PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada...

59
1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Sebangau (TNS) dengan luasan 568.700 ha, terletak di antara sungai Sebangau dan sungai Katingan. Secara administratif, TNS merupakan bagian dari wilayah Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan dan Kabupaten Pulang Pisau. Kawasan ini merupakan salah satu hutan rawa gambut yang masih tersisa di Kalimantan Tengah setelah gagalnya proyek ‘Mega Rice Project’ yang dikenal dengan “Lahan Sejuta Hektar” pada tahun 1995. Sebelumnya menjadi kawasan taman nasional, kawasan ini merupakan kawasan hutan produksi yang dikonsesikan untuk kegiatan Hak Penguasaaan Hutan (HPH). Pada 2004, kawasan ini ditunjuk sebagai kawasan taman nasional oleh Menteri Kehutanan dengan SK 423/Menhut- II/2004 dan sejak saat itu pula ijin konsesi untuk kegiatan HPH tidak diterbitkan lagi. Sejak ijin konsesi tersebut tidak diterbitkan lagi, daerah ini menjadi kawasan open acces untuk berbagai macam kegiatan baik legal maupun ilegal. Kegiatan ilegal yang sangat dominan adalah dalam bentuk pembalakan liar (illegal logging) dengan pelaku utama didominasi oleh masyarakat pendatang juga oleh masyarakat lokal, kegiatan tersebut berlangsung sejak tahun 1997 hingga tahun 2004. Dalam rentang waktu tersebut masyarakat lokal banyak mengalami perubahan sosial, khususnya yang terkait dengan pola pemenuhan ekonomi.

Transcript of PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada...

Page 1: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

11

PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

11..11.. LLaattaarr BBeellaakkaanngg

Taman Nasional Sebangau (TNS) dengan luasan 568.700 ha, terletak di

antara sungai Sebangau dan sungai Katingan. Secara administratif, TNS

merupakan bagian dari wilayah Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan

dan Kabupaten Pulang Pisau. Kawasan ini merupakan salah satu hutan

rawa gambut yang masih tersisa di Kalimantan Tengah setelah gagalnya

proyek ‘Mega Rice Project’ yang dikenal dengan “Lahan Sejuta Hektar”

pada tahun 1995.

Sebelumnya menjadi kawasan taman nasional, kawasan ini merupakan

kawasan hutan produksi yang dikonsesikan untuk kegiatan Hak

Penguasaaan Hutan (HPH). Pada 2004, kawasan ini ditunjuk sebagai

kawasan taman nasional oleh Menteri Kehutanan dengan SK 423/Menhut-

II/2004 dan sejak saat itu pula ijin konsesi untuk kegiatan HPH tidak

diterbitkan lagi.

Sejak ijin konsesi tersebut tidak diterbitkan lagi, daerah ini menjadi

kawasan open acces untuk berbagai macam kegiatan baik legal maupun

ilegal. Kegiatan ilegal yang sangat dominan adalah dalam bentuk

pembalakan liar (illegal logging) dengan pelaku utama didominasi oleh

masyarakat pendatang juga oleh masyarakat lokal, kegiatan tersebut

berlangsung sejak tahun 1997 hingga tahun 2004. Dalam rentang waktu

tersebut masyarakat lokal banyak mengalami perubahan sosial, khususnya

yang terkait dengan pola pemenuhan ekonomi.

Page 2: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

2 Laporan Survey KAP

Pag

e2

Pada tahun 2005, diterbitkan Inpres No. 4 tahun 2005 tentang

pemberantasan penebangan kayu secara ilegal di dalam kawasan hutan

dan peredarannya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Adanya

penertiban Illegal Logging, membuat masyarakat kehilangan mata

pencaharian yang menjadi sandaran utama mereka pada saat itu.

Gambar 1. Peta Taman Nasional Sebangau, di Kalimantan Tengah, terdapat di

Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau dan Kota Palangka Raya. (Sumber: BKSDA

Kalimantan Tengah, 2008)

Page 3: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

3 Laporan Survey KAP

Pag

e3

Masyarakat secara terpaksa kembali pada mata pencaharian semula yang

dahulu pernah mereka tinggalkan yaitu sebagai petani dan penangkap

ikan. Hal itu sedikit menimbulkan gejolak, karena pada masa mereka sibuk

“usaha kayu” usaha-usaha tradisional yang dulunya pernah ditekuni

ditinggalkan bahkan tidak terpelihara secara baik, sehingga tidak dapat

menjadi andalan hidup lagi. Hal itu memunculkan polemik dan multitafsir

bahwa pelarangan kegiatan illegal logging terkait dengan ditunjuknya

kawasan Sebangau menjadi kawasan Taman Nasional.

Sebagai satu lembaga nirlaba (non-profit) yang berkomitmen untuk

melestarikan Sumber Daya Alam (SDA) dan pembangunan berkelanjutan

dengan mengedepankan prinsip kemitraan bersama dengan berbagai

stakeholder terkait, Yayasan WWF Indonesia Kalimantan Tengah (WWF)

juga peduli terhadap alam dan SDA yang terdapat di kawasan Taman

Nasional Sebangau.

WWF berupaya melestarikan keanekaragaman hayati dan mengurangi

dampak dari aktivitas manusia terhadap lingkungan dengan cara:

1. Mempromosikan etika/tata cara konservasi, kesadartahuan dan

tindakan nyata yang kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia

2. Membantu upaya multi pihak untuk pelestarian keanekaragaman

hayati dan proses ekologi

3. Mengadvokasi kebijakan, hukum dan penegakan hukum yang

mendukung upaya pelestarian alam

4. Mempromosikan pelestarian alam untuk kesejahteraan semua melalui

pemanfaatan sumberdaya alam yang lestari

Sebagai kontribusi nyata maka diprogramkan satu kegiatan yang bernama

Sebangau Project dengan dua program utama yaitu Manajemen Kawasan

Konservasi dan Pengembangan Sosio Ekonomi.

Kegiatan program Manajemen Kawasan Konservasi antara lain:

Penegakan Hukum (pengendalian kebakaran hutan, mengatasi

pembalakan hutan dan perdagangan satwa liar yang dilindungi)

Pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan

Page 4: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

4 Laporan Survey KAP

Pag

e4

Pengelolaan Ekosistem (tata kelola air/penutupan kanal, reforestasi,

dan monitoring keanekaragaman hayati)

Memfasilitasi pengelolaan berbasis kolaborasi multipihak

Kegiatan program Pengembangan Sosio Ekonomi antara lain:

Mengembangkan strategi pemanfaatan sumberdaya alam secara

berkelanjutan (misalnya pertanian, perikanan, produk hutan

nonkayu, industri rumah tangga dan wisata)

Peningkatan kapasitas stakeholder lokal

Pengembangan jaringan pemasaran

Integrasi perencanaan pembangunan pemerintah dalam

pengembangan sosio ekonomi)

Hasil yang telah dicapai oleh Sebangau Project antara lain:

Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam

kecamatan.

Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya

Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas Perkebunan Pulang Pisau

Promosi potensi ekowisata Sebangau sedang dikembangkan oleh

operator wisata KTD

Secara umum, di masyarakat telah ada kecenderungan unutk

melakukan mata pencaharian yang lebih ramah lingkungan misal

perikanan, rotan, karet, nilam, pariwisata

Untuk mengelola kawasan TNS, Balai Taman Nasional Sebangau dan

WWF-Indonesia mendorong pengelolaan “manajemen kolaboratif”,

dengan strategi rangkap yaitu restorasi ekosistem dan pengembangan

sosio-ekonomi masyarakat. Restorasi ekosistem melibatkan penabatan,

pengelolaan kawasan lindung, perbaikan hutan, dan pengembangan

infrastruktur. Sedangkan program pengembangan sosio-ekonomi yaitu

mempromosikan ekonomi alternatif yang berkelanjutan dan

pemberdayaan masyarakat.

Page 5: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

5 Laporan Survey KAP

Pag

e5

Kegiatan di wilayah sungai Katingan yang berhubungan dengan upaya

peningkatan kesejahteraan masyarakat dan upaya penghasilan alternatif,

antara lain:

a. Rotan & Kerajinan Anyaman, yaitu dengan memfasilitasi Pemerintah

Kabupaten Katingan dan Pemerintah Kabupaten Cirebon dalam

kerjasama kegiatan perdagangan dan pengembangan industri rotan.

Salah satu harapan dari kerjasama ini adalah adanya peningkatan

keterampilan masyarakat. Juga telah dilakukan TOT (Training of

Trainers) Sistem Budidaya Rotan dan Penanganan Pasca Panen pada

tingkat Kabupaten dan Kecamatan. Juga diupayakan agar terjadi

pembentukan asosiasi petani rotan di Katingan; dan melaksanakan

pilot project budidaya rotan dan penanganan pasca panen di Katingan.

Melanjuti hal tersebut, WWF-Indonesia dengan Pusat Penelitian Wanita

–Universitas Palangkaraya dan Balai TN Sebangau melaksanakan

pelatihan ketrampilan dan pengetahuan menganyam rotan kepada

generasi muda, juga kaum wanita di wilayah Katingan, terutama di

Desa Baun Bango pada tahun 2008, sehingga dapat dikembangkan dan

mendatangkan peluang bagi alternatif usaha ekonomi rumah tangga.

b. Ekowisata. Untuk menginisiasi kegiatan ekowisata di Sebangau, maka

WWF-Indonesia menawarkan Konsep Pengembangan Ekowisata

Berbasis Masyarakat (Community Based Ecotourism Development)

artinya penggabungan antara konsep Community Based Tourism dan

Ecotourism, untuk mengangkat pengembangan ekonomi tanpa

melupakan konsep pembangunan berkelanjutan, dengan berakar pada

potensi lokal.

c. Perikanan: kegiatan yang dilakukan dalam rangka

peningkatan/pengembangan alternatif mata pencaharian yang ramah

lingkungan. Kegiatan ini merupakan kerjasama dengan pemerintah

Kabupaten Katingan yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan. Kegiatan ini

berupa fasilitasi pelaksanaan pelatihan budidaya perikanan yang

dipusatkan di Desa Baun Bango, Kecamatan Kamipang, pada bulan Mei

2005. Peserta pelatihan ini adalah perwakilan kelompok tani

(nelayan/perikanan) ataupun perwakilan desa yang bergerak di sektor

Page 6: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

6 Laporan Survey KAP

Pag

e6

perikanan dari 4 kecamatan di Kabupaten Katingan yaitu Kecamatan

Kamipang, Tasik Payawan, Katingan Hilir dan Tewang Sangalang

Garing. Tujuan dari kegiatan pelatihan ini adalah petani/nelayan

(perikanan) yang mengikuti pelatihan dapat memiliki pengetahuan

dasar yang memadai tentang sistem budidaya perikanan dan

pemeliharaannya. Pengetahuan dasar tersebut dapat memotivasi

bertumbuh dan berkembangnya jiwa kewirausahawan yang mandiri

dari masyarakat dalam mengembangkan sektor perikanan. Instansi

teknis Pemerintah Kabupaten Katingan sendiri telah berkomitmen

untuk membangun demonstration plot untuk budidaya perikanan di

daerah-daerah yang potensi perikanannya sangat besar termasuk di

kawasan Taman Nasional Sebangau.

d. Agroforestry. Merupakan salah satu sistem pengelolaan lahan yang

mungkin dapat ditawarkan, untuk mengatasi masalah yang timbul

akibat adanya alih-guna lahan, dan sekaligus juga untuk mengatasi

masalah pangan. Sistem pengelolaan seperti ini merupakan salah satu

sistem penggunaan lahan, yang diyakini oleh banyak orang, dapat

mempertahankan hasil pertanian secara berkelanjutan. Pada tahun

2008, terdapat 9 desa yang mengikuti pelatihan dan memiliki kebun

entres yang ditanami karet dan buah-buahan.

e. Kripik Buah. Untuk meningkatkan kapasitas masyarakat agar mampu

mengolah beberapa jenis produksi pertanian khususnya buah-buahan,

menjadi bentuk lain seperti kerupuk /emping atau manisan. Pelatihan

pembuatan kripik buah telah dilakukan untuk menciptakan peluang

pemasaran produk berbahan baku buah-buahan di tahun 2008 ini.

Tujuan utama dari program-program itu adalah untuk memfasilitasi

masyarakat agar dapat mengkonservasi Sumber Daya Alam (SDA) yang

terdapat di lingkungan mereka, dan memanfaatkan SDA tersebut sebagai

sumber mata pencaharian dengan tanpa melakukan perusakan. Misalnya

dengan adanya kegiatan pemanfaatan hasil hutan non kayu (NTFP : Non

Timber Forest Production) seperti rotan, gaharu dll..

Page 7: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

7 Laporan Survey KAP

Pag

e7

Setelah enam tahun melakukan berbagai aktivitas di desa-desa di kawasan

TNS , maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian dasar untuk menggali

pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap berbagai kegiatan

konservasi yang telah dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan Survei KAP

(Knowledge, Attitude, Practice) yang bertujuan untuk mendeskripsikan

pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sebagai tanggapan atas

berbagai intervensi yang telah dilakukan terhadap mereka, misalnya:

pendidikan, proyek simulasi atau percontohan, dll.. Melalui penelitian ini

dapat diketahui tiga dimensi dari masyarakat yaitu:

• Knowledge yaitu pengetahuan yang dimiliki masyarakat sehubungan

dengan masalah konservasi

• Attitude yaitu sikap, perasaan atau sentimen-sentimen masyarakat

terhadap kegiatan konservasi

• Practice yaitu perilaku masyarakat yang mendemontrasikan

pengetahuan dan sikap mereka dalam bentuk tindakan-tindakan nyata

sehubungan dengan konservasi.

11..22.. TTUUJJUUAANN KKEEGGIIAATTAANN

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif yaitu

bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu

fenomena atau gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya

pada saat penelitian dilakukan. Karena itu, kegiatan ini dilaksanakan

dengan tujuan antara lain:

1 Mendeskripsikan pengetahuan masyarakat tentang hutan, sungai dan

upaya pelestarian lingkungan hidup.

2 Mendeskripsikan sikap masyarakat terhadap hutan, sungai dan upaya

pelestarian lingkungan hidup.

3 Mendeskripsikan perilaku masyarakat sehubungan dengan hutan,

sungai dan upaya pelestarian lingkungan hidup.

Page 8: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

8 Laporan Survey KAP

Pag

e8

11..33.. OOUUTTPPUUTT DDAARRII KKEEGGIIAATTAANN

Dari kegiatan ini diharapkan diperoleh adanya beberapa output :

1. Data informatif yang berguna dan dapat dikomunikasikan dengan

mitra, para pemangku kepentingan dan khalayak umum.

2. Data deskriptif yang memaparkan tentang perubahan pengetahuan,

sikap perilaku masyarakat.

3. Data dasar atau informasi awal yang berguna untuk melakukan

perencanaan lanjutan (follow-up), pengawasan (monitoring) and

evaluasi (evaluation) atas aktivitas yang telah dan akan diakukan

Page 9: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

9 Laporan Survey KAP

Pag

e9

22

MMEETTOODDOOLLOOGGII

2.1. Metode Penentuan Lokasi

Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan

Tengah, di 8 (delapan) desa yang tersebar di 2 (dua) Kecamatan, dengan

perincian sbb.:

Tabel 1 Nama-nama desa tempat survei

No. Nama Desa dan Kecamatan Keterangan

A.

Kecamatan Kamipang

1. Asem Kumbang Tidak Ada Intervensi

2. Baun Bango Ada Intervensi

3. Tumbang Ronen Ada Intervensi

4. Jahanjang Ada Intervensi

5. Keruing Ada Intervensi

6. Perupuk Ada Intervensi

B.

Kecamatan Mendawai

7. Tumbang Bulan Tidak Ada Intervensi

8. Mekar Tani Ada Intervensi

Metode yang dipergunakan dalam penentuan lokasi dilakukan secara

sengaja (purposive sampling) yaitu ada 6 (enam) desa yang didasari pada

beberapa alasan :

a. Yayasan WWF-Indonesia sudah memiliki beberapa kegiatan yang

terinteraksi dengan masyarakat (Ada Intervensi).

b. Ketergantungan Masyarakat akan pemanfaatan SDA secara langsung

dengan kawasan Taman Nasional Sebangau

Page 10: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

10 Laporan Survey KAP

Pag

e10

d. Merepresentasikan kultur sosial masyarakat, yaitu masyarakat yang

menetap secara permanen pada suatu tempat dan masyarakat yang

tinggal di suatu tempat dikarenakan adanya aktivitas ekonomi dalam

pemanfaatan SDA

Sebagai pembanding, maka dipilih 2 desa dengan kriteria: Yayasan WWF-

Indonesia tidak melakukan kegiatan yang terinteraksi dengan masyarakat

desa itu (Tidak Ada Intervensi).

Gambar 1 Peta desa-desa di sekitar Taman Nasional Sebangau yang terdapat di

sepanjang sungai Katingan

Page 11: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

11 Laporan Survey KAP

Pag

e11

2.2. Penentuan Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 163 orang, yaitu 10 % dari

seluruh jumlah Kepala Keluarga (KK) yang terdapat pada tiap desa.

Pemilihan responden dilakukan sbb.:

a. Responden sudah dikondisikan (mendapat pemberitahuan

sebelumnya), dan nama-namanya ditentukan oleh Kepala Desa.

b. Kepala Rumah Tangga (KRT), bila KRT telah meninggal dunia atau tidak

ada ditempat, atau tidak bisa diwawancarai, maka Responden adalah

Anak Tertua Laki-laki atau Menantu Tertua Laki-Laki yang masih tinggal

di rumah itu.

c. Bukan PNS dan bukan Pedagang Besar (Tengkulak/Pengumpul),

dengan alasan mereka tidak tergantung penuh dan secara langsung

dengan pemanfaatan SDA.

Tabel 2 Daftar jumlah responden per desa

No. Nama Desa Jumlah Penduduk Jumlah Responden

KK Jiwa Lk Pr Total

1 Asem Kumbang 392 1.308 671 637 39

2 Baun Bango 230 845 396 449 23

3 Tumbang Runen 106 381 188 193 12

4 Jahanjang 172 632 334 298 19

5 Keruing 131 554 295 259 13

6 Parupuk 31 127 67 60 3

7. Tumbang Bulan 150 816 424 392 15

8. Mekar Tani 391 1.437 772 665 39

Total 1.603 6.100 3.147 2.953 163

2.3. Parameter Penelitian

Parameter pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan perilaku

masyarakat terhadap kawasan TNS sebelum dan sesudah adanya kegiatan

konservasi TNS dengan peubah yang diukur adalah:

Page 12: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

12 Laporan Survey KAP

Pag

e12

a. Pengetahuan Pengetahuan dideskripsikan dengan melihat pendapat

responden dalam kuisioner. Pengetahuan masyarakat yang

dideskripsikan, digali dengann 6 kelompok pertanyaan dengan isu: 1)

fungsi hutan bagi masyarakat sekitar kawasan; 2) penebangan hutan; 3)

pembakaran hutan; 4) sungai dan penggunaan racun ikan serta alat

setrum ikan; 5) pelestarian dan penyelamatan lingkungan hidup; 6)

pendidikan lingkungan hidup. Tiap jawaban responden dikelompokkan

ke dalam 3 aspek yaitu : ekologi, sosial dan ekonomi.

b. Sikap. Penggalian deskripsi sikap dilakukan dengan mengajukan

rangkaian pertanyaan-pertanyaan yang menggambarkan sikap

masyarakat yaitu: 1) pertanyaan tentang fungsi hutan 2) pertanyaan

tentang sikap terhadap penebangan dan pembakaran hutan 3)

pertanyaan tentang sikap terhadap pengolahan lahan dengan

membakar 4) pertanyaan tentang sikap terhadap penggunaan racun

ikan; 5) pertanyaan tentang sikap terhadap pemakaian setrum ikan; 6)

pertanyan tentang sikap terhadap hukum adat untuk pengelolaan

sungai, hutan dan tanah.

c. Perilaku. Perubahan perilaku diukur dengan 2 cara yaitu dengan

observasi langsung terhadap perubahan perilaku yang terjadi di

lapangan dan dengan membandingkan dengan jawaban responden

yang diberikan dalam kuisioner. Perubahan perilaku dapat dianalisis

dengan mengamati ada atau tidak adanya kesepakatan atau aksi yang

dilakukan masyarakat dalam pengelolaan kawasan melalui berbagai

kegiatan.

2.4. Waktu dan Alur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari September – November 2010 yang dibagi

dalam 3 tahap penelitian yaitu :

• Tahapan perencanaan program dilakukan pada akhir September 2010

• Tahap pelaksanaan program dilakukan pada September 2010

• Tahap pelaporan program dilakukan pada November 2010

Page 13: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

13 Laporan Survey KAP

Pag

e13

Dengan rincian sebagaiaman tabel di bawah ini:

Tabel 3 Jadwal Penelitian

No. Waktu Kegiatan

1. 28 Sept - Penyusunan kuesioner

2. Presentasi dan perbaikan kuesioner

3. Pemilihan dan penetapan sample responden

4. 25 Oktober 2010 Briefing para enumerator

5. Penyebaran kuesioner

6. Pengolahan dan analisi data

7. Penyusunan laporan

8. Presentasi Laporan

9. Perbaikan Laporan Akhir

2.5. Bentuk dan Tahapan Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu yang diperoleh

langsung dari responden di lapangan melalui kuesioner. Data

dikumpulkan melalui metode kuesioner yang diberikan kepada responden

berupa;

a. Angket terbuka yang berisikan beberapa pertanyaan tentang data

demografis, seperti jenis kelamin, usia, jumlah anggota keluarga,

pekerjaan utama dan pendidikan terakhir.

b. Angket tertutup, untuk memperoleh data tentang dimensi-dimensi

variabel apa yang dipandang paling penting oleh responden.

2.6. Metode Analisis Data

Data yang terkumpul dari tiap tahapan dianalisis secara deskriptif yaitu

dengan menjelaskan dan menguraikan semua peubah yang diamati

Page 14: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

14 Laporan Survey KAP

Pag

e14

selama penelitian. Data diolah dan disajikan dalam bentuk tabel sesuai

dengan fenomena yang ditemukan dan diuraikan dalam bentuk narasi

sebagai penjelasan dari semua perubahan yang terjadi setelah

pelaksanaan penelitian. Analisis data dalam penelitian ini ditujukan untuk

mendeskripsikan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sehubungan

dengan kegiatan konservasi. Analisis perubahan pengetahuan dianalisis

dengan membuat kategorisasi dan tabulasi data dari kepentingan ekologi,

sosial dan ekonomi.

Data dimasukkan pada sebuah format excel yang sederhana menurut

kelompoknya sehingga dihasilkan quisioner tally. Beberapa revisi dan

peng-entry-an kembali perlu dilakukan kemudian, karena ditemukan

beberapa inkonsistensi ketika dianalisa. Sebagaimana tujuan dari survey ini

adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

program pelestarian Lingkungan Hidup, maka analisis data dilakukan

untuk mencari trend atau kecenderungan berdasarkan tampilan

prosentase. Perhitungan sederhana dilakukan dengan melihat frekuensi

distribusi. Uraian deskriptif dilakukan untuk menjelaskan keterkaitan antar

variabel.

Page 15: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

15 Laporan Survey KAP

Pag

e15

33

PPRROOFFIILLEE RREESSPPOONNDDEENN

3.1. Jumlah dan Jenis Kelamin

Responden berjumlah 163 orang (n=163). Responden berjenis kelamin

laki-laki terdiri dari 158 orang (97%) dan responden yang berjenis

kelamin perempuan terdiri dari 5 orang (3%).

3.2. Usia

Berdasarkan kelompok umur, sekitar 75 % responden yang disurvei

merupakan kelompok usia produktif, sedangkan sisanya yakni 25% berada

pada kelompok usia tidak produktif yaitu di atas 52 tahun. Pada kelompok

usia produktif kecenderungannya berada pada kelompok usia 32-52

tahun. Sedangkan usia tidak produktif yaitu diatas 52 tahun memiliki

persentase yang lebih kecil.

Tabel 4 Sebaran Usia Responden

No. Rentang Usia Jumlah % 1. <32 23 14 %

2. 33-37 22 13 %

3. 38-42 27 17 %

4. 43-47 21 13 %

5. 48-52 19 12 %

6. 53-57 24 15 %

7. 58-62 17 10 %

8. >63 10 6%

TOTAL 163 100 %

Page 16: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

16 Laporan Survey KAP

Pag

e16

3.3. Pendidikan

Pendidikan responden umumnya rendah yaitu SD. Di antara responden

bahkan ada yang tidak mengenyam pendidikan formal seperti anak-anak

mereka sekarang. Kehidupan tradisional, lokasi desa yang terpencil, dan

infrastruktur pendidikan yang kurang memadai kiranya menjadi beberapa

faktor yang menyebabkan responden kurang memiliki tingkat pendidikan

yang baik. Pendidikan sepertinya masih menjadi barang mewah. Tetapi

sekaligus, pendidikan menjadi program pembangunan yang kurang

diperhatikani. Sebagai barang mewah karena tidak semua penduduk

sempat mengenyam pendidikan formal, bahkan mungkin beberapa

diantaranya memandang pendidikan formal ini sebagai sesuatu yang

asing.

Pada tabel di bawah terlihat bahwa responden yang berpendidikan tidak

tamat SD dan SD (73 %) mencapai jumlah yang sangat besar dan yang

berpendidikan SMA sangat kecil (12%).

Tabel 5 Sebaran Pendidikan Responden

No. Pendidikan Jumlah % 1. Tidak Tamat SD 16 10%

2. SD/SR 102 63 %

3. SMP 25 15 %

4. SMA 20 12 %

Jumlah 163 100 %

3.4. Etnis

Secara etnisitas, sebagian besar responden (73%) adalah orang Dayak

yaitu sebanyak 118 orang. Satu desa yang menjadi tempat survei yaitu

desa Mekar Tani merupakan desa transmigrasi asal Jawa, karena itu etnis

Jawa menduduki urutan kedua, yaitu sebanyak 33 orang atau 20 % dari

jumlah keseluruhan responden. Suku Banjar sebanyak 8 orang atau 5%

dari jumlah keseluruhan responden. Sisanya masing-masing 2 orang atau

1% berasal dari suku Melayu dan Batak.

Page 17: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

17 Laporan Survey KAP

Pag

e17

4. Gambar 2 Responden Berdasarkan Etnis

4.1. Pekerjaan Utama

Karena kondisi wilayah yang serba air (sungai, rawa, dan danau), sebagian

besar pekerjaan utama responden adalah nelayan atau mencari ikan di

sungai, rawa dan danau. Para transmigran Jawa umumnya bertani

padi/sayur, walaupun ada juga yang berprofesi sebagai petani karet.

Berdasarkan tabel di bawah ini tampak bahwa pekerjaan sebagai petani

rotan dan karet berada pada urutan terbawah

Tabel 6 Pekerjaan Responden

No. Pekerjaan Utama Jumlah %

1. Nelayan 109 67%

2. Petani Padi/Sayur 11 21%

3. Petani Karet 34 7 %

4 Petani Rotan 9 5 %

JUMLAH 163 100%

Page 18: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

18 Laporan Survey KAP

Pag

e18

44

HHAASSIILL SSUURRVVEEII SSOOSSEEKK

Penduduk merupakan komponen penting dalam pengelolaan sumber

daya alam termasuk hutan dan sungai. Program yang ditujukan untuk

penyelamatan hutan dan sungai agar berkelanjutan perlu memperhatikan

unsur penduduk. Penduduk dapat berperan dalam pemeliharaan hutan

dan sungai tetapi sekaligus juga dapat menjadi agen perusak jika

pemanfaatan sumber daya dilakukan secara berlebihan dengan

menggunakan alat yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, kondisi

penduduk baik kualitas maupun kuantitas perlu dipahami. Pada bagian ini

diuraikan kondisi rumah tangga responden dari sisi kuantitas yang

meliputi jumlah, komposisi menurut umur dan jenis kelamin, sedangkan

dari segi kualitas mencakup pendididkan dan ketrampilan serta pekerjaan.

4.1. Jumlah Anggota Rumah Tangga

Jumlah anggota rumah tangga yang tercatat dalam survey ini mencapai

768 orang. Mereka memiliki keragaman hubungan dengan kepala rumah

tangganya. Hubungan terbanyak adalah anak atau menantu (49 %). Secara

tidak langsung jumlah ini juga menunjukkan banyaknya jumlah

keanggotaan di dalam rumah tangga dimana jumlah anak atau menantu

adalah yang terbesar di dalam rumah tangga. Selain anak atau menantu,

terdapat kepala rumah tangga (21 %) dan istri atau suami (22 %). Besarnya

anak dan menantu di dalam anggota rumah tangga yang di survei secara

tidak langsung juga menunjukkan bahwa jumlah anak di dalam rumah

tangga lebih dominan dibandingkan yang lain. Selain itu, jumlah menantu

yang besar di dalam rumah tangga secara tidak langsung juga

menunjukkan bahwa sistem yang dianut sesudah perkawinan adalah pihak

Page 19: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

19 Laporan Survey KAP

Pag

e19

laki-laki masuk ke dalam rumah tangga perempuan. Dengan demikian,

rumah tangga yang disurvei mengakomodasi anggota rumah tangga baru

sesudah terjadinya perkawinan. Hal itu menyebabkan anggota rumah

tangga itu bertambah.

Selain itu, kondisi sampel tersebut mencerminkan keanggotaan rumah

tangga, dimana dalam satu rumah tangga bukan hanya terdiri dari orang

tua dan anak namun juga anggota rumah tangga lainnya seperti menantu

ataupun yang lainnya. Kondisi rumah tangga seperti ini mencerminkan

suatu keluarga luas di dalam satu rumah yang di survei. Artinya dalam satu

rumah dihuni tidak saja oleh keluarga inti yakni bapak, ibu dan anak,

namun juga dihuni oleh anggota keluarga yang lain seperti kakek, nenek,

menantu dan anggota yang lainnya. Sangat memungkinkan di dalam satu

rumah yang di survei terdapat lebih dari satu rumah tangga. Keluarga

induk yang tinggal dalam rumah induk yang memiliki keturunan yang

tetap tinggal di rumah itu hingga menikah atau berkeluarga dan tetap

menetap di rumah itu hanya saja dengan pengurusan dapur yang terpisah.

Satu atap dua dapur atau lebih sangat memungkinkan menjadi ciri rumah

tangga di dalam keluarga di desa yang disurvei

4.2. Tingkat Usia Anggota Rumah Tangga

Berdasarkan kelompok umur, sekitar 65 % anggota rumah tangga yang di

survey merupakan kelompok usia produktif, sedangkan sisanya yakni

sekitar 35% berada pada kelompok usia tidak produktif yakni 32 % di

bawah usia 15 tahun dan 3 % di atas 65 tahun.

Rasio ketergantungan (dependency rasio) sebesar 53 %, yang dihitung dari

jumlah penduduk tidak produktif yaitu penduduk dibawah tahun dan 65

tahun ke atas, dibagi dengan penduduk usia produktif (15-64 tahun). Hal

ini berarti dari 100 penduduk usia produktif menanggung 53 penduduk

yang tidak produktif.

Komposisi penduduk menurut umur cenderung mengarah pada struktur

umur muda yang ditandai dengan persentase penduduk di bawah umur

Page 20: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

20 Laporan Survey KAP

Pag

e20

15 tahun, yaitu berada pada kisaran 32 %. Komposisi ini menunjukkan

bahwa penduduk usia produktif relatif tinggi mengingat penduduk yang

berumur 65 tahun ke atas relatif rendah (2 %). Rasio ketergantungan

(dependency rasio) mencapai 53 % yang berarti setiap 2 penduduk usia

produkstif (15-64 tahun) menanggung beban 2 penduduk yang tidak

produktif.

Tabel 7 Distribusi Penduduk berdasarkan usia

Nama Desa < 15 15-39 40-55 56-64 65 <

Asem Kumbang 56 75 49 13 Baun Bango 35 35 16 9 3

Tumbang Ronen 17 30 14 1 1

Jahanjang 25 36 17 6 3

Keruing 25 35 15 2

Perupuk 5 4 1 4

Tumbang bulan 32 27 8 1

Mekar Tani 52 59 31 17 5

JUMLAH 247 301 151 48 17

32% 39% 20% 6% 2%

4.3. Tingkat Pendidikan Anggota Rumah Tangga

Salah satu indikator untuk menunjukkan kualitas sumberdaya manusia

adalah pendidikan dan ketrampilan. Penduduk yang mempunyai kualitas

baik adalah mereka yang memiliki pendidikan tinggi dan ketrampilan yang

bervariasi. Dengan kualitas penduduk yang baik akan berpengaruh

terhadap pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan.

Pendidikan masyarakat yang disurvei umumnya rendah. Di antara orang-

orang tua bahkan ada yang tidak mengenyam pendidikan formal seperti

anak-anak mereka sekarang. Pada tabel di bawah terlihat bahwa penduduk

yang belum atau tidak tamat SD mencapai jumlah 33 %. Kondisi ini

menunjukkan dua hal yakni pertama, masih banyaknya anak-anak usia SD

atau banyaknya penduduk dewasa dan orang tua yang tidak tamat SD.

Page 21: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

21 Laporan Survey KAP

Pag

e21

Gambar 3 Distribusi pendidikan dalam rumah tangga responden

Sebagian besar penduduk di kampung yang disurvei telah menikmati

sekolah, hanya sekitar 9 % yang belum atau tidak sekolah. Sebagian besar

dari mereka adalah anak-anak yang belum masuk sekolah. Penduduk yang

mempunyai pendidikan SMA tamat dan di atasnya mencapai jumlah 9 %,

sedangkan SLTP tamat sekitar 13 % . Penduduk yang belum/tidak tamat

SD dan SD tamat meliputi 33 %. Sebagian besar penduduk yang termasuk

dalam kelompok pendidikan ini adalah anak yang masih sekolah dan

sebagian lainnya adalah penduduk yang telah berumur relatif tua.

Data di atas juga memperlihatkan bahwa apabila kedudukan para agen

perubahan sosial tersebut berasal dari kelompok status sosial tinggi (tamat

SMA dan aparat desa) maka proses transfer ide-ide baru, pengetahuan

dan teknologi baru akan dengan mudah menjalar ke bawah, sebaliknya

apabila berasal dari status sosial rendah, maka proses transfer

pengetahuan dan teknologi baru sulit diterima, karena dengan kedudukan

status sosial rendah tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi

kelompok status sosial yang lebih tinggi.

Tingkat rata-rata pendidikan yang rendah, hanya tamat SD, membuat

mereka tidak memiliki pengalaman berorganisasi dan keterampilan

managerial. Hal itu sangat berpengaruh terhadap keberadaan Forum

Masyarakat (Formas) yang dibentuk.

Page 22: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

22 Laporan Survey KAP

Pag

e22

4.4. Kegiatan Utama Anggota Rumah Tangga

Sebagian besar penduduk yang disurvei mempunyai kegiatan bekerja,

yaitu sejumlah 43 %. Mereka yang benar-benar menganggur berjumlah

sekitar 9 %, sedangkan mereka yang menganggur tetapi mencari

pekerjaan sekitar 3 %. Mereka yang mencari pekerjaan tersebut biasanya

mempunyai pendidikan relatif tinggi (tamat SLTP dan SLTA). Pada

umumnya mereka ingin mendapatkan pekerjaan di sektor formal, tidak

hanya sebagai petani dan nelayan.

Kegiatan sebagai ibu rumah tangga kira-kira 19 %. Data ini menunjukkan

bahwa mayoritas ibu rumah tangga di kampung yang disurvei

mempunyai kegiatan di bidang pertanian dan perikanan yaitu terlibat

dalam kegiatan ekonomi berbasis pada sumber daya alam. Hal itu

mengindikasikan bahwa program-program yang ada harus menyertakan

perempuan agar perempuan dapat berperan dalam pengelolaan

sumberdaya alam yang berkelanjutan.

Gambar 4 Distribusi kegiatan utama anggota rumah tangga selama 6 bulan terakhir

Page 23: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

23 Laporan Survey KAP

Pag

e23

4.5. Pekerjaan Utama dan Pekerjaan Tambahan

Lapangan pekerjaan responden kurang bervariasi, pada umumnya masih

berbasis pada pekerjaan yang mengandalkan sumber daya alam dan tidak

menuntut pendidikan yang tinggi, yaitu di dominasi oleh sektor Perikanan

(74 %), Pertania n (19 %), Karet (4 %) dan Rotan (2 %). Lapangan

pekerjaan responden diluar sektor tersebut antara lain: tukang, buruh tani,

berdagang, manggemor, menyadap pantung, aparat desa, beternak,

montir, mencari puya/emas dan dukun beranak.

Terkonsentrasinya penduduk yang bekerja pada sektor perikanan dan

pertanian disebabkan oleh karena bidang pekerjaan di luar sektor nelayan

dan pertanian belum berkembang. Data ini mengindikasikan bahwa,

program yang dilakukan di masa mendatang haruslah membuka peluang

kerja diluar sektor nelayan dan pertanian. Hal yang demikian dapat terjadi

apabila penduduk memiliki ketrampilan yang bervariasi.

Gambar 5 Distribusi Pekerjaan Utama Anggota Rumah Tangga selama enam bullan terakhir

Data per desa memperlihatkan bahwa yang dominan menjadi petani padi

dan petani sayur adalah responden dari desa transmigrasi Mekar Tani.

Page 24: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

24 Laporan Survey KAP

Pag

e24

Sedangkan nelayan, petani karet dan petani rotan berasal dari desa-desa

yang dominan dihuni oleh masyarakat Dayak. Dalam masyarakat Dayak

yang pekerjaan utamanya sebagai nelayan atau penangkap ikan, umumnya

pada situasi dan kondisi tertentu juga sebagai petani karet atau rotan.

Begitu juga sebaliknya, yang pekerjaan utamanya rotan atau karet, musim

tertentu dapat saja beralih menjadi penangkap ikan. Jadi dalam hal ini

sangat mungkin sekali responden dalam survei ini memiliki kerja rangkap

atau memiliki beragam-macam pekerjaan untuk dapat bertahan hidup.

Patut menjadi perhatian bahwa, perkebunan karet dan rotan yang

dilakukan masyarakat di sepanjang sungai Katingan pada umumnya

mengikuti pola peladang tradisional. Terlebih dahulu mereka membuka

hutan untuk dijadikan ladang, setelah itu ditanami karet atau rotan.

Data di atas mengindikasikan bahwa telah terjadi peralihan pola pikir dan

pola kerja masyarakat yaitu dari illegal logging ke pemanfaatan sumber

daya alam perikanan yang terdapat di sungai, danau dan rawa. Kebijakan

pemerintah telah mendorong mereka untuk beradaptasi di atas tahapan

kehidupan berburu dan meramu. Mereka kini tidak sekedar kegiatan

memburu, mengumpulkan, dan mengkonsumsi (from hand to mouth)

yaitu dengan menangkap ikan di sungai, rawa dan danau, tetapi sudah

pada tahap membudi-daya ikan dalam keramba. Mereka mengumpul

bibit dari alam dan memeliharanya untuk kemudian dijual sebagai sumber

pendapatan. Pada tahapan masyarakat yang demikian masyarakat telah

belajar dan tahu tentang proses produksi yang di dalamnya sarat dengan

ketekunan, ketelitian, kesabaran dan kedisiplinan. Karena budi daya ikan

dalam keramba siklus tata kerja yang menuntut ketekunan, ketelitian,

kesabaran dan kedisiplinan, maka terciptalah pola kerja baru dan pola

hidup baru.

Yang perlu dicermati adalah mereka belum tiba pada tingkat pengolahan

hasil, sehingga tidak ada yang menyebutkan pekerjaannya adalah penjual

ikan kering, pemilik pabrik kerupuk ikan, pengolah abon ikan atau nugget

ikan. Walaupun sudah ada upaya untuk mengintrodusir jenis pekerjaan ini

melalui pelatihan-pelatihan.

Page 25: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

25 Laporan Survey KAP

Pag

e25

4.6. Pendapatan Rumah Tangga

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat

kesejahteraan penduduk di suatu kawasan adalah pendapatan. Besarnya

pendapatan per kapita dan rumah tangga dipengaruhi oleh jenis

pekerjaan, lapangan pekerjaan dan jumah anggota rumah tangga yang

bekerja. Selain itu pendapatan rumah tangga juga dipengaruhi oleh

pekerjaan tambahan kepala rumah tangga dan anggota rumah tangga

serta tipologi desa masing-masing.

Survei memperlihatkan bahwa yang bekerja dalam rumah tangga pada

umumnya adalah kepala keluarga di bantu oleh istri bila tidak bekerja

mengurus rumah tangga.

Pendapatan rumah tangga yang dimaksudkan dalam laporan ini adalah

pendapatan seluruh anggota rumah tangga dari pekerjaan utama dan

tambahan. Tabel di bawah memperlihatkan rata-rata pendapatan rumah

tangga yang mempunyai pekerjaan sebagai nelayan maupun petani sayur,

petani padi, petani karet dan petani rotan.

No. Pendapatan Bersih Per Bulan KK %

1. < 500 26 16 %

2. 500 – 1.000 41 25 %

3. 1.000 - 1.500 35 21%

4. 1.500 - 2.000 15 9%

5. 2.000 - 2.500 10 6%

6. 2.500 - 3.000 11 7%

7. 3.000 - 3.500 9 6%

8. 3.500 - 4.000 4 2%

9. 4.000 - 4.500 8 5%

10. > 4.500 4 2%

163 100%

Penelusuran data per desa memperlihatkan bahwa pendapatan tertinggi

di desa Mekar Tani. Hal itu terjadi karena mereka rata-rata berhasil dalam

panen dan mempunyai pekerjaan sampingan yang menjanjikan yaitu

sebagai tukang bangunan, ternak sapi, buruh tani, berdagang, bengkel,

Page 26: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

26 Laporan Survey KAP

Pag

e26

berkebun dan sayur-sayuran. Orang-orang lokal tampaknya lebih

mempercayai para transmigran Jawa yang terkenal ulet dan pekerja keras

untuk membuka lahan persawahan dan perkebunan mereka. Hal itu

membuka peluang kerja bagi para responden di desa Mekar Tani. Namun

kerja sampingan sebagai pedagang dan ternak sapi serta bertukang juga

menjadi sumber pemasukan yang cukup besar.

Pendapatan masyarakat di desa-desa yang pekerjaan utama

masyarakatnya adalah nelayan umumnya lebih rendah karena disebabkan:

Umumnya responden tidak mempunyai pekerjaan sampingan.

Perubahan iklim yaitu sepanjang tahun 2010 penghasilan mereka

menurun karena terjadi hujan sepanjang tahun, sehingga tidak ada

musim kemarau yang memungkinkan mereka menangkap ikan lebih

banyak daripada musim penghujan. Jadi pendapatan mereka tidak

stabil. Musim penghujan bagi para nelayan sungai identik dengan

musim paceklik.

Kepemilikan alat tangkap yang masih sederhana, bahkan dapat

dikatakan masih tradisionil berupa pancing, jala, rempa, dst.

Beberapa responden belum memiliki perahu mesin atau disebut

dengan alkon, seperti yang tampak pada tabel asset produktif keluarga.

Faktor eksernal yang diduga berpengaruh terhadap pendapatan nelayan

adalah pemasaran dan permintaan ikan, harga jual, musim dan kebijakan.

Kondisi ini menggambarkan bahwa penduduk di desa yang berbasis

nelayan sangat rentan terhadap kemiskinan.

4.7. Pengeluaran

Survei membuat dua kategori pengeluaran yaitu pengeluaran rumah

tangga dan pengeluaran non rumah tangga.

Page 27: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

27 Laporan Survey KAP

Pag

e27

a. Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga adalah pengeluaran yang untuk keperluan

sehari-sehari yaitu mulai dari beras, gula, teh, kopi, bumbu dapur, sayur-

mayur, sabun, pasta gigi, minyak goreng, minyak tanah, hingga ke bensin

dan solar. Dari keperluan sehari-hari itu ada yang dibeli harian yaitu

beras, ikan, dan sayur-mayur. Namun ada juga yang dibeli mingguan,

misalnya gula, telur, bumbu dapur. Kemudian ada yang bulanan misalnya

garam, sabun, kopi, teh, minyak goreng, minyak tanah, dan pasta gigi. Jadi

ada pengeluaran harian,mingguan dan bulanan.

Kecuali di desa Mekar Tani, semua responden membeli beras dari

pedagang. Hal itu menunjukkan bahwa mereka belum memiliki ketahanan

pangan.

b. Pengeluaran Non Rumah Tangga

Pengeluaran Non Rumah Tangga lebih banyak untuk acara keagamaan

daripada kegiatan yang lain:

No Kegiatan %

1. Upacara Keagamaan 55%

2. Upacara Adat 15 %

3. Upacara Perkawinan 10 %

4. Khitanan 5 %

5. Kematian 10 %

6. Kegiatan Lainnya 10 %

4.8. Asset Keluarga

Kondisi kesejahteraan rumah tangga dalam tulisan ini dilihat dari pemilikan

aset rumah tangga terhadap barang-barang produksi dan nonproduksi

serta kondisi pemukiman dan sanitasi. Rumah tangga yang mempunyai

asset produksi cukup banyak dan bervariasi dianggap lebih sejahtera

karena dengan asset yang dimiliki tersebut dapat digunakan untuk

Page 28: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

28 Laporan Survey KAP

Pag

e28

berusaha dengan mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi. Selain itu,

rumah tangga yang mempunyai asset nonproduksi yang relatif tinggi

dianggap lebih sejahtera karena rumah tangga tersebut berarti telah

mampu untuk melakukan pembelian barang-barang di luar keperluan

kebutuhan sehari-hari.

Tabel 8 Asset Produksi yang dimiliki responden perdesa secara khusus yang berprofesi sebagai nelayan

No Nama Desa Mesin Motor Kelotok Jukung Alkon

1 Asem Kumbang 0 4 23 14

2 Baun Bango 0 7 17 0

3 Tumbang Ronen 0 2 5 9

4 Jahanjang 0 12 20 2

5 Keruing 0 2 9 5

6 Perupuk 1 2 3 0

7 Tumbang Bulan 0 8 2 36

8 Mekar Tani 0 1 1 0

JUMLAH 1 38 80 66

Table 8 menunjukkan asset yang dimiliki oleh rumah tangga responden

yang bekerja sebagai nelayan. Kepemilikan aset produksi kenelayanan

relatif rendah dan masih sangat sederhana. Sarana pertanian yang

digunakan juga masih tradisional, seperti cangkul, sabit, parang dan

sejenisnya. Hanya satu responden yang memiliki traktor untuk membajak

sawah, tampaknya petani masih menggunakan tenaga kerja rumah tangga

untuk mengolah sawahnya. Bagi masyarakat desa yang masih bercorak

agraris, aset yang paling bernilai adalah tanah yang diatasnya dibangun

rumah, ditanami tanaman pangan, dan sebagainya. Setiap keluarga

memiliki rumah demikian pula setiap keluarga baru berusaha memiliki

rumah sehingga jumlah rumah ini terus berkembang memanfaatkan

lahan-lahan kosong milik keluarga.

Page 29: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

29 Laporan Survey KAP

Pag

e29

Tabel 9 Asset Produktif lain yang dimiliki reponden per desa

No Nama Desa Ternak Keramba

Sapi Ayam Kambing Babi Ikan

1 Asem Kumbang 1 5 0 64

2 Baun Bango 0 0 0 0 19

3 Tumbang Ronen 0 0 0 0 31

4 Jahanjang 3 0 3 0 30

5 Keruing 0 0 19 0 29

6 Perupuk 0 0 0 0 7

7 Tumbang Bulan 0 0 2 0 2

8 Mekar Tani 18 47 8 0 0

JUMLAH 22 47 37 182

Hampir semua rumah tangga sampel telah mempunyai rumah sendiri (98

persen). Rumah tangga yang belum mempunyai rumah sendiri adalah

keluarga muda yang masih menumpang pada rumah tangga orang tua.

Selanjutnya lebih dari separuh rumah tangga telah mempunyai sarana

komunikasi berupa televisi dan parabola, sedangkan yang lainnya

memiliki VCD. Tingginya pemilikan barang-barang elektronik, khususnya

televisi merupakan faktor yang kondusif jika dimanfaatkan sebagai sarana

sosialisasi kegiatan konservasi atau penyebarluasan informasi lainnya.

Tabel 10 Asset Non Produksi yang dimiliki responden per desa

No

Nama Desa

Rumah

TV

VCD

Player

Parabola

Perhiasan

Spd

Motor

Hp

1 Asem Kumbang 27 33 18 31 62 6 45

2 Baun Bango 23 19 14 11 38 3 20

3 Tumbang Ronen 8 6 4 5 245 0 23

4 Jahanjang 17 13 4 8 22 0 17

5 Keruing 10 5 2 4 22 0 14

6 Perupuk 3 3 1 2 7 0 2

7 Tumbang Bulan 10 4 3 4 17 0 8

8 Mekar Tani 22 20 8 19 45 14 26

JUMLAH 120 103 54 84 458 23 155

Page 30: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

30 Laporan Survey KAP

Pag

e30

55

HHAASSIILL SSUURRVVEEII BBAASSEELLIINNEE KKNNOOWWLLEEDDGGEE,, AATTTTIITTUUDDEE && PPRRAACCTTIICCEE

3.1 . Hutan dan Masyarakat Sekitar Hutan

a. Guna Hutan

Sebagian besar responden hidup tidak jauh dari hutan. Dapat dikatakan

bahwa mereka hidup di sekitar hutan. Survei menunjukkan bahwa ada

responden yang tidak tahu guna hutan dan ada yang mengatakan bahwa

hutan tidak berguna. Ketika responden ditanya, “Apakah hutan berguna

atau tidak?”, mayoritas yaitu 93 % menjawab berguna, 4 % menjawab

tidak berguna, dan sisanya; 3 % menjawab tidak tahu. Lihat Gambar 1.

Gambar 6 Tanggapan responden tentang hutan

Sehubungan dengan guna hutan, survei perdesa memperlihatkan bahwa

ada 3 desa yang diintervensi yang menjawab 100 % bahwa hutan berguna

Kemudian 1 desa yang tidak diintervensi yaitu desa Tumbang Bulan

Page 31: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

31 Laporan Survey KAP

Pag

e31

menduduki urutan tertinggi dalam menyatakan hutan tidak berguna dan

terendah dalam menyatakan hutan berguna.

Gambar 7 Tanggapan responden tentang hutan per desa

Penelusuran terhadap distribusi 4 % responden yang mengatakan bahwa

hutan tidak berguna yaitu terdapat di desa Tumbang Bulan, Baun Bango,

Jahanjang dan Mekar Tani. Mereka mengatakan demikian karena menurut

mereka hutan tidak mendatangkan uang dan tidak bisa dimanfaatkan.

Sedangkan 3 % responden yang mengatakan tidak tahu, terdapat di desa

Baun Bango, Jahanjang, Tumbang Bulan dan Mekar Tani.

Data ini penting untuk dicermati dan bila diinterpretasi maka terdapat

beberapa kemungkinan sehingga muncul jawaban demikian:

Jawaban berasal dari kelompok etnis pendatang (Banjar, Melayu atau

Jawa) yang secara kultural tidak akrab lagi dengan hutan. Mereka biasa

hidup merantau dan berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain atau

dari satu desa ke desa lain, jadi tidak merasa perlu dan berkepentingan

dengann hutan

Jawaban berasal dari kelompok Dayak yang secara kultural dekat dan

akrab dengan hutan, namun sebagai wujud resistensi atas kegiatan

konservasi mereka menjawab bahwa hutan tidak berguna atau tidak

tahu apa gunanya hutan.

Page 32: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

32 Laporan Survey KAP

Pag

e32

Para responden yang menjawab bahwa hutan berguna, kemudian diajukan

pertanyaan tentang apa saja kegunaan hutan. Survei menunjukkan bahwa

kegunaan hutan menurut para responden adalah:

Tabel 11 Pengetahuan masyarakat tentang guna hutan No. Kegunaan %

1. Tempat tinggal dan sumber kehidupan bagi segala macam jenis hewan 100,00 %

2. Tempat mencari bahan bangunan rumah 96, 13 %

3. Tempat mencari bahan baku untuk membuat tali-temali atau arang

anyaman (rotan, dll.)

93, 55 %

4. Tempat mencari bahan baku obat tradisional 92, 90 %

5. Melindungi Keanekaragaman hayati 92, 90 %

6. Tempat mencari sayur dan bahan pangan lainnya 92, 26 %

7. Tempat berburu binatang 83, 87 %

8. Melindungi bumi dari pemanasan global 83,23 %

9. Tempat wisata 74, 19 %

10. Tempat mencari hasil hutan (damar, anggrek, madu, dll.) Untuk dijual 72, 90 %

11. Tempat mencari kayu untuk dijual 64, 52 %

Dari hasil survei tampak terdapat perubahan pengetahuan tentang fungsi

hutan yaitu tidak hanya sebagai pemenuh kebutuhan hidup sehari-hari

(fungsi ekonomis) tetapi juga fungsi ekologis yaitu sebagai tempat

tinggal dan sumber kehidupan bagi segala macam jenis hewan (100 %),

melindungi Keanekaragaman hayati (92, 90 %) dan melindungi bumi dari

pemanasan global (83, 23 %). Muncul fungsi ekonomis dan fungsi

sosial baru dari hutan yaitu sebagai tempat wisata (74, 94 %). Secara

tradisional, sebelumnya masyarakat Dayak tidak pernah tahu bahwa hutan

bisa menjadi tempat hiburan, tempat pesiar atau piknik.

Hal itu menggambarkan bahwa intervensi yang dilakukan telah merubah

sudut pandang atau pengetahuan (knowledge) masyarakat tentang hutan.

Pengetahuan masyarakat tentang hutan pada mulanya terpusat pada

sumber daya ekonomi, namun dengan intervensi yang dilakukan mampu

mendorong peningkatan pengetahuan masyarakat menjadi lebih baik

yang ditunjukkan dengan peningkatan atau penambahan pengetahuan

tentang manfaat kawasan hutan dari aspek lain yaitu ekologi dan sosial.

Page 33: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

33 Laporan Survey KAP

Pag

e33

Perubahan sikap (attitude) tampak pada jawaban tidak (35,48 %) atas

fungsi hutan sebagai tempat mencari kayu untuk dijual sehingga

mendatangkan duit. Masyarakat, yang diwakili oleh 35, 48 % responden,

telah mampu bersikap (tidak setuju) terhadap fungsi ekonomi hutan. Bagi

mereka hutan tidak lagi bersifat komersil yaitu tidak lagi sebagai tempat

mambatang atau mencari kayu untuk mendatangkan uang sebagaimana

yang telah mereka lakukan sebelum terjadinya perubahan kawasan

menjadi TNS. Namun mereka setuju kalau hutan sebagai sarana

pemenuhan hidup hidup masyarakat (fungsi sosial) yaitu: tempat mencari

bahan baku rumah, bahan baku untuk membuat tali-temali dan barang

anyaman, obat tradisional, sayur dan bahan pangan, berburu dan hasil

hutan lainnya sebagaimana tergambar dalam tabel berikut:

Tabel 12 Pengetahuan tradisional guna hutan menurut responden

Tempat mencari bahan bangunan rumah 96, 13 %

Tempat mencari bahan baku untuk membuat tali-temali atau

arang anyaman (rotan, dll.)

93, 55 %

Tempat mencari bahan baku obat tradisional 92, 90 %

Tempat mencari sayur dan bahan pangan lainnya 92, 26 %

Tempat berburu binatang 83, 87 %

Tempat mencari hasil hutan (damar, anggrek, madu, dll.)

Untuk dijual

72, 90 %

Page 34: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

34 Laporan Survey KAP

Pag

e34

Sikap responden terhadap penggunaan hutan terlihat pada gambar 5.

Gambar 8 Sikap masyarakat terhadap penggunaan hutan

Dalam survei ini, pengetahuan responden tentang hutan tergambar dari

jawaban mereka tentang kondisi hutan yang ada di wilayah sekitar mereka

(pertanyaan No. 4) dan apa saja yang dapat menyebabkan kerusakan

hutan (pertanyaan No. 6). Responden yang menjawab bahwa kondisi

hutan yang ada di wilayah sekitar mereka dalam keadaan rusak dominan

berasal dari desa Mekar Tani dan Asem, Asem Kumbang dan Baun Bango.

Gambar 9 Kondisi hutan menurut responden

Page 35: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

35 Laporan Survey KAP

Pag

e35

b. Kerusakan Hutan

Kerusakan hutan itu menurut responden dominan karena pertama karena

kebakaran hutan yang bisa terjadi secara alami dan tidak alami, kedua

karena pencarian emas atau puya, ketiga karena pembukaan lahan oleh

Perkebunan Besar Sawit (PBS). Keempat karena penebangan pohon (illegal

loging), dan terakhir karena pembukaan lahan karena masyarakat.

Gambar 10 Penyebab kerusakan hutan menurut responden

Dari data tersebut, tampak bahwa para responden sangat menyadari

bahwa pelaku atau sumber kerusakan bisa berasal dari mereka sendiri

maupun oleh orang lain (PBS) atau oleh alam (kebakaran hutan).

Sehubungan dengan kerusakan hutan maka survei juga mencari data

tentang sikap mereka terhadap konservasi (yang dibahasakan dengan

“apakah kondisi hutan saat ini perlu diperbaiki atau dilestarikan,

pertanyaan No.5), illegal loging (penebangan hutan, pertanyaan No. 7) dan

pembakaran lahan (pertanyaan No.8).

Dari semua responden (n = 163), terdapat 92 % yang menyatakan bahwa

kondisi hutan saat ini perlu diperbaiki atau dilestarikan, sedangkan 2 %

memberi jawaban tidak , dan 6 % memberi jawaban tidak tahu.

Page 36: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

36 Laporan Survey KAP

Pag

e36

c. Penebangan Hutan

Sikap terhadap penebangan hutan secara liar atau illegal loging bervariasi

dan yang mencolok adalah desa Tumbang Bulan memberi persetujuan

yang tertinggi (35,7%) terhadap penebangan hutan dan tidak

berpendapat terhadap penebangan hutan (35,7%). Desa Asem Kumbang

juga menjadi fenomena unik karena sebagai desa yang tidak mendapat

intervensi justru menyatakan tidak setuju dengan penebangan hutan

(92,1% dengan n=39).

Sedangkan desa-desa lain relatif dapat diterima mengingat mereka masih

menebang hutan untuk keperluan bahan baku perumahan dan kayu bakar.

Desa Parupuk dapat diabaikan kendatipun 100% setuju, karena jumlah

responden di sana hanya tiga orang.

Gambar 11 Sikap terhadap Penebangan Hutan (illegal loging)

Penelusuran pada tiap desa memperlihatkan bahwa desa Asem Kumbang

menduduki urutan tertinggi dalam tidak setuju terhadap penebangan

hutan (92,1%). Fenomena ini dapat dijelaskan dengan fakta bahwa mata

pencaharian responden dari desa Asem Kumbang umumnya relatif tidak

tergantung banyak pada kegiatan illegal logging, yaitu 2 orang petani

Page 37: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

37 Laporan Survey KAP

Pag

e37

karet, 2 orang petani rotan dan 35 orang nelayan sungai. Pada sisi lain,

kampung ini banyak menerima program pemerintah (P2DTK, PM2L, PNPM,

PUAP,KUR) yang sedikit banyak mengintervensi pengetahuan mereka, dan

membentuk sikap mereka terhadap praktik illegal loging.

Salah satu hal penting sebagai pembentuk sikap adalah pengetahuan

tentang Peraturan Pemerintah atau Undang-Undang yang melarang

penebangan hutan secara liar. Untuk itu menggali hal itu maka diajukan

pertanyaan No. 9-11.

Survei menunjukkan bahwa 89 % dari responden mengetahui tentang

adanya Peraturan Pemerintah atau larangan tentang penebangan pohon

di hutan secara liar. Hanya 11 % yang mengatakan tidak tahu. Hal itu

menunjukkan bahwa sosialisasi tentang larangan llegal loging berhasil

dilakukan di daerah ini.

Keberhasilan itu juga tergambar dari sikap mereka terhadap Peraturan

Pemerintah atau larangan itu, yaitu 79 % setuju, 12 % tidak setuju, dan

sisanya 9 % tidak berpendapat.

Gambar 12 Sikap terhadap larangan penebangan hutan secara umum

Penelusuran terhadap responden yang tidak setuju dan tidak berpendapat

menunjukkan bahwa responden di desa Tumbang Bulan menduduki

urutan tertinggi yaitu 25 % dan 16,7 %. Hal ini tidak mengherankan

karena dalam fakta historis di desa ini telah terjadi praktik penebangan liar

sehingga membuat aparat kepolisian harus turun ke lapangan secara

langsung. Sedangkan desa Mekar Tani berada di posisi yang terendah

Page 38: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

38 Laporan Survey KAP

Pag

e38

yaitu 2,9 % dan 11, 4 %. Fakta ini bisa dijelaskan karena sebagian besar

responden di adalah petani dan berasal dari suku Jawa. Responden dari

desa Tumbang Ronen juga menunjukkan sikap positif terhadap Peraturan

Pemerintah atau larangan terhadap penebangan hutan, yang tampak dari

8, 3 % yang menyatakan tidak setuju, sedangkan sisanya 90, 7 %

menyatakan setuju.

Gambar 13 Sikap terhadap penebangan hutan per desa

Bila pengamatan dialihkan ke desa Parupuk dengan n= 3, maka tampak

bahwa dari 3 orang responden ada 1 orang yang tidak setuju terhadap .

Bila metode ini kita terapkan ke desa yang lain, maka bisa dikatakan dari 4

orang responden ada 1 orang tidak setuju (desa Asem Kumbang,

Jahanjang, Baun Bango), atau bisa saja dari 4 orang reponden ada 2 orang

yang tidak setuju (Tumbang Bulan, dan Keruing). Dari data ini bisa

disimpulkan bahwa minimal 50 % dan maksimal 75 % dari responden

yang mempunyai sikap positif terhadap Peraturan Pemerintah atau

larangan terhadap penebangan hutan.

Sikap ini berkorelasi dengan pengetahuan mereka tentang sanksi atau

hukuman terhadap orang/kelompokyang melanggar Peraturan Pemerintah

Page 39: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

39 Laporan Survey KAP

Pag

e39

atau larangan terhadap penebangan hutan. Temuan survei menunjukkan

bahwa 65 % dari reponden menyatakan ya mengetahui, dan 32 % tidak

mengetahui, sisanya 3 % tidak menjawab. Jawaban tidak mengetahui

tertinggi terdapat di desa Tumbang Bulan yaitu 70 %. Hal ini bisa menjadi

gambaran bahwa dari 4 orang responden ada 3 orang yang berpotensi

menjadi illegal logger. Hal sebaliknya dengan desa lain bahwa dari 4

responden ada 1 orang responden punya potensi (desa Keruing, Asem

Kumbang, Jahanjang, Tumbang Ronen, dan Baun Bango). Sedangkan

untuk desa Parupuk dengan n=3, hanya 1 orang yang berpontesi menjadi

illegal loger.

Gambar 14 Pengetahuan tentang sanksi/hukuman melakukan illegal loging

Desa Mekar Tani, punya penjelasan yang rasional kenapa terdapat 36 %

yang tidak tahu dan 8,3% tidak menjawab yaitu karena mayoritas

responden adalah petani transmigrasi yang telah mendapat jatah tanah

dari pemerintah dan berasal dari masyarakat Jawa. Namun harus

diwaspadai karena mereka punya potensi hampir 50 % untuk menjadi

illegal logger yaitu bila mereka gagal panen dengan sawah yang menjadi

andalan hidup mereka.

Potensi ini semakin jelas ketika pertanyaan survei diarahkan ke perilaku,

yaitu 48 % menyatakan ya pernah menebang pohon di hutan dalam

setahun terakhir, 52 % menyatakan tidak pernah (pertanyaan No. 12).

Penebangan itu dilakukan sebagian besar (90%) untuk digunakan sendiri

Page 40: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

40 Laporan Survey KAP

Pag

e40

(bahan baku rumah, kayu bakar), untuk dijual sebagai nafkah hidup (9%),

dan 1 % untuk dipakai sendiri dan dijual.

Gambar 15 Pemakaian pohon kayu yang ditebang

Hampir semua desa menyatakan menebang kayu dan memakainya sendiri.

Ada beberapa responden yang tersebar di desa Baun Bango, Tumbang

Ronen, Asem Kumbang, Tumbang Bulan, dan Keruing yang menyatakan

menebang kayu untuk dijual. Hal itu berarti di desa itu ada aktivitas illegal

loging dalam skala kecil, yang memang tidak kentara. Namun ada desa

yang 100% respondennya menyatakan bahwa hanya untuk dipakai sendiri

(desa Jahanjang), hal itu menunjukkan bahwa intervensi terhadap

kesadartahuan masyarakat Jahanjang menghasilkan sikap dan perilaku

yang positif terhadap kegiatan konservasi.

d. Memungut Hasil Hutan Non Kayu

Beberapa pendapat mengatakan bahwa bagi masyarakat Dayak hutan

adalah “pasar” yang menyediakan kebutuhan hidup dan “apotik” yang

menyediakan obatan-obatan. Dalam survei ini, pendapat ini mendapat

pembenaran yaitu dengan jawaban yang menunjukkan 44 % dari

responden menyatakan ada melakukan kegiatan memungut hasil hutan

non kayu dalam satu tahun terakhir, sedangkan sisanya 56% menyatakan

Page 41: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

41 Laporan Survey KAP

Pag

e41

tidak. Sebagian besar dari responden yang yang menjawab tidak berada di

desa Mekar Tani dan Tumbang Bulan.

Untuk masyarakat Mekar Tani dapat dimaklumi karena sebagian besar

responden adalah masyarakat petani transmigrasi dari Jawa. Namun untuk

desa Tumbang Bulan, perlu penjelasan khusus, yaitu sebagai bentuk

“resistensi”atau “manajemen kesan” agar mereka tidak terlalu dicitrakan

sebagai perusak hutan.

Gambar 16 Pemungutan hasil hutan dalam setahun terakhir

Hasil hutan non kayu , umumnya digunakan sendiri. Ada yang menjawab

dijual , hal itu ada kaitannya dengan pekerjaan responden sebagai petani

rotan, yang terkadang dilihat sebagai hasil hutan.

Page 42: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

42 Laporan Survey KAP

Pag

e42

Gambar 17 Penggunaan Hasil Hutan Non Kayu

e. Pembakaran Hutan

Sehubungan dengan pembakaran lahan, dari semua responden (n=163)

didapat prosentasi bahwa 48 % setuju dengan pembakaran lahan dan 43

% tidak setuju serta 9 % tidak bependapat. Patut dicermati bahwa

mayoritas responden adalah masyarakat Dayak yang biasa membuka lahan

dengan cara bakar. Pada sisi lain, responden adalah masyarakat biasa

yang tidak mempunyai peralatan atau teknologi canggih yang

memungkinkan mereka untuk membuka lahan dengan cara tidak

membakar. Jadi, ketidakpatuhan terhadap aturan larangan membakar

yang terjadi di masyarakat dikarenakan tidak adanya pilihan serta

minimnya peralatan dan teknologi yang mereka dimiliki.

Kendatipun demikian, terdapat 43 % dari responden tidak setuju dengan

membuka dan mengolah lahan dengan cara bakar. Hal itu

menggambarkan bahwa masyarakat telah memiliki pengetahuan baru

tentang cara membuka lahan selain cara membakar dan mereka tahu risiko

yang dapat muncul dari cara lama yang mereka lakukan selama ini.

Page 43: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

43 Laporan Survey KAP

Pag

e43

Gambar 18 Sikap terhadap pembukaan dan pengolahan lahan dengan membakar secara keseluruhan

Ketika dilakukan penelusuran, jawaban setuju atas pembukaan atau

pengelolaan lahan secara bakar ternyata terdapat di kalangan responden

desa Mekar Tani. Hal ini terjadi karena mereka adalah petani yang selain

bertanam padi juga palawija atau sayur-sayuran seperti terong, kacang

panjang, jagung,dll. Karena situasi ekonomi yang terbatas mereka tidak

mampu membeli pupuk untuk menyuburkan tanaman mereka. Salah satu

cara yang murah dan mudah adalah dengan melakukan pembakaran yang

mana abu yang dihasilkan menjadi pupuk bagi tanaman.

Gambar 19 Sikap terhadap pembukaan dan pengolahan lahan dengan membakar per desa

Walapun kebakaran hutan merupakan fenomena tahunan, tidak semua

responden mengetahui penyebab dari kebakaran hutan. Ada 27 %

menyatakan tidak tahu, sedang sisanya 73 % menyatakan tahu. Hal ini

menggambarkan bahwa ada responden yang melihat kebakaran hutan itu

sebagai sesuatu yang terjadi begitu saja; tanpa sebab. Namun ada yang

Page 44: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

44 Laporan Survey KAP

Pag

e44

sudah berpikir casualistik (sebab-akibat), bahwa kebakaran hutan terjadi

karena ada sebab-penyebabnya. Hal ini merekomendasikan bahwa salah

satu isi atau materi pendidikan lingkungan hidup adalah mengajarkan

bagaimana berpikir sebab-akibat.

Untuk melacak pengetahuan responden tentang cara mencegah

kebakaran hutan maka diajukan pertanyaan No. 21. Hasilnya adalah

dominan responden mengetahui bahwa cara mencegah kebakaran hutan

adalah pertama dengan tidak melakukan pembakaran lahan secara

sembarangan, yang kedua adalah dengan tidak membuang puntung rokok

sembarangan, yang ketiga adalah dengan membuat tabat (blocking

canal), yang keempat adalah dengan tidak menyalakan api di tempat yang

rawan kebakaran, yang kelima dengan memadamkan api secara sukarela,

yang keenam dengan cara membentuk patroli swadaya kampung, yang

ketujuh adalah dengan cara memanggil pawang hujan.

Dari data di atas tampak intervensi tentang mecegah kebakaran dengan

dengan membuat tabat (blocking canal) cukup berpengaruh di responden

sehingga menduduki posisi ketiga. Sedangkan konsep membentuk Regu

Pemadam Kebakaran (RPK) atau Patroli Swadaya Kampung (PSK) kurang

begitu diketahui sehingga berada diurutan keenam atau satu tingkat di

atas cara memanggil pawang hujan.

Gambar 20 Cara mencegah kebakaran menurut para responden

Page 45: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

45 Laporan Survey KAP

Pag

e45

Untuk mengetahui sikap responden terhadap pembakaran hutan maka

diajukan pertanyaan tentang pendapat mereka tentang

larangan/peraturan pemerintah yang melarang adanya pembakaran hutan

(pertanyaan No. 17). Survei menunjukkan bahwa 83 % menyatakan setuju,

8 % setuju dan 9 % tidak berpendapat. Angka tidak setuju tertinggi

terdapat di desa Tumbang Bulan yaitu 27,3 %.

Gambar 21 Sikap responden terhadap pembakaran hutan per desa

Untuk mengetahui pengetahuan para responden terhadap sanksi yang

diterima oleh orang/kelompok orang yang melakukan pembakaran hutan

maka diajukan pertanyaan No. 18. Survei menujukkan bahwa ada 63 %

menyatatakan mengetahui, 25% menyatakan tidak mengetahui, dan

sisanya 12 % tidak menjawab. Penelusuran data perdesa menunjukkan

bahwa desa Tumbang Bulan berkontribusi tertinggi dalam memberi

jawaban tidak mengetahui yaitu 50 % dari 39 responden.

Gambar 22 Pengetahuan tentang sanksi atas pembakaran hutan perdesa

Page 46: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

46 Laporan Survey KAP

Pag

e46

Untuk mengetahui perilaku maka diajukan pertanyaan No. 19 dan 20,

dengan pertanyaan apakah mereka mengetahui dalam setahun terakhir

ada orang yang membakar hutan dan apakah dalam kurun waktu itu

mereka ada melakukan pembakaran lahan/hutan. Survei memperlihatkan

bahwa 91 % mengatakan tidak tahu kalau dalam setahun terakhir ada

yang membakar hutan, 9 % lainnya mengatakan mengetahui. Kemudian

97 % responden menjawab bahwa selama setahun terakhir mereka tidak

ada membakar hutan misalnya untuk membuka kebun atau ladang.

Sisanya 3 % menjawab bahwa mereka ada membakar hutan misalnya

untuk membuka kebun atau ladang, responden sejumlah 3 % ini tersebar

di desa Keruing, Asem Kumbang, Jahanjang, dan Baun Bango. Namun

data ini harus dibaca secara berhati-hati karena memang dalam setahun

terakhir selama tahun 2010 telah terjadi musim penghujan sepanjang

tahun dan hampir-hampir tidak ada musim kemarau yang memungkinkan

orang untuk melakukan pembakaran dan pengolahan lahan dengan

membakar.

Gambar 23 Jawaban Responden tentang keterlibatan dalam membakar hutan dalamkurun waktu selama tahun 2010

3.2 . Sungai

a. Kondisi Sungai

Page 47: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

47 Laporan Survey KAP

Pag

e47

Sungai merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat di sepanjang

sungai Katingan. Namun karena perubahan iklim dan campur tangan

tangan manusia terjadi beberapa perubahan terhadap kondisi sungai yang

menurut responden perubahan utama adalah: pertama sering terjadi

banjir, yang kedua semakin sedikit ikan yang bisa ditangkap, dan ketiga

adalah tercemarnya air sungai akibat penambangan emas.

Gambar 24 Pengetahuan responden tentang kondisi sungai

Hal itu menunjukkan bahwa responden sadar dan tahu akan kondisi riil

yang sedang terjadi walaupun tidak tahu dengan jelas apa penyebab

kondisi itu terjadi.

b. Pemakaian Sianida/Racun/Potas dan Alat Setrum Ikan

b.1. Sianida/Racun/Potas.

Ketika ditanya masalah penggunaan racun untuk menangkap ikan, 93 %

menjawab Ya mengetahui bahwa ada larangan pemakaian

sianida/racun/potas untuk menangkap ikan. Sehubungan dengan sikap,

maka ditanya pendapat mereka tentang larangan itu. Jawaban yang

diberikan adalah 86 % menyatakan setuju ada pelarangan, sisanya 14 %

menyatakan tidak setuju. Sehubungan dengan sanksi atau hukuman

terhadap orang/kelompok yang melanggar peraturan atau larangan itu, 69

Page 48: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

48 Laporan Survey KAP

Pag

e48

% menyatakan mengetahui, 30 % menyatakan tidak mengetahui serta 1 %

tidak memberi jawaban.

Dari 163 orang responden ternyata ada sekelompok kecil yang melakukan

penangkapan ikan dengan menggunakan sianida/racun/potas pada kurun

waktu setahun terakhir, yaitu ada 3 orang atau 6,3 % di desa Jahanjang (

dengan n=19), ada 2 orang atau 5,4 % di desa Asem Kumbang (dengan

n=39) dan terdapat 1 orang atau 4,3 % di desa Baun Bango (dengan

n=23)

b.2. Alat Setrum

Sehubungan dengan penggunaan alat setrum untuk menangkap ikan,

terdapat 89 % responden menjawab mengetahui adanya larangan

penggunaan alat setrum untuk menangkap ikan. Sisanya 11 %

menyatakan tidak tahu. Kemudian terhadap adanya larangan itu, 80 %

memberi jawaban setuju, dan terdapat 20 % yang menyatakan tidak

setuju. Mengenai sanksi atau hukuman kepada mereka yang melanggar

larangan, terdapat 59 % yang menyatakan mengetahui adanya sanksi atau

hukuman bila melanggar larangan, sisanya 41 % menyatakan tidak tahu

adanya sanksi atau hukuman.

Ketika ditanya mengenai praktik penangkapan ikan dengan menggunakan

alat setrum, terdapat 91 % responden yang menyatakan tidak

mengetahui ada orang lain yang melakukan penangkapan ikan dengan

menggunakan alat setrum, sisanya 9 % memberi jawaban mengetahui.

Ketika ditanya apakah mereka melakukan penangkapan ikan dengan

menggunakan alat setrum, terdapat 3 % dari responden (5 orang) yang

menjawab ya. Penelusuran data menunjukkan bahwa distribusi responden

yang melakukan praktik itu tersebar di desa Jahanjang, Tumbang Ronen

dan Baun Bango.

b.3. Analisis

Dari data di atas tampak bahwa sebagian besar responden telah memiliki

pengetahuan dan sikap yang baik tentang adanya larangan pemakaian

sianida/racun/potas dan alat setrum untuk menangkap ikan. Bahkan

Page 49: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

49 Laporan Survey KAP

Pag

e49

mayoritas responden mengetahui sanksi atau hukuman yang diterima bila

melanggar larangan itu. Hal itu menunjukkan bahwa upaya intervensi

sehubungan kelestarian keragaman hayati di wilayah sungai cukup

terserap dengan baik oleh responden. Data menunjukkan bahwa dari sisi

aspek penegakan hukum (aturan dan larangan dari pemerintah) cukup

berpengaruh dalam membatasi perilaku destruktif seperti penggunaan

sianida/racun/potas dan alat setrum

Sebagai peringatan awal, data positif hasil survei ini tidak memberi

jaminan apa-apa bahwa di masa depan tidak akan ada penangkapan ikan

dengan menggunakan sianida/racun/potas dan alat setrum ikan. Karena

yang membuat masalah biasanya “kelompok kecil” dan bukanlah

“kelompok besar”.

Kelompok kecil, yang kemudian menjadi kelompok penentang, biasanya

adalah kaum mapan secara ekonomi dan sosial dengan anggapan bahwa

perubahan dapat saja membuat kehidupan ekonomi dan status sosial

mereka tidak semakin baik tapi malah sebaliknya.

3.3 . Peraturan Adat

Selain memahami adanya hukum negara dan agama, masyarakat Dayak

juga mengenal adanya hukum adat yaitu hukum tradisional yang mereka

peroleh secara turun-temurun dari nenek moyang mereka. Salah satu dari

fungsi dari hukum adat itu adalah mengatur tentang pengelolaan sungai,

hutan dan tanah. Namun dari hasil survei menunjukkan ternyata mayoritas

responden (62 %) menjawab tidak ada, dan 12 % menjawab tidak tahu

kalau ada hukum adat yang demikian. Sisanya yaitu 26 % menjawab bahwa

ada hukum adat yang mengatur tentang pengelolaan sungai, hutan dan

tanah.

Page 50: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

50 Laporan Survey KAP

Pag

e50

Gambar 25 Pengetahuan Responden tentang Hukum Adat secara keseluruhan

Gambar 26 Pengetahuan Responden tentang Hukum Adat per desa

Penelusuran atas data per desa menunjukkan bahwa distribusi responden

yang menjawab tidak ada hampir tersebar di semua desa, namun

prosentasi tertinggi terdapat di desa Tumbang Bulan dan Asem Kumbang,

Kemudian menyusul Jahanjang, Tumbang Ronen dan Keruing.

Ketika ditanya, “Apakah peraturan adat diperlukan untuk pengelolaan

sungai, hutan dan tanah (SDA), mayoritas responden yaitu 73 % menjawab

ya. Sisanya menjawab tidak (21%) dan tidak menjawab ada 6 %.

Page 51: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

51 Laporan Survey KAP

Pag

e51

Gambar 27 Tanggapan Responden tentang perlunya Hukum Adat

Data di atas menggambarkan bahwa sebagian responden telah tercerabut

dari akar budaya Dayak, kemudian mereka tidak punya peraturan yang

berasal dari diri mereka sendiri untuk mengatur diri mereka sendiri.

Kalaupun 26 %responden menjawab ada, itu mungkin hanya sebatas “

ingatan” tidak dalam bentuk praktik. Pengetahuan responden tentang

pengelolaan dan pemanfaatan hutan yang diwariskan secara turun-

temurun, ternyata tidak diikuti dengan aturan (hukum adat) yang

bertujuan mempertahanankan fungsi sumberdaya hutan dan sungai untuk

menjamin hutan dan sungai dapat terus-menerus atau secara

berkelanjutan mendukung kehidupan mereka. Jadi, dalam bentuk perilaku

masyarakat tidak mempunyai atau belum mampu memproduksi hukum

atau peraturan milik mereka sendiri yang bertujuan untuk mengatur diri

mereka sendiri. Mereka tidak punya patokan untuk mengatur, melarang

atau menghukum (memberi sanksi) yang disebut dengan hukum adat.

3.4 . Pelestarian dan Penyelamatan Lingkungan Hidup

a. Pengetahuan dan sikap tentang konservasi

Konservasi atau dalam survei ini dibahasakan sebagai “Pelestarian dan

Penyelamatan Lingkungan Hidup” ternyata diketahui oleh 71 % dari

respondeni, 29 % menyatakan tidak pernah mendengar istilah

“Pelestarian dan Penyelamatan Lingkungan Hidup”.

Page 52: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

52 Laporan Survey KAP

Pag

e52

Semua responden dari desa Perupuk dan Tumbang Ronen menyatakan

pernah mendengar istilah ini. Sebagian kecil responden di desa Mekar

Tani, Keruing, Jahanjang dan Baun Bango menyatakan tidak pernah

mendengar istilah ini. Namun sebagian besar ( < 50 %) responden di desa

Asem Kumbang dan Tumbang Bulan menyatakan tidak pernah mendengar

istilah “Pelestarian dan Penyelamatan Lingkungan Hidup”.

Gambar 28 Informasi yang disampaikan responden tentang pernah atau tdak pernah mendengar istilah “Pelestarian dan Penyelamatan Lingkungan Hidup”

Data survei tersebut memperlihatkan bahwa upaya kampanye konservasi

lingkungan hidup relatif berhasil, walapun ada sebagian kecil yang tidak

tahu tentang istilah itu (29 %). Kemudian data survei juga

memperlihatkan terdapat perbedaan yang mencolok antara 6 desa yang

sudah diintervensi dan 2 desa yang belum diintervensi. Desa yang

diintervensi relatif lebih tahu daripada desa yang belum diintervensi.

Sumber informasi para responden untuk mengetahui atau mendengar

istilah “Pelestarian dan Penyelamatan Lingkungan Hidup” mulai dari urutan

tertinggi:

Kepala Desa (19,6 %)

Televisi (16,4 %)

Radio (12,1 %)

Poster (6,8 %)

Anggota Formas (6,6 %)

Saudara (6,2 %)

Page 53: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

53 Laporan Survey KAP

Pag

e53

Tetangga (5,8 %)

Stiker (5,8 %)

Ketua RT (3,3 %)

Koran (1,8 %)

Brosur (1,6 %)

Data di atas juga memperlihatkan bagaimana pola interaksi sosial di antara

warga masyarakat yaitu bersifat dari pimpinan kepada pengikut (patron-

klien), bersifat tatap muka (face to face), dan menyampaikan informasi

dari mulut kemulut (lisan) akibatnya akurasi informasi sering menjadi

persoalan tersendiri. Namun peran teknologi informasi (TV dan radio) juga

patut diperhitungkan, karena menduduki urutan kedua dan ketiga.

Ketika ditanya mengenai tujuan pelestarian dan penyelamatan lingkungan

hidup, 52 % dari responden menyatakan untuk melindungi hutan, 19 %

menyatakan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, 15 %

menjawab untuk melindungi binatang langka, 9 % menjawab tidak tahu,

dan 5 % menjawab tidak tahu. Jawaban yang lainnya menurut para

responden adalah melindungi sungai dari pencemaran. Gambar di bawah

ini memperlihatkan pengetahuan responden tentang tujuan pelestarian

dan penyelematan lingkungan hidup.

Gambar 30 pengetahuan responden tentang tujuan pelestarian dan

penyelematan lingkungan hidup.

Page 54: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

54 Laporan Survey KAP

Pag

e54

Ketika ditanya “Apakah bapak/ibu terlibat dalam upaya pelestarian atau

penyelamatan lingkungan hidup?”, 59 % dari responden menjawab ya,

dan 41 % menyatakan tidak. Bagi yang menjawab tidak terlibat, ketika

ditanya “apakah berkeinginan untuk terlibat?” 97 % menjawab ya dan

hanya 3 % yang menjawab tidak.

Jika pengetahuan responden terhadap berbagai kegiatan pelestarian atau

penyelamatan lingkungan hidup cukup tinggi (71 %) nampaknya

keterlibatan responden pada kegiatan-kegiatan tersebut persentasenya

tidak setinggi persentase responden tentang pengetahuan tentang

kegiatan terkait. Walaupun responden tahu tentang kegiatan pelestarian

atau penyelamatan lingkungan hidup, namun keterlibatan mereka

terhadap kegiatan mereka sangat rendah.

Tabel berikut memperlihatkan bahwa keterlibatan responden pada

kegiatan-kegiatan pelestarian atau penyelamatan lingkungan hidup

persentasenya tidak setinggi persentase responden tentang pengetahuan

tentang kegiatan terkait.

Kegiatan Pelestarian/Penyelamatan Mengetahui Tdk Terlibat Tdk

Lingkungan Hidup Ya Tidak Jwb Ya Tidak Jwb

39%

55%

6%

9%

31%

60%

Kegiatan perlindungan/pengawasan hutan, sungai dan

danau 36%

60%

4%

6%

32%

62%

Pembentukan Forum Masyarakat sekitar Taman Nasional Sebangau 23% 69% 8% 4% 20% 76% Pelatihan Usaha Rumah Tangga (URT) 30% 63% 7% 11% 21% 68% Pendampingan Usaha Rumah Tangga (URT) 17% 72% 11% 8% 15% 77% Kegiatan sosialisasi tentang Desa Eko-Wisata 21% 71% 8% 5% 18% 77% Apakah tahu tentang adanya perencanaan Desa Eko-Wisata 23% 69% 8% 4% 19% 77% Apakah tahu tentang program pertanian organik 25% 66% 9% 6% 18% 76%

Salah satu tujuan dari program Pelestarian/Penyelamatan Lingkungan

Hidup adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di samping

tetap menjaga kelestarian. Berbagai kegiatan dan usaha ekonomi telah

Peningkatan pengetahuan dan kesadartahuan akan pentingnya peletarian/penyelamatan lingkungan hidup (misalnya sosalisasi & kampanye melalui penyelamatan hutan, orangutan melalui pertemuan/rapat, pemutaran film, pemasangan poster, billboard, dll.

Page 55: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

55 Laporan Survey KAP

Pag

e55

dilakukan agar perekonomian masyarakat meningkat. Ketika responden

ditanyakan tentang keadaan ekonomi rumah tangga sekarang

dibandingkan dengan sebelum adanya program

Pelestarian/Penyelamatan Lingkungan Hidup, hanya 15 % yang

menjawab Lebih Baik, 22 % tidak ada melihat adanya perubahan, 7 %

menjawab lebih buruk dan suara terbanyak 56 % tidak memberi jawaban.

Gambar 31 Jawaban Responden tentang pengaruh upaya pelestarian/penyelamatan lingkungan hidup terhadap keadaan ekonomi keluarganya

Alasan memberi jawaban sama saja dan lebih buruk bervariasi mulai

tidak bisa menambah pendapatan ekonomi keluarga, tidak ada manfaat

langsung yang bisa diterima, hanya latihan tidak ada penerapan, belum

terlibat dalam kegiatan, hingga tidak memberi jawaban sama sekali.

Bila dilakukan pelacakan perdesa maka tampak bahwa responden yang

tidak memberi jawaban terkonsentrasi di desa Asem Kumbang dan Mekar

Tani. Untuk desa Asem Kumbang data dapat dijelaskan dengan alasan

desa ini tidak mengalami intervensi. Tetapi untuk desa Mekar Tani perlu

penjelasan khusus yaitu karena mereka memang sejak datang ke

Kalimatan kehidupan mereka difasilitasi oleh negara sehingga mereka

tidak mengalami banyak perubahan dengan adanya penertiban illegal

logging yang seringkali dilihat berkaitan erat dengan upaya

Pelestarian/Penyelamatan Lingkungan Hidup. Mekar Tani berbeda dari

tujuh desa lainnya yang dapat “mengkambing-hitamkan” upaya

Pelestarian/Penyelamatan Lingkungan Hidup sebagai salah satu sumber

menurunnya pendapatan mereka.

Page 56: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

56 Laporan Survey KAP

Pag

e56

Tabel 13 Jawaban Responden pada tiap desa tentang pengaruh upaya pelestarian/penyelamatan lingkungan hidup terhadap keadaan ekonomi keluarganya

No. Lebih Baik Sama Saja Lebih Buruk Tidak Menjawab

1. Asem Kumbang 2 4 0 33

2. Baun Bango 3 4 8 8

3. Tumbang Ronen 7 0 0 5

4. Keruing 1 10 0 2

5. Jahajang 4 3 3 9

6. Perupuk 1 1 1 0

7. Tumbang Bulan 0 9 1 5

8. Mekar Tani 3 5 0 31

Total 21 36 13 93

Prosentase 15% 22% 7% 56%

Kendatipun demikian ketika ditanya apakah program

Pelestarian/Penyelamatan Lingkungan Hidup perlu dilanjutkan atau tidak,

mayoritas responden (58 %) menjawab ya. Responden yang menjawab

tidak hanya 2 % dan tidak tahu juga 2 %, sedangkan yang tidak

menjawab berjumlah 38 %.

66

KKEESSIIMMPPUULLAANN DDAANN RREEKKOOMMEENNDDAASSII

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari Survei Sosial Ekonomi dan Survei KAP yang dilakukan

terhadap 8 desa yang terdapat di sekitar wilayah Taman Nasional

Sebangau, secara khusus di daerah aliran sungai Katingan adalah sebagai

berikut:

Page 57: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

57 Laporan Survey KAP

Pag

e57

Survei Sosial Ekonomi

1. Kebijakan pemerintah tentang penertiban illegal logging, cukup

berdampak pada kehidupan masyarakat. Masyarakat merubah pola

pikir dan usaha mereka yang dulunya bergantung pada kegiatan illegal

logging . Ketika survei dilakukan masyarakat sudah mulai melakukan

usaha non illegal logging antara lain mencari ikan, membuat keramba

ikan, berkebun rotan, dan berkebun karet.

2. Pola adaptasi untuk dapat bertahan hidup yang dikembangkan oleh

masyarakat yang berada di tepi sungai Katingan adalah dengan

memanfaatkan situasi alami berupa sungai, danau dan rawa untuk

mencari ikan atau nelayan, yang diselingi dengan pekerjaan sebagai

petani rotan, atau petani karet.

3. Pola adaptasi untuk dapat bertahan hidup yang dikembangkan oleh

masyarakat di desa transmigrasi adalah dengan melakukan penanaman

padi dan sayur, yang diselingi dengan pekerjaan sebagai peternak,

tukang dan buruh tani.

4. Kondisi ekonomi penduduk yang bermata-pencaharian sebagai

nelayan sudah beranjak dari kondisi subsisten. Mereka tidak lagi

sekadar menangkap ikan untuk keperluan sendiri, tetapi untuk

membudi-dayakan dan memasarkannya ke tempat lain. Hal belum

dilakukan adalah pengembangan sistem pengolahan produksi ikan

sehingga menjadi komoditas (barang dagangan dalam bentuk baru)

dan juga perluasan rantai pemasarannya

Survei KAP

1. Masyarakat di sekitar wilayah Taman Nasional Sebangau, secara khusus

di daerah aliran sungai Katingan, memiliki pengetahuan, sikap dan

perilaku tentang fungsi hutan, baik dari aspek ekonomi, sosial dan

ekologis.

2. Intervensi terhadap enam desa telah merubah sudut pandang atau

pengetahuan (knowledge) masyarakat tentang hutan. Pengetahuan

masyarakat tentang hutan pada mulanya terpusat pada sumber daya

ekonomi, namun dengan intervensi yang dilakukan mampu

Page 58: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

58 Laporan Survey KAP

Pag

e58

mendorong peningkatan pengetahuan masyarakat menjadi lebih baik

yang ditunjukkan dengan peningkatan atau penambahan pengetahuan

tentang manfaat kawasan hutan dari aspek lain yaitu ekologi dan sosial.

3. Intervensi juga mengakibatkan perubahan sikap (attitude) dimana

masyarakat telah mampu bersikap (tidak setuju) atas fungsi hutan

sebagai tempat mencari kayu untuk dijual sehingga mendatangkan

duit. Bagi mereka hutan tidak lagi bersifat komersil yaitu tidak lagi

sebagai tempat mambatang atau mencari kayu untuk mendatangkan

uang sebagaimana yang telah mereka lakukan sebelumnya. Namun

mereka setuju kalau hutan sebagai sarana pemenuhan hidup hidup

masyarakat (fungsi sosial) yaitu: tempat mencari bahan baku rumah,

bahan baku untuk membuat tali-temali dan barang anyaman, obat

tradisional, sayur dan bahan pangan, berburu dan hasil hutan lainnya.

4. Intervensi mengakibatkan perubahan pengetahuan masyarakat tentang

cara pencegahan kebakaran hutan.

5. Desa yang diintervensi memberi respon positif terhadap kebijakan

pemerintah tentang pelarangan penebangan hutan, pelarangan

penangkapan ikan dengan menggunakan racun dan alat setrum.

Sedangkan desa yang tidak diintervensi cenderung negatif.

6. Tidak ada hukum adat yang diberlakukan untuk mengatur pengelolaan

sungai, hutan dan tanah (SDA). Jadi dalam bentuk perilaku masyarakat

tidak mempunyai atau belum mampu memproduksi hukum atau

peraturan milik mereka sendiri yang bertujuan untuk mengatur diri

mereka sendiri. Mereka tidak punya patokan untuk mengatur,

melarang atau menghukum (memberi sanksi) yang disebut dengan

hukum adat.

7. Pengetahuan responden tentang kegiatan konservasi ternyata tidak

berbanding lurus dengan keterlibatan dalam kegiatan konservasi.

8. Karena terbatas daya, dana dan waktu, program peningkatan ekonomi

belum maksimal dilakukan. Hal itu tampak hanya 15 % yang

menjawab bahwa kehidupan ekonomi keluarganya Lebih Baik,

sedangkan 22 % tidak ada melihat adanya perubahan, 7 % menjawab

lebih buruk dan suara terbanyak 56 % tidak memberi jawaban.

9. Kendatipun demikian, mayoritas responden bersikap postif terhadap

kegiatan Pelestarian/Penyelamatan Lingkungan Hidup, terdapat 58 %

Page 59: PEN NDD AAHHUULLUUAN...Telah terbentuk enam Forum Masyarakat (Formas) di enam kecamatan. Telah ada potential buyer untuk hasil panen Lidah Buaya Replikasi proyek Lidah Buaya oleh Dinas

59 Laporan Survey KAP

Pag

e59

menyatakan kegiatan ini perlu dilanjutkan. Hanya 2 % yang menjawab

tidak dan tidak tahu juga 2 %, sedangkan yang tidak menjawab

berjumlah 38 %.

6.2. Rekomendasi

1. Harus ada program khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan

merubah sikap responden, sehingga dalam penelitian selajutnya terjadi

penurunan atas jawaban tidak tahu dan tidak menjawab. Umumnya

perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku dapat dilihat dari

menurunnya kelompok masyarakat yang tidak tahu dan atau tidak

berpendapat menjadi mampu menjawab.

2. Menurunkan atau memutus tingginya tingkat ketergantungan

masyarakat terhadap kawasan hutan yaitu dengan cara meningkatkan

ketrampilan mereka sehingga terjadi diversifikasi pekerjaan.

3. Membuat kegiatan yang inovatif, yang hasilnya bisa langsung

dirasakan oleh masyarakat atau meningkatkan pendapatan masyarakat.

4. Karena masyarakat masih aktif melakukan pemanfaatan atas hasil

hutan non kayu, maka perlu mengadakan kampanye tentang

pengambilan hasil hutan non kayu yang tidak berlebihan.

Pemanfaatan hasil hutan non kayu tanpa memperhitungkan suksesi

atau kesinambungan jenis tanaman tersebut, akan membuat

keberadaannya menuju kepunahan.

5. Kampanye atau penyediaan informasi yang cukup mengenai dampak

langsung kerusakan hutan dan sungai terhadap masyarakat yang

memiliki ketergantungan tinggi pada hutan dan sungai.

6. Meningkatkan nilai guna hutan bagi masyarakat misalnya dengan

melakukan kajian potensi kawasan ini menyimpan banyak

keanekaragaman hayati yang sebagian besar belum dikaji manfaat dan

kegunaannya dalam bidang ilmu terapan.

7. Mendorong diberlakukannya hukum adat sehingga masyarakat

terbiasa bekerja berkelompok dan saling memonitoring. Hukum adat

itu misalnya untuk mengistrihatkan sungai dan danau dalam jangka

waktu tertentu, sehingga ada kesempatan bagi ikan untuk berkembang

biak.