maret Surakarta, 3. Dwiningtyas Padmaningrum, SP., Msi, selaku ketua Jurusan Penyuluhan dan

    Komunikasi Pertanian yang telah memberikan bimbingan dan motivasi, 4. Dr. Ir. Suwarto, MSi, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan

    arahan dan bimbingan serta pengetahuan, 5. Dr. Ir. Kusnandar, Msi, selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan

    masukan, bimbingan serta pengetahuan, 6. Agung Wibowo, SP, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah

    memberikan masukan, evaluasi, saran serta selalu mendukung penulis dalam menunjang kegiatan akademik maupun non akademik penulis,

    7. Bapak Ibu dosen Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian yang telah memberikan Ilmu-ilmu khususnya dalam bidang pertanian, sebagai tempat diskusi masalah akademik, tempat mencari ide untuk menulis PKM, mengikuti PMW serta tempat evaluasi selama penulis menjadi Co Ass dan menempuh akademik,

    8. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi,

    9. Kepala Bappeda dan Kesbanglinmas Kabupaten Karanganyar yang telah mempermudah perizinan pengumpulan data,

    10. Bapak Kastono, selaku Ketua Kelompok Tani Sekar Arum yang telah membantu penelitian penulis,

    11. Keluarga Besar tercinta (Eyang, Tante Maning, Tante Nana, Om No, Om Taufik, dan Pakdhe Sikin) yang telah memberikan do’a serta dukungan kepada penulis,

    12. Saudara tersayang (Tuntun, Wildan, Dhilla, Hannand, Juki) dan pasukan-pasukan kecil penulis(Moelly dan Farras),

    13. Sahabat-sahabat tercinta (Pasol, Ayuk, Vera, Titin, Arum, Tika, Elysa, Dicky, Budy, Sixtus, Irsa, Eza, Sochibun, dan Bondan) atas jalinan persaudaraan dan persahabatan yang menjadi dukungan bagi penulis,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user v

    14. Kakak tingkat tersayang (Mas Aris, Mas Koi, Mas Lilik, Mas Hisbullah, Mas Farid, Mas Pipit, Mas Rama, Mbak Aisyah dan Mbak Santi) atas bimbingan serta segala bantuan kepada penulis,

    15. Adik tingkat tercinta (Lita, Merlyna, Frendita, Riana, Anin dan Habib) yang telah memberi semangat dan curahan perhatian kepada penulis,

    16. Rekan-rekan di Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Angkatan 2007 yang selalu mendukung dan bekerja sama untuk kesuksesan dan memajukan pertanian Indonesia,

    17. Team 9F (Mas Didin, Ayak, MuFi, Heru, Mbak Ipung, Mbak Erna, Ansyor dan Tri) atas segala motivasi, dukungan, bantuan serta doa untuk penulis,

    18. Rekan-rekan di IAAS Indonesia maupun IAAS LC-UNS yang telah memberikan motivasi untuk berjuang dan berprestasi lebih,

    19. Kakak tingkat dan adik tingkat yang telah memberi semangat dalam setiap langkah penulis,

    20. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah membantu berjalannya penelitian ini.

    Penulis selalu berusaha membuat karya ini dengan baik, saran dan masukan selalu dharapan untuk kesempurnaan karya ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan wawasan untuk memajukan dunia pertanian.

    Surakarta, Juli 2011

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user vi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

    KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

    DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

    RINGKASAN ................................................................................................ xi

    SUMMARY ................................................................................................... xii

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ....................................................................... .............. 1

    B. Perumusan Masalah ............................................................................. 4

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7

    D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

    II. LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 8

    1. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan ........................................... 8

    2. Konsep dan Strategi Pengembangan Agropolitan............................ 9

    3. Pengembangan Agropolitan di Karanganyar .................................. 11

    4. Pariwisata dan Pengembangan Agropolitan .................................... 15

    5. Budaya dan Pengembangan Agropolitan ........................................ 16

    6. Sikap dan Perilaku Masyarakat ....................................................... 17

    B. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 27

    C. Hipotesis ............................................................................................. 29

    D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................................. 29

    III. METODE PENELITIAN

    A. Metode Dasar Penelitian ...................................................................... 34

    B. Pemilihan Lokasi Penelitian ................................................................ 34

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user vii

    C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 35

    D. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 36

    E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 37

    F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 38

    IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

    A. Keadaan Alam .................................................................................... 40

    B. Keadaan Penduduk ............................................................................. 42

    C. Keadaan Pertanian .............................................................................. 47

    D. Keadaan Sarana Perekonomian .......................................................... 49

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Kegiatan Pengembangan Kawasan Agropolitan ......................................................................................... 51

    B. Identitas Responden ............................................................................ 52

    C. Faktor yang Berhubungan dengan Sikap ............................................. 54

    D. Sikap Petani Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan ......................................................................................... 61

    E. Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Dengan Sikap Petani Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar ........................................................................................ 64

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ......................................................................................... 70

    B. Saran .................................................................................................... 71

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 72

    LAMPIRAN .................................................................................................... 76

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user viii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1 Kerangka Berfikir Mengenai Faktor Pembentuk Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih Di Kabupaten Karanganyar ................................................................................. 29

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user ix

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1 Nama Desa di Kecamatan Ngargoyoso ............................................ 35

    Tabel 2 Nama Dusun di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso ....................... 36

    Tabel 3 Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian ............... 36

    Tabel 4 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rumah Tangga di Kecamatan Ngargoyoso Tahun 2009 ............................... 43

    Tabel 5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 ............................. 45

    Tabel 6 Jumlah Penduduk 10 tahun ke atas Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 ........................ 46

    Tabel 7 Luas Panen dan Produksi Padi dan Palawija di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 .................................................................... 47

    Tabel 8 Luas Panen dan Produksi Sayur-sayuran di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 .................................................................... 48

    Tabel 9 Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 ................................................. 48

    Tabel 10 Sarana Perekonomian di Kecamatan Ngargoyoso ........................... 49

    Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Pendidikan ........................................................................................ 53

    Tabel 12 Distribusi Pengalaman Pribadi Petani dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ............................................ 55

    Tabel 13 Distribusi Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan .................................. 56

    Tabel 14 Distribusi Pendidikan Non Formal dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ....................................................................... 57

    Tabel 15 Distribusi Media Massa dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ..................................................................................... 59

    Tabel 16 Distribusi Kebudayaan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ...................................................................................... 60

    Tabel 17 Distribusi Sikap Petani Terhadap Tujuan Program .......................... 61

    Tabel 18 Distribusi Sikap Petani Terhadap Pelaksanaan Program ................. 62

    Tabel 19 Distribusi Sikap Petani Terhadap Hasil Program ............................ 63

    Tabel 20 Uji Hipotesis Hubungan Antara Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap dengan Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Program Pengembangan Agropolitan ..................................................................................... 64

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user x

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 Kuisioner Penelitian .................................................................... 76

    Lampiran 2 Identitas Responden..................................................................... 85

    Lampiran 3 Tabulasi Faktor yang Mempengaruhi Sikap dengan Sikap Masyarakat terhadap Program Pengembangan Agropolitan ...... 87

    Lampiran 4 Tabel Frekuensi ........................................................................... 89

    Lampiran 5 Output Perhitungan Korelasi Rank Spearman (rs) ...................... 92

    Lampiran 6 Peta Kabupaten Karanganyar ...................................................... 93

    Lampiran 7 Peta Kecamatan Ngargoyoso ...................................................... 94

    Lampiran 8 Dokumentasi ............................................................................... 95

    Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian .................................................................... 96

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user xi

    RINGKASAN

    SOFA NUR AZIZAH, H0407071. “SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN SUTHOMADANSIH DI KABUPATEN KARANGANYAR”. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Suwarto, M.Si selaku Pembimbing Utama dan Dr. Ir. Kusnandar, M.Si selaku Pembimbing Pendamping. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

    Program pengembangan kawasan agropolitan merupakan pembangunan ekonomi berbasis pertanian di Kawasan agribisnis yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada. Kawasan agropolitan terdiri dari sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya yang mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian diwilayah sekitarnya dan memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya. Melalui pengembangan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan.

    Penelitian ini bertujuan mengkaji sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomandansih, mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomandansih, dan mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dengan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomandansih di Kabupaten Karanganyar.

    Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan format deskriptif dan teknik survei. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Sampel ditentukan dengan teknik proporsional sampling, sebanyak 40 responden dari 3 Dusun di Desa Berjo, antara lain: Dusun Tagung, Dusun Gemah, dan Dusun Pabongan .Jenis dan sumber data meliputi data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi sikap dan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan agropolitan adalah rumus lebar kelas. Sedangkan untuk menguji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dengan sikapnya terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman (rs).

    Hasil penelitian pada tingkat kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, dan pendidikan non formal terhadap pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara media massa dan pengaruh kebudayaan terhadap pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user xii

    SUMMARY

    SOFA NUR AZIZAH, H0407071. “SOCIETY ATTITUDES AROUND

    SUKUH TEMPLE TOWARD THE DEVELOPMENT PROGRAM OF AGROPOLITAN SUTHOMADANSIH AREA IN THE KARANGANYAR DISTRICT”. Under guidance of Dr. Ir. Suwarto, M.Si as the Main Consultant and Dr. Ir. Kusnandar, M.Si as the Assistant Consultant, Agricultural Faculty of Sebelas Maret University.

    The development programs of agropolitan area is agriculture-based economic development in the area of agribusiness which are designed and implemented by a variety of potential synergies that exist. Agropolitan area consists of agricultural production centers that is able to serve, push, pull, make some development activities in the surrounding area and give contribute greatly to the livelihoods and welfare. Through the development of agropolitan, expected strong interaction between the central agropolitan area with agricultural production region in the system of agropolitan area.

    This research aims to assess public attitudes towards the development program of Agropolitan Suthomandansih area, assess the factors that influence society's attitudes towards the development program of Agropolitan Suthomandansih area, and to assess the relationship between the factors that influence society's attitudes in society's attitudes towards the development programs of Agropolitan Suthomandansih area in Karanganyar District.

    The basic method that used in this study is quantitative with descriptive format and survey techniques. Research sites determined by purposively that is Berjo Village Ngargoyoso Sub-district Karanganyar District. The sample was determined by proportional sampling technique, as many as 40 respondents from the three Hamlet in the Village Berjo, among others: Hamlet Tagung, Gemah Hamlet, and Pabongan Hamlet. The type and source of data includes primary data and secondary data. Methods of analysis that used to determine the factors that affect attitudes and attitudes toward the development program of agropolitan area is the formula class width. Meanwhile, to know the relationship between the factors that influence society's attitudes to the attitude towards the development programs of Agropolitan area using correlation analysis Rank Spearman (rs).

    The results at 95% level shows that there is a very significant relationship between personal experience, the influence of others that are considered important, and non-formal education to the development of Agropolitan Suthomadansih area in Karanganyar District. There is no significant relationship between mass media and cultural influences on the development of Agropolitan Suthomadansih area in Karanganyar District.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah Kondisi sosial ekonomi masyarakat di pedesaan pada umumnya masih

    tertinggal jauh dibandingkan mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini

    merupakan konsekuensi dari perubahan ekonomi dan proses indutrialisasi,

    investasi ekonomi oleh swasta maupun pemerintah cenderung terkonsentrasi

    di daerah perkotaan. Selain itu kegiatan ekonomi yang dikembangkan di

    daerah perkotaan masih banyak yang tidak sinergis dengan yang

    dikembangkan di daerah perdesaan. Akibatnya, peran kota yang diharapkan

    dapat mendorong perkembangan perdesaan, justru memberikan dampak yang

    merugikan pertumbuhan perdesaan.

    Oleh karena itu, dalam konstelasi kota-desa dewasa ini, semestinya

    kawasan perdesaan semakin diperhitungkan keberadaannya. Akan lebih sesuai

    untuk menjelaskan desa-kota sebagai sebuah fenomena yang bertautan

    daripada menganggap desa dan kota sebagai suatu dikotomi, selain itu

    masyarakat di dalamnya secara bersama memecahkan masalah kemiskinan,

    perkembangan ekonomi, dan lingkungan yang berkelanjutan.

    Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan pedesaan serta kemiskinan

    di perdesaan telah mendorong upaya-upaya pembangunan di kawasan

    perdesaan. Meskipun demikian, pendekatan pengembangan kawasan

    perdesaan seringkali dipisahkan dari kawasan perkotaan. Hal ini telah

    mengakibatkan terjadinya proses urban bias yaitu pengembangan kawasan

    perdesaan yang pada awalnya ditujukan untuk meningkatkan kawasan

    kesejahteraan masyarakat perdesaan malah berakibat sebaliknya yaitu

    tersedotnya potensi perdesaan ke perkotaan baik dari sisi sumber daya

    manusia, alam, bahkan modal (Douglas, 1986).

    Dampak dari urbanisasi diperlukan perubahan paradigma dalam

    pendekatan pembangunan perdesaan yang mengkaitkan kawasan perkotaan

    dengan kawasan perdesaan. Pengembangan kawasan agropolitan dapat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    dijadikan alternatif solusi dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa

    melupakan kawasan perkotaan. Melalui pengembangan agropolitan

    diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan

    dengan wilayah produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan.

    Agropolitan merupakan kota pertanian yang tumbuh dan berkembang

    karena adanya usaha agribisnis yang dapat melayani kegiatan pembangunan

    pertanian. Sebagian besar pendapatan masyarakat didominasi oleh kegiatan

    sektor pertanian atau agribisnis. Selain itu kawasan agropolitan juga memiliki

    komoditas unggulan dan terdapat hubungan antara kota dengan desa yang

    bersifat interdependensi harmonis (Bappeda Karanganyar, 2005).

    Penentuan kawasan agropolitan berorientasi pada wilayah berskala

    ekonomi sehingga dapat dimungkinkan terjadi lalu lintas desa atau lintas

    kecamatan bahkan lintas kabupaten. Kawasan agropolitan Kabupaten

    Karanganyar meliputi 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Ngargoyoso

    (Sukuh), Jenawi (Cetho), Tawangmangu, Karangpandan dan Matesih atau

    dapat juga disebut kawasan Suthomadansih (Sukuh, Cetho, Tawangmangu,

    Karangpandan, Matesih). Kawasan ini terdapat banyak sentra-sentra produksi

    (KSP) yang akan membentuk kota tani/desa inti dan dari masing-masing kota

    akan bermuara pada kota tani utama.

    Berdasarkan kondisi tersebut, tidak berarti pembangunan perdesaan

    menjadi tidak penting, akan tetapi harus dicari solusi untuk mengurangi urban

    bias. Pengembangan kawasan agropolitan dapat dijadikan alternatif solusi

    dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa melupakan kawasan

    perkotaan. Melalui pengembangan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi

    yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi

    pertanian dalam sistem kawasan agropolitan. Melalui pendekatan ini, produk

    pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahulu di pusat kawasan

    agropolitan sebelum di jual (ekspor) ke pasar yang lebih luas sehingga nilai

    tambah tetap berada di kawasan agropolitan.

    Konsep agropolitan pada dasarnya adalah gerakan untuk kembali

    membangun desa. Desa yang baik idealnya harus bisa menjadi suatu tempat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    yang nyaman, aman dan dapat mensejahterakan masyarakatnya. Konsep

    agropolitan basisnya pada membangun fungsi kota pertanian dalam artian

    luas. Pertanian itu tidak dilihat dari sisi bercocok tanam dan mencangkul saja

    (Rustiadi, 2006). Tujuan pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk

    meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan

    pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan

    mendorong berkembangnya system dan usaha agribisnis yang berdaya saing

    berbasis kerakyatan, berkelanjutan (tidak merusak lingkungan) dan

    terdesentralisasi (wewenang berada di Pemerintah Daerah dan Masyarakat) di

    kawasan agropolitan.

    Program pengembangan Kawasan agropolitan adalah pembangunan

    ekonomi berbasis pertanian di Kawasan agribisnis yang dirancang dan

    dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk

    mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing,

    berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh

    masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah (Bappeda Karanganyar, 2005).

    Keterkaitan fisik harus disertai dengan pengembangan keterkaitan

    sinergis yang lebih luas, yakni dengan disertai kebijakan-kebijakan yang

    menciptakan struktur insentif yang mendorong keterkaitan yang sinergis antar

    kawasan. Pengembangan keterkaitan yang salah (tidak tepat sasaran) dapat

    mendorong aliran backwash yang lebih masif yang pada akhirnya justru

    memperarah kesenjangan dan ketidakseimbangan pembangunan inter-

    regional. Oleh karenanya keterkaitan inter-regional yang sinergis atau saling

    meperkuat, bukan saling memperlemah.

    Kabupaten Karanganyar yang mempunyai slogan “intanpari” yang

    berarti industri, pertanian, dan pariwisata merupakan sektor penunjang

    kegiatan agropolitan. Salah satu sektor pariwisata di kawasan agropolitan yang

    sangat menarik dan digemari pengunjung yaitu Candi Sukuh, yang berada di

    Kecamatan Ngargoyoso. Candi Sukuh merupakah salah satu wahana wisata

    yang kental akan budaya, tempat ini sangat menunjang pengembangan

    kawasan agropolitan. Karena daerah Ngargoyoso merupakan salah satu aspek

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    budaya peninggalan sejarah yang cukup terkenal di Kabupaten Karanganyar.

    Berdasarkan uraian tersebut berarti sektor pariwisata yang dilakukan oleh

    masyarakat di sekitar Candi Sukuh, Kabupaten Karanganyar merupakan

    bagian dari pengembangan kawasan agropolitan.

    Dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kawasan

    agropolitan, maka program agropolitan sangatlah sesuai dengan kondisi

    tersebut. Melalui program pengembangan kawasan agropolitan, diharapkan

    dapat meningkatkan produksi pertanian di Kawasan Agropolitan. Lima tahun

    terakhir ini, program agropolitan telah diterapkan di Kabupaten Karanganyar.

    Walaupun demikian, program tidak serta merta diterapkan oleh masyarakat

    sekitar kawasan. Meskipun masyarakat hidup di kawasan agropolitan, namun

    tidak semua ikut andil dalam program agropolitan. Adanya inovasi di berbagai

    bidang akan mempengaruhi kecenderungan atau sikap masyarakat, baik itu

    untuk menerima inovasi ataupun menolak inovasi yang ada. Kecenderungan

    masyarakat, baik itu menerima maupun menolak program agropolitan tersebut

    tidak terlepas dari beberapa faktor yang berhubungan dengan sikap

    masyarakat terhadap program agropolitan tersebut. Sikap masyarakat inilah

    yang akan menjadi acuan berhasil atau tidaknya program tersebut. Ditandai

    dengan keberhasilan program secara berkelanjutan. Oleh karena itu,

    bagaimanakah sikap masyarakat terhadap program pengembangan agropolitan

    Suthomadansih perlu diteliti lebih lanjut.

    B. Rumusan Masalah Program agropolitan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan

    kesejahteraan masyarakat di kawasan, mendorong berkembangnya system

    usaha agribisnis, meningkatkan keterkaitan desa dan kota, mempercepat

    pertumbuhan kegiatan ekonomi pedesaan, mengurangi arus migrasi dari desa

    ke kota, menciptakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan pendapatan asli

    daerah (PAD). Inti dari program agropolitan merupakan gerakan dan

    partisipasi aktif masyarakat (petani, pengusaha, dan masyarakat umum) yang

    difasilitasi oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan pendapatan dan

    kesejahteraan keluarga dan masyarakatnya. Konsep mengenai agropolitan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    dalam pengembangan sarana dan prasarana lebih diarahkan kepada bagaimana

    mempertahankan program tersebut sesuai dengan kemampuan dan potensi

    masyarakat serta memperhatikan kelestarian lingkungan. Tingginya potensi di

    kawasan pedesaan yang sangat potensial dapat dimanfaatkan sebagai alat

    untuk mendorong keberhasilan pembangunan.

    Dalam pengembangan sektor pariwisata harus mempertimbangkan

    kondisi sumber daya alam dan sumber daya manusia dan aspek kelembagaan.

    Pengembangan sektor pariwisata yang kental akan budaya mempunyai

    keunggulan komperatif dan kompetitif serta dapat menjadi perangsang untuk

    meningkatkan pendapatan masyarakat. Namun kenyataannya dalam

    mengembangkan kawasan agropolitan tidak selalu berjalan dengan lancar.

    Terdapat berbagai permasalahan yang dihadapai seperti sarana dan prasarana,

    serta kurangnya partisipasi masyarakat dalam mendukung pengembangan

    agropolitan. Konsep agropolitan sendiri sangat berhubungan dengan umum

    maupun sosial, karena dalam pengembangan kawasan agropolitan didalamya

    ada kegiatan pariwisata. Salah satu sektor pariwisata yang dikembangkan

    adalah Candi Sukuh.

    Permasalahan yang dihadapi yaitu kawasan agropolitan yang

    seharusnya menjadi pusat pembangunan pertanian, yang memiliki potensi

    dalam pengembangan sistem dan usaha agribisnis, melibatkan berbagai

    stakeholder dalam action plan (rencana tindak) seperti adanya pemberdayaan

    masyarakat pelaku agribisnis agar mampu meningkatkan produksi,

    produktivitas komoditi pertanian serta produk-produk olahan pertanian, lalu

    pemasaran produk pertanian kurang berfungsi secara benar. Terbukti dengan

    adanya kawasan wisata yang merupakan salah satu sarana dalam program

    agropolitan secara fisik belum memenuhi syarat untuk dijadikan tempat

    pariwisata.

    Hal ini dikarenakan oleh sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh yang

    tidak menyadari bahwa pendapatan mereka selama ini sebenarnya didominasi

    oleh kegiatan sektor pertanian atau agribisnis. Namun, tempat pariwisata yang

    sangat menunjang program agropolitan tersebut telah beralih fungsi sebagai

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    tempat penjualan barang-barang non pertanian. Dari hal tersebut maka

    kegiatan pariwisata yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan agribisnis,

    merupakan bagian dari pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten

    Karanganyar. Masyarakat di sekitar Candi Sukuh dilibatkan dalam hal

    pengembangan kawasan agropolitan tersebut.

    Mengacu pada keuntungan yang dapat diperoleh dari program

    agropolitan tersebut, seharusnya selama lima terakhir ini banyak masyarakat

    yang berpartisipasi aktif dalam program agropolitan. Dalam hal ini tentunya

    terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap. Menurut Azwar (1998)

    terdapat faktor-faktor pembentuk sikap yang meliputi : pengalaman pribadi,

    pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media

    massa (informasi), pendidikan formal, pendidikan non formal, serta pengaruh

    faktor emosional. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih mendalam tentang

    hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap dengan sikap

    masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan

    Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.

    Sehingga, dari uraian diatas maka permasalahan dalam penelitian ini

    dapat dirumuskan sebagai berikut:

    1. Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar

    Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan

    Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar ?

    2. Bagaimana sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program

    pengembangan kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten

    Karanganyar?

    3. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

    dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program

    pengembangan kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten

    Karanganyar?

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian

    ini, antara lain:

    1. Mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat

    sekitar Candi Sukuh dalam mengembangkan kawasan agropolitan

    Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.

    2. Mengkaji sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap pengembangan

    kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.

    3. Mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

    dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh dalam program

    pengembangan kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten

    Karanganyar.

    D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah:

    1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

    pengalaman tentang sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap

    pengembangan kawasan agropolitan. Selain itu penelitian ini juga

    merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

    di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    2. Bagi pemerintah atau instansi, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

    digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan

    khususnya dalam kegiatan mengenai model kawasan Agropolitan dalam

    meningkatan taraf hidup masyarakat setempat sebagai upaya

    mendukung terciptanya stabilitas ekonomi dalam pembangunan

    berkelanjutan.

    3. Bagi pihak lain yang memerlukan hasil penelitian ini, diharapkan dapat

    digunakan sebagai bahan pembanding pada permasalahan yang sama.

    4. Bagi masyarakat sekitar Candi Sukuh, sebagai sarana untuk

    meningkatkan pengetahuan dalam mengembangkan kawasan

    Agropolitan melalui pemasaran hasil pertanian.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka 1. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

    Awalnya, tahun 1980, istilah “sustainable agriculture” atau

    diterjemahkan menjadi “pertanian berkelanjutan” digunakan untuk

    menggambarkan suatu sistem pertanian alternatif berdasarkan pada

    konservasi sumberdaya dan kualitas kehidupan di pedesaan (Abadi, 2007).

    Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) merupakan sistem

    pertanian yang berwawasan lingkungan (co-agriculture) yang sering juga

    dikenal sebagai pertanian organis. Prinsip dasarnya adalah pertanian

    dilihat sebagai pengelolaan agro dan ekosistem. Prinsip dasar pertanian

    berkelanjutan adalah pengelolaan agro dan ekosistem dengan prinsip :

    pertanian dilakukan dengan mengambil metafora yang benar dengan tidak

    mendominasi alam dan penetuan yang benar bagi alat, teknik, teknologi

    dan praktek pertanian (Lubis, 2000).

    Kata ‘berkelanjutan’ (sustainable), sebagaimana dalam kamus,

    mengacu pada makna “mengusahakan suatu upaya dapat berlangsung

    terus-menerus, kemampuan menyelesaikan upaya dan menjaga upaya itu

    jangan sampai gagal”. Dalam dunia pertanian, ‘berkelanjutan’ secara

    mendasar berarti upaya memantapkan pertanian tetap menghasilkan

    (produktif) sembari tetap memelihara sumber daya dasarnya. Sistem

    pertanian berkelanjutan ditujukan untuk mengurangi kerusakan

    lingkungan, mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan

    pendapatan petani dan meningkatkan stabilitas dan kualitas kehidupan

    masyarakat di pedesaan (Abadi, 2007).

    Dewangga (1995) berpendapat bahwa pembangunan pertanian

    bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat

    tani yang merupakan sebagian besar penduduk Indonesia dan tinggal di

    pedesaan. Meningkatkan taraf hidup petani dan masyarakat petani dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    masyarakat pedesaan dapat dicapai dengan meningkatkan produktivitas

    usahatani. Untuk dapat mengelola usahataninya secara efisien diperlukan

    adanya perubahan perilaku petani untuk mampu bertani dengan baik dan

    berusahatani lebih menguntungkan.

    Dalam proses pembangunan pertanian yang berhasil itu peranan

    penyuluhan pertanian sangat besar, sehingga tidak salah kiranya bila

    penyuluhan pertanian disebut sebagai ujung tombak pembangunan

    pertanian, setidak-tidaknya bila dilihat dalam jajaran aparat pemerintah

    yang menangani pembangunan pertanian. Oleh karena itu segala usaha

    yang ditujukan untuk mengembangkan penyuluhan pertanian sampai

    bentuknya yang sekarang perlu mendapatkan penghargaan yang setimpal

    (Slamet, 2003).

    Pembangunan akan memberikan harapan dengan hasil yang

    optimal, jika penyuluhan pertanian dilakukan secara baik. Karena

    penyuluhan pertanian merupakan ujung tombak pembangunan pertanian.

    Pelaksanaan penyuluhan yang baik dengan disertai dengan sistem

    pelayanan yang teratur akan menjadi jaminan yang efektif untuk

    tercapainya tujuan pembangunan itu sendiri. Inti kegiatan penyuluhan

    pertanian adalah komunikasi gagasan yang inovatif maupun produk

    teknologi yang inovatif yang dapat memberikan nilai ekonomis yang lebih

    baik kapada petani dan keluarganya ( Levis, 1996).

    2. Konsep dan Statregi Pengembangan Agropolitan

    Secara harafiah, “Agropolitan” berasal dari dua kata yaitu (Agro

    berarti pertanian), dan (Politan/Polis berarti kota), sehingga secara umum

    Program Agropolitan mengandung pengertian pengembangan suatu

    kawasan tertentu yang berbasis pada pertanian, yang dapat dilihat dari

    berbagai pengertian sebagai berikut (Direktorat Jenderal Tata Perkotaan

    dan Tata Perdesaan, 2005) :

    a. Agropolitan (Agro = pertanian; Politan = kota) adalah kota pertanian

    yang tumbuh dan berkembang yang mampu memacu berkembangnya

    sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di

    wilayah sekitarnya,

    b. Kawasan Agropolitan, terdiri dari Kota Pertanian dan Desa-Desa

    sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang

    tidak ditentukan oleh batasan administrasi Pemerintahan, tetapi lebih

    ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Dengan

    kata lain Kawasan Agropolitan adalah Kawasan Agribisnis yang

    memiliki fasilitas perkotaan,

    c. Pengembangan Kawasan Agropolitan, adalah pembangunan ekonomi

    berbasis pertanian dikawasan agribisnis, yang dirancang dan

    dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada

    untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang

    berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi,

    yang digerakan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah.

    Konsep pengembangan agropolitan pertama kali diperkenalkan

    Mc.Douglass dan Friedmann dalam Syahrani (2001) sebagai siasat untuk

    pengembangan perdesaan. Meskipun termaksud banyak hal dalam

    pengembangan agropolitan, seperti redistribusi tanah, namun konsep ini

    pada dasarnya memberikan pelayanan perkotaan di kawasan pedesaan atau

    dengan istilah lain yang digunakan oleh Friedmann adalah “kota di

    ladang”.

    Dengan demikian petani atau masyarakat desa tidak perlu harus

    pergi ke kota untuk mendapatkan pelayanan, baik dalam pelayanan yang

    berhubungan dengan masalah produksi dan pemasaran maupun masalah

    yang berhubungan dengan kebutuhan sosial budaya dan kehidupan setiap

    hari. Pusat pelayanan diberikan pada setingkat desa, sehingga sangat dekat

    dengan pemukiman petani, baik pelayanan mengenai teknik berbudidaya

    pertanian maupun kredit modal kerja dan informasi pasar.

    Soleh (1998), besarnya biaya produksi dan biaya pemasaran dapat

    diperkecil dengan meningkatkan faktor-faktor kemudahan pada kegiatan

    produksi dan pemasaran. Faktor-faktor tersebut menjadi optimal dengan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    adanya kegiatan pusat agropolitan. Jadi peran agropolitan adalah untuk

    melayani kawasan produksi pertanian di sekitarnya dimana berlangsung

    kegiatan agribisnis oleh para petani setempat. Fasilitas pelayanan yang

    diperlukan untuk memberikan kemudahan produksi dan pemasaran antara

    lain berupa input sarana produksi (pupuk, bibit, obat-obatan, peralatan, dan

    lain-lain), sarana penunjang produksi (lembaga perbankan, koperasi,

    listrik, dan lain-lain), serta sarana pemasaran (pasar, terminal angkutan,

    sarana transportasi, dan lain-lain).

    Dalam konsep agropolitan juga diperkenalkan adanya agropolitan

    district, suatu daerah perdesaan dengan radius pelayanan 5 – 10 km dan

    dengan jumlah penduduk 50 –150 ribu jiwa serta kepadatan minimal 200

    jiwa/km2. Jasa-jasa dan pelayanan yang disediakan disesuaikan dengan

    tingkat perkembangan ekonomi dan sosial budaya setempat. Agropolitan

    district perlu mempunyai otonomi lokal yang memberi tatanan

    terbentuknya pusat-pusat pelayanan di kawasan perdesaan telah dikenal

    sejak lama. Pusat-pusat pelayanan tersebut dicirikan dengan adanya pasar-

    pasar untuk pelayanan masyarakat perdesaan. Mengingat volume

    permintaan dan penawaran yang masih terbatas dan jenisnya berbeda,

    maka telah tumbuh pasar mingguan untuk jenis komoditi yang berbeda

    (Anwar, 1999).

    3. Pengembangan Agropolitan di Karanganyar

    Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan

    berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta

    mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan

    pertanian diwilayah sekitarnya. Kota pertanian berada dalam kawasan

    pemasok hasil pertanian (sentra produksi pertanian). Kawasan tersebut

    memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan

    kesejahteraan masyarakatnya. Selanjutnya kawasan pertanian tersebut,

    termasuk kotanya disebut dengan kawasan agropolitan (Bappeda

    Karanganyar, 2005).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    Pelaksanaan program agropolitan di Kabupaten Karanganyar

    diawali dari tahun 2006 sampai pada tahun kelima ini pemerintah

    Kabupaten Karanganyar telah melakukan pembangunan sarana dan

    prasarana pendukung seperti terbangunnya konstruksi jalan dan jaringan

    irigasi. Ketersediaan sarana dan prasarana terbesut berguna sebagai

    fasilitas sosial ekonomi yang dapat diakses oleh petani dan masyarakat di

    pedesaan. Fasilitas tersebut bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan dalam

    pengembangan usaha pertanian, meningkatkan kelancaran pengangkutan

    sarana produksi ke lahan petani, mempermudah proses pemasaran

    produk/komoditas pertanian, dan meningkatkan intensitas ketersediaan air

    dalam rangka mendukung produksi pertanian (Dinas Pertanian Tanaman

    Pangan, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Karanganyar, 2009).

    Pengembangan kawasan agropolitan adalah bertujuan

    meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui

    percepatan pembangunan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan

    kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis

    yang berdaya saing. Sasaran pengembangan kawasan agropolitan adalah

    untuk mengembangkan kawasan pertanian yang berpotensi menjadi

    kawasan agropolitan. Melalui pemberdayaan masyarakat pelaku

    agribisnis agar mampu meningkatkan produksi, produktivitas komoditi

    pertanian serta produk-produk olahan pertanian. Pemberdayaan yang

    dilakukan dengan cara pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang

    efisien, penguatan kelembagaan petani, serta pengembangan kelembagaan

    sistem agribisnis (penyedia agroinput, pengelolaan hasil, pemasaran dan

    penyedia jasa); pengembangan kelembagaan penyuluhan pembangunan

    terpadu; pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi

    (Bappeda Karanganyar, 2005).

    Program agropolitan di Kabupaten Karanganyar merupakan

    program dari pemerintah yang ditujukan untuk daerah-daerah yang

    memiliki potensi atau keunggulan di bidang pertanian. Penetapan kawasan

    ini didasarkan pada potensi Kabupaten Karanganyar terutama di bidang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    tanaman hortikultura. Strategi yang diterapkan di Kabupaten Karanganyar

    diawali dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung seperti

    memperbaiki jalan usahatani, dan saluran irigasi. Kemudian setelah dua

    program tersebut berjalan lancar, Kabupaten Karanganyar membuka

    penyediaan Sub Terminal Agribisnis (STA) di Watusambang

    Tawangmangu. Sub Terminal Agribisnis (STA) ini dapat mendukung

    berjalannya program agropolitan. Keberadaan STA diharapkan dapat

    memperbaiki teknik pemasaran bagi hasil produksi pertanian, tidak hanya

    untuk komoditas yang diunggulkan seperti wortel tetapi untuk komoditas

    yang lainnya. Pengembangan sarana dan prasarana di kawasan agropolitan

    juga didukung dengan pengembangan sumberdaya manusia yaitu dengan

    mengembangkan kelompok tani (Bappeda Karanganyar, 2005).

    Beberapa Kecamatan di Kabupaten Karanganyar antara lain

    Ngargoyoso (Sukuh), Jenawi (Cetho), Tawangmangu, Karangpandan dan

    Matesih memiliki produk unggulan sendiri untuk dijadikan pelopor

    tumbuh kembangnya agropolitan. Kecamatan Ngargoyoso berpacu pada

    peningkatan penerapan teknologi pertanian / perkebunan. Kegiatan yang

    dilakukan antara lain pembuatan pestisida organik, pengadaan Alat

    Pengolah Pupuk organik (APPO), pengadaan biogas, pengadaan hand

    sprayer, alat pengayak kompos, dan berbagai macam alat pendukung

    usahatani lainnya. Kecamatan Jenawi berpusat pada peningkatan mutu

    intensifikasi gandum. Kegiatan ini dilakukan supaya terpeliharanya

    tanaman tumpang sari gandum. Kecamatan Tawangmangu terdapat

    program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan. Sosialisasi

    ini dilakukan supaya masyarakat senantiasa merubah perilakunya tentang

    pelestarian Sumber Daya alam. Kecamatan Karangpandan merupakan kota

    tani utama dan kecamatan lain yang termasuk dalam Kawasan Agropolitan

    akan bermuara ke Kecamatan Karangpandan. Hal ini dikarenakan

    tidak hanya dari bidang pertanian yang dikembangkan tetapi juga bidang

    pariwisata. Kemudian yang terakhir di Kecamatan Matesih lebih

    mengacu kepada peningkatan ketahanan pangan pertanian dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    perkebunan. Pengadaan alat ice cream maker dan pengadaan freezer

    diharapkan dapat meningkatkan pengolahan hasil pertanian. Selain itu

    dikembangkan juga alat mesin pertanian dan alat pengolahan pasca panen

    hasil pertanian, seperti tersedianya hand tractor, vacuum frying, slicer,

    power threser, alat pencuci wortel dan pompa air. Semua alat tersebut

    digunakan untuk peningkatan penggunaan teknologi tepat guna oleh petani

    (Bappeda Karanganyar, 2009).

    Strategi pengembangan kawasan sentra produksi pangan

    berorientasi pada kekuatan pasar atau (market driven), atau melalui

    pengembangan masyarakat yang tidak saja diarahkan pada upaya

    pengembangan usaha budidaya (on-farm) tetapi juga meliputi

    pengembangan agribisnis hulu (penyediaan sarana pertanian) dan

    agribisnis hilir (proses dan pemasaran) dan jasa-jasa pendukungnya.

    Memberi kemudahan melalui penyediaan sarana dan prasarana yang dapat

    mendukung pengembangan agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh

    dan menyeluruh, mulai dari subsistem budidaya, subsistem agribisnis hulu,

    hilir, dan jasa pendukung. Pengembangan suatu kawasan sentra produksi

    pangan nasional dan daerah (agropolitan) harus mengikuti pengelolaan

    kawasan tersebut. Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tata ruang

    kawasan sentra produksi pangan (agropolitan), arahan pengembangannya

    sebagai berikut:

    a. Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis setempat

    b. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agribisnis dan industri

    pertanian secara lokalita.

    c. Pembangunan prasarana dan infrastruktur fisik yang menunjang

    kegiatan di kawasan sentra produksi pangan (agropolitan).

    d. Adanya keterpaduan rencana tata ruang kawasan sentra produksi

    pangan (agropolitan) dengan rencana tata ruang wilayah, khususnya

    aspek kawasan permukiman dan industri (Dirjen Ruang, 2006).

    Pengembangan kawasan agropolitan dilakukan dengan pendekatan

    Action plan (rencana tindak) yang melibatkan berbagai stakeholder terkait.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    Dengan pelibatan ini stakeholder secara intensif diharapkan dapat

    dihasilkan kesepakatan program pembangunan prasarana dan sarana

    kawasan agropolitan yang memberikan nilai lebih pada aspek dukungan

    masyarakat dan dengan kesadaran sense belonging (rasa memiliki) yang

    cukup tinggi. Tahapan action plan yang dilakukan dalam rangka

    pengembangan fasilitas prasarana dan sarana yang diharapkan sebagai

    stimulan pengembangan kawasan agropolitan, meliputi sosialisasi program

    (temu muka), pembentukan stakeholder agribisnis, survai dan analisa,

    inventarisasi permasalahan prasarana dan sarana, usulan dan perumusan

    program serta penyepakatan pentahapan program. Semua tahapan tersebut

    dilakukan dalam forum sosialisasi dan penyepakatan kegiatan

    (Bappeda Karanganyar, 2005).

    4. Pariwisata dan Pengembangan Agropolitan

    Pengembangan agrowisata merupakan upaya terhadap pemanfaatan

    atraksi wisata pertanian. Agrowisata sebagai bagian dari objek wisata

    dengan tujuan untuk memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata

    dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi dan

    hubungan usaha dibidang pertanian (Tirtawinata, 1999).

    Berkembangnya dunia pertanian mendapat tanggapan dari

    masyarakat, pada umumnya tanggapan masyarakat terhadap

    berkembangnya dunia pariwisata berkaitan dengan harapan-harapan yang

    mengacu kepada kebutuhan ekonomis misalnya adanya kesempatan kerja,

    majunya usaha mereka dan sebagainya. Hal ini dapat terlihat terutama

    pada masyarakat yang tinggal disekitar daerah yang terkena proyek

    pengembangan wisata (Tashadi, 1994).

    Potensi objek wisata dapat dibedakan menjadi objek wisata

    alami dan buatan manusia. Objek wisata alami dapat berupa kondisi

    iklim (udara bersih dan sejuk, suhu dan sinar matahari yang nyaman,

    kesunyian), pemandangan alam (panorama pegunungan yang indah,

    air terjun, danau dan sungai yang khas), dan sumber air kesehatan (air

    mineral, air panas). Objek wisata buatan manusia dapat berupa

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    fasilitas atau prasarana, peninggalan sejarah dan budaya, pola

    hidup masyarakat dan taman-taman untuk rekreasi atau olahraga.

    Objek agrowisata pada umumnya masih berupa hamparan suatu

    areal usaha pertanian dari perusahaan-perusahaan besar yang dikelola

    secara modern/ala barat dengan orientasi objek keindahan alam dan

    belum menonjolkan atraksi keunikan/spesifikasi dari aktivitas lokal

    masyarakat (Bappeda Karanganyar, 2005).

    Tashadi (1994) mengemukakan bahwa timbulnya dampak sosial

    budaya sebagai konsekuensi dari pembangunan pariwisata itu dapat dilihat

    sebagai dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif merupakan

    keuntungan berkembangnya pariwisata yang antara lain mendatangkan

    pendapatan devisa negara dan terciptanya kesempatan kerja yang berarti

    mengurangi jumlah pengangguran serta adanya kemungkinan bagi

    masyarakat di daerah wisata untuk meningkatkan pendapatan dan standart

    hidup mereka. Sedangkan dampak negatif yang merupakan kerugian

    tampak menonjol dalam bidang sosial.

    5. Budaya dan Pengembangan Agropolitan

    Budaya atau kebudayaan yaitu system pengetahuan yang meliputi

    sistem ide/gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam

    kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak (Soeranto, 2003).

    Sedangkan menurut Soekanto (1983), budaya diartikan dalam bentuk

    perilaku kehidupan keseharian. Kebudayaan merupakan sistem pola

    perencanaan kehidupan yang eksplisit maupun implisit yang terbentuk

    secara historis, dan yang dianut oleh semua/anggota-anggota tertentu dari

    suatu kelompok.

    Tradisi merupakan kebudayaan yang telah menjadi suatu kebiasaan

    dalam masyarakat (Hardiman, 2003). Tradisi bukanlah sesuatu yang dapat

    diubah, tradisi justru dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia

    dan diangkat dalam keseluruhannya. Manusialah yang membuat sesuatu

    dengan tradisi itu: ia menerima, menolaknya, atau merubahnya. Itulah

    sebabnya mengapa kebudayaan merupakan cerita tentang perubahan-

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    perubahan: riwayat manusia yang selalu member wujud baru kepada pola-

    pola kebudayaan yang sudah ada (Peursen, 1983).

    Dalam hakekat hidup ada kecendrungan yang kuat sangat untuk

    menekankan pada nilai keakhlakan atau spiritualisme semata-mata

    (Soekanto, 1983). Orang Jawa itu tidak dapat melepaskan diri dari lilitan

    tradisinya, masyarakat Jawa menempatkan individu yang sekunder saja,

    sedangkan masyarakat itu sendiri berperan primer, sedemikian rupa

    sehingga aksi-aksi yang dipandang akan mengganggu keselarasan umum

    tak seharusnya dilakukan (Sutrisno, 1985).

    6. Sikap dan Perilaku Masyarakat

    a. Pengertian Sikap dan Perilaku

    Attitude dapat kita terjemahkan dengan sikap terhadap obyek

    tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan.

    Tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak

    sesuai dengan sikapnya terhadap obyek tadi itu. Jadi sikap itu tepat

    diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap suatu hal.

    Sikap senantiasa terarahkan terhadap suatu hal, suatu obyek. Tidak ada

    sikap tanpa ada obyeknya (Gerungan, 1999).

    Sears et all (1997) mendefinisikan bahwa sikap merupakan

    suatu mental dan neural status dari kesiapsiagaan, yang diorganisir

    melalui pengalaman, menggunakan suatu arahan atau pengaruh

    dinamis atas setiap tanggapan kepada semua obyek dan situasi yang

    terkait.

    Hal serupa juga diungkapkan G. W. Allport (1935) dalam

    Taylor (1997), yang juga mendefinisikan bahwa sikap adalah suatu

    mental dan status kesiapsiagaan, yang diorganisir melalui pengalaman,

    menggunakan suatu pengaruh yang dinamik ketika individu menjawab

    semua obyek dan situasi yang terkait.

    Mar’at (1984) menyatakan sikap merupakan produk dari proses

    sosialisasi di mana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang

    diterimanya. Jika sikap mengarah pada obyek tertentu, berarti bahwa

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    penyesuaian diri terhadap obyek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan

    sosial dan kesediaan untuk berekasi dari orang tersebut terhadap

    obyek. Seperti halnya dengan Myers (1992) yang menyebutkan bahwa

    sikap sebagai bentuk evaluasi yakni sikap merupakan pengorganisasian

    terakhir secara relatif dari kepercayaan dimana terdapat kecenderungan

    untuk merespons benda-benda dalam keadaan yang nyata. Sikap tidak

    pernah dilihat secara langsung. Seseorang harus mengambil

    kesimpulan keberadaan sikap dari apa yang dilakukan orang lain.

    Sedangkan Van Den Ban dan Hawkins (1999) mendefinisikan

    sikap sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang

    kurang lebih bersikap permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam

    lingkungannya. Lebih mudahnya, sikap adalah kecondongan evaluatif

    terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni

    bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan obyek sikap.

    Soedjito dalam Mardikanto (1993) mengatakan bahwa sikap

    sebenarnya merupakan fungsi dari kepentingan, artinya sikap

    seseorang sangat ditentukan oleh kepentingan-kepentingan yang

    dirasakan. Semakin ia memiliki kepentingan, atau semakin banyak

    kepentingan yang dirasakan, maka sikapnya semakin baik dan

    sebaliknya semakin merasa tak memiliki kepentingan atau

    kepentingannya tidak dipenuhi maka sikapnya semakin buruk.

    Manifestasi sikap tidak bisa langsung dilihat akan tetapi harus

    ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup.

    Secara operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi adanya

    kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan penggunaan

    praktis, sikap sering kali dihadapkan dengan rangsangan sosial dan

    reaksi yang bersifat emosional (Mar’at, 1984).

    Perilaku (behavior) dalam Psikologi dipandang sebagai reaksi

    yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada

    manusia khususnya dan pada semua makhluk umumnya, memang

    terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif yang disadari oleh kodrat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    mempertahankan kehidupan. Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku

    yang berada dalam kenormalan dan merupakan respon atau reaksi

    terhadap rangsangan lingkungan sosial. Salah satu karakteristik

    perilaku manusia adalah sifat diferensialnya. Artinya, suatu stimulus

    yang sama belum tentu akan menimbulkan bentuk reaksi yang sama

    dari individu. Sebaliknya, suatu reaksi yang sama juga belum tentu

    timbul akibat adanya stimulus yang serupa (Azwar, 1991).

    Skinner dalam Walgito (2003) membedakan perilaku menjadi

    perilaku yang alami (innate behavior) dan perilaku operan (operant

    behavior). Perilaku alami yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme

    dilahirkan, yakni yang berupa refleks-refleks dan insting-insting,

    sedangkan perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses

    belajar. Perilaku yang reflektif merupakan perilaku yang terjadi

    sebagai reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai

    organisme yang bersangkutan. Pada manusia perilaku psikologis atau

    operan inilah yang dominan, sebagian besar perilaku manusia

    merupakan perilaku yang dibentuk, diperoleh, dipelajari melalui

    peroses belajar.

    b. Pembentuk Sikap dan Perilaku

    Komponen sikap ada tiga yaitu, komponen kognisi yang

    hubungannya dengan belief, ide dan konsep. Komponen afektif yang

    menyangkut kehidupan emosional seseorang. Komponen konasi yang

    merupakan kecenderungan bertingkah laku (Mar’at, 1984). Begitu juga

    dengan Ahmadi (1999) yang menyatakan bahwa sikap mempunyai tiga

    aspek. Antara lain aspek kognitif dimana aspek tersebut berhubungan

    dengan gejala mengenal fikiran, aspek afektif yang berwujud proses

    yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu, dan aspek konatif yang

    berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu

    objek. Tiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga

    komponen sikap yang melekat pada diri seseorang. Antara lain

    komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    Demikian halnya Wortman (2004) yang mengemukakan bahwa

    sikap mempunyai tiga komponen, antara lain komponen kognisi yaitu

    apa yang kita percaya atau kita pikirkan, komponen emosional tentang

    bagaimana kita merasakan, dan komponen tingkah laku tentang

    bagaimana kita bertindak.

    Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperanan

    sekali dalam mengambil tindakan (action), belajar sikap berarti

    memperoleh kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu

    obyek, berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai hal yang

    berguna/berharga (sikap positif) atau tidak berharga/berguna (sikap

    negatif). Sikap merupakan sesuatu yang bersifat agak kompleks, yang

    mengandung komponen-komponen atau aspek-aspek, yaitu aspek

    kognitif, aspek afektif, dan aspekkonatif (Winkel, 1991).

    Sikap merupakan faktor yang menentukan perilaku, karena sikap

    itu berhubungan dengan persepsi, kepribadian, belajar, dan motivasi.

    Sikap (attitude) adalah kesiap-siagaan mental, yang diorganisasi

    melalui pengalaman, yang mempunyai pengaruh tertentu kepada

    tanggapan seseorang terhadap orang, obyek, dan situasi yang

    berhubungan dengannya (Gibson et all, 1994).

    Menurut Azwar (1991), sikap sosial tertentu dari adanya interaksi

    sosial yang dialami oleh individu. Dalam interkasi sosial, individu

    bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek

    psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang

    mempengaruhi pembentukan sikap adalalah pengalaman pribadi,

    pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan,

    media massa, lembaga pendidikan atau lembaga agama.

    Walgito (2003) memaparkan bahwa sikap tidak dibawa sejak

    dilahirkan, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang

    bersangkutan. Sikap yang ada dalam diri seseorang akan dipengaruhi

    oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor

    eksternal. Faktor eksternal dapat berujud situasi yang dihadapi oleh

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    individu (pengalaman), norma-norma yang ada dalam masyarakat,

    hambatan-hambatan dan pendorong-pendorong yang ada dalam

    masyarakat. Semua ini akan berpengaruh pada sikap yang ada dalam

    diri seseorang.

    Sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi afektif

    terhadap obyek tersebut berdasarkan hasil penalaran, pemahaman, dan

    penghayatan individu. Sikap dipengaruhi oleh faktor-faktor

    pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya. Manusia

    mengamati suatu obyek psikologik dari kacamatanya sendiri yang

    diwarnai oleh nilai dari kepribadiannya. Sedangkan obyek psikologik

    ini dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman,

    proses belajar dan sosialisasi memberikan bentuk dan struktur

    terhadapapa yang dilihat. Sedangkan pengetahuan dan cakrawala

    memberikan arti terhadap objek psikologi tersebut. Berdasarkan nilai

    dan norma yang dimiliki pribadi seseorang akan terjadi keyakinan

    (belief) terhadap obyek tersebut (Mar’at, 1984).

    Ahmadi (1999) mengemukakan bahwa sikap timbul karena

    adanya stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi

    perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Misalnya

    keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Kemudian

    terdapat tiga hal penting dalam pembentukan sikap dalam masa

    adolesen. Antara lain media massa, kelompok sebaya, dan kelompok

    yang meliputi lembaga sekolah, lembaga keagaaman, organisasi kerja,

    dan sebagainya.

    Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap

    terbentuk karena adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.

    Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap terdiri dari:

    1) Pengalaman pribadi

    Pengalaman kita sendiri menunjukkan bahwa mereka yang

    merasa bisa memahami orang lain dengan baik itu sebenarnya tidak

    mengerti apa-apa, baik orang lain maupun dirinya sendiri.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    Seringkali ada hubungan ironis antara pendapat dan tabiatnya

    sendiri. Seringkali terjadi bahwa apa yang diyakininya benar

    tentang diri orang lain biasanya juga benar tentang dirinya sendiri.

    Cara kita mempersepsi situasi sekarang tidak bisa terlepas dari

    adanya pengalaman sensoris terdahulu. Kalau pengalaman

    terdahulu itu sering muncul, maka reaksi kita lalu menjadi salah

    satu kebiasaan. Karena kebanyakan aktivitas kita sehari-hari

    bergantung pada pengalaman yang terdahulu, kita mereaksi kepada

    isyarat dan lambang daripada kepada keseluruhan stimulus aslinya.

    Jadi dalam kebanyakan situasi, persepsi itu pada umumnya

    merupakan proses informasi yang didasarkan atas pengalaman-

    pengalaman masa lampau (Mahmud, 1990).

    Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi

    penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan

    menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat menjadi

    dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi harus melalui kesan

    yang kuat (Azwar, 1991).

    Pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi

    cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya penyesuaian

    diri yang timbal balik serta penyesuaian kecakapan (skill) dengan

    situasi yang baru (Susanto, 1974). Selain itu pengalaman juga

    dapat membentuk sikap sebagai proses semakin meningkatnya

    pengetahuan yang dimiliki petani.

    2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

    Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara

    komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap kita. Seseorang

    yang kita anggap penting bagi kita, seseorang yang kita harapkan

    persetujuannya bagi setiap gerak tindak dan pendapat kita,

    seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang

    berarti khusus bagi kita, akan banyak mempenagruhi pembentukan

    sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasa dianggap

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    penting bagi kita adalah orang tua, orang yang status sosialnya

    lebih tinggi, teman dekat, guru, istri atau suami. Pada umumnya

    individu bersikap kompromis atau searah dengan seseorang yang

    dianggap penting (Azwar, 1991).

    Sebagaimana kita ketahui bahwa lingkungan masyarakat

    yang tradisional masih tertanam penghormatan yang besar

    terhadap pemimpin masyarakat. Sesungguhnya demi untuk

    suksesnya pembangunan dan tercapainya kemakmuran dalam

    masyarakat sendiri, maka sikap hidup tradisional itu perlu

    diubah dan disesuaikan dengan cara yang tepat. Disinilah

    pentingnya peranan daripada faktor kepemimpinan sebagai

    perluasan komunikasi massa, penyuluhan, dan pendidikan

    masyarakat (Kamaluddin, 1998).

    Kebanyakan keputusan tentang pertanian masih dibuat

    petani secara perorangan. Akan tetapi, ia membuat keputusan-

    keputusan tersebut dalam rangka memenuhi hasrat untuk

    memberikan sesuatu yang lebih baik bagi keluarganya. Oleh karena

    itu, mereka tergantung kepada hasil yang didapat dari usahatani.

    Anggota-anggota keluarganya mungkin memberikan tekanan

    kepada petani dalam mengambil keputusan. Di pihak lain hasrat

    petani untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi

    keluarganya meruapkan dorongan yang efektif dalam banyak hal

    untuk meningkatkan produktivitas usahatani. Keputusan-keputusan

    yang diambil oleh petani juga dapat dipengaruhi oleh sikap dan

    perilaku serta hubungan-hubungan dalam masyarakat setempat di

    mana mereka hidup. Bagi petani, masyarakat di sekitarnya

    mempunyai arti yang penting (Soetriono et all, 2006).

    3) Pengaruh kebudayaan

    Kebudayaan dewasa ini dipengaruhi oleh suatu

    perkembangan yang pesat, dan manusia modern sadar akan hal ini.

    Lebih dari dulu manusia dewasa ini sadar akan kebudayaannya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    Kesadaran ini merupakan suatu kepekaan yang mendorong

    manusia agar dia secara kritis menilai kebudayaan yang sedang

    berlangsung. Menurut Peursen (1988) terdapat tiga tahap dalam

    kebudayaan kita. Antara lain tahap mitis dimana sikap manusia

    yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib

    sekitarnya, tahap ontologis dimana sikap manusia yang tidak hidup

    lagi dalam kepungan kekuasaan mitis, melainkan secara bebas

    ingin meneliti segala hal ikhwal, kemudian tahap fungsionil yaitu

    sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam manusia

    modern.

    Kebudayaan adalah cara berfikir, cara merasa, cara

    meyakini dan menganggap. Kebudayaan adalah pengetahuan yang

    dimiliki warga kelompok yang diakumulasi (dalam memory

    manusia, dalam buku dan obyek-obyek) untuk digunakan di masa

    depan. Suatu kebudayaan diperoleh melalui proses belajar oleh

    individu-individu sebagai hasil interaksi anggota-anggota

    kelompok satu sama lain, sehingga kebudayaan juga bersifat

    dimiliki bersama (Suparlan, 1984).

    Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

    pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Tanpa disadari,

    kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap

    berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

    masyarakatnya karena kebudayaan pulalah yang yang memberikan

    corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota

    kelompok masyarakat asuhannya (Azwar, 1991).

    Kebudayaan (culture) berarti keseluruhan dari hasil

    manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh

    sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan

    kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan,

    dan lain-lain kepandaian (Shadily,1999).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    Dalam Mardikanto (1996) kebudayaan, diartikan sebagai

    pola perilaku yang dipelajari oleh setiap warga masyarakat (baik

    oleh setiap individu maupun oleh kelompok-kelompok sosial yang

    ada) dan diteruskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.

    Kebudayaan tidak hanya mencakup kepercayaan, kebiasaan dan

    moral, tetapi juga sikap, perbuatan, pikiran-pikiran yang dimiliki

    masyarakat yang bersangkutan. Sebagai pola perilaku sudah

    sewajarnya jika kebudayaan akan merupakan suatu kekuatan yang

    mempengaruhi efektifitas inovasi yang direncanakan untuk

    mengubah perilaku petani.

    4) Media massa

    Shannon dalam Saleh (2004) menyatakan bahwa informasi

    adalah sesuatu yang membuat pengetahuan kita berubah, yang

    secara logis mensahkan perubahan, memperkuat atau menemukan

    hubungan yang ada pada pengetahuan yang kita miliki. Seperti

    Yusup (1995) yang mengungkapkan bahwa fungsi informasi bisa

    berkembang sesuai dengan bidang garapan yang disentuhnya.

    Namun, setidaknya yang utama adalah sebagai data dan fakta yang

    dapat membuktikan adanya suatu kebenaran, sebagai penjelas hal-

    hal yang sebelumnya masih meragukan, sebagai prediksi untuk

    peristiwa-peristiwa yang mungkin akan terjadi pada masa yang

    akan datang. Nyatanya, informasi itu banyak fungsinya. Tidak

    terbatas pada salah satu bidang atau aspek saja, melainkan

    menyeluruh, hanya bobot dan manfaatnya yang berbeda karena

    disesuaikan dengan kondisi yang membutuhkannya.

    Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

    seperti televisi, radio, surat kabat, majalah dan lain-lain

    mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan

    orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,

    media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang

    dapat mengarahkan opini seseorang (Azwar, 1991). Media massa

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    merupakan salah satu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia.

    Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya

    interaksi antara manusia dengan hasil kebudayaan manusia yang

    sampai padanya melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar,

    radio, televisi, majalah dan lain sebagainya (Ahmadi, 1999).

    Media massa mempunyai pengaruh dalam membentuk

    suatu wacana publik. Walaupun pengaruh media massa tidaklah

    sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun

    dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media

    massa tidak kecil artinya. Adanya informasi baru mengenai sesuatu

    hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap

    terhadap hal tersebut. Hal ini seringkali berpengaruh terhadap sikap

    pembaca atau pendengarnya, sehingga dengan hanya menerima

    berita-berita yang sudah dimasuki unsur-unsur subyektif itu,

    terbentuklah sikap (Sastraatmadja, 1993).

    5) Lembaga Pendidikan

    Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem

    mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

    keduannya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam

    diri individu (Azwar, 1991).

    Tujuan pendidikan adalah untuk menawarkan pengalaman

    yang akan mengubah sesorang ke arah yang lebih baik. Hal

    tersebut dicontohkan dengan adanya kesopanan siswa, atau

    mungkin digambarkan sebagai bentuk kesuksesan seseorang dalam

    masyarakat tertentu (Krasner dan Ullman, 1973).

    Seperti diketahui, lembaga pendidikan sifatnya bermacam-

    macam diantaranya bersifat formal, informal dan non formal.

    Pendidikan formal, dapat dilihat dari pendidikan yang pernah

    dialami (dalam hal ini petani) melalui sekolah-sekolah, dari jenjang

    tertinggi dari suatu tingkatan pendidikan formal yang tersedia

    (Mardikanto, 1993).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    Pendidikan non formal diartikan sebagai penyelenggaraan

    pendidikan yang terorganisir yang berada diluar system pendidikan

    sekolah, isi pendidikan terprogram, proses pendidikan yang

    berlangsung berada dalam situasi interaksi belajar mengajar yang

    terkontrol (Mardikanto dan Sutarni, 1982). Begitu juga Azwar

    (1995) yang mengemukakan bahwa pendidikan non formal

    merupakan pendidikan yang didapat diluar bangku sekolah.

    Penyuluh pertanian dan pelatihan merupakan pendidikan non

    formal.

    Menurut Suhardiyono (1992), pendidikan non formal

    adalah pengajaran sistematis yang diorganisir dari luar sistem

    pendidikan formal bagi sekelompok orang yang memenuhi

    keperluan khusus. Salah satu contohnya adalah penyuluhan

    pertanian. Demikian halnya dengan Azwar (1995) yang

    menyatakan bahwa penyuluhan pertanian merupakan sistem

    pendidikan non formal yang tidak sekedar memberikan penerangan

    atau menjelaskan tetapi berupaya untuk mengubah perilaku

    sasarannya agar memiliki pengetahuan pertanian dan berusahatani

    yang luas, memiliki sikap progresif untuk melakukan perubahan

    dan inovatif terhadap inovasi sesuatu (informasi) baru, serta

    terampil melaksanakan kegiatan.

    B. Kerangka Pemikiran

    Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh

    individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya

    kontak sosial. Dalam interaksinya, individu bereaksi membentuk pola sikap

    tertentu terhadap obyek psikologis yang dihadapi. Sebagai salah satu obyek

    dari Program pengembangan kawasan agropolitan ini, masyarakat akan

    memberikan respon evaluatif artinya memberikan akan memberikan reaksi

    sebagai sikap yang timbul karena proses evaluasi dalam diri individu yang

    memberi kesimpulan sebagai potensi reaksi sikap terhadap obyek sikap. Sikap

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    merupakan keyakinan individu yang menentukan perbuatan nyata dan

    perbuatan-perbuatan yang mungkin terjadi.

    Pembangunan kawasan pedesaan tidak bisa dipungkiri merupakan hal

    yang mutlak dibutuhkan. Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten

    Karanganyar diprioritaskan membangun kekuatan wilayah pedesaan yang

    memiliki potensi pertanian, tetapi belum termanfaatkan secara optimal.

    Bentuk dari kegiatan ini adalah pembangunan fisik untuk kelancaran kegiatan

    produksi dan transportasi hasil pertanian berupa pembangunan saluran air dan

    jalan usahatani.

    Dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan, sikap masyarakat

    didefinisikan sebagai kecenderungan untuk memberikan respon terhadap

    pengembangan kawasan agropolitan. Sikap masyarakat terhadap

    pengembangan kawasan agropolitan diukur dengan tiga paramater yaitu

    tujuan, pelaksanaan, hasil. Pengetahuan masyarakat terhadap pengembangan

    kawasan agropolitan meliputi tujuan, pelaksanaan dan hasil. Sikap masyarakat

    tersebut merupakan ungkapan dari masing-masing responden mengenai

    kepuasan pada program pengembangan kawasan agropolitan. Hasil akhir dari

    pemikiran responden dalam merespon pengembangan kawasan agropolitan

    adalah petani akan bersikap sangat baik, baik, cukup, buruk, dan sangat buruk.

    Sedangkan untuk variabel yang berhubungan dengan sikap

    masyarakat terhadap program pengembangan kawasan agropolitan meliputi

    pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, media massa dan

    pendidikan non formal, media massa, dan pengaruh kebudayaan, secara

    sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    C. D. E.

    Gambar 1. Kerangka berfikir mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.

    C. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka

    berpikir yang telah diuraikan di atas maka hipotesis sebagai berikut:

    Di duga ada hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang

    berhubungan dengan sikap (pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang

    dianggap penting, pendidikan non formal, media massa, pengaruh

    kebudayaan) dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program

    pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten

    Karanganyar.

    D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variable 1. Definisi Operasional

    Faktor yang berhubungan dengan sikap yaitu faktor personal yang

    ada dalam diri individu yang turut mempengaruhi pola perilaku petani

    sehingga dapat membentuk sikap terhadap pengembangan kawasan

    agropolitan.

    Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap: 1. Pengruh pengalaman

    pribadi 2. pengaruh orang

    lain yang dianggap penting

    3. pengaruh pendidikan non formal

    4. pengaruh media massa

    5. pengaruh kebudayaan

    Sikap masyarakat terhadap program pengembangan agropolitan : 1. Tujuan Program 2. Pelaksanaan Program 3. Hasil Program

    Sangat Baik

    Sangat Buruk

    AGROPOLITAN

    Baik

    Cukup

    Buruk

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    a. Pengaruh pengalaman pribadi adalah pengalaman responden yang

    berkaitan dengan kegiatan pengembangan kawasan agropolitan.

    b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan saran, ajakan,

    bujukan atau bahkan perintah dari orang-orang yang dianggap penting

    (keluarga, kerabat, kelompok profesi, aparat desa dan tokoh informal

    lainnya) yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan kawasan

    agropolitan.

    c. Pengaruh kebudayaan merupakan adat istiadat atau kebiasaan yang

    sering dilakukan masyarakat setempat yang berkaitan dengan kegiatan

    pengembangan kawasan agropolitan.

    d. Pegaruh media massa merupakan media yang dipergunakan untuk

    memberikan informasi terkait dengan pengembangan kawasan

    agropolitan baik yang berupa media cetak maupun elektronik.

    e. Pengaruh lembaga pendidikan merupakan lembaga pendidikan baik

    secara formal maupun non formal yang pernah di peroleh responden.

    Pendidikan non formal berada diluar pendidikan formal (kursus,

    pelatihan maupun penyuluhan) di bidang pertanian, kewirausahaan dan

    pariwisata.

    Sikap adalah kecenderungan petani untuk memberikan respon atau

    evaluasi yang meliputi perasaan, pikiran dan kecenderungan untuk

    bertindak dengan adanya pengembangan kawasan agropolitan khususnya

    untuk masyarakat sekitar Candi Sukuh yang dilihat komponen kognitif,

    afektif dan konasi. Sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh selanjutnya

    diukur dengan memberikan rangsangan beberapa pertanyaan positif dan

    negatif yang disusun dan dikembangakan dari 4 indikator yaitu tujuan

    program, pelaksanaan program dan hasil program.

    a. Sikap terhadap tujuan program, merupakan sikap masyarakat

    responden terhadap tujuan program pengembangan kawasan

    agropolitan yang meliputi peningkatan pengetahuan dan peningkatan

    keterampilan masyarakat.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    b. Sikap terhadap pelaksanaan program, merupakan sikap masyarakat

    terhadap pelaksanaan baik yang menyangkut keikutsertaan petugas

    maupun masyarakat dalam kegiatan pengembangan kawasan

    agropolitan di sekitar Candi Sukuh.

    c. Sikap terhadap hasil program, merupakan sikap masyarakat terhadap

    hasil dari kegiatan atau program pengembangan kawasan agropolitan

    terutama di kawasan pariwisata.

    2. Pengukuran Variabel

    Berdasarkan definisi operasional, Pengukuran variabel dapat dilihat

    sebagai berikut:

    a. Variabel Faktor yang berhubungan dengan sikap Variabel Indikator Kriteria Skor

    1) Pengaruh pengalaman pribadi

    Lama responden menjadi bagian dari pengembangan kawasan agropolitan

    - > 4 th - 3 - 4 th - < 1 - 2 th

    3 2 1

    Bentuk kunjungan ke daerah pengembangan agropolitan yang lain berupa a. fieldtrip c. magang b. diskusi, d. Kerjasama

    - > 3 macam - 1 - 2 macam - Tidak pernah

    3 2 1

    Frekuensi mengunjungi daerah pengembangan agropolitan lain

    - > 3 kali - 1 - 2 kali - Tidak pernah

    3 2 1

    2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

    Tokoh panutan yang memberikan masukan atau pengaruh terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan, berkompeten dalam bidang a. pertanian c. perdagangan b. sosial budaya d. Agama

    - > 3 tokoh panutan

    - 1 - 2 tokoh panutan

    - Tidak ada

    3

    2

    1

    Frekuensi tokoh panutan memberikan masukan mengenai pengembangan agropolitan

    - > 3x sebulan - 1 - 2x sebulan - Tidak pernah

    3 2 1

    3) Pengaruh Kebudayaan

    Nilai-nilai adat yang masih diyakini oleh masyarakat

    - > 3 nilai adat yang dipatuhi

    - 1 - 2 nilai adat yang dipatuhi

    - Tidak ada yang dipatuhi

    3

    2

    1

    Kepatuhan terhadap nilai-nilai adat yang diyakini

    - Patuh - Kadang-kadang - Tidak patuh

    3 2 1

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    4) Pegaruh Media massa

    Media yang dipergunakan untuk menerima informasi mengenai agropolitan a. koran b. majalah c. TV d. radio

    - > 3 media massa - 1 - 2 dari media

    massa - Tidak ada

    3 2

    1

    Frekuensi mengakses informasi dari media massa