commiti to usereprints.uns.ac.id/7586/1/215901711201104321.pdfperpustakaan.uns.ac.id...
Transcript of commiti to usereprints.uns.ac.id/7586/1/215901711201104321.pdfperpustakaan.uns.ac.id...
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP
PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN
SUTHOMADANSIH DI KABUPATEN KARANGANYAR
Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian
Disusun Oleh : Sofa Nur Azizah
H0407071
JURUSAN PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP
PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN
SUTHOMADANSIH DI KABUPATEN KARANGANYAR
SKRIPSI
Disusun Oleh : Sofa Nur Azizah
H0407071
Dosen Pembimbing :
Dr. Ir. Suwarto, M.Si
Dr. Ir. Kusnandar, M.Si
JURUSAN PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih
di Kabupaten Karanganyar
yang dipersiapkan dan disusun oleh
Sofa Nur Azizah
H 0407071
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal : Juli 2011
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Dr. Ir. Suwarto, M.Si NIP. 19561119 198303 1002
Anggota I
Dr. Ir. Kusnandar, M.Si NIP. 19670703 199203 1 004
Anggota II
Widiyanto, SP, M.Si NIP. 19810221 200501 1 003
Surakarta, Juli 2011
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S NIP. 19560225 198601 1 001
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah serta berbagai kemudahan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih Di Kabupaten Karanganyar” dengan lancar. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orangtua penulis, Ayah Basid dan Mama Niach yang senantiasa
memberikan doa, motivasi serta kasih sayangnya, 2. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 3. Dwiningtyas Padmaningrum, SP., Msi, selaku ketua Jurusan Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian yang telah memberikan bimbingan dan motivasi, 4. Dr. Ir. Suwarto, MSi, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan
arahan dan bimbingan serta pengetahuan, 5. Dr. Ir. Kusnandar, Msi, selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan
masukan, bimbingan serta pengetahuan, 6. Agung Wibowo, SP, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan masukan, evaluasi, saran serta selalu mendukung penulis dalam menunjang kegiatan akademik maupun non akademik penulis,
7. Bapak Ibu dosen Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian yang telah memberikan Ilmu-ilmu khususnya dalam bidang pertanian, sebagai tempat diskusi masalah akademik, tempat mencari ide untuk menulis PKM, mengikuti PMW serta tempat evaluasi selama penulis menjadi Co Ass dan menempuh akademik,
8. Bapak Ketut dan seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi,
9. Kepala Bappeda dan Kesbanglinmas Kabupaten Karanganyar yang telah mempermudah perizinan pengumpulan data,
10. Bapak Kastono, selaku Ketua Kelompok Tani Sekar Arum yang telah membantu penelitian penulis,
11. Keluarga Besar tercinta (Eyang, Tante Maning, Tante Nana, Om No, Om Taufik, dan Pakdhe Sikin) yang telah memberikan do’a serta dukungan kepada penulis,
12. Saudara tersayang (Tuntun, Wildan, Dhilla, Hannand, Juki) dan pasukan-pasukan kecil penulis(Moelly dan Farras),
13. Sahabat-sahabat tercinta (Pasol, Ayuk, Vera, Titin, Arum, Tika, Elysa, Dicky, Budy, Sixtus, Irsa, Eza, Sochibun, dan Bondan) atas jalinan persaudaraan dan persahabatan yang menjadi dukungan bagi penulis,
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
14. Kakak tingkat tersayang (Mas Aris, Mas Koi, Mas Lilik, Mas Hisbullah, Mas Farid, Mas Pipit, Mas Rama, Mbak Aisyah dan Mbak Santi) atas bimbingan serta segala bantuan kepada penulis,
15. Adik tingkat tercinta (Lita, Merlyna, Frendita, Riana, Anin dan Habib) yang telah memberi semangat dan curahan perhatian kepada penulis,
16. Rekan-rekan di Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Angkatan 2007 yang selalu mendukung dan bekerja sama untuk kesuksesan dan memajukan pertanian Indonesia,
17. Team 9F (Mas Didin, Ayak, MuFi, Heru, Mbak Ipung, Mbak Erna, Ansyor dan Tri) atas segala motivasi, dukungan, bantuan serta doa untuk penulis,
18. Rekan-rekan di IAAS Indonesia maupun IAAS LC-UNS yang telah memberikan motivasi untuk berjuang dan berprestasi lebih,
19. Kakak tingkat dan adik tingkat yang telah memberi semangat dalam setiap langkah penulis,
20. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah membantu berjalannya penelitian ini.
Penulis selalu berusaha membuat karya ini dengan baik, saran dan masukan selalu dharapan untuk kesempurnaan karya ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan wawasan untuk memajukan dunia pertanian.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
RINGKASAN ................................................................................................ xi
SUMMARY ................................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... .............. 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 8
1. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan ........................................... 8
2. Konsep dan Strategi Pengembangan Agropolitan............................ 9
3. Pengembangan Agropolitan di Karanganyar .................................. 11
4. Pariwisata dan Pengembangan Agropolitan .................................... 15
5. Budaya dan Pengembangan Agropolitan ........................................ 16
6. Sikap dan Perilaku Masyarakat ....................................................... 17
B. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 27
C. Hipotesis ............................................................................................. 29
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................................. 29
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian ...................................................................... 34
B. Pemilihan Lokasi Penelitian ................................................................ 34
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 35
D. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 36
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 37
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 38
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam .................................................................................... 40
B. Keadaan Penduduk ............................................................................. 42
C. Keadaan Pertanian .............................................................................. 47
D. Keadaan Sarana Perekonomian .......................................................... 49
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kegiatan Pengembangan Kawasan Agropolitan ......................................................................................... 51
B. Identitas Responden ............................................................................ 52
C. Faktor yang Berhubungan dengan Sikap ............................................. 54
D. Sikap Petani Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan ......................................................................................... 61
E. Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Dengan Sikap Petani Terhadap Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar ........................................................................................ 64
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 70
B. Saran .................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 72
LAMPIRAN .................................................................................................... 76
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kerangka Berfikir Mengenai Faktor Pembentuk Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih Di Kabupaten Karanganyar ................................................................................. 29
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Nama Desa di Kecamatan Ngargoyoso ............................................ 35
Tabel 2 Nama Dusun di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso ....................... 36
Tabel 3 Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian ............... 36
Tabel 4 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rumah Tangga di Kecamatan Ngargoyoso Tahun 2009 ............................... 43
Tabel 5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 ............................. 45
Tabel 6 Jumlah Penduduk 10 tahun ke atas Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 ........................ 46
Tabel 7 Luas Panen dan Produksi Padi dan Palawija di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 .................................................................... 47
Tabel 8 Luas Panen dan Produksi Sayur-sayuran di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 .................................................................... 48
Tabel 9 Luas Panen dan Produksi Tanaman Buah-buahan di Kecamatan Ngargoyoso tahun 2009 ................................................. 48
Tabel 10 Sarana Perekonomian di Kecamatan Ngargoyoso ........................... 49
Tabel 11 Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Pendidikan ........................................................................................ 53
Tabel 12 Distribusi Pengalaman Pribadi Petani dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ............................................ 55
Tabel 13 Distribusi Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan .................................. 56
Tabel 14 Distribusi Pendidikan Non Formal dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ....................................................................... 57
Tabel 15 Distribusi Media Massa dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ..................................................................................... 59
Tabel 16 Distribusi Kebudayaan dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan ...................................................................................... 60
Tabel 17 Distribusi Sikap Petani Terhadap Tujuan Program .......................... 61
Tabel 18 Distribusi Sikap Petani Terhadap Pelaksanaan Program ................. 62
Tabel 19 Distribusi Sikap Petani Terhadap Hasil Program ............................ 63
Tabel 20 Uji Hipotesis Hubungan Antara Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap dengan Sikap Masyarakat Sekitar Candi Sukuh Terhadap Program Pengembangan Agropolitan ..................................................................................... 64
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuisioner Penelitian .................................................................... 76
Lampiran 2 Identitas Responden..................................................................... 85
Lampiran 3 Tabulasi Faktor yang Mempengaruhi Sikap dengan Sikap Masyarakat terhadap Program Pengembangan Agropolitan ...... 87
Lampiran 4 Tabel Frekuensi ........................................................................... 89
Lampiran 5 Output Perhitungan Korelasi Rank Spearman (rs) ...................... 92
Lampiran 6 Peta Kabupaten Karanganyar ...................................................... 93
Lampiran 7 Peta Kecamatan Ngargoyoso ...................................................... 94
Lampiran 8 Dokumentasi ............................................................................... 95
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian .................................................................... 96
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
RINGKASAN
SOFA NUR AZIZAH, H0407071. “SIKAP MASYARAKAT SEKITAR CANDI SUKUH TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN SUTHOMADANSIH DI KABUPATEN KARANGANYAR”. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Suwarto, M.Si selaku Pembimbing Utama dan Dr. Ir. Kusnandar, M.Si selaku Pembimbing Pendamping. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Program pengembangan kawasan agropolitan merupakan pembangunan ekonomi berbasis pertanian di Kawasan agribisnis yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada. Kawasan agropolitan terdiri dari sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya yang mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian diwilayah sekitarnya dan memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakatnya. Melalui pengembangan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan.
Penelitian ini bertujuan mengkaji sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomandansih, mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomandansih, dan mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dengan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomandansih di Kabupaten Karanganyar.
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan format deskriptif dan teknik survei. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Sampel ditentukan dengan teknik proporsional sampling, sebanyak 40 responden dari 3 Dusun di Desa Berjo, antara lain: Dusun Tagung, Dusun Gemah, dan Dusun Pabongan .Jenis dan sumber data meliputi data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi sikap dan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan agropolitan adalah rumus lebar kelas. Sedangkan untuk menguji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat dengan sikapnya terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman (rs).
Hasil penelitian pada tingkat kepercayaan 95 % menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, dan pendidikan non formal terhadap pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara media massa dan pengaruh kebudayaan terhadap pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
SUMMARY
SOFA NUR AZIZAH, H0407071. “SOCIETY ATTITUDES AROUND
SUKUH TEMPLE TOWARD THE DEVELOPMENT PROGRAM OF AGROPOLITAN SUTHOMADANSIH AREA IN THE KARANGANYAR DISTRICT”. Under guidance of Dr. Ir. Suwarto, M.Si as the Main Consultant and Dr. Ir. Kusnandar, M.Si as the Assistant Consultant, Agricultural Faculty of Sebelas Maret University.
The development programs of agropolitan area is agriculture-based economic development in the area of agribusiness which are designed and implemented by a variety of potential synergies that exist. Agropolitan area consists of agricultural production centers that is able to serve, push, pull, make some development activities in the surrounding area and give contribute greatly to the livelihoods and welfare. Through the development of agropolitan, expected strong interaction between the central agropolitan area with agricultural production region in the system of agropolitan area.
This research aims to assess public attitudes towards the development program of Agropolitan Suthomandansih area, assess the factors that influence society's attitudes towards the development program of Agropolitan Suthomandansih area, and to assess the relationship between the factors that influence society's attitudes in society's attitudes towards the development programs of Agropolitan Suthomandansih area in Karanganyar District.
The basic method that used in this study is quantitative with descriptive format and survey techniques. Research sites determined by purposively that is Berjo Village Ngargoyoso Sub-district Karanganyar District. The sample was determined by proportional sampling technique, as many as 40 respondents from the three Hamlet in the Village Berjo, among others: Hamlet Tagung, Gemah Hamlet, and Pabongan Hamlet. The type and source of data includes primary data and secondary data. Methods of analysis that used to determine the factors that affect attitudes and attitudes toward the development program of agropolitan area is the formula class width. Meanwhile, to know the relationship between the factors that influence society's attitudes to the attitude towards the development programs of Agropolitan area using correlation analysis Rank Spearman (rs).
The results at 95% level shows that there is a very significant relationship between personal experience, the influence of others that are considered important, and non-formal education to the development of Agropolitan Suthomadansih area in Karanganyar District. There is no significant relationship between mass media and cultural influences on the development of Agropolitan Suthomadansih area in Karanganyar District.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kondisi sosial ekonomi masyarakat di pedesaan pada umumnya masih
tertinggal jauh dibandingkan mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini
merupakan konsekuensi dari perubahan ekonomi dan proses indutrialisasi,
investasi ekonomi oleh swasta maupun pemerintah cenderung terkonsentrasi
di daerah perkotaan. Selain itu kegiatan ekonomi yang dikembangkan di
daerah perkotaan masih banyak yang tidak sinergis dengan yang
dikembangkan di daerah perdesaan. Akibatnya, peran kota yang diharapkan
dapat mendorong perkembangan perdesaan, justru memberikan dampak yang
merugikan pertumbuhan perdesaan.
Oleh karena itu, dalam konstelasi kota-desa dewasa ini, semestinya
kawasan perdesaan semakin diperhitungkan keberadaannya. Akan lebih sesuai
untuk menjelaskan desa-kota sebagai sebuah fenomena yang bertautan
daripada menganggap desa dan kota sebagai suatu dikotomi, selain itu
masyarakat di dalamnya secara bersama memecahkan masalah kemiskinan,
perkembangan ekonomi, dan lingkungan yang berkelanjutan.
Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan pedesaan serta kemiskinan
di perdesaan telah mendorong upaya-upaya pembangunan di kawasan
perdesaan. Meskipun demikian, pendekatan pengembangan kawasan
perdesaan seringkali dipisahkan dari kawasan perkotaan. Hal ini telah
mengakibatkan terjadinya proses urban bias yaitu pengembangan kawasan
perdesaan yang pada awalnya ditujukan untuk meningkatkan kawasan
kesejahteraan masyarakat perdesaan malah berakibat sebaliknya yaitu
tersedotnya potensi perdesaan ke perkotaan baik dari sisi sumber daya
manusia, alam, bahkan modal (Douglas, 1986).
Dampak dari urbanisasi diperlukan perubahan paradigma dalam
pendekatan pembangunan perdesaan yang mengkaitkan kawasan perkotaan
dengan kawasan perdesaan. Pengembangan kawasan agropolitan dapat
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dijadikan alternatif solusi dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa
melupakan kawasan perkotaan. Melalui pengembangan agropolitan
diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan
dengan wilayah produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan.
Agropolitan merupakan kota pertanian yang tumbuh dan berkembang
karena adanya usaha agribisnis yang dapat melayani kegiatan pembangunan
pertanian. Sebagian besar pendapatan masyarakat didominasi oleh kegiatan
sektor pertanian atau agribisnis. Selain itu kawasan agropolitan juga memiliki
komoditas unggulan dan terdapat hubungan antara kota dengan desa yang
bersifat interdependensi harmonis (Bappeda Karanganyar, 2005).
Penentuan kawasan agropolitan berorientasi pada wilayah berskala
ekonomi sehingga dapat dimungkinkan terjadi lalu lintas desa atau lintas
kecamatan bahkan lintas kabupaten. Kawasan agropolitan Kabupaten
Karanganyar meliputi 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Ngargoyoso
(Sukuh), Jenawi (Cetho), Tawangmangu, Karangpandan dan Matesih atau
dapat juga disebut kawasan Suthomadansih (Sukuh, Cetho, Tawangmangu,
Karangpandan, Matesih). Kawasan ini terdapat banyak sentra-sentra produksi
(KSP) yang akan membentuk kota tani/desa inti dan dari masing-masing kota
akan bermuara pada kota tani utama.
Berdasarkan kondisi tersebut, tidak berarti pembangunan perdesaan
menjadi tidak penting, akan tetapi harus dicari solusi untuk mengurangi urban
bias. Pengembangan kawasan agropolitan dapat dijadikan alternatif solusi
dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa melupakan kawasan
perkotaan. Melalui pengembangan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi
yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi
pertanian dalam sistem kawasan agropolitan. Melalui pendekatan ini, produk
pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahulu di pusat kawasan
agropolitan sebelum di jual (ekspor) ke pasar yang lebih luas sehingga nilai
tambah tetap berada di kawasan agropolitan.
Konsep agropolitan pada dasarnya adalah gerakan untuk kembali
membangun desa. Desa yang baik idealnya harus bisa menjadi suatu tempat
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yang nyaman, aman dan dapat mensejahterakan masyarakatnya. Konsep
agropolitan basisnya pada membangun fungsi kota pertanian dalam artian
luas. Pertanian itu tidak dilihat dari sisi bercocok tanam dan mencangkul saja
(Rustiadi, 2006). Tujuan pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan
pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan
mendorong berkembangnya system dan usaha agribisnis yang berdaya saing
berbasis kerakyatan, berkelanjutan (tidak merusak lingkungan) dan
terdesentralisasi (wewenang berada di Pemerintah Daerah dan Masyarakat) di
kawasan agropolitan.
Program pengembangan Kawasan agropolitan adalah pembangunan
ekonomi berbasis pertanian di Kawasan agribisnis yang dirancang dan
dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk
mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing,
berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi yang digerakkan oleh
masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah (Bappeda Karanganyar, 2005).
Keterkaitan fisik harus disertai dengan pengembangan keterkaitan
sinergis yang lebih luas, yakni dengan disertai kebijakan-kebijakan yang
menciptakan struktur insentif yang mendorong keterkaitan yang sinergis antar
kawasan. Pengembangan keterkaitan yang salah (tidak tepat sasaran) dapat
mendorong aliran backwash yang lebih masif yang pada akhirnya justru
memperarah kesenjangan dan ketidakseimbangan pembangunan inter-
regional. Oleh karenanya keterkaitan inter-regional yang sinergis atau saling
meperkuat, bukan saling memperlemah.
Kabupaten Karanganyar yang mempunyai slogan “intanpari” yang
berarti industri, pertanian, dan pariwisata merupakan sektor penunjang
kegiatan agropolitan. Salah satu sektor pariwisata di kawasan agropolitan yang
sangat menarik dan digemari pengunjung yaitu Candi Sukuh, yang berada di
Kecamatan Ngargoyoso. Candi Sukuh merupakah salah satu wahana wisata
yang kental akan budaya, tempat ini sangat menunjang pengembangan
kawasan agropolitan. Karena daerah Ngargoyoso merupakan salah satu aspek
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
budaya peninggalan sejarah yang cukup terkenal di Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan uraian tersebut berarti sektor pariwisata yang dilakukan oleh
masyarakat di sekitar Candi Sukuh, Kabupaten Karanganyar merupakan
bagian dari pengembangan kawasan agropolitan.
Dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kawasan
agropolitan, maka program agropolitan sangatlah sesuai dengan kondisi
tersebut. Melalui program pengembangan kawasan agropolitan, diharapkan
dapat meningkatkan produksi pertanian di Kawasan Agropolitan. Lima tahun
terakhir ini, program agropolitan telah diterapkan di Kabupaten Karanganyar.
Walaupun demikian, program tidak serta merta diterapkan oleh masyarakat
sekitar kawasan. Meskipun masyarakat hidup di kawasan agropolitan, namun
tidak semua ikut andil dalam program agropolitan. Adanya inovasi di berbagai
bidang akan mempengaruhi kecenderungan atau sikap masyarakat, baik itu
untuk menerima inovasi ataupun menolak inovasi yang ada. Kecenderungan
masyarakat, baik itu menerima maupun menolak program agropolitan tersebut
tidak terlepas dari beberapa faktor yang berhubungan dengan sikap
masyarakat terhadap program agropolitan tersebut. Sikap masyarakat inilah
yang akan menjadi acuan berhasil atau tidaknya program tersebut. Ditandai
dengan keberhasilan program secara berkelanjutan. Oleh karena itu,
bagaimanakah sikap masyarakat terhadap program pengembangan agropolitan
Suthomadansih perlu diteliti lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah Program agropolitan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat di kawasan, mendorong berkembangnya system
usaha agribisnis, meningkatkan keterkaitan desa dan kota, mempercepat
pertumbuhan kegiatan ekonomi pedesaan, mengurangi arus migrasi dari desa
ke kota, menciptakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan pendapatan asli
daerah (PAD). Inti dari program agropolitan merupakan gerakan dan
partisipasi aktif masyarakat (petani, pengusaha, dan masyarakat umum) yang
difasilitasi oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan keluarga dan masyarakatnya. Konsep mengenai agropolitan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dalam pengembangan sarana dan prasarana lebih diarahkan kepada bagaimana
mempertahankan program tersebut sesuai dengan kemampuan dan potensi
masyarakat serta memperhatikan kelestarian lingkungan. Tingginya potensi di
kawasan pedesaan yang sangat potensial dapat dimanfaatkan sebagai alat
untuk mendorong keberhasilan pembangunan.
Dalam pengembangan sektor pariwisata harus mempertimbangkan
kondisi sumber daya alam dan sumber daya manusia dan aspek kelembagaan.
Pengembangan sektor pariwisata yang kental akan budaya mempunyai
keunggulan komperatif dan kompetitif serta dapat menjadi perangsang untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat. Namun kenyataannya dalam
mengembangkan kawasan agropolitan tidak selalu berjalan dengan lancar.
Terdapat berbagai permasalahan yang dihadapai seperti sarana dan prasarana,
serta kurangnya partisipasi masyarakat dalam mendukung pengembangan
agropolitan. Konsep agropolitan sendiri sangat berhubungan dengan umum
maupun sosial, karena dalam pengembangan kawasan agropolitan didalamya
ada kegiatan pariwisata. Salah satu sektor pariwisata yang dikembangkan
adalah Candi Sukuh.
Permasalahan yang dihadapi yaitu kawasan agropolitan yang
seharusnya menjadi pusat pembangunan pertanian, yang memiliki potensi
dalam pengembangan sistem dan usaha agribisnis, melibatkan berbagai
stakeholder dalam action plan (rencana tindak) seperti adanya pemberdayaan
masyarakat pelaku agribisnis agar mampu meningkatkan produksi,
produktivitas komoditi pertanian serta produk-produk olahan pertanian, lalu
pemasaran produk pertanian kurang berfungsi secara benar. Terbukti dengan
adanya kawasan wisata yang merupakan salah satu sarana dalam program
agropolitan secara fisik belum memenuhi syarat untuk dijadikan tempat
pariwisata.
Hal ini dikarenakan oleh sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh yang
tidak menyadari bahwa pendapatan mereka selama ini sebenarnya didominasi
oleh kegiatan sektor pertanian atau agribisnis. Namun, tempat pariwisata yang
sangat menunjang program agropolitan tersebut telah beralih fungsi sebagai
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
tempat penjualan barang-barang non pertanian. Dari hal tersebut maka
kegiatan pariwisata yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan agribisnis,
merupakan bagian dari pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten
Karanganyar. Masyarakat di sekitar Candi Sukuh dilibatkan dalam hal
pengembangan kawasan agropolitan tersebut.
Mengacu pada keuntungan yang dapat diperoleh dari program
agropolitan tersebut, seharusnya selama lima terakhir ini banyak masyarakat
yang berpartisipasi aktif dalam program agropolitan. Dalam hal ini tentunya
terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap. Menurut Azwar (1998)
terdapat faktor-faktor pembentuk sikap yang meliputi : pengalaman pribadi,
pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media
massa (informasi), pendidikan formal, pendidikan non formal, serta pengaruh
faktor emosional. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih mendalam tentang
hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap dengan sikap
masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan
Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.
Sehingga, dari uraian diatas maka permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat sekitar
Candi Sukuh terhadap program pengembangan kawasan agropolitan
Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar ?
2. Bagaimana sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program
pengembangan kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten
Karanganyar?
3. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program
pengembangan kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten
Karanganyar?
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini, antara lain:
1. Mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat
sekitar Candi Sukuh dalam mengembangkan kawasan agropolitan
Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.
2. Mengkaji sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap pengembangan
kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.
3. Mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh dalam program
pengembangan kawasan agropolitan Suthomadansih di Kabupaten
Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman tentang sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap
pengembangan kawasan agropolitan. Selain itu penelitian ini juga
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah atau instansi, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
khususnya dalam kegiatan mengenai model kawasan Agropolitan dalam
meningkatan taraf hidup masyarakat setempat sebagai upaya
mendukung terciptanya stabilitas ekonomi dalam pembangunan
berkelanjutan.
3. Bagi pihak lain yang memerlukan hasil penelitian ini, diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pembanding pada permasalahan yang sama.
4. Bagi masyarakat sekitar Candi Sukuh, sebagai sarana untuk
meningkatkan pengetahuan dalam mengembangkan kawasan
Agropolitan melalui pemasaran hasil pertanian.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
Awalnya, tahun 1980, istilah “sustainable agriculture” atau
diterjemahkan menjadi “pertanian berkelanjutan” digunakan untuk
menggambarkan suatu sistem pertanian alternatif berdasarkan pada
konservasi sumberdaya dan kualitas kehidupan di pedesaan (Abadi, 2007).
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) merupakan sistem
pertanian yang berwawasan lingkungan (co-agriculture) yang sering juga
dikenal sebagai pertanian organis. Prinsip dasarnya adalah pertanian
dilihat sebagai pengelolaan agro dan ekosistem. Prinsip dasar pertanian
berkelanjutan adalah pengelolaan agro dan ekosistem dengan prinsip :
pertanian dilakukan dengan mengambil metafora yang benar dengan tidak
mendominasi alam dan penetuan yang benar bagi alat, teknik, teknologi
dan praktek pertanian (Lubis, 2000).
Kata ‘berkelanjutan’ (sustainable), sebagaimana dalam kamus,
mengacu pada makna “mengusahakan suatu upaya dapat berlangsung
terus-menerus, kemampuan menyelesaikan upaya dan menjaga upaya itu
jangan sampai gagal”. Dalam dunia pertanian, ‘berkelanjutan’ secara
mendasar berarti upaya memantapkan pertanian tetap menghasilkan
(produktif) sembari tetap memelihara sumber daya dasarnya. Sistem
pertanian berkelanjutan ditujukan untuk mengurangi kerusakan
lingkungan, mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan
pendapatan petani dan meningkatkan stabilitas dan kualitas kehidupan
masyarakat di pedesaan (Abadi, 2007).
Dewangga (1995) berpendapat bahwa pembangunan pertanian
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat
tani yang merupakan sebagian besar penduduk Indonesia dan tinggal di
pedesaan. Meningkatkan taraf hidup petani dan masyarakat petani dan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
masyarakat pedesaan dapat dicapai dengan meningkatkan produktivitas
usahatani. Untuk dapat mengelola usahataninya secara efisien diperlukan
adanya perubahan perilaku petani untuk mampu bertani dengan baik dan
berusahatani lebih menguntungkan.
Dalam proses pembangunan pertanian yang berhasil itu peranan
penyuluhan pertanian sangat besar, sehingga tidak salah kiranya bila
penyuluhan pertanian disebut sebagai ujung tombak pembangunan
pertanian, setidak-tidaknya bila dilihat dalam jajaran aparat pemerintah
yang menangani pembangunan pertanian. Oleh karena itu segala usaha
yang ditujukan untuk mengembangkan penyuluhan pertanian sampai
bentuknya yang sekarang perlu mendapatkan penghargaan yang setimpal
(Slamet, 2003).
Pembangunan akan memberikan harapan dengan hasil yang
optimal, jika penyuluhan pertanian dilakukan secara baik. Karena
penyuluhan pertanian merupakan ujung tombak pembangunan pertanian.
Pelaksanaan penyuluhan yang baik dengan disertai dengan sistem
pelayanan yang teratur akan menjadi jaminan yang efektif untuk
tercapainya tujuan pembangunan itu sendiri. Inti kegiatan penyuluhan
pertanian adalah komunikasi gagasan yang inovatif maupun produk
teknologi yang inovatif yang dapat memberikan nilai ekonomis yang lebih
baik kapada petani dan keluarganya ( Levis, 1996).
2. Konsep dan Statregi Pengembangan Agropolitan
Secara harafiah, “Agropolitan” berasal dari dua kata yaitu (Agro
berarti pertanian), dan (Politan/Polis berarti kota), sehingga secara umum
Program Agropolitan mengandung pengertian pengembangan suatu
kawasan tertentu yang berbasis pada pertanian, yang dapat dilihat dari
berbagai pengertian sebagai berikut (Direktorat Jenderal Tata Perkotaan
dan Tata Perdesaan, 2005) :
a. Agropolitan (Agro = pertanian; Politan = kota) adalah kota pertanian
yang tumbuh dan berkembang yang mampu memacu berkembangnya
sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong,
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di
wilayah sekitarnya,
b. Kawasan Agropolitan, terdiri dari Kota Pertanian dan Desa-Desa
sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang
tidak ditentukan oleh batasan administrasi Pemerintahan, tetapi lebih
ditentukan dengan memperhatikan skala ekonomi yang ada. Dengan
kata lain Kawasan Agropolitan adalah Kawasan Agribisnis yang
memiliki fasilitas perkotaan,
c. Pengembangan Kawasan Agropolitan, adalah pembangunan ekonomi
berbasis pertanian dikawasan agribisnis, yang dirancang dan
dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada
untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang
berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi,
yang digerakan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah.
Konsep pengembangan agropolitan pertama kali diperkenalkan
Mc.Douglass dan Friedmann dalam Syahrani (2001) sebagai siasat untuk
pengembangan perdesaan. Meskipun termaksud banyak hal dalam
pengembangan agropolitan, seperti redistribusi tanah, namun konsep ini
pada dasarnya memberikan pelayanan perkotaan di kawasan pedesaan atau
dengan istilah lain yang digunakan oleh Friedmann adalah “kota di
ladang”.
Dengan demikian petani atau masyarakat desa tidak perlu harus
pergi ke kota untuk mendapatkan pelayanan, baik dalam pelayanan yang
berhubungan dengan masalah produksi dan pemasaran maupun masalah
yang berhubungan dengan kebutuhan sosial budaya dan kehidupan setiap
hari. Pusat pelayanan diberikan pada setingkat desa, sehingga sangat dekat
dengan pemukiman petani, baik pelayanan mengenai teknik berbudidaya
pertanian maupun kredit modal kerja dan informasi pasar.
Soleh (1998), besarnya biaya produksi dan biaya pemasaran dapat
diperkecil dengan meningkatkan faktor-faktor kemudahan pada kegiatan
produksi dan pemasaran. Faktor-faktor tersebut menjadi optimal dengan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
adanya kegiatan pusat agropolitan. Jadi peran agropolitan adalah untuk
melayani kawasan produksi pertanian di sekitarnya dimana berlangsung
kegiatan agribisnis oleh para petani setempat. Fasilitas pelayanan yang
diperlukan untuk memberikan kemudahan produksi dan pemasaran antara
lain berupa input sarana produksi (pupuk, bibit, obat-obatan, peralatan, dan
lain-lain), sarana penunjang produksi (lembaga perbankan, koperasi,
listrik, dan lain-lain), serta sarana pemasaran (pasar, terminal angkutan,
sarana transportasi, dan lain-lain).
Dalam konsep agropolitan juga diperkenalkan adanya agropolitan
district, suatu daerah perdesaan dengan radius pelayanan 5 – 10 km dan
dengan jumlah penduduk 50 –150 ribu jiwa serta kepadatan minimal 200
jiwa/km2. Jasa-jasa dan pelayanan yang disediakan disesuaikan dengan
tingkat perkembangan ekonomi dan sosial budaya setempat. Agropolitan
district perlu mempunyai otonomi lokal yang memberi tatanan
terbentuknya pusat-pusat pelayanan di kawasan perdesaan telah dikenal
sejak lama. Pusat-pusat pelayanan tersebut dicirikan dengan adanya pasar-
pasar untuk pelayanan masyarakat perdesaan. Mengingat volume
permintaan dan penawaran yang masih terbatas dan jenisnya berbeda,
maka telah tumbuh pasar mingguan untuk jenis komoditi yang berbeda
(Anwar, 1999).
3. Pengembangan Agropolitan di Karanganyar
Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan
berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta
mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan
pertanian diwilayah sekitarnya. Kota pertanian berada dalam kawasan
pemasok hasil pertanian (sentra produksi pertanian). Kawasan tersebut
memberikan kontribusi yang besar terhadap mata pencaharian dan
kesejahteraan masyarakatnya. Selanjutnya kawasan pertanian tersebut,
termasuk kotanya disebut dengan kawasan agropolitan (Bappeda
Karanganyar, 2005).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Pelaksanaan program agropolitan di Kabupaten Karanganyar
diawali dari tahun 2006 sampai pada tahun kelima ini pemerintah
Kabupaten Karanganyar telah melakukan pembangunan sarana dan
prasarana pendukung seperti terbangunnya konstruksi jalan dan jaringan
irigasi. Ketersediaan sarana dan prasarana terbesut berguna sebagai
fasilitas sosial ekonomi yang dapat diakses oleh petani dan masyarakat di
pedesaan. Fasilitas tersebut bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan dalam
pengembangan usaha pertanian, meningkatkan kelancaran pengangkutan
sarana produksi ke lahan petani, mempermudah proses pemasaran
produk/komoditas pertanian, dan meningkatkan intensitas ketersediaan air
dalam rangka mendukung produksi pertanian (Dinas Pertanian Tanaman
Pangan, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Karanganyar, 2009).
Pengembangan kawasan agropolitan adalah bertujuan
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui
percepatan pembangunan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan
kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis
yang berdaya saing. Sasaran pengembangan kawasan agropolitan adalah
untuk mengembangkan kawasan pertanian yang berpotensi menjadi
kawasan agropolitan. Melalui pemberdayaan masyarakat pelaku
agribisnis agar mampu meningkatkan produksi, produktivitas komoditi
pertanian serta produk-produk olahan pertanian. Pemberdayaan yang
dilakukan dengan cara pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang
efisien, penguatan kelembagaan petani, serta pengembangan kelembagaan
sistem agribisnis (penyedia agroinput, pengelolaan hasil, pemasaran dan
penyedia jasa); pengembangan kelembagaan penyuluhan pembangunan
terpadu; pengembangan iklim yang kondusif bagi usaha dan investasi
(Bappeda Karanganyar, 2005).
Program agropolitan di Kabupaten Karanganyar merupakan
program dari pemerintah yang ditujukan untuk daerah-daerah yang
memiliki potensi atau keunggulan di bidang pertanian. Penetapan kawasan
ini didasarkan pada potensi Kabupaten Karanganyar terutama di bidang
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
tanaman hortikultura. Strategi yang diterapkan di Kabupaten Karanganyar
diawali dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung seperti
memperbaiki jalan usahatani, dan saluran irigasi. Kemudian setelah dua
program tersebut berjalan lancar, Kabupaten Karanganyar membuka
penyediaan Sub Terminal Agribisnis (STA) di Watusambang
Tawangmangu. Sub Terminal Agribisnis (STA) ini dapat mendukung
berjalannya program agropolitan. Keberadaan STA diharapkan dapat
memperbaiki teknik pemasaran bagi hasil produksi pertanian, tidak hanya
untuk komoditas yang diunggulkan seperti wortel tetapi untuk komoditas
yang lainnya. Pengembangan sarana dan prasarana di kawasan agropolitan
juga didukung dengan pengembangan sumberdaya manusia yaitu dengan
mengembangkan kelompok tani (Bappeda Karanganyar, 2005).
Beberapa Kecamatan di Kabupaten Karanganyar antara lain
Ngargoyoso (Sukuh), Jenawi (Cetho), Tawangmangu, Karangpandan dan
Matesih memiliki produk unggulan sendiri untuk dijadikan pelopor
tumbuh kembangnya agropolitan. Kecamatan Ngargoyoso berpacu pada
peningkatan penerapan teknologi pertanian / perkebunan. Kegiatan yang
dilakukan antara lain pembuatan pestisida organik, pengadaan Alat
Pengolah Pupuk organik (APPO), pengadaan biogas, pengadaan hand
sprayer, alat pengayak kompos, dan berbagai macam alat pendukung
usahatani lainnya. Kecamatan Jenawi berpusat pada peningkatan mutu
intensifikasi gandum. Kegiatan ini dilakukan supaya terpeliharanya
tanaman tumpang sari gandum. Kecamatan Tawangmangu terdapat
program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan. Sosialisasi
ini dilakukan supaya masyarakat senantiasa merubah perilakunya tentang
pelestarian Sumber Daya alam. Kecamatan Karangpandan merupakan kota
tani utama dan kecamatan lain yang termasuk dalam Kawasan Agropolitan
akan bermuara ke Kecamatan Karangpandan. Hal ini dikarenakan
tidak hanya dari bidang pertanian yang dikembangkan tetapi juga bidang
pariwisata. Kemudian yang terakhir di Kecamatan Matesih lebih
mengacu kepada peningkatan ketahanan pangan pertanian dan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
perkebunan. Pengadaan alat ice cream maker dan pengadaan freezer
diharapkan dapat meningkatkan pengolahan hasil pertanian. Selain itu
dikembangkan juga alat mesin pertanian dan alat pengolahan pasca panen
hasil pertanian, seperti tersedianya hand tractor, vacuum frying, slicer,
power threser, alat pencuci wortel dan pompa air. Semua alat tersebut
digunakan untuk peningkatan penggunaan teknologi tepat guna oleh petani
(Bappeda Karanganyar, 2009).
Strategi pengembangan kawasan sentra produksi pangan
berorientasi pada kekuatan pasar atau (market driven), atau melalui
pengembangan masyarakat yang tidak saja diarahkan pada upaya
pengembangan usaha budidaya (on-farm) tetapi juga meliputi
pengembangan agribisnis hulu (penyediaan sarana pertanian) dan
agribisnis hilir (proses dan pemasaran) dan jasa-jasa pendukungnya.
Memberi kemudahan melalui penyediaan sarana dan prasarana yang dapat
mendukung pengembangan agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh
dan menyeluruh, mulai dari subsistem budidaya, subsistem agribisnis hulu,
hilir, dan jasa pendukung. Pengembangan suatu kawasan sentra produksi
pangan nasional dan daerah (agropolitan) harus mengikuti pengelolaan
kawasan tersebut. Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tata ruang
kawasan sentra produksi pangan (agropolitan), arahan pengembangannya
sebagai berikut:
a. Pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis setempat
b. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan agribisnis dan industri
pertanian secara lokalita.
c. Pembangunan prasarana dan infrastruktur fisik yang menunjang
kegiatan di kawasan sentra produksi pangan (agropolitan).
d. Adanya keterpaduan rencana tata ruang kawasan sentra produksi
pangan (agropolitan) dengan rencana tata ruang wilayah, khususnya
aspek kawasan permukiman dan industri (Dirjen Ruang, 2006).
Pengembangan kawasan agropolitan dilakukan dengan pendekatan
Action plan (rencana tindak) yang melibatkan berbagai stakeholder terkait.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Dengan pelibatan ini stakeholder secara intensif diharapkan dapat
dihasilkan kesepakatan program pembangunan prasarana dan sarana
kawasan agropolitan yang memberikan nilai lebih pada aspek dukungan
masyarakat dan dengan kesadaran sense belonging (rasa memiliki) yang
cukup tinggi. Tahapan action plan yang dilakukan dalam rangka
pengembangan fasilitas prasarana dan sarana yang diharapkan sebagai
stimulan pengembangan kawasan agropolitan, meliputi sosialisasi program
(temu muka), pembentukan stakeholder agribisnis, survai dan analisa,
inventarisasi permasalahan prasarana dan sarana, usulan dan perumusan
program serta penyepakatan pentahapan program. Semua tahapan tersebut
dilakukan dalam forum sosialisasi dan penyepakatan kegiatan
(Bappeda Karanganyar, 2005).
4. Pariwisata dan Pengembangan Agropolitan
Pengembangan agrowisata merupakan upaya terhadap pemanfaatan
atraksi wisata pertanian. Agrowisata sebagai bagian dari objek wisata
dengan tujuan untuk memanfaatkan usaha agro sebagai objek wisata
dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi dan
hubungan usaha dibidang pertanian (Tirtawinata, 1999).
Berkembangnya dunia pertanian mendapat tanggapan dari
masyarakat, pada umumnya tanggapan masyarakat terhadap
berkembangnya dunia pariwisata berkaitan dengan harapan-harapan yang
mengacu kepada kebutuhan ekonomis misalnya adanya kesempatan kerja,
majunya usaha mereka dan sebagainya. Hal ini dapat terlihat terutama
pada masyarakat yang tinggal disekitar daerah yang terkena proyek
pengembangan wisata (Tashadi, 1994).
Potensi objek wisata dapat dibedakan menjadi objek wisata
alami dan buatan manusia. Objek wisata alami dapat berupa kondisi
iklim (udara bersih dan sejuk, suhu dan sinar matahari yang nyaman,
kesunyian), pemandangan alam (panorama pegunungan yang indah,
air terjun, danau dan sungai yang khas), dan sumber air kesehatan (air
mineral, air panas). Objek wisata buatan manusia dapat berupa
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
fasilitas atau prasarana, peninggalan sejarah dan budaya, pola
hidup masyarakat dan taman-taman untuk rekreasi atau olahraga.
Objek agrowisata pada umumnya masih berupa hamparan suatu
areal usaha pertanian dari perusahaan-perusahaan besar yang dikelola
secara modern/ala barat dengan orientasi objek keindahan alam dan
belum menonjolkan atraksi keunikan/spesifikasi dari aktivitas lokal
masyarakat (Bappeda Karanganyar, 2005).
Tashadi (1994) mengemukakan bahwa timbulnya dampak sosial
budaya sebagai konsekuensi dari pembangunan pariwisata itu dapat dilihat
sebagai dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif merupakan
keuntungan berkembangnya pariwisata yang antara lain mendatangkan
pendapatan devisa negara dan terciptanya kesempatan kerja yang berarti
mengurangi jumlah pengangguran serta adanya kemungkinan bagi
masyarakat di daerah wisata untuk meningkatkan pendapatan dan standart
hidup mereka. Sedangkan dampak negatif yang merupakan kerugian
tampak menonjol dalam bidang sosial.
5. Budaya dan Pengembangan Agropolitan
Budaya atau kebudayaan yaitu system pengetahuan yang meliputi
sistem ide/gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak (Soeranto, 2003).
Sedangkan menurut Soekanto (1983), budaya diartikan dalam bentuk
perilaku kehidupan keseharian. Kebudayaan merupakan sistem pola
perencanaan kehidupan yang eksplisit maupun implisit yang terbentuk
secara historis, dan yang dianut oleh semua/anggota-anggota tertentu dari
suatu kelompok.
Tradisi merupakan kebudayaan yang telah menjadi suatu kebiasaan
dalam masyarakat (Hardiman, 2003). Tradisi bukanlah sesuatu yang dapat
diubah, tradisi justru dipadukan dengan aneka ragam perbuatan manusia
dan diangkat dalam keseluruhannya. Manusialah yang membuat sesuatu
dengan tradisi itu: ia menerima, menolaknya, atau merubahnya. Itulah
sebabnya mengapa kebudayaan merupakan cerita tentang perubahan-
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
perubahan: riwayat manusia yang selalu member wujud baru kepada pola-
pola kebudayaan yang sudah ada (Peursen, 1983).
Dalam hakekat hidup ada kecendrungan yang kuat sangat untuk
menekankan pada nilai keakhlakan atau spiritualisme semata-mata
(Soekanto, 1983). Orang Jawa itu tidak dapat melepaskan diri dari lilitan
tradisinya, masyarakat Jawa menempatkan individu yang sekunder saja,
sedangkan masyarakat itu sendiri berperan primer, sedemikian rupa
sehingga aksi-aksi yang dipandang akan mengganggu keselarasan umum
tak seharusnya dilakukan (Sutrisno, 1985).
6. Sikap dan Perilaku Masyarakat
a. Pengertian Sikap dan Perilaku
Attitude dapat kita terjemahkan dengan sikap terhadap obyek
tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan.
Tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak
sesuai dengan sikapnya terhadap obyek tadi itu. Jadi sikap itu tepat
diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap suatu hal.
Sikap senantiasa terarahkan terhadap suatu hal, suatu obyek. Tidak ada
sikap tanpa ada obyeknya (Gerungan, 1999).
Sears et all (1997) mendefinisikan bahwa sikap merupakan
suatu mental dan neural status dari kesiapsiagaan, yang diorganisir
melalui pengalaman, menggunakan suatu arahan atau pengaruh
dinamis atas setiap tanggapan kepada semua obyek dan situasi yang
terkait.
Hal serupa juga diungkapkan G. W. Allport (1935) dalam
Taylor (1997), yang juga mendefinisikan bahwa sikap adalah suatu
mental dan status kesiapsiagaan, yang diorganisir melalui pengalaman,
menggunakan suatu pengaruh yang dinamik ketika individu menjawab
semua obyek dan situasi yang terkait.
Mar’at (1984) menyatakan sikap merupakan produk dari proses
sosialisasi di mana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang
diterimanya. Jika sikap mengarah pada obyek tertentu, berarti bahwa
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
penyesuaian diri terhadap obyek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan
sosial dan kesediaan untuk berekasi dari orang tersebut terhadap
obyek. Seperti halnya dengan Myers (1992) yang menyebutkan bahwa
sikap sebagai bentuk evaluasi yakni sikap merupakan pengorganisasian
terakhir secara relatif dari kepercayaan dimana terdapat kecenderungan
untuk merespons benda-benda dalam keadaan yang nyata. Sikap tidak
pernah dilihat secara langsung. Seseorang harus mengambil
kesimpulan keberadaan sikap dari apa yang dilakukan orang lain.
Sedangkan Van Den Ban dan Hawkins (1999) mendefinisikan
sikap sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang
kurang lebih bersikap permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam
lingkungannya. Lebih mudahnya, sikap adalah kecondongan evaluatif
terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni
bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan obyek sikap.
Soedjito dalam Mardikanto (1993) mengatakan bahwa sikap
sebenarnya merupakan fungsi dari kepentingan, artinya sikap
seseorang sangat ditentukan oleh kepentingan-kepentingan yang
dirasakan. Semakin ia memiliki kepentingan, atau semakin banyak
kepentingan yang dirasakan, maka sikapnya semakin baik dan
sebaliknya semakin merasa tak memiliki kepentingan atau
kepentingannya tidak dipenuhi maka sikapnya semakin buruk.
Manifestasi sikap tidak bisa langsung dilihat akan tetapi harus
ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup.
Secara operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan penggunaan
praktis, sikap sering kali dihadapkan dengan rangsangan sosial dan
reaksi yang bersifat emosional (Mar’at, 1984).
Perilaku (behavior) dalam Psikologi dipandang sebagai reaksi
yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada
manusia khususnya dan pada semua makhluk umumnya, memang
terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif yang disadari oleh kodrat
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
mempertahankan kehidupan. Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku
yang berada dalam kenormalan dan merupakan respon atau reaksi
terhadap rangsangan lingkungan sosial. Salah satu karakteristik
perilaku manusia adalah sifat diferensialnya. Artinya, suatu stimulus
yang sama belum tentu akan menimbulkan bentuk reaksi yang sama
dari individu. Sebaliknya, suatu reaksi yang sama juga belum tentu
timbul akibat adanya stimulus yang serupa (Azwar, 1991).
Skinner dalam Walgito (2003) membedakan perilaku menjadi
perilaku yang alami (innate behavior) dan perilaku operan (operant
behavior). Perilaku alami yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme
dilahirkan, yakni yang berupa refleks-refleks dan insting-insting,
sedangkan perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses
belajar. Perilaku yang reflektif merupakan perilaku yang terjadi
sebagai reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai
organisme yang bersangkutan. Pada manusia perilaku psikologis atau
operan inilah yang dominan, sebagian besar perilaku manusia
merupakan perilaku yang dibentuk, diperoleh, dipelajari melalui
peroses belajar.
b. Pembentuk Sikap dan Perilaku
Komponen sikap ada tiga yaitu, komponen kognisi yang
hubungannya dengan belief, ide dan konsep. Komponen afektif yang
menyangkut kehidupan emosional seseorang. Komponen konasi yang
merupakan kecenderungan bertingkah laku (Mar’at, 1984). Begitu juga
dengan Ahmadi (1999) yang menyatakan bahwa sikap mempunyai tiga
aspek. Antara lain aspek kognitif dimana aspek tersebut berhubungan
dengan gejala mengenal fikiran, aspek afektif yang berwujud proses
yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu, dan aspek konatif yang
berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu
objek. Tiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga
komponen sikap yang melekat pada diri seseorang. Antara lain
komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Demikian halnya Wortman (2004) yang mengemukakan bahwa
sikap mempunyai tiga komponen, antara lain komponen kognisi yaitu
apa yang kita percaya atau kita pikirkan, komponen emosional tentang
bagaimana kita merasakan, dan komponen tingkah laku tentang
bagaimana kita bertindak.
Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperanan
sekali dalam mengambil tindakan (action), belajar sikap berarti
memperoleh kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu
obyek, berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai hal yang
berguna/berharga (sikap positif) atau tidak berharga/berguna (sikap
negatif). Sikap merupakan sesuatu yang bersifat agak kompleks, yang
mengandung komponen-komponen atau aspek-aspek, yaitu aspek
kognitif, aspek afektif, dan aspekkonatif (Winkel, 1991).
Sikap merupakan faktor yang menentukan perilaku, karena sikap
itu berhubungan dengan persepsi, kepribadian, belajar, dan motivasi.
Sikap (attitude) adalah kesiap-siagaan mental, yang diorganisasi
melalui pengalaman, yang mempunyai pengaruh tertentu kepada
tanggapan seseorang terhadap orang, obyek, dan situasi yang
berhubungan dengannya (Gibson et all, 1994).
Menurut Azwar (1991), sikap sosial tertentu dari adanya interaksi
sosial yang dialami oleh individu. Dalam interkasi sosial, individu
bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek
psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap adalalah pengalaman pribadi,
pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan,
media massa, lembaga pendidikan atau lembaga agama.
Walgito (2003) memaparkan bahwa sikap tidak dibawa sejak
dilahirkan, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang
bersangkutan. Sikap yang ada dalam diri seseorang akan dipengaruhi
oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor
eksternal. Faktor eksternal dapat berujud situasi yang dihadapi oleh
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
individu (pengalaman), norma-norma yang ada dalam masyarakat,
hambatan-hambatan dan pendorong-pendorong yang ada dalam
masyarakat. Semua ini akan berpengaruh pada sikap yang ada dalam
diri seseorang.
Sikap dipandang sebagai seperangkat reaksi-reaksi afektif
terhadap obyek tersebut berdasarkan hasil penalaran, pemahaman, dan
penghayatan individu. Sikap dipengaruhi oleh faktor-faktor
pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya. Manusia
mengamati suatu obyek psikologik dari kacamatanya sendiri yang
diwarnai oleh nilai dari kepribadiannya. Sedangkan obyek psikologik
ini dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman,
proses belajar dan sosialisasi memberikan bentuk dan struktur
terhadapapa yang dilihat. Sedangkan pengetahuan dan cakrawala
memberikan arti terhadap objek psikologi tersebut. Berdasarkan nilai
dan norma yang dimiliki pribadi seseorang akan terjadi keyakinan
(belief) terhadap obyek tersebut (Mar’at, 1984).
Ahmadi (1999) mengemukakan bahwa sikap timbul karena
adanya stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi
perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Misalnya
keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Kemudian
terdapat tiga hal penting dalam pembentukan sikap dalam masa
adolesen. Antara lain media massa, kelompok sebaya, dan kelompok
yang meliputi lembaga sekolah, lembaga keagaaman, organisasi kerja,
dan sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap
terbentuk karena adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu.
Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap terdiri dari:
1) Pengalaman pribadi
Pengalaman kita sendiri menunjukkan bahwa mereka yang
merasa bisa memahami orang lain dengan baik itu sebenarnya tidak
mengerti apa-apa, baik orang lain maupun dirinya sendiri.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Seringkali ada hubungan ironis antara pendapat dan tabiatnya
sendiri. Seringkali terjadi bahwa apa yang diyakininya benar
tentang diri orang lain biasanya juga benar tentang dirinya sendiri.
Cara kita mempersepsi situasi sekarang tidak bisa terlepas dari
adanya pengalaman sensoris terdahulu. Kalau pengalaman
terdahulu itu sering muncul, maka reaksi kita lalu menjadi salah
satu kebiasaan. Karena kebanyakan aktivitas kita sehari-hari
bergantung pada pengalaman yang terdahulu, kita mereaksi kepada
isyarat dan lambang daripada kepada keseluruhan stimulus aslinya.
Jadi dalam kebanyakan situasi, persepsi itu pada umumnya
merupakan proses informasi yang didasarkan atas pengalaman-
pengalaman masa lampau (Mahmud, 1990).
Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi
penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat menjadi
dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi harus melalui kesan
yang kuat (Azwar, 1991).
Pengalaman menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi
cenderung mengakibatkan dan menghasilkan adanya penyesuaian
diri yang timbal balik serta penyesuaian kecakapan (skill) dengan
situasi yang baru (Susanto, 1974). Selain itu pengalaman juga
dapat membentuk sikap sebagai proses semakin meningkatnya
pengetahuan yang dimiliki petani.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara
komponen sosial yang dapat mempengaruhi sikap kita. Seseorang
yang kita anggap penting bagi kita, seseorang yang kita harapkan
persetujuannya bagi setiap gerak tindak dan pendapat kita,
seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang
berarti khusus bagi kita, akan banyak mempenagruhi pembentukan
sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang biasa dianggap
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
penting bagi kita adalah orang tua, orang yang status sosialnya
lebih tinggi, teman dekat, guru, istri atau suami. Pada umumnya
individu bersikap kompromis atau searah dengan seseorang yang
dianggap penting (Azwar, 1991).
Sebagaimana kita ketahui bahwa lingkungan masyarakat
yang tradisional masih tertanam penghormatan yang besar
terhadap pemimpin masyarakat. Sesungguhnya demi untuk
suksesnya pembangunan dan tercapainya kemakmuran dalam
masyarakat sendiri, maka sikap hidup tradisional itu perlu
diubah dan disesuaikan dengan cara yang tepat. Disinilah
pentingnya peranan daripada faktor kepemimpinan sebagai
perluasan komunikasi massa, penyuluhan, dan pendidikan
masyarakat (Kamaluddin, 1998).
Kebanyakan keputusan tentang pertanian masih dibuat
petani secara perorangan. Akan tetapi, ia membuat keputusan-
keputusan tersebut dalam rangka memenuhi hasrat untuk
memberikan sesuatu yang lebih baik bagi keluarganya. Oleh karena
itu, mereka tergantung kepada hasil yang didapat dari usahatani.
Anggota-anggota keluarganya mungkin memberikan tekanan
kepada petani dalam mengambil keputusan. Di pihak lain hasrat
petani untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi
keluarganya meruapkan dorongan yang efektif dalam banyak hal
untuk meningkatkan produktivitas usahatani. Keputusan-keputusan
yang diambil oleh petani juga dapat dipengaruhi oleh sikap dan
perilaku serta hubungan-hubungan dalam masyarakat setempat di
mana mereka hidup. Bagi petani, masyarakat di sekitarnya
mempunyai arti yang penting (Soetriono et all, 2006).
3) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dewasa ini dipengaruhi oleh suatu
perkembangan yang pesat, dan manusia modern sadar akan hal ini.
Lebih dari dulu manusia dewasa ini sadar akan kebudayaannya.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Kesadaran ini merupakan suatu kepekaan yang mendorong
manusia agar dia secara kritis menilai kebudayaan yang sedang
berlangsung. Menurut Peursen (1988) terdapat tiga tahap dalam
kebudayaan kita. Antara lain tahap mitis dimana sikap manusia
yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib
sekitarnya, tahap ontologis dimana sikap manusia yang tidak hidup
lagi dalam kepungan kekuasaan mitis, melainkan secara bebas
ingin meneliti segala hal ikhwal, kemudian tahap fungsionil yaitu
sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam manusia
modern.
Kebudayaan adalah cara berfikir, cara merasa, cara
meyakini dan menganggap. Kebudayaan adalah pengetahuan yang
dimiliki warga kelompok yang diakumulasi (dalam memory
manusia, dalam buku dan obyek-obyek) untuk digunakan di masa
depan. Suatu kebudayaan diperoleh melalui proses belajar oleh
individu-individu sebagai hasil interaksi anggota-anggota
kelompok satu sama lain, sehingga kebudayaan juga bersifat
dimiliki bersama (Suparlan, 1984).
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Tanpa disadari,
kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap
berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya karena kebudayaan pulalah yang yang memberikan
corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota
kelompok masyarakat asuhannya (Azwar, 1991).
Kebudayaan (culture) berarti keseluruhan dari hasil
manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh
sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan
kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan,
dan lain-lain kepandaian (Shadily,1999).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dalam Mardikanto (1996) kebudayaan, diartikan sebagai
pola perilaku yang dipelajari oleh setiap warga masyarakat (baik
oleh setiap individu maupun oleh kelompok-kelompok sosial yang
ada) dan diteruskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.
Kebudayaan tidak hanya mencakup kepercayaan, kebiasaan dan
moral, tetapi juga sikap, perbuatan, pikiran-pikiran yang dimiliki
masyarakat yang bersangkutan. Sebagai pola perilaku sudah
sewajarnya jika kebudayaan akan merupakan suatu kekuatan yang
mempengaruhi efektifitas inovasi yang direncanakan untuk
mengubah perilaku petani.
4) Media massa
Shannon dalam Saleh (2004) menyatakan bahwa informasi
adalah sesuatu yang membuat pengetahuan kita berubah, yang
secara logis mensahkan perubahan, memperkuat atau menemukan
hubungan yang ada pada pengetahuan yang kita miliki. Seperti
Yusup (1995) yang mengungkapkan bahwa fungsi informasi bisa
berkembang sesuai dengan bidang garapan yang disentuhnya.
Namun, setidaknya yang utama adalah sebagai data dan fakta yang
dapat membuktikan adanya suatu kebenaran, sebagai penjelas hal-
hal yang sebelumnya masih meragukan, sebagai prediksi untuk
peristiwa-peristiwa yang mungkin akan terjadi pada masa yang
akan datang. Nyatanya, informasi itu banyak fungsinya. Tidak
terbatas pada salah satu bidang atau aspek saja, melainkan
menyeluruh, hanya bobot dan manfaatnya yang berbeda karena
disesuaikan dengan kondisi yang membutuhkannya.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabat, majalah dan lain-lain
mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan kepercayaan
orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,
media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang
dapat mengarahkan opini seseorang (Azwar, 1991). Media massa
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
merupakan salah satu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia.
Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya
interaksi antara manusia dengan hasil kebudayaan manusia yang
sampai padanya melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar,
radio, televisi, majalah dan lain sebagainya (Ahmadi, 1999).
Media massa mempunyai pengaruh dalam membentuk
suatu wacana publik. Walaupun pengaruh media massa tidaklah
sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun
dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media
massa tidak kecil artinya. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap
terhadap hal tersebut. Hal ini seringkali berpengaruh terhadap sikap
pembaca atau pendengarnya, sehingga dengan hanya menerima
berita-berita yang sudah dimasuki unsur-unsur subyektif itu,
terbentuklah sikap (Sastraatmadja, 1993).
5) Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
keduannya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
diri individu (Azwar, 1991).
Tujuan pendidikan adalah untuk menawarkan pengalaman
yang akan mengubah sesorang ke arah yang lebih baik. Hal
tersebut dicontohkan dengan adanya kesopanan siswa, atau
mungkin digambarkan sebagai bentuk kesuksesan seseorang dalam
masyarakat tertentu (Krasner dan Ullman, 1973).
Seperti diketahui, lembaga pendidikan sifatnya bermacam-
macam diantaranya bersifat formal, informal dan non formal.
Pendidikan formal, dapat dilihat dari pendidikan yang pernah
dialami (dalam hal ini petani) melalui sekolah-sekolah, dari jenjang
tertinggi dari suatu tingkatan pendidikan formal yang tersedia
(Mardikanto, 1993).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Pendidikan non formal diartikan sebagai penyelenggaraan
pendidikan yang terorganisir yang berada diluar system pendidikan
sekolah, isi pendidikan terprogram, proses pendidikan yang
berlangsung berada dalam situasi interaksi belajar mengajar yang
terkontrol (Mardikanto dan Sutarni, 1982). Begitu juga Azwar
(1995) yang mengemukakan bahwa pendidikan non formal
merupakan pendidikan yang didapat diluar bangku sekolah.
Penyuluh pertanian dan pelatihan merupakan pendidikan non
formal.
Menurut Suhardiyono (1992), pendidikan non formal
adalah pengajaran sistematis yang diorganisir dari luar sistem
pendidikan formal bagi sekelompok orang yang memenuhi
keperluan khusus. Salah satu contohnya adalah penyuluhan
pertanian. Demikian halnya dengan Azwar (1995) yang
menyatakan bahwa penyuluhan pertanian merupakan sistem
pendidikan non formal yang tidak sekedar memberikan penerangan
atau menjelaskan tetapi berupaya untuk mengubah perilaku
sasarannya agar memiliki pengetahuan pertanian dan berusahatani
yang luas, memiliki sikap progresif untuk melakukan perubahan
dan inovatif terhadap inovasi sesuatu (informasi) baru, serta
terampil melaksanakan kegiatan.
B. Kerangka Pemikiran
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh
individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya
kontak sosial. Dalam interaksinya, individu bereaksi membentuk pola sikap
tertentu terhadap obyek psikologis yang dihadapi. Sebagai salah satu obyek
dari Program pengembangan kawasan agropolitan ini, masyarakat akan
memberikan respon evaluatif artinya memberikan akan memberikan reaksi
sebagai sikap yang timbul karena proses evaluasi dalam diri individu yang
memberi kesimpulan sebagai potensi reaksi sikap terhadap obyek sikap. Sikap
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
merupakan keyakinan individu yang menentukan perbuatan nyata dan
perbuatan-perbuatan yang mungkin terjadi.
Pembangunan kawasan pedesaan tidak bisa dipungkiri merupakan hal
yang mutlak dibutuhkan. Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten
Karanganyar diprioritaskan membangun kekuatan wilayah pedesaan yang
memiliki potensi pertanian, tetapi belum termanfaatkan secara optimal.
Bentuk dari kegiatan ini adalah pembangunan fisik untuk kelancaran kegiatan
produksi dan transportasi hasil pertanian berupa pembangunan saluran air dan
jalan usahatani.
Dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan, sikap masyarakat
didefinisikan sebagai kecenderungan untuk memberikan respon terhadap
pengembangan kawasan agropolitan. Sikap masyarakat terhadap
pengembangan kawasan agropolitan diukur dengan tiga paramater yaitu
tujuan, pelaksanaan, hasil. Pengetahuan masyarakat terhadap pengembangan
kawasan agropolitan meliputi tujuan, pelaksanaan dan hasil. Sikap masyarakat
tersebut merupakan ungkapan dari masing-masing responden mengenai
kepuasan pada program pengembangan kawasan agropolitan. Hasil akhir dari
pemikiran responden dalam merespon pengembangan kawasan agropolitan
adalah petani akan bersikap sangat baik, baik, cukup, buruk, dan sangat buruk.
Sedangkan untuk variabel yang berhubungan dengan sikap
masyarakat terhadap program pengembangan kawasan agropolitan meliputi
pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, media massa dan
pendidikan non formal, media massa, dan pengaruh kebudayaan, secara
sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
C. D. E.
Gambar 1. Kerangka berfikir mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap program pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar.
C. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan kerangka
berpikir yang telah diuraikan di atas maka hipotesis sebagai berikut:
Di duga ada hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang
berhubungan dengan sikap (pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang
dianggap penting, pendidikan non formal, media massa, pengaruh
kebudayaan) dengan sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh terhadap program
pengembangan kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten
Karanganyar.
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variable 1. Definisi Operasional
Faktor yang berhubungan dengan sikap yaitu faktor personal yang
ada dalam diri individu yang turut mempengaruhi pola perilaku petani
sehingga dapat membentuk sikap terhadap pengembangan kawasan
agropolitan.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap: 1. Pengruh pengalaman
pribadi 2. pengaruh orang
lain yang dianggap penting
3. pengaruh pendidikan non formal
4. pengaruh media massa
5. pengaruh kebudayaan
Sikap masyarakat terhadap program pengembangan agropolitan : 1. Tujuan Program 2. Pelaksanaan Program 3. Hasil Program
Sangat Baik
Sangat Buruk
AGROPOLITAN
Baik
Cukup
Buruk
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
a. Pengaruh pengalaman pribadi adalah pengalaman responden yang
berkaitan dengan kegiatan pengembangan kawasan agropolitan.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting merupakan saran, ajakan,
bujukan atau bahkan perintah dari orang-orang yang dianggap penting
(keluarga, kerabat, kelompok profesi, aparat desa dan tokoh informal
lainnya) yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan kawasan
agropolitan.
c. Pengaruh kebudayaan merupakan adat istiadat atau kebiasaan yang
sering dilakukan masyarakat setempat yang berkaitan dengan kegiatan
pengembangan kawasan agropolitan.
d. Pegaruh media massa merupakan media yang dipergunakan untuk
memberikan informasi terkait dengan pengembangan kawasan
agropolitan baik yang berupa media cetak maupun elektronik.
e. Pengaruh lembaga pendidikan merupakan lembaga pendidikan baik
secara formal maupun non formal yang pernah di peroleh responden.
Pendidikan non formal berada diluar pendidikan formal (kursus,
pelatihan maupun penyuluhan) di bidang pertanian, kewirausahaan dan
pariwisata.
Sikap adalah kecenderungan petani untuk memberikan respon atau
evaluasi yang meliputi perasaan, pikiran dan kecenderungan untuk
bertindak dengan adanya pengembangan kawasan agropolitan khususnya
untuk masyarakat sekitar Candi Sukuh yang dilihat komponen kognitif,
afektif dan konasi. Sikap masyarakat sekitar Candi Sukuh selanjutnya
diukur dengan memberikan rangsangan beberapa pertanyaan positif dan
negatif yang disusun dan dikembangakan dari 4 indikator yaitu tujuan
program, pelaksanaan program dan hasil program.
a. Sikap terhadap tujuan program, merupakan sikap masyarakat
responden terhadap tujuan program pengembangan kawasan
agropolitan yang meliputi peningkatan pengetahuan dan peningkatan
keterampilan masyarakat.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
b. Sikap terhadap pelaksanaan program, merupakan sikap masyarakat
terhadap pelaksanaan baik yang menyangkut keikutsertaan petugas
maupun masyarakat dalam kegiatan pengembangan kawasan
agropolitan di sekitar Candi Sukuh.
c. Sikap terhadap hasil program, merupakan sikap masyarakat terhadap
hasil dari kegiatan atau program pengembangan kawasan agropolitan
terutama di kawasan pariwisata.
2. Pengukuran Variabel
Berdasarkan definisi operasional, Pengukuran variabel dapat dilihat
sebagai berikut:
a. Variabel Faktor yang berhubungan dengan sikap Variabel Indikator Kriteria Skor
1) Pengaruh pengalaman pribadi
Lama responden menjadi bagian dari pengembangan kawasan agropolitan
- > 4 th - 3 - 4 th - < 1 - 2 th
3 2 1
Bentuk kunjungan ke daerah pengembangan agropolitan yang lain berupa a. fieldtrip c. magang b. diskusi, d. Kerjasama
- > 3 macam - 1 - 2 macam - Tidak pernah
3 2 1
Frekuensi mengunjungi daerah pengembangan agropolitan lain
- > 3 kali - 1 - 2 kali - Tidak pernah
3 2 1
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Tokoh panutan yang memberikan masukan atau pengaruh terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan, berkompeten dalam bidang a. pertanian c. perdagangan b. sosial budaya d. Agama
- > 3 tokoh panutan
- 1 - 2 tokoh panutan
- Tidak ada
3
2
1
Frekuensi tokoh panutan memberikan masukan mengenai pengembangan agropolitan
- > 3x sebulan - 1 - 2x sebulan - Tidak pernah
3 2 1
3) Pengaruh Kebudayaan
Nilai-nilai adat yang masih diyakini oleh masyarakat
- > 3 nilai adat yang dipatuhi
- 1 - 2 nilai adat yang dipatuhi
- Tidak ada yang dipatuhi
3
2
1
Kepatuhan terhadap nilai-nilai adat yang diyakini
- Patuh - Kadang-kadang - Tidak patuh
3 2 1
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
4) Pegaruh Media massa
Media yang dipergunakan untuk menerima informasi mengenai agropolitan a. koran b. majalah c. TV d. radio
- > 3 media massa - 1 - 2 dari media
massa - Tidak ada
3 2
1
Frekuensi mengakses informasi dari media massa