commit to user · 2013-07-22 · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v...
Transcript of commit to user · 2013-07-22 · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
MARGIN KEUNTUNGAN DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH
DI BPR SYARIAH DANA MULIA SURAKARTA TAHUN 2009
Oleh:
Andy Setiawan
NIM. K7402040
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Sri Witurachmi, MM. Drs. Sukirman, MM NIP. 19540614 198103 2 001 NIP. 19500617 198203 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : ……………………………..
Tanggal : ……………………………..
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Wahyu Adi, M.Pd. ………..………
Sekretaris : Jaryanto, S.Pd, M.Si. …………..……
Anggota I : Dra. Sri Witurachmi, MM ………..………
Anggota II : Drs. Sukirman, MM. …..……………
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof.Dr.H.M.Furqon Hidayatullah,M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Andy Setiawan. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MARGIN KEUNTUNGAN DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DANA MULIA SURAKARTA TAHUN 2009. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2009.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui karakteristik produk pembiayaan murabahah di BPR Syariah Dana Mulia, (2) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan margin keuntungan dalam produk pembiayaan murabahah di BPR Syariah Dana Mulia.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling (sampel bertujuan), sampel yang diambil tidak ditekankan pada jumlah, namun pada kekayaan informasi yang dimiliki anggota sampel sebagai sumber data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data model interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Karakteristik produk pembiayaan murabahah dalam hal; (a) Akad, pembiayaan murabahah di BPR Syariah Dana Mulia menggunakan akad jual beli, (b) Uang muka, dalam produk pembiayaan murabahah di BPRS Dana Mulia, bank dapat meminta uang muka kepada nasabah, (c) Jangka waktu dan pengembalian, jangka waktu pengembalian ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan nasabah, (d) Pembayaran angsuran dan keuntungan, pembayaran angsuran dan margin keuntungan ditetapkan pada awal akad berdasarkan kesepakatan dan tidak berubah selama periode pembiayaan, (e) Biaya-biaya, biaya yang dibebankan berkisar 2% dari jumlah pembiayaan ditambah dengan materai 3 lembar, (f) Agunan, bank berhak untuk meminta agunan kepada nasabah, nilai pembiayaan yang diberikan minimal 30% dari nilai agunan. (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan margin keuntungan di BPR Syariah Dana Mulia adalah; (a) Penetapan margin keuntungan pada produk pembiayaan murabahah di BPRS Dana Mulia adalah berdasarkan kebijakan dari manajemen bank, (b) Faktor yang kedua adalah harga pasar.
BPR Syariah Dana Mulia sebagai lembaga keuangan syariah dalam menentukan besarnya margin keuntungan dalam produk pembiayaan murabahah masih memperhatikan tingkat suku bunga dari lembaga keuangan lainnya dan harga pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya, Dialah yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang”
(Q.S. Az Zumar: 53)
“Sungguh unik perkara orang mukmin itu! Semua perkaranya adalah baik. Jika
mendapat kebaikan ia bersyukur, maka itu menjadi sebuah kebaikan baginya.
Dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka itu juga menjadi sebuah
kebaikan baginya”
( Al. Hadits)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur ke hadirat Allah SWT,
karya ini dipersembahkan kepada:
Kedua orang tua tercinta, atas kasih sayang
dan doanya selalu mengiringi langkahku.
Keluarga besarku, atas perhatian, doa dan
kesabaran yang memberiku semangat.
Istriku, terimakasih atas kesabarannya
menjalani kehidupan bersamaku.
Anakku, tawamu dan kepolosanmu memberikan
semangat baru dalam hidupku.
Sahabat-sahabatku, atas dukungannya,
dan kebersamaannya.
Semua pihak yang telah membantu kelancaran
penyusunan skripsi ini.
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan guna memenuhi sebagian
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para
pengikut yang berjuang di jalan-Nya.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul
dapat teratasi. Atas segala bantuan dan doa yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih
kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan surat keputusan penyusunan skripsi dan ijin untuk
melaksanakan penelitian.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kemudahan
dalam proses perijinan skripsi.
3. Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Program Studi Pendidikan
Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.
4. Dra. Sri Witurachmi, MM selaku pembimbing I, yang telah mencurahkan waktu,
tenaga dan pikiran untuk penulis, memberikan dorongan dan arahan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Sukirman, MM, selaku pembimbing II, yang telah mencurahkan waktu, tenaga
dan pikiran untuk penulis, memberikan dorongan dan bimbingan dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Kedua orang tua penulis, Mama dan Bapak atas doa, dukungan, nasihat dan
kesabarannya selama penulis menyelesaikan kuliah.
7. Bapak dan Ibu mertua, terimakasih atas doa dan dukungannya.
8. Buah hatiku, Abyan hadiah terindah dari Allah SWT.
9. Istriku, Dini. Terimakasih atas kesabarannya dalam suka dan duka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
10. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus
Akuntansi, yang telah memberikan bekal kepada penulis sebagai calon guru.
11. Bapak Basrawi Yudi Nugroho SE,MM, selaku Direktur Utama BPR Syariah Dana
Mulia Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian di lembaga yang beliau pimpin.
12. Bapak Budi Santoso, SH, selaku Kabag. Marketing BPR Syariah Dana Mulia
Surakarta yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian.
13. Kakak dan adikku, Ka Meiga dan Agung atas dukungan moril dan doanya.
14. Teman-teman Akuntansi 2002 yang hingga kini masih memberikan dukungan pada
penulis.
15. Adik-adik tingkat Pendidikan Akuntansi, terimakasih atas bantuannya.
16. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.
Semoga amal kebaikan yang diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang
lebih baik dari Allah SWT, amin.
Walaupun disadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan, namun
diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dunia
pendidikan.
Surakarta, Agustus 2009
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
HALAMAN PENGAJUAN ……………………………………………….. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… iv
HALAMAN ABSTRAK …………………………………………………….. v
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………….. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………... vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. xiii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………….. xiv
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………….... 1
B. Perumusan Masalah …………………………………………… 6
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 7
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………. 7
BAB II LANDASAN TEORI …………………………………………….. 8
A. Tinjauan Pustaka …………………………………………….. 8
1. Bank ………………………… …………………………….. 8
2. Bank Pembiayaan Rakyar (BPR) Syariah ………………….. 12
3. Pembiayaan Murabahah …………………………………. 18
4. Margin Murabahah ………………………………………… 25
B. Kerangka Pemikiran ………………………………………..… 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 29
A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………….. 29
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ……………………………….. 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
C. Sumber Data ………………………………………………….. 31
D. Teknik Sampling ………………………………………………. 32
E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………. 33
F. Validitas Data ………………………………………………… 34
G. Analisis Data …………………………………………………. 35
H. Prosedur Penelitian …………………………………………… 37
BAB IV HASIL PENELITIAN ……………………………………………. 39
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ………………………………….. 39
B. Deskripsi Masalah Penelitian …………………………… 44
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Teori ……………… 46
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN …………………… 59
A. Kesimpulan …………………………………………………… 59
B. Implikasi ………………………………………………………. 60
C. Saran ………………………………………………………….. 61
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 62
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Waktu Penelitian ……………………………………………. ... 29
Tabel 2. Dewan Komisaris ……………………………………………… 40
Tabel 3. Dewan Pengawas Syariah ........................................................... 41
Tabel 4. Dewan Direksi ............................................................................. 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Skema Ba’i Al Murabahah ………………………………. ... 20
Gambar 2. Kerangka Berpikir ....……………………………………….. 28
Gambar 3. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif ........ 36
Gambar 4. Struktur Organisasi ................................................................ 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Jenis Data dan Teknik Pengumpulannya ….……………. ... 64
Lampiran 2. Pedoman Wawancara …………………………...………….. 67
Lampiran 3. Catatan Lapangan ........................................................... ........ 69
Lampiran 4. Laporan Keuangan dan Analisisnya ....................................... 74
Lampiran 5. Dokumentasi ........................................................................... 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perbankan di Indonesia semakin membaik dewasa ini,
eksistensi lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempati posisi yang
strategis dalam menghubungkan antara pemilik dana dengan pihak yang
membutuhkan dana. Menurut Suhardjono (2003: 3) “Bank adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya menghimpun dana dan menyalurkannya kembali
ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang”. Dari pengertian ini, usaha utama bank adalah
menghimpun dana dan menyalurkannya kembali ke masyarakat dalam bentuk
kredit atau lainnya serta berperan dalam memberikan pelayanan dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang.
Sejak zaman kemerdekaan hingga pada tahun 1992, di Indonesia hanya
terdapat Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat yang berlandaskan pada
prinsip bunga (Bank Konvensional), kemudian pada tahun 1992 berdirilah Bank
Muamalat Indonesia sebagai bank umum yang berlandaskan pada prinsip syariah
(Bank Umum Syariah) pertama di Indonesia. Mulai saat itu di Indonesia ada dua
jenis bank umum ditinjau berdasarkan prinsip yang digunakan, yaitu Bank Umum
Konvensional dan Bank Umum Syariah. Di sisi lain keinginan munculnya sebuah
Bank Perkreditan rakyat yang berdasarkan prinsip syariah sudah muncul jauh
sebelum itu, yaitu dengan adanya deregulasi di sektor perbankan sejak 1 Juni 1983
yang memberikan kebebasan kepada bank-bank (termasuk BPR) untuk
menetapkan sendiri keuntungannya. Bahkan bank-bank tidak dilarang untuk
menerapkan bunga 0%. Kepastian berdirinya BPR tanpa bunga yang sesuai
dengan syariat Islam tersebut tampak jelas dengan penjelasan lisan pemerintah
dalam rapat kerja dengan komisi VII DPR RI tanggal 5 Juli 1990, bahwa tidak ada
halangan untuk mendirikan atau mengoperasionalkan bank (termasuk BPR) yang
sesuai dengan prinsip syariah Islam sepanjang pengoperasian bank tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
memenuhi kriteria kesehatan bank sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
Akhirnya pada tanggal 19 Agustus 1991 PT. BPR Dana Mardhatilla dan PT. BPR
Amal Sejahtera berdiri, diikuti kemudian oleh PT. BPR Amanat Rabbaniah pada
tanggal 24 Oktober 1991. Sejak saat itu terdapat dua jenis BPR yaitu BPR
Konvensional dan BPR Syariah di Indonesia. Setelah era reformasi, terjadi
perkembangan dalam sistem perbankan di Indonesia, salah satunya ialah
diperkenankannya konversi cabang bank umum menjadi cabang syariah.
Maksudnya ialah, bank umum konvensional diperbolehkan membuka unit usaha
atau cabang yang berlandaskan pada prinsip syariah.
Sebenarnya antara BPR Konvensional dengan BPR Syariah jika dilihat
dari fungsinya tidaklah berbeda, kedua jenis bank ini sama-sama menjalankan
fungsinya yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali
dana tersebut ke masyarakat. Hal yang membedakan ialah prinsip yang digunakan
oleh kedua jenis bank ini. Pada BPR Konvensional, penyaluran dana ke
masyarakat disebut dengan “kredit” serta dalam menentukan harga atau cara
penentuan keuntungan yang akan diperoleh manajemen bank menggunakan
prinsip bunga. Sedangkan pada BPR Syariah, penyaluran dana ke masyarakat
disebut dengan “pembiayaan” serta menggunakan prinsip-prinsip yang sesuai
dengan ajaran agama Islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip bagi hasil
(mudharabah), prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain
(ijarah wa iqtina).
Perbedaan prinsip ini dikarenakan bunga (interest) menurut ajaran Islam
merupakan suatu bentuk riba, sedangkan riba diharamkan dalam agama Islam.
Berdasarkan beberapa ayat dalam Al Qur’an, terdapat konsensus diantara para ahli
hukum dan para ahli Agama Islam bahwa riba dilarang oleh ajaran agama Islam.
Surat didalam Al Qur’an yang menyebutkan larangan untuk mengambil riba
diantaranya adalah surat Ali Imran ayat 130 dan surat Al Baqarah ayat 278-279
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
⌧
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan”.
☺ ☺
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah,
bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan
tidak (pula) dianiaya.”
Dari beberapa ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa riba dilarang
dalam agama Islam, dan oleh karena bunga digolongkan oleh para ulama
termasuk kedalam bentuk riba maka seorang muslim diharamkan untuk memakan
dan mengambil harta riba (bunga). Istilah riba menurut Abdullah Saeed (2004: 34)
dapat dipahami dalam delapan arti yaitu: “pertumbuhan (growing), peningkatan
(increasing), bertambah (swelling), meningkat (rising), menjadi besar (being big),
dan besar (great), dan juga digunakan dalam pengertian bukit kecil (hillock)”.
Kemudian menurut Muhammad Syafii Antonio (2002: 37) riba berarti
“pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil”. Dalam
transaksi pinjam meminjam secara konvensional, si pemberi pinjaman
memperoleh tambahan dalam bentukl bunga tanpa adanya timbal balik kepada si
peminjam. Hal yang paling tidak adil adalah si peminjam selalu berusaha untung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dan tidak boleh rugi dalam memberikan pinjaman kepada orang lain. Padahal si
peminjam mengajukan pinjaman karena ia kekurangan dana atau modal, akan
tetapi harus ditambah lagi dengan beban bunga yang semakin besar.
Secara praktis, sistem perbankan berbasis bunga atau konvensional
memiliki beberapa kelemahan. Menurut Zaenul Arifin (2002: 39-40) kelemahan-
kelemahan tersebut diantaranya sebagai berikut:
1. Transaksi berbasis bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis. Dalam
sistem perbankan konvensional, peminjam (debitur) diwajibkan untuk
membayar tingkat bunga yang telah disepakati, padahal debitur dalam
melaksanakan usahanya belum tentu mengalami keuntungan. Meskipun
perusahaan untung, bisa jadi bunga yang dibayarkan debitur lebih besar dari
keuntungan yang diperoleh. Hal ini jelas bertentangan dengan norma keadilan
dalam Islam.
2. Tidak fleksibelnya sistem transaksi berbasis bunga menyebabkan keberatan
yang mengarah kepada kebangkrutan. Beban utang yang terus bertumpuk
menyebabkan semakin sulitnya upaya pertumbuhan usaha dan ekonomi serta
peningkatan kesejahteraan di masyarakat.
3. Komitmen bank untuk menjaga keamanan uang deposan berikut bunganya
membuat bank cemas untuk mengembalikan pokok dan bunganya. Hal ini
menyebabkan bank hanya memberikan bantuan kredit kepada bisnis atau
perusahaan yang sudah mapan, sehingga pengusaha kecil sulit mendapatkan
modal untuk mengembangkan usahanya.
4. Sistem transaksi berbasis bunga mengahalangi munculnya inovasi oleh usaha
kecil. Perusahaan besar dapat melaksanakan berbagai inovasi untuk mencoba
teknik dan produk baru, karena mereka memiliki cadangan dana jika inovasi
yang dilakukan tidak berhasil. Sebaliknya, perusahaan kecil jika ingin
melakukan inovasi mereka harus mengajukan pinjaman berbunga dari bank.
Jika inovasi yang dilakukan tidak berhasil, mereka harus membayar kembali
pinjaman berikut bunganya dan akhirnya mengarah kepada kebangkrutan.
5. Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali
bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
mereka. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi pengusaha kecil yang baru akan
memulai usahanya untuk mengajukan kredit.
Perbankan Syariah muncul karena prinsip yang digunakan oleh
Perbankan Konvensional dalam memperoleh keuntungan tidak sesuai dengan
syariat Islam. Dalam hukum Islam bunga digolongkan ke dalam bentuk riba,
sedangkan riba hukumnya haram. Islam mengajarkan pada umatnya agar dalam
melakukan kegiatan pinjam meminjam, pihak pemberi pinjaman tidak boleh
menyulitkan si peminjam dengan membebaninya bunga, akan tetapi dengan cara
yang lebih baik yaitu melalui sistem bagi hasil dan jual beli.
Salah satu produk perbankan syariah adalah pembiayaan murabahah.
Pembiayaan murabahah, adalah transaksi jual beli yang dilakukan oleh Bank
Syariah/BPR Syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, dengan harga
jual dari bank adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan tertentu bagi
Bank Syariah/BPRS sesuai dengan kesepakatan. Kepemilikan barang akan
berpindah kepada nasabah segera setelah perjanjian jual beli ditandatangani dan
nasabah akan membayar barang tersebut secara tunai maupun dalam bentuk
cicilan yang jumlahnya tetap sesuai dengan kesepakatan sampai dengan
pelunasannya. Contoh bila Pak Badu membutuhkan mesin parut kelapa dengan
pembiayaan murabahah maka proses singkatnya adalah sebagai berikut: Misalnya
harga beli mesin parut kelapa Rp. 1 juta dan sesuai dengan kesepakatan, BPR
Syariah meminta keuntungan sebesar 20% maka harga jualnya menjadi Rp. 1,2
juta (Rp. 1 juta + (20% X Rp. 1 juta)). Disepakati bahwa hutang sebesar Rp. 1,2
juta akan dilunasi selama 12 bulan (1 tahun) sehingga cicilan tetap yang harus
dibayar oleh Pak Badu kepada BPR Syariah yang bersangkutan adalah Rp. 1,2
juta : 12 bulan = Rp. 100.000 per bulan.
Dalam prakteknya produk pembiayaan ini, sulit bersaing dengan produk
sejenis dari BPR/Bank Konvensional. Hal ini disebabkan tingkat margin
murabahah yang diminta oleh BPR Syariah atau Bank Syariah hampir sama
dengan bunga kredit dari perbankan konvensional. Sehingga timbul anggapan
bahwa Perbankan Syariah sama saja dengan Perbankan Konvensional dalam
penetapan margin. Berdasarkan penelitian BI menunjukkan bahwa 15% responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
menilai bank syariah tidak ada bedanya dengan bank konvensional “hanya beda
bungkusnya”. Padahal produk pembiayaan murabahah ini merupakan produk yang
diminati dan merupakan produk unggulan di perbankan syariah. Kondisi inilah
yang perlu dicarikan solusinya, karena selama ini kalangan awam menilai
lembaga syariah selalu identik dengan harga murah. Sehingga jika terjadi
penjualan barang oleh bank syariah lebih tinggi dibandingkan dengan bank
konvensional, maka bank syariah dinilai lebih tidak Islami. Penelitian ini berusaha
untuk mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan margin
keuntungan oleh perbankan syariah pada umumnya dan BPR Syariah pada
khususnya. Penelitian ini mengambil judul:
“ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Margin Keuntungan dalam
Pembiayaan Murabahah di BPR Syariah Dana Mulia Surakarta Tahun
2009”
B. Perumusan Masalah
Masalah adalah lebih dari sekadar pertanyaan dan jelas berbeda dengan
tujuan. Definisi masalah oleh Lincoln dan Guba (1985) seperti yang dikutip oleh
Lexy J. Moleong (2000: 62) adalah “Suatu keadaan yang bersumber dari
hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang
membingungkan”. Faktor yang berhubungan tersebut dapat berupa konsep, data
empiris, pengalaman atau unsur yang lain. Perumusan masalah dalam penelitian
kualitatif bersifat tentatif, artinya penyempurnaan rumusan masalah masih tetap
dilakukan sewaktu peneliti sudah berada di latar penelitian.
Beberapa permasalahan yang dirumuskan sesuai latar belakang masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah karakteristik dari produk pembiayaan murabahah di BPR
Syariah ?
2. Faktor-faktor apasajakah yang mempengaruhi penetapan margin keuntungan
dalam produk pembiayaan murabahah di BPR Syariah ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan jawaban yang ingin dicapai dari masalah
yang dikaji dalam penelitian. Menurut Lexy J. Moleong (2000: 62) ”Tujuan suatu
penelitian ialah memecahkan masalah”. Berdasarkan perumusan masalah yang
dikemukakan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui karakteristik dari produk pembiayaan murabahah di BPR
Syariah.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan margin
keuntungan dalam produk pembiayaan murabahah di BPR Syariah.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan dalam rangka
pengembangan bidang pendidikan dan manajemen pembiayaan di perbankan
syariah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi lembaga, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan manajemen
produk pembiayaan yang lebih menguntungkan bagi nasabah maupun BPR
Syariah.
b. Bagi masyarakat, penelitian ini memberikan informasi yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk memilih dan menggunakan lembaga
keuangan sebagai wujud partisipasi aktif dalam membangun perekonomian
negara terutama sektor perbankan syariah.
c. Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang
diterima di bangku kuliah sekaligus menambah wawasan dan pengetahuan
yang berhubungan dengan hasil penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Bank
a. Pengertian Bank
Mendengar kata Bank sebenarnya tidak asing lagi bagi kita, terutama
masyarakat yang hidup di perkotaan. Bahkan di desa sekalipun saat ini kata
Bank buka merupakan kata yang asing dan aneh. Menyebut kata Bank, orang
selalu mengaitkannya dengan uang, sehingga ada anggapan bahwa yang
berhubungan dengan bank selalu ada kaitannya dengan uang. Hal ini tidak
salah, karena bank merupakan lembaga keuangan dan memberikan berbagai
jasa keuangan. Menurut Kasmir (2004:11) bank secara sederhana diartikan
sebagai “lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”. Kemudian pengertian bank
menurut Suhardjono (2003:3) yaitu, “lembaga keuangan yang usaha pokoknya
adalah menghompun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit serta
memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang”.
Disisi lain pengertian bank ditinjau dari Undang-Undang RI nomor
10 tahun 1998 tentang perbankan (Sofyan S. Harahap, Wiroso, M. Yusuf,
2005:3) yaitu “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dari beberapa pengertian diatas
dapat diambil kesimpulan bahwa bank adalah lembaga keuangan yang
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke
masyarakat dalam bentuk kredit atau lainnya. Selain itu bank juga
memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang yang
ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat. Begitu
besar peranan dari lembaga keuangan khususnya lembaga perbankan,
sehingga perekonomian negara sangat bergantung kepada lembaga ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
b. Jenis-Jenis Bank
Perekonomian negara akan kuat bila didukung oleh lembaga
keuangan khususnya bank, yang sehat dan terpercaya. Pemerintah menyadari
akan pentingnya lembaga perbankan, oleh karena itu sistem perbankan di
Indonesia memiliki peraturan tersendiri sebagai landasan hukum dan
operasional yang disusun dalam suatu bentuk undang-undang. Praktek
perbankan saat ini di Indonesia diatur dalam UU RI No. 10 tahun 1998 tentang
perbankan. Dalam perkembangannya, di Indonesia terdapat berbagai jenis
bank. Perbedaan jenis bank menurut Kasmir (2004:20) dapat dilihat dari
beberapa segi yaitu, “segi fungsi, kepemilikan, status, dan segi menentukan
harga”.Dibawah ini akan dijelaskan masing-masing jenis bank yang ada di
Indonesia, yaitu:
1. Dari Segi Fungsi
Berdasarkan fungsinya maka terdapat dua jenis bank yaitu:
a. Bank Umum
Pengertian Bank Umum sesuai dengan UU RI No. 10 tahun
1998 tentang perbankan (Sofyan S. Harahap dkk, 2005:3) adalah”bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran”. Sifat jasa yang diberikan adalah umum,
dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Pengertian Bank Perkreditan Rakyat menurut UU RI No. 10
tahun1998 (Sofyan S. Harahap dkk, 2005:3) yaitu, “bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran”. Kegiatan usaha BPR jauh lebih sempit dari
Bank Umum, ada beberapa kegiatan perbankan yang tidak boleh
dilakukan BPR tetapi boleh dilakukan oleh Bank Umum.
Disamping kedua jenis bank diatas, masih terdapat satu lagi jenis
bank yang ada di Indonesia yaitu Bank Sentral atau Bank Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2. Dari Segi Kepemilikan
Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya maksudnya ialah
siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari
akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki oleh bank yang
bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikannya adalah sebagai
berikut:
a. Bank Milik Pemerintah
Akte pendirian maupun sebgaian besar modalnya dimiliki
oleh pemerintah. Contoh bank pemerintah antara lain Bank Mandiri,
Bank Negara Indonesia (BNI 46), Bank Tabungan Negara (BTN) dan
Bank Rakyat Indonesia (BRI).
b. Bank Swasta Nasional
Bank swasta nasional merupakan bank yang seluruh atau
sebagian modalnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte
pendiriannya pun didirikan oleh swasta. Contoh bank swasta nasional
antara lain, Bank Central Asia (BCA) dan Bank Bukopin.
c. Bank Asing
Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di
luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu
negara. Contoh bank milik asing antara lain ABN Amro dan American
Express Bank.
d. Bank Campuran
Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikan
sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Contoh
bank campuran antara lain Inter Pacific Bank.
3. Dari Segi Status
Pembagian jenis bank ditinjau dari segi status merupakan
pembagian bank berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut.
Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam
melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas
pelayanannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
a. Bank Devisa
Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan
transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang
asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, pembukaan
dan pembayaran letter of credit (L/C), dan transaksi keluar negeri
lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ditentukan oleh BI.
b. Bank Non Devisa
Bank dengan status non devisa merupakan bank yang belum
mempunyai ijin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa,
sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank
devisa. Jadi transaksi yang dilakukan oleh bank non devisa terbatas
pada wilayah suatu negara.
4. Dari Segi Menentukan Harga
Ditinjau dari segi menentukan harga dapat pula diartikan sebagai
cara penentuan keuntungan yang akan diperoleh. Jenis bank jika dilihat
dari segi caranya menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli,
terbagi kedalam dua kelompok, yaitu:
a. Bank yang Berdasarkan Prinsip Konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia adalah bank
yang menjalankan usahanya dengan berlandaskan kepada prinsip
konvensional Dalam menentukan keuntungan dan menentukan harga
kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional
menggunakan dua metode yaitu:
1). Menetapkan bunga sebagai harga jual untuk produk simpanan
seperti tabungan, deposito, dan giro. Demikian juga harga beli
untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan
tingkat suku bunga tersebut.
2). Untuk jasa-jasa di bank konvensional yang lainnya, pihak
perbankan konvensional menerapkan berbagai biaya dalam
nominal atau presentase tertentu seperti biaya administrasi, biaya
provisi, sewa, iuran, dan biaya lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b. Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah
Bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah lembaga
perbankan Bank Umum maupun BPR yang usaha pokoknya
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke
masyarakat yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip
syariat Islam. Prinsip-prinsip syariat Islam yang digunakan oleh bank
yang berdasarkan prinsip syariah antara lain pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan
adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari
pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
2. Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Istilah lain yang digunakan untuk sebutan Bank Syariah adalah Bank
Islam. Secara akademik, sebenarnya istilah Islam dan Syariah memiliki arti
yang berbeda satu sama lain. Akan tetapi secara teknis, penyebutan antara
Bank Islam dan Bank Syariah memiliki makna yang sama. Pengertian Bank
Islam menurut ensiklopedia Islam (Warkum. S, 2004: 5) adalah “lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan
dengan prinsip-prinsip Syariat Islam”. Berdasarkan pengertian tersebut, Bank
Islam berarti bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip dan
tata cara muamalat yang berlaku dalam Islam, yaitu berlandaskan pada Al
Qur’an dan Al Hadist.
Sedangkan pengertian bank umum menurut UU RI No. 10 tahun
1998 tentang perbankan (Sofyan S. Harahap dkk, 2005: 3) adalah “bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pembayaran”. Dari pengertian bank syariah menurut UU tersebut dapat
disimpulkan bahwa bank umum di Indonesia di bagi menjadi dua yaitu 1)
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional (Bank
Konvensional), dan 2) bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah (Bank Syariah). Selain kedua jenis bank diatas juga ada satu
jenis lagi bank umum yaitu Bank Konvensional yang membuka unit usaha
yang menggunakan prinsip syariah.
Pengertian prinsip syariah yang dimaksud dalam UU diatas,
dijelaskan dalam pasal 1 butir 13 UU RI No. 10 tahun 1998 tentang perbankan
(Sofyan S Harahap dkk, 2005 : 3-4) sebagai berikut:
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Dari pengertian bank syariah dan prinsip syariah diatas maka dapat
disimpulkan bahwa bank syariah adalah bank umum yang melaksanakan
kegiatan usaha menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam
bentuk pembiayaan, serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran
dan peredaran uang dengan berlandaskan pada hukum dan aturan Islam yaitu,
Al Qur’an, Al Hadist dan juga ijma para ulama.
b. Sejarah Berdirinya BPR Syariah
Sejarah berdirinya BPR Syariah di Indonesia sebagai salah satu jenis
Bank Perkreditan Rakyat, tidak bisa dilepaskan dari sejarah BPR-BPR pada
umumnya. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang status hukumnya disahkan
dalam Paket Kebijaksanaan Keuangan Moneter dan Perbankan melalui
PAKTO tanggal 27 Oktober 1988, pada hakikatnya merupakan penjelmaan
model baru dari lumbung desa dan Bank Desa yang ada khususnya di Pulau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Jawa sejak akhir 1890-an hingga tahun 1967. Sejak dikeluarkannya UU Pokok
Perbankan, status hukumnya diperjelas dengan izin dari menteri keuangan.
Keberadaan BPR diharapkan mampu menjadi alternative pengganti yang
terbaik bagi fungsi dan peranan lembaga lumbung desa dan Bank Desa dalam
melindungi petani dari gejolak harga padi dan resiko kegagalan dalam
produksi serta ketergantungan petani terhadap para rentenir.
Di dalam kenyataannya masyarakat petani di desa yang pada
umumnya beragama Islam belum memanfaatkan BPR-BPR yang ada secara
optimal. Mereka masih beranggapan bahwa bunga pada BPR-BPR itu
termasuk riba yang diharamkan dalam Islam. Oleh karena itu mereka masih
mendambakan adanya BPR yang tidak menerapakan sistem bunga. Keinginan
masyarakat terhadap adanya BPR tanpa bunga mulai menemukan titik cerah
dengan adanya deregulasi di bidang perbankan sejak 1 Juni 1983 yang
memberikan kebebasan kepada bank-bank yang ada (termasuk BPR) untuk
menetapkan sendiri tingkat bunganya, termasuk menetapkan bunga 0%.
Kepastian bagi peluang berdirinya BPR tanpa bunga yang sesuai
dengan keinginan umat Islam tersebut tampak jelas dengan penjelasan
pemerintah dalam Rapat Kerja dengan komisi VII DPR RI tanggal 5 Juli 1990.
Dalam rapat kerja tersebut pemerintah menyatakan bahwa tidak ada halangan
untuk mendirikan atau mengoperasionalkan bank (termasuk BPR)yang sesuai
dengan prinsip syariah Islam, sepanjang pengoperasian bank tersebut
memenuhi kriteria kesehatan bank sesuai dengan ketetntuan Bank Indonesia.
Setelah penjelasan lisan pemerintah tersebut pada bulan Agustus 1990 para
ulama, cendikiawan Muslim dan praktisis perbankan Muslim menyusun suatu
program pendirian BPR Islam. Dengan berbagai upaya akhirnya program
tesebut terealisir dengan menetapkan tiga lokasi yang mempunyai potensi
berdirinya BPR Syariah, sebagai langkah awal yang nyata. BPR Islam tersebut
adalah:
1. PT. BPR Dana Mardhatilla di Kecamatan Margahayu, Kabupaten
Bandung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2. PT. BPR Berkah Amal Sejahtera di Kecamatan Padalarang, Kabupaten
Bandung.
3. PT. BPR Amanah Rabbaniah di Kecamatan Banjaran, Kabupaten
Bandung.
Ketiga BPR tesebut, akhirnya pada tanggal 8 Oktober 1990 telah
mendapatkan izin prisnip dari Menteri Keuangan RI. Dengan diperolehnya
izin prinsip itu dilakukanlah persiapan-persiapan yang lebih intensif, terutama
yang menyangkut sumber daya manusia sebagai pengelolaan bank yang lebih
amanah, professional dan acceptable. Akhirnya pada tanggal 19 Agustus 1991
PT. BPR Dana Mardhatilla dan PT. BPR Amal Sejahtera mendapatkan ijin
usaha dari Menteri Keuangan RI. Kemudian disusul oleh PT. BPR Amanat
Rabbaniah pada tanggal 24 Oktober 1991. Untuk mempercepat proses
berdirinya BPR Syariah di Indonesia dibentuklah lembaga-lembaga
penunjang. Lembaga penunjang yang telah ada adalah:
1. ISED (Institute for Syariah Economic Development)
ISED bertugas untuk melaksanakan program pendirian/ pemberian
bantuan teknis pendirian BPR Syariah di Indonesia, khususnya di daerah-
daerah berpotensi.
2. YPPBS
Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Bank Syariah (YPPBS) atas
kerjasama Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI). Tugas YPPBS adalah membantu
perkembangan BPR Syariah di Indonesia dalam bidang pendidikan
technical assistance.
c. Tujuan dan Strategi Usaha BPR Syariah
Dalam pelaksanaannya BPR Syariah di Indonesia memiliki beberapa
tujuan yang bukan hanya tujuan mencari keuntungan ekonomi semata tapi
juga tujuan pengembangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat kelas
menengah ke bawah di Indonesia. Tujuan operasional BPR Syariah di
Indonesia adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok
masyarakat ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah
pedesaan.
2. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat
mengurangi arus urbanisasi.
3. Membina ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka
peningkatan pendapatan perkapita menuju kualitas hidup yang memadai.
Untuk mencapai tujuan operasional BPR Syariah tersebut diperlukan
strategi operasional sebagai berikut:
1. BPR Syariah tidak bersifat menunggu (pasif) terhadap datangnya
permintaan fasilitas, melainkan bersifat aktif dengan melakukan penelitian
kepada usaha-usaha yang berskala kecil yang perlu dibantu tambahan
modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik.
2. BPR Syariah memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka
pendek dengan mengutamakan usaha skala menengah dan kecil.
3. BPR mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat kompetitifnya
produk yang akan diberi pembiayaan.
d. Produk dan Jasa Perbankan Syariah
Konsep dasar operasional BPR Syariah sama dengan konsep dasar
operasional bank umum syariah. Dalam Warkum S (2004: 130) ada lima
konsep dasar operasional di BPR Syariah yaitu sistem simpanan murni (al
wadiah), sistem bagi hasil, sistem jual beli dan marjin keuntungan, sistem
sewa, dan sistem upah (fee). Lima konsep dasar ini biasanya diwujudkan
dalam produk dan jasa sebagai berikut:
1. Produk Simpanan
a. Simpanan Amanah
BPR Syariah menerima titipan amanah (trustee account)
berupa dana infaq, sedekah, zakat, karena bank dapat menjadi
perpanjangan tangan baitul maal dalam menyimpan dan menyalurkan
dana umat agar dapat bermanfaat secara optimal. Bank akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
memberikan kadar profit (berupa bonus yang tidak ditetapkan
sebelumnya), dari bagi hasil yang diperoleh bank melalui pembiayaan
kepada nasabah.
b. Tabungan dan Deposito Wadiah
BPR Syariah menerima tabungan baik pribadi maupun badan
usaha dalam bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan dana ini
berdasarkan wadiah, yaitu titipan yang tidak mengandung resiko
kerugian serta bank akan memberikan sejumlah profit tertentu
berdasarkan bagi hasil yang diterima oleh bank dari hasil penyaluran
pembiayaan.
c. Tabungan dan Deposito Mudharabah
BPR Syariah menerima tabungan baik pribadi maupun badan
usaha dalam bentuk tabungan atau deposito. Akad penerimaan dana ini
berdasarkan prinsip mudaharabah, dimana bank bertindak sebagai
mudharib (pengelola) dan nasabah sebagai shahibul maal. Nasabah
akan mendapatkan bagi hasil sebesar yang telah dijanjikan dari
pendapatan bank.
2. Produk Pembiayaan
a. Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah suatu perjanjian pembiayaan
antara BPR Syariah dengan pengusaha, dimana pihak BPR Syariah
menyediakan pembiayaan modal usaha atau proyek yang dikelola oleh
pihak pengusaha atas dasar perjanjian bagi hasil.
b. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah suatu perjanjian pembiayaan
antara BPR Syariah dengan pengusaha, dimana baik pihak bank
maupun pengusaha secara bersama membiayai suatu usaha atau proyek
yang dikelola secara bersama pula, atas dasar bagi hasil sesuai dengan
penyertaan. Bagi hasil ini ditentukan oleh kedua belah pihak secara
adil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c. Pembiayaan Bai’u Bithaman Ajil
Pembiayaan Bai’u Bithaman Ajil adalah suatu perjanjian
pembiayaan yang disepakati antara bank dengan nasabahnya, dimana
bank menyediakan dana pembelian barang/asset yang ibutuhkan
nasabah untuk mendukung suatu usaha atau proyek. Nasabah akan
membayar secara mencicil dengan mark up yang didasarkan atas
Oportunity Cost Project (OCP).
d. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah adalah suatu perjanjian yang
disepakati antara BPRS dengan nasabah, dimana bank menyediakan
pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya,
yang akan dibayar nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank
plus marjin keuntungan).
e. Pembiayaan Qardhu Hasan
Pembiayaan ini adalah perjanjian antara bank dengan nasabah
yang dianggap layak menerima dan diprioritaskan bagi pengusaha
kecil dan orang yang tidak mampu. Nasabah hanya dibebankan pokok
pinjaman ditambah dengan biaya administrasi yang benar-benar untuk
keperluan proses pembiayaan.
3. Jasa Perbankan Lainnya
Secara bertahap BPR Syariah akan menyediakan jasa untuk
memperlancar pembayaran dalam bentuk proses transfer dan inkaso,
pembayaran rekening listrik, air, telepon, dan pembayaran KPR.
3. Pembiayaan Murabahah
a. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Pada bank yang menggunakan prinsip konvensional maka penyaluran
dana ke masyarakat disebut dengan kredit, sedangkan pada bank yang
menggunakan prinsip syariah penyaluran dana disebut pembiayaan. Menurut
UU Perbankan No. 21 tahun 2008 pengertian pembiayaan adalah sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’; d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Salah satu produk pembiayaan yang paling diminati adalah produk
pembiayaan murabahah. Menurut Syafi’i Antonio (2001: 101) “Ba’i al
murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati”. Sedangkan menurut Adiwarman Karim (2004:
103), “murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli”. Dalam Fatwa Dewan syariah Nasional (Sofyan S Harahap dkk,
2005: 93) yang dimaksud dengan murabahah adalah, “menjual suatu barang
dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya
dengan dengan harga yang lebih sebagai laba”.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
pembiayaan murabahah bank bertindak sebagai penjual. Bank membeli dari
pihak lain kemudian menjualnya kembali ke nasabah sebesar harga beli
ditambah dengan margin atau keuntungan yang diinginkan oleh bank. Bank
sebagai penjual harus memberitahukan harga beli yang sebenarnya kepada
pembeli. Margin keuntungan bagi bank dapat dinyatakan dalam nominal
tertentu atau dalam bentuk prosentase dari harga belinya. Sebagai contoh si
Fulan membeli kambing seharga Rp. 300.000,-, biaya-biaya yang dikeluarkan
sebesar Rp. 50.000,-. Maka ketika menawarkan kambingnya untuk dijual
kembali, ia mengatakan “Saya jual kambing ini seharga Rp. 500.000,-, saya
mengambil keuntungan sebesar Rp. 150.00,-”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Murabahah sesuai jenisnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Murabahah tanpa pesanan, artinya bank menyediakan barang tanpa
melihat apakah ada pesanan atau tidak.
2. Murabahah berdasarkan pesanan, artinya bank baru akan melakukan
transaksi jual beli jika sudah ada pesanan. Murabahah berdasarkan
pesanan dapat dikategorikan dalam:
a. Bersifat mengikat, artinya murabahah berdasarkan pesanan tersebut
mengikat untuk dibeli oleh nasabah sebagai pemesan. Jadi, barang
yang telah disediakan oleh bank harus dibeli oleh nasabah sebagai
pemesan.
b. Bersifat tidak mengikat, artinya walaupun sudah dipesan oleh nasabah
namun barang tersebut tidak mengikat untuk dibeli oleh nasabah.
Skema pembiayaan murabahah dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Negosiasi &
persyaratan
2. Akad jual beli
6. Bayar
5. Terima Barang
& Dokumen
3. Beli Barang 4. Kirim
(Syafi’i Antonio, 2001: 107)
Gambar .1
Skema Ba’i al Murabahah
Berdasarkan jangka waktu pembayarannya murabahah dapat
dilakukan dengan cara tunai maupun tangguh (cicilan). Dalam murabahah juga
diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran
BANK NASABAH
SUPPLIER
PENJUAL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
yang berbeda. Misal jika dijual secara tunai harganya Rp. 100.00,- kemudian
jika dijual dengan cara cicilan seharga Rp. 120.000,-. Pihak penjual tidak
boleh menyebutkan kata-kata seperti “jika tunai sekian, jika cicilan seharga
sekian”. Akan tetapi, cara pembayarannya ditetapkan lebih dulu baru
disebutkan harganya.
Murabahah dengan cara pembayaran tangguh (murabahah muajjal),
menurut Adiwarman Karim (2004: 105) dicirikan dengan adanya,
“penyerahan barang di awal akad dan pembayarannya kemudian (setelah awal
akad), baik dalam bentuk angsuran maupun dalam bentuk lump sum
(sekaligus)”. Hal ini berarti bahwa dalam murabahah dengan pembayaran
secara tangguh ada dua cara yang digunakan yaitu, dengan cara angsuran dan
dengan cara membayar sekaligus dibelakang (lump sum). Dalam praktek
perbankan saat ini yang umum digunakan adalah murabahah berdasarkan
pesanan, yang bersifat mengikat dengan cara pembayaran tangguh baik secara
angsuran (cicilan) maupun lump sum.
b. Landasan Syariah Pembiayaan Murabahah
Landasan syariah pelaksanaan murabahah diantaranya adalah di
dalam Al Qur’an, surat An-Nisa ayat 29 dan surat Al Baqarah ayat 275
sebagai berikut:
⌧ ☺
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
(An Nisa: 29)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
☺⌧
☺
☺
☺
Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya. (Al Baqarah: 275)
Selain itu juga terdapat landasan syariah dalam salah satu hadist
Rasulullah SAW yang dikutip dari riwayat Ibnu Majah dari kitabnya Sublu
Assalam (Warkum Sumitro 2004: 37) yang artinya sebagai berikut:
Dari Suhaeb r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tiga perkara didalamnya terdapat keberkatan, yaitu (1) menjual dengan pembayaran secara kredit (2) Muqaradhah (nama lain dari murabahah (3) mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual”. Dalam Islam, penetapan suatu hukum harus memiliki landasan
berupa dalil naqli dan dalil aqli. Dalil naqli yaitu landasan hukum yang
terdapat dalam Al Qur’an dan Hadist. Sedangkan dalil aqli ialah landasan
hukum berdasarkan ijtihad (hasil pemikiran) para ulama. Pembiayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
murabahah memiliki landasan syariah yang cukup kuat, walaupun tidak
dijelaskan secara rinci pada Al Qur’an dan Hadist, petunjuk para ulama sudah
cukup untuk melengkapinya. Karena memang pada umumnya Al Qur’an
hanya menjelaskan secara global saja mengenai sesuatu hal, kemudian lebih di
rinci kembali didalam Hadist. Akan tetapi, jika Al Qur’an dan Hadist belum
cukup rinci dan jelas maka diperlukan fatwa dan ijtihad para ulama selama
tidak melanggar ketentuan dan norma-norma dalam agama Islam.
c. Rukun dan Syarat Murabahah
Dalam setiap melaksanakan transaksi pembiayaan murabahah, bank harus
memperhatikan rukun dan syarat murabahah. Hal ini dilakukan agar transaksi yang dilakukan
telah sah dan sesuai dengan syariat Islam. Menurut Sofyan S Harahap dkk (2005: 94)
rukun murabahah terdiri dari:
1. Ba’i = Penjual (pihak yang memiliki barang) 2. Musytari = Pembeli (pihak yang akan membeli barang) 3. Mabi’ = Barang yang akan diperjualbelikan 4. Tsaman = Harga, dan 5. Ijab Qabul = Pernyataan timbang terima
Rukun murabahah merupakan hal-hal yang harus ada atau yang harus
dilakukan dalam melakukan transaksi murabahah. Jika salah satu rukun
tersebut tidak ada maka transaksi murabahah tersebut tidak bisa dilaksanakan.
Sedangkan syarat-syarat murabahah menurut Syafi’i Antonio (2001: 102),
adalah sebagai berikut:
a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah. b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c. Kontrak harus bebas dari riba. d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian. e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. Syarat-syarat murabahah merupakan hal-hal yang harus dilakukan
dalam transaksi murabahah agar transaksi tersebut sesuai dengan syariat
Islam. Jika salah satu dari syarat tersebut tidak ada maka transaksi tersebut
tidak sah menurut Islam. Transaksi murabahah tersebut bisa dilaksanakan, jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
terpenuhi rukun-rukunnya, akan tetapi transaksi tersebut menjadi tidak sah
menurut Islam bila syarat-syaratnya tidak terpenuhi.
d. Manfaat dan Resiko Murabahah
Sesuai dengan sifat bisnis, pembiayaan murabahah juga memiliki
manfaat dan resiko bagi bank yang harus dihadapi. Bagi bank, keuntungan
murabahah diperoleh dari selisih antara harga jual dari pemasok dengan harga
jual ke pembeli (nasabah). Selain itu murabahah merupakan transaksi yang
cukup sederhana sehingga tidak memerlukan biaya administrasi yang besar.
Sedangkan resiko yang harus diantisipasi oleh bank adalah:
1. Kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
2. Fluktuasi harga, hal ini terjadi bila ada kenaikan harga di pasar. Bank tidak
bisa merubah harga barang yang telah disepakati dengan pembeli.
3. Terjadi penolakan oleh pembeli, bisa dikarenakan barang tersebut rusak
pada saat pengiriman maupun tidak sesuai dengan spesifikasi barang yang
diinginkan oleh pembeli. Oleh sebab itu, bank perlu mengasuransikan
barang yang dikirim. Bank juga harus berkonsultasi dengan pembeli
tentang spesifikasi barang yang diinginkan pembeli agar tidak terjadi
kesalahan. Bila bank telah menandatangi kontrak dengan penjual atau
supplier, maka barang tersebut menjadi milik bank, bank mempunyai
resiko untuk menjualnya kepada pihak lain jika pembeli/nasabah menolak
untuk membeli barang tersebut.
4. Barang yang telah dijual kepada nasabah menjadi hak milik nasabah,
walaupun pembayarannya masih dalam bentuk hutang cicilan. Nasabah
bisa menjual kembali barangnya kepada pihak lain sehingga resiko
kelalaian dari pihak nasabah atas kewajibannya kepada bank menjadi lebih
besar.
Dalam kegiatan usaha selalu ada resiko yang harus dihadapi,
begitupun dalam melaksanakan pembiayaan murabahah ada resiko yang harus
diantisipasi dengan baik oleh bank syariah. Hal ini perlu dilakukan agar tidak
terjadi kredit bermasalah dikemudian hari. Bank harus melakukan seleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
terhadap nasabah yang mengajukan pembiayaan ke bank, dan melakukan
antisipasi dengan pengendalian internal yang bagus terhadap kemungkinan
resiko yang mungkin timbul.
4. Margin Murabahah
a. Pengertian Margin Murabahah
Bank syariah menerapkan margin keuntungan terhadap produk-
produk pembiayaan yang berbasis Natural Certainty Contracts (NCC), yakni
akad bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah,
maupun waktu, seperti pembiayaan murabahah, ijarah, ijarah muntahiyyah
bittamlik (IMBT), salam dan istishna. Menurut Warkum. Sumitro (2004: 75),
“Margin keuntungan/ mark up merupakan unsur biaya yang terdiri dari biaya
adminitrasi + tingkat keuntungan yang layak”. Sedangkan menurut
Adiwarman Karim (2004: 254), yang dimaksud dengan margin keuntungan
adalah “presentase tertentu yang ditetapkan per tahun perhitungan marjin
keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360
hari, perhitungan marjin keuntungan secara bulanan, maka setahun ditetapkan
12 bulan”. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, margin
keuntungan adalah jumlah nominal tertentu atau prosentase tertentu dari nilai
barang, yang merupakan selisih dari harga beli dengan harga jual yang
menjadi keuntungan bagi bank. Margin keuntungan ini diperoleh berdasarkan
tawar menawar antara bank syariah dengan nasabah atau calon debitur.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan tingkat margin
keuntungan menurut Adiwarman Karim (2004: 254), adalah sebagai berikut:
1. Direct Competitor’s Market Rate (DCMR) 2. Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR) 3. Expected Competitive Return for Investors (ECRI) 4. Acquiring Cost 5. Overhead Cost Dalam menentukan tingkat margin keuntungan, bank syariah harus
memperhatikan hal-hal diatas sebagai bahan pertimbangan bagi bank. Untuk
lebih jelasnya dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Direct Competitor’s Market Rate (DCMR)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
DCMR adalah tingkat margin keuntungan rata-rata bank syariah
atau beberapa bank syariah. Bank syariah harus memperhatikan tingkat
margin keuntungan rata-rata bank syariah lainnya. Hal ini dilakukan agar
tingkat margin keuntungan antar bank syariah menjadi lebih kompetitif.
2. Indirect Competitor’s Market Rate (ICMR)
ICMR adalah tingkat suku bunga rata-rata perbankan
konvensional, atau beberapa bank konvensional. Dalam menentukan
margin keuntungan, bank syariah harus mampu bersaing dengan bank
konvensional.
3. Expected Competitive Return for Investors (ECRI)
ECRI adalah target bagi hasil yang kompetitif yang akan
diberikan kepada dana pihak ketiga (pemilik dana/shahibul maal).
4. Acquiring Cost
Acquiring cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang
langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.
5. Overhead Cost
Overhead cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang
tidak langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.
Hal-hal diatas merupakan acuan bagi bank dalam menentukan tingkat
margin keuntungan. Setelah menentukan tingkat margin keuntungan
selanjutnya bank menambahkannya kedalam harga jual. Jadi harga jual pada
produk pembiayaan murabahah adalah harga pokok dari pemasok ditambah
dengan margin keuntungan. Margin keuntungan ini dapat berupa jumlah
nominal tertentu, atau sebesar prosentase tertentu dari harga pokok.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Margin Murabahah
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Budi
Asmita, mahasiswa pascasarjana Universitas Indonesia Program Studi Timur
Tengah dan Islam dengan kekhususan di bidang Ekonomi dan Keuangan
Harga Perolehan dari pemasok + Margin = Harga Jual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Syariah yang berjudul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Margin
Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Pada BPRS PNM Mentari)”, diketahui
bahwa faktor biaya overhead dan proporsi bagi hasil dana pihak ketiga (DPK)
berpengaruh signifikan terhadap besarnya margin pembiayaan murabahah,
sedangkan tingkat keuntungan yang diharapkan (profit target) tidak terdapat
pengaruh yang signifikan walaupun terdapat hubungan korelasi yang positif.
(www.psktti-ui.com). Kemudian Adi Nugroho, yang juga mahasiswa
pascasarjana Universitas Indonesia, dalam penelitiannya dengan judul
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan Murabahah (Studi
Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia)”, juga mengungkapkan bahwa
faktor biaya overhead, dan bagi hasil Dana Pihak Ketiga (DPK) secara
signifikan mempengaruhi margin murabahah, sedangkan volume pembiayaan
murabahah dan profit target tidak berpengaruh terhadap margin pembiayaan
murabahah walaupun terdapat korelasi. (www.psktti-ui.com).
Dari penelitian diatas dapat diambil kesimpulan sementara bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan margin keuntungan dalam
produk pembiayaan murabahah di bank syariah yaitu faktor biaya overhead
dan proporsi bagi hasil dana pihak ketiga (DPK). Hasil yang diperoleh dari
beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut menjadi acuan dan bahan
perbandingan dalam melaksanakan penelitian ini selanjutnya. Pada dasarnya
setiap orang/individu maupun institusi, dalam melaksanakan usaha ingin
memperoleh laba dan menghindari kerugian. Begitupun dengan bank syariah,
bank tidak ingin memperoleh kerugian, oleh karena itu tingkat margin
keuntungan yang tinggi merupakan salah satu cara bagi bank untuk
memperoleh keuntungan dan menghindari kerugian.
B. Kerangka Pemikiran
Produk pembiayaan murabahah merupakan salah satu produk yang
paling diminati oleh masyarakat. Penelitian ini berusaha untuk mengetahui lebih
dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan margin murabahah,
baik dari faktor intern bank syariah itu sendiri maupun faktor ekstern. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
melaksanakan penelitian diperlukan adanya kerangka pemikiran yang mantap agar
dalam pelaksanaan penelitian dapat terarah dan mampu menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang timbul dalam penelitian. Oleh karena itu kerangka pemikiran dari
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.
Kerangka Berpikir
Produk Pembiayaan Murabahah
Faktor-faktor yang Mempengaruhi:
1. Faktor intern 2. Faktor ekstern
Harga Jual
(Harga Pokok + Margin)
Harga Pokok dari Supplier
Margin Murabahah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, penelitian ini
direncanakan untuk dilaksanakan di BPR Syariah Dana Mulia yang berlokasi di
Surakarta. Hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan pemilihan lokasi penelitian
tersebut adalah :
1. Tersedianya data-data yang dibutuhkan untuk menunjang proses penelitian ini
serta adanya ijin dan kesediaan dari lembaga setempat untuk dijadikan tempat
penelitian
2. BPR Syariah Dana Mulia merupakan BPR Syariah pertama di kota Solo. BPR
Syariah Dana Mulia terletak di wilayah Surakarta sebagai wilayah dengan
potensi ekonomi tinggi dan kondisi masyarakat yang memiliki respon posistif
terhadap pengembangan lembaga keuangan syariah
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 8 bulan, mulai bulan Januari
2009 sampai dengan bulan Agustus 2009 dengan perincian sebagai berikut:
JENIS KEGIATAN
BULAN KE
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Persiapan
• Penyusunan Proposal
• Pengajuan ijin penelitian
2. Pelaksanaan
• Pengumpulan data
• Analisis data
3. Penyusunan laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Suatu permasalahan dalam penelitian perlu dikaji secara detail dan
lengkap. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan permasalahan melalui
bentuk penelitian yang tepat. Ada tiga bentuk pendekatan yang dapat digunakan
dalam suatu penelitian yaitu: kualitatif, kuantitatif dan kombinasi diantara
keduanya. Pendekatan-pendekatan tersebut mempunyai dasar filosofis yang
berbeda-beda. Setiap pendekatan mempunyai konsekuensi terhadap pelaksanaan
teknis penelitian.
Berdasarkan tujuan penelitian dan perumusan masalah yang dikaji, maka
penelitian ini menggunakan bentuk penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor
seperti yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2000: 3) berpendapat bahwa
“Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang
dapat diamati”. Menurut H.B. Sutopo (2002:109), penelitian dapat dibedakan
menjadi dua yaitu penelitian dasar (basic research) dan penelitian terapan (applied
research). Penelitian dasar hanya bertujuan untuk pemahaman mengenai suatu
masalah, sedang penelitian terapan tujuannya tidak hanya untuk memahami
masalahnya tetapi juga mengarah pada penemuan cara pemecahan masalah-
masalahnya dengan tindakan yang bersifat aplikasi praktis. Dalam penelitian
terapan terdapat tiga jenis penelitian yaitu penelitian evaluasi, penelitian
kebijakan, dan penelitian pengembangan atau tindakan.
Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan
metode penelitian terapan dengan bentuk penelitian evaluasi proses. Dari bentuk
penelitian tersebut maka akan dapat diketahui karakteristik produk pembiayaan
murabahah dan faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan margin keuntungan
dalam produk pembiayaan tersebut di BPR Syariah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2. Strategi Penelitian
Dalam mengkaji permasalahan penelitian ini secara mendetail dan
lengkap, diperlukan suatu pendekatan permasalahan melalui pemilihan strategi
yang dipilih oleh peneliti ini, digunakan sebagai dasar untuk mengamati,
mengumpulkan informasi, dan untuk menyajikan analisis hasil penelitian.
Menurut HB. Sutopo (2002: 112) ”Suatu penelitian disebut sebagai studi kasus
tunggal bilamana penelitian tersebut terarah pada satu karakteristik. Artinya,
penelitian tersebut hanya dilakukan pada satu sasaran”. Dalam penelitian ini
digunakan strategi penelitian tunggal terpancang. Penelitian ini berusaha untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan margin keuntungan
dalam produk pembiayaan murabahah di BPR Syariah.
C. Sumber Data
Menurut Lexy J. Moleong (2002:155), “sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Sedangkan H.B Sutopo (2002:50)
menyatakan bahwa, “sumber data kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa dan
tingkah laku, tempat atau lokasi, dokumen dan arsip, serta berbagai benda lain”.
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Informan
Informasi diperoleh dari informan, yaitu orang-orang yang memberikan
informasi kepada peneliti karena orang tersebut dirasakan mengetahui dan
memahami permasalahan yang sedang dikaji dalam penelitian ini. Dalam
penelitian ini informan utamanya adalah petugas yang menangani pembiayaan
terutama murabahah dan direktur utama sebagai pengambil keputusan.
2. Dokumen dan Arsip
Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang berkaitan dengan
suatu peristiwa atau aktivitas tertentu, dan juga dapat dimanfaatkan sebagai
sumber data dalam penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti
menggunakan dokumen dan arsip sebagai sumber data tertulis untuk memberikan
informasi yang lebih jelas dan luas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
3. Tempat dan Peristiwa
Data atau informasi yang dikumpulkan diperoleh dari peristiwa, aktivitas,
atau perilaku melalui pengamatan atau observasi. Peneliti menggunakan data ini
agar dapat lebih memahami prosedur pembiayaan murabahah di BPR Syariah.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling digunakan untuk menyeleksi atau memfokuskan
permasalahan agar pemilihan sampel lebih mengarah pada tujuan penelitian.
Hadari Nawawi (1993: 152) mengemukakan bahwa :
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili populasi.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling (sampel bertujuan), yaitu sampel diambil tidak ditekankan pada jumlah
melainkan lebih kepada kekayaan informasi yang dimiliki anggota sampel sebagai
sumber data. Cara pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik-karakteristik
tertentu yang dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian, karena sampel tidak
dimaksudkan untuk generalisasi. Peneliti tidak menentukan sejumlah sampel,
namun menentukan jumlah informan untuk diwawancarai guna memperoleh
informasi tentang permasalahan yang diteliti. Peneliti berusaha untuk
mendapatkan informasi sebanyak mungkin yang dapat diperoleh dari berbagai
sumber.
Dalam penelitian ini, penulis cenderung untuk memilih informan yang
dianggap mengetahui informasi dan permasalahannya secara mendalam dan dapat
dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Teknik ini dikenal dengan
nama purposive sampling. Informan yang akan dimintai informasi oleh peneliti
adalah orang-orang yang merupakan pengambil keputusan dalam pembiayaan
murabahah di BPR Syariah Dana Mulia terutama Direktur dan Kabag
Pembiayaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang ditempuh untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam suatu penelitian dengan menggunakan
suatu alat tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi; wawancara, dokumentasi dan observasi.
1. Wawancara
Teknik wawancara adalah teknik yang paling banyak digunakan dalam
pelaksanaan penelitian kualitatif, terutama dalam pelaksanaan penelitian lapangan.
Wawancara menurut Suharsimi Arikunto (2005:144), “wawancara adalah sebuah
dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara”. Wawancara merupakan suatu teknik untuk mendekati sumber
informasi dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis
dan berdasarkan kepada tujuan penelitian.
2. Analisis Dokumen
Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengklasifikasikan bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan
masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi (1993: 95) “Teknik dokumenter
adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan kategorisasi dan
klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian,
baik dari sumber dokumen maupun buku-buku, koran, majalah dan lain-lain”.
Teknik dokumentasi dilakukan oleh peneliti dengan meminta atau
meminjam catatan tertulis dari lembaga obyek penelitian kemudian menelaahnya.
Dokumentasi dilakukan dengan tujuan untuk :
a. Melengkapi informasi dan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian
b. Bahan perbandingan data yang diperoleh dari hasil wawancara
3. Observasi
Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi (1999: 70) mengemukakan bahwa,
“Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan
mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki”. Jadi observasi atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
pengamatan merupakan cara yang dilakukan untuk memperoleh data dengan
pengamatan terhadap objek penelitian dan dari pengamatan tersebut dibuat
catatan-catatan yang berguna untuk analisis data.
Menurut Lexy J. Moleong (2000: 126) pengamatan atau observasi dapat
diklasifikasikan atas pengamatan terbuka dan pengamatan tertutup. Pengamatan
terbuka adalah pengamatan dimana peneliti secara terbuka diketahui oleh subjek
dan sebaliknya para subjek dengan sukarela memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk mengamati peristiwa yang terjadi. Sedangkan pengamatan tertutup,
peneliti beroperasi dan mengadakan pengamatan tanpa diketahui oleh subjek.
Jenis pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan
terbuka. Peneliti secara legal meminta ijin kepada lembaga terkait untuk
mengadakan penelitian di sana, dalam hal ini BPR Syariah Dana Mulia dengan
sepengetahuan direktur, kepala-kepala bagian dan para karyawan. Observasi
dilakukan dengan mengamati peristiwa atau transaksi yang terkait dengan
penelitian, yaitu transaksi pembiayaan murabahah.
F. Validitas Data
Validitas data atau kesahihan data merupakan kebenaran data dari kancah
penelitian. Agar data yang diperoleh benar-benar valid maka pemeriksaan
keabsahan data menggunakan teknik trianggulasi. Lexy J. Moleong (2003:178)
menyatakan bahwa, “trianggulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari data tersebut untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut”. Penulis memilih
teknik trianggulasi sumber data dalam pemeriksaan derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui alat yang tersedia dengan sumber penelitian
kualitatif.
Menurut Lexy J. Moleong (2003:178) trianggulasi sumber data dapat
dicapai dengan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil dari wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Dengan cara tersebut, diharapakan data yang terkumpul benar-benar valid.
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif biasanya dilakukan bersamaan
dengan proses pengumpulan data di lapangan. Analisis data dalam penelitian ini
adalah dengan model interaktif. Dalam analisis interaktif, data yang telah
terkumpul dibaca, dipelajari dan ditelaah, kemudian dilakukan pembuatan
abstraksi. Setelah dilakukan abstraksi, kemudian data disusun dalam satuan-satuan
sambil dilakukan pemeriksaan keabsahan data. Tahap akhir yang dilakukan adalah
penafsiran data.
Mathew B. Miles dan A. Michael Huberman (1992: 19) mengemukakan
tiga komponen utama dalam analisis data penelitian kualitatif. Ketiga komponen
tersebut adalah: (1) Reduksi data, (2) Sajian data, (3) Penarikan kesimpulan serta
verifikasinya. H.B. Sutopo (2002: 95) menjelaskan pelaksanaan ketiga komponen
utama analisis penelitian kualitatif tersebut sebagai berikut:
Tiga komponen analisis tersebut aktivitasnya dapat dilakukan dengan cara interaksi, baik antar komponennya, maupun dengan proses yang berbentuk siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara tiga komponen analisis dengan proses pengumpulan data selama kegiatan pengumpulan data berlangsung. Sesudah pengumpulan data berakhir, peneliti bergerak di antara tiga komponen analisisnya dengan menggunakan waktu yang masih tersisa bagi penelitiannya. Proses analisis ini disebut sebagai model analisis interaktif. (H. B. Sutopo, 2002: 95).
Alur analisis data secara interaktif digambarkan sebagai berikut (Mathew
B. Miles dan A. Michael Huberman, 1992: 20):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Gambar 3. Komponen-komponen analisis data model interaktif
Kegiatan yang dilakukan dalam model analisis data secara interaktif
adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data merupakan upaya untuk mengumpulkan data dengan
berbagai macam cara, seperti: observasi, wawancara, dokumentasi dan
sebagainya. Data-data yang dikumpulkan untuk mencapai tujuan penelitian ini
adalah; Struktur Organisasi, produk-produk simpanan dan pembiayaan
didapatkan dengan teknik dokumentasi; latar belakang pendirian, program
kerja, wilayah kerja,dan faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan margin
akan didapatkan dari wawancara; dan dari teknik observasi akan didapatkan
data mengenai prosedur pembiayaan dan sistem yang digunakan.
2. Reduksi data merupakan proses penilaian, pemusatan perhatian kepada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transportasi data kasar yang muncul dari
catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus sampai
laporan selesai disusun. Data-data yang telah diperoleh pada tahap
pengumpulan data disederhanakan dan dipusatkan pada beberapa bidang
kajian, yakni; karakteristik produk simpanan Koperasi Konvensional dan
BMT, karakteristik pinjaman pada Koperasi Konvensional dan pembiayaan
Penyajian
d
Reduksi
d
Pengumpulan data
Kesimpulan-kesimpulan:
ik / i ik i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
pada BMT, perhitungan keuntungan pada simpanan dan biaya pada pinjaman
serta prospek perkembangan lembaga.
3. Penyajian data merupakan sekumpulan data informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Data-data yang telah
disederhanakan dan dipusatkan pada bidang kajian masalah masing-masing
akan disimpulkan untuk mendapatkan informasi yang terfokus.
4. Penarikan kesimpulan merupakan proses akhir dari penelitian setelah tahap-
tahap di atas dilalui. Dari permulaan pengumpulan data peneliti mulai mencari
arti benda-benda, mencatat keteraturan, konfigurasi-konfigurasi yang
mungkin, alur sebab akibat dan proposisi.
H. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunkan beberapa langkah atau
prosedur penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Studi Pendahuluan
Dalam tahap ini penulis melakukan persiapan awal yaitu penjajakan lapangan
untuk mengenal segala unsur yang ada dilapangan yang ada kaitannya dengan
penelitian. Hal ini bertujuan untuk persiapan penulis dari segi fisik, mental dan
perlengkapan.
2. Tahap Pralapangan
Dalam tahap ini penulis belum terjun ke lapangan, melainkan masih dalam
tahap berkonsentrasi dalam pembutan proposal penelitian sampai dengan
pengurusan berkas perijinan di lapangan.
3. Tahap Lapangan
Dalam tahap ini penulis mulai terjun ke lapangan untuk mulai mengumpulkan
data yang diperlukan dalam penelitian. Pada tahap ini dilaksanakan
pengumpulan data yang berhubungan dengan penelitian melalui observasi
kegiatan pembiayaan murabahah yang terjadi pada lembaga obyek penelitian,
wawancara dengan direktur dan kabag. pembiayaan serta dokumentasi data-
data yang relevan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
4. Tahap Analisis Data
Data yang diperoleh dari lapangan akan diproses. Pemrosesan data dilakukan
dari awal sampai pengumpulan data berakhir. Analisis data dilakukan
bersamaan dengan tahap pengumpulan data untuk menghindari adanya data
yang tercecer atau hilang. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah
mengatur data, mengurutkan data dan mengelompokkan data agar dapat
disajikan secara jelas dan rinci sehingga dapat menjelaskan tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini.
5. Tahap Penulisan dan Perbanyakan Laporan
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari prosedur penelitian, yaitu kegiatan
untuk menyusun hasil dari penelitian dalam bentuk laporan yang harus
dipertanggungjawabkan di hadapan tim penguji, sampai pembuatan dalam
bentuk skripsi serta penggandaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
a. Identitas Kelembagaan
1) Nama : PT. BPR Syariah Dana Mulia
2) Alamat : Jl. KH. Agus Salim No. 10 Kelurahan Sondakan
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta
3) Badan Hukum : SK Gubernur Bank Indonesia No. 10/12/Kep.GBI/2008
4) Wilayah Kerja : Kota Surakarta dan sekitarnya
5) Visi : Membangun perbankan yang amanah serta berdasarkan
atas prinsip syariah dengan mengharapkan ridho Allah
Subhanahu Wata’ala
6) Misi : Mengemban amanah masyarakat yang menitipkan dana
pada BPR Syariah dan membantu masyarakat yang
membutuhkan dana menggunakan prinsip syariah
7) Tujuan : Pendirian PT. BPR Syariah Dana Mulia bertujuan untuk
memberikan suatu layanan perbankan syariah bagi
masyarakat khususnya dari golongan pengusaha mikro
kecil dan menengah (UMKM) di Eks Karesidenan
Surakarta.
8) Sejarah Singkat :
Berawal dari keinginan beberapa orang yang ingin mendirikan
sebuah lembaga keuangan yang berlandaskan pada prinsip syariah
kemudian didirikanlah BPR Syariah Dana Mulia. PT. BPR Syariah Dana
Mulia diresmikan pada tanggal 26 Maret 2008 oleh Pemimpin Kantor
Bank Indonesia Solo dan mulai beroperasi pada tanggal 1 April 2008.
Sebagai Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang pertama di Eks
Karesidenan Surakarta, bank mendapat persetujuan izin prinsip dengan
surat dari Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia Nomor
9/826/Bpbs tertanggal 31 Mei 2007. Selanjutnya bank beroperasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
berdasarkan atas surat keputusan dari Gubernur Bank Indonesia Nomor
10/12/Kep.GBI/2008 tentang Pemberian Izin Usaha PT. Bank Perkreditan
Rakyat Syariah Dana Mulia yang berkedudukan di Jl. KH. Agus Salim No.
10 Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. PT. BPR
Dana Mulia mulai tanggal 26 Juni 2008 merupakan salah satu bank yang
menjadi anggota LPS.
b. Manajemen Bank
1). Struktur Organisasi
Gambar 4. Struktur Organisasi
2). Personalia
a). Dewan Komisaris
Tabel 2. Dewan Komisaris
NO. NAMA JABATAN
1. Prof. Dr. H. Hartono, MS. Komisaris Utama
2. Prof. Dr. H. Mardjani Danuprawiro, MM Komisaris
DEWAN KOMISARIS
DIREKTUR
Kabag. Operasional
Kabag. Marketing
PEMEGANG SAHAM
DEWAN PENGAWAS
SYARIAH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
b). Dewan Pengawas Syariah
Tabel 3. Dewan Pengawas Syariah
NO. NAMA JABATAN
1. Prof. Dr. H. Bambang Setiaji, M.Si. DPS
2. Asmuni Bisri Syuhada, S. Pd. DPS
c). Dewan Direksi
Tabel 4. Dewan Direksi
NO. NAMA JABATAN
1. Basrawi Yudi Nugroho, SE, MM. Direktur Utama
c. Kegiatan Usaha
1. Penghimpunan Dana
Jenis sumber dana BPR Syariah Dana Mulia berbentuk simpanan
yang terdiri atas:
1). Tabungan Wadiah
Tabungan wadiah adalah tabungan berdasarkan atas prinsip
wadiah (titipan) yang bersifat simpanan dan bisa diambil setiap saat,
tidak ada imbalan yang disyaratkan kecuali dalam bentuk pemberian
bonus yang bersifat sukarela/ sesuai kebijakan bank. Pemberian bonus
ini tidak disyaratkan dan tidak diinformasikan baik secara lisan
maupun tertulis oleh pihak bank. Produk-produk tabungan wadiah di
BPR Syariah Dana Mulia adalah:
a) Tabungan Wadiah Haji
b). Tabungan Wadiah Qurban
c). Tabungan Wadiah ZIS
2). Tabungan Mudharabah
Tabungan mudharabah adalah tabungan berdasarkan prinsip
mudharabah yang bersifat investasi atau berjangka yang penarikannya
hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu dengan imbala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
yang disyaratkan atau disepakati dalam bentuk nisbah yang tertuang
dalam akad pembukaan rekening. Produk-produk tabungan
mudharabah di BPR Syariah Dana Mulia adalah:
a). Tabungan Mudharabah Umum
b). Tabungan Mudharabah Berjangka
3). Deposito Mudharabah
Deposito mudharabah adalah jenis penanaman dana nasabah
pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah dengan bank. Deposito ini
menggunakan prinsip Mudharabah Muttlaqah yakni suatu perkongsian
antara dua pihak dimana pihak pertama selaku pemilik dana (shahibul
maal) menyediakan dana, dan pihak kedua selaku pengelola dana
(mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan dana. Keuntungan
dari pengelolaan dana itu akan dibagikan sesuai dengan nisbah/ ratio
yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak. Produk-
produk deposito mudharabah di BPR Syariah Dana Mulia adalah:
a). Deposito Berjangka Mudharabah 1,3,6 dan 12 bulan.
b).Deposito Mudharabah Muqayyadah
2. Penyaluran Dana
Produk penyaluran dana (pembiayaan) di BPR Syariah Dana Mulia
dikembangkan menjadi 5 produk, yaitu:
1). Pembiayaan Sistem Bagi Hasil (Mudharabah)
Pembiayaan dengan akad Mudharabah di BPR Syariah Dana
Mulia berlaku dimana bank bertindak sebagai shahibul maal yang
menyediakan dana secara penuh, dan nasabah bertindak sebagai
mudharib yang mengelola dana dalam kegiatan usaha. Bank tidak ikut
serta dalam pengelolaan usaha nasabah tetapi memiliki hak dalam
pengawasan dan pembinaan usaha nasabah. Pembiayaan oleh bank
dapat diberikan dalam bentuk tunai dan/ atau barang sebagai modal
kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2). Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan dengan akad musyarkah di BPR Syariah Dana
Mulia berlaku dimana bank dan nasabah masing-masing bertindak
sebagai mitra usaha dengan bersama-sama menyediakan dana dan/atau
barang untuk membiayai suatu kegiatan usaha tertentu. Nasabah
bertindak sebagai pengelola usaha dan bank sebagai mitra usaha dapat
ikut serta dalam pengelolaan usaha sesuai dengan tugas dan wewenang
yang disepakati seperti melakukan review, meminta bukti-bukti dari
laporan hasil usaha yang dibuat oleh nasabah berdasarkan bukti
pendukung yang dapat dipertanggung jawabkan.
3). Pembiayaan Salam
Pembiayaan dengan akad salam di BPR Syariah Dana Mulia
berlaku dimana bank bertindak sebagai pembeli barang untuk kegiatan
transaksi salam dengan nasabah yang bertindak sebagai penjual
barang. Pembiayaan salam diperuntukkan bagi bidang pertanian atau
hasil tambang.
4). Pembiayaan Istishna
Pembiayaan dengan akad istishna di BPR Syariah Dana Mulia
berlaku dimana bank bertindak sebagai penyedia dana maupun penjual
barang untuk kegiatan transaksi istishna dengan nasabah yang
bertindak sebagai pembeli barang. Pembiayaan salam diperuntukkan
bagi proyek infrastruktur (termasuk KPR) maupun hasil manufaktur.
5). Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan dengan akad ijarah di BPR Syariah Dana Mulia
berlaku dimana bank bertindak sebagai pemilik dan/atau pihak yang
mempunyai hak penguasaan atas obyek sewa baik berupa barang atau
jasa, yang menyewakan obyek tersebut kepada nasabah sesuai
kesepakatan.
6). Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT)
Pembiayaan IMBT di BPR Syariah Dana Mulia berlaku
dimana bank sebagai pemilik obyek juga bertindak sebagai pemberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
janji (wa’ad) untuk memberikan opsi pengalihan kepemilikan dan/atau
hak penguasaan obyek sewa kepada nasabah penyewa sesuai dengan
kesepakatan.
7). Pembiayaan Transaksi Ijarah Multi Jasa
Pembiayaan dengan akad ijarah di BPR Syariah Dana Mulia
berlaku dimana bank bertindak sebagai pemilik dan/atau pihak yang
mempunyai hak penguasaan atas obyek sewa baik berupa barang atau
jasa, yang menyewakan obyek tersebut kepada nasabah sesuai
kesepakatan. Bank memperoleh sewa atas transaksi multijasa berupa
imbalan (ujrah) yang besarnya harus disepakati di awal dan dinyatakan
dalam bentuk nominal yang tetap.
8). Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah di BPR Syariah Dana Mulia
merupakan pembiayaan dimana bank bertindak sebagai pihak penyedia
dana dalam rangka membelikan barang terkait dengan kegiatan
transaksi murabahah dengan nasabah sebagai pihak pembeli barang.
Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
yang telah disepakati kualifikasinya serta wajib menyediakan dana
untuk merealisasikan penyediaan barang yang dipesan nasabah.
B. Deskripsi Masalah Penelitian
Data yang diperoleh di lapangan perlu dideskripsikan ke dalam
permasalahan sehingga mudah untuk dianalisis. Lembaga keuangan yang
berbadan hukum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dapat mengelola usahanya
dengan sistem konvensional, yakni menggunakan perhitungan bunga, atau
menggunakan sistem syariah dengan perhitungan bagi hasil, jual beli atau sewa-
menyewa..
Sistem pengelolaan di BPR Konvensional dicirikan dengan penggunaan
perhitungan bunga, baik untuk keuntungan para penyimpan dana ataupun untuk
beban bagi peminjam dana. Hal ini dianggap sebagai tindakan riba oleh sebagian
masyarakat muslim dengan beberapa alasan tertentu. Sistem pembiayaan secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
syariah di BPR Syariah dicirikan dengan perhitungan berdasarkan akad
mudaharabah, murabahah dan ijarah (sewa menyewa). Sistem mudharabah atau
bagi hasil mengutamakan akad dan tujuan yang jelas, akan tetapi tidak bisa
menjanjikan keuntungan yang pasti secara nominal. Pembiayaan dengan akad
murabahah merupakan pembiayaan dengan sistem jual beli berdasarkan atas
kesepakatan antara bank dengan nasabah mengenai besarnya margin keuntungan
yang akan diterima oleh bank. Margin keuntungan ini ditentukan hanya satu kali
pada awal pembiayaan dan tidak berubah selama periode pembiayaan. Sedangkan
sistem pembiayaan dengan akad ijarah dimana bank bertindak sebagai pemilik
dan/atau pihak yang mempunyai hak penguasaan atas obyek sewa baik berupa
barang atau jasa, yang menyewakan obyek tersebut kepada nasabah sesuai
kesepakatan.
Eksistensi suatu Lembaga Keuangan Syariah sebagai Badan Usaha Bisnis
tidak hanya ditentukan oleh besarnya keuntungan yang diperoleh lembaga, namun
juga dari kepuasan nasabah sebagai pelanggan serta persaingan yang sehat antar
Lembaga Keuangan Syariah yang lain. Salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap kepuasan nasabah adalah keuntungan secara ekonomis, baik dalam hal
tabungan maupun pinjaman/pembiayaan.
Dalam pembiayaan murabahah digunakan sistem jual beli antara bank
dengan nasabah berdasarkan atas harga pokok ditambah dengan margin
keuntungan yang disepakati bersama oleh kedua belah pihak. Dalam prakteknya
terkadang bank menggunakan presentase dalam penghitungan margin keuntungan,
yang besarnya sering sama atau terkadang lebih besar dari bunga bank
konvensional. Hal ini membuat masyarakat menjadi ragu dalam mengajukan
pembiayaan di BPR Syariah, karena menurut masyarakat sebagai lembaga
keuangan syariah seharusnya identik dengan murah dan mudah.
Bertolak dari hal tersebut dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: Bagaimanakah karakteristik dari produk pembiayaan murabahah
di BPR Syariah dan faktor-faktor apasajakah yang mempengaruhi penetapan
margin keuntungan dalam produk pembiayaan murabahah di BPR Syariah ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori
1 Karakteristik Produk Pembiayaan Murabahah
a. Perjanjian dan Akad
Pembiayaan Murabahah di BPR Syariah Dana Mulia merupakan
pembiayaan dengan akad jual beli dimana bank bertindak sebagai pihak
penyedia dana dalam rangka membelikan barang terkait dengan kegiatan
transaksi murabahah dengan nasabah sebagai pihak pembeli barang. Bank
dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya serta wajib menyediakan dana untuk merealisasikan
penyediaan barang yang dipesan nasabah. Pembiayaan murabahah di BPR
Syariah Dana Mulia sebagian besar merupakan pembiayaan untuk keperluan
pribadi atau usaha. Pembiayaan murabahah di BPR Syariah Dana Mulia
mencapai 90% dari seluruh pembiayaan yang diberikan. Hal ini terungkap
sebagaimana disampaikan oleh Budi Santoso (BS) Kabag. Marketing BPR
Syariah Dana Mulia dalam wawancara pada hari Kamis 13 April 2009
sebagai berikut ”Pembiayaan yang paling banyak digunakan adalah dalam
bentuk murabahah, untuk pembiayaan pembelian kendaraan seperti motor
atau mobil. Pembiayaan murabahah ini mencapai sekitar 90% dari seluruh
pembiayaan yang dikeluarkan. Sisanya adalah pembiayaan dengan akad
ijarah.”
Untuk menyediakan barang atau jasa yang dibutuhkan, maka bank
bekerjasama dengan pihak lain. Sebagai contoh untuk penyediaan motor, bank
bekerjasama dengan dealer sepeda motor. Fungsi bank syari'ah dalam
pelaksanaan pembiayaan murabahah adalah sebagai penjual barang untuk
kepentingan nasabah. Bank membeli barang dan kemudian menjualnya kepada
nasabah dengan harga jual yang setara dengan harga beli ditambah
keuntungan bank. Bank harus memberitahukan secara jujur harga pokok
barang berikut biaya yang diperluan. Bank juga harus menyampaikan semua
hal yang berkaitan dengan pembelian barang kepada nasabah. Namun
demikian, sebagai penyedia barang dalam prakteknya BPR Syariah kerap kali
tidak mau dipusingkan dengan langkah-langkah pembelian barang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Karenanya, bank syariah menggunakan media akad wakalah dengan
memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli barang tersebut. Langkah
pemberian wakalah kepada nasabah inilah yang oleh sebagian akademisi
dianggap bahwa bank syariah terkadang kurang bijak dan tidak hati-hati
menerapkan media wakalah pembelian barang ini.
Fatwa MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000, telah menetapkan bahwa jika
bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak
ketiga, maka akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara
prinsip menjadi milik bank. Dengan kata lain, pemberian kuasa wakalah dari
bank kepada nasabah atau pihak ketiga manapun, harus dilakukan sebelum
akad Jual beli murabahah terjadi. Dalam kenyataannya, akad murabahah
sering kali mendahului pemberian wakalah dan dropping dana pembelian
barang.
Di BPR Syariah Dana Mulia dari hasil observasi dan wawancara
yang dilakukan penandatangan perjanjian akad jual beli murabahah dilakukan
bersamaan dengan serah terima barang/ jasa yang diinginkan oleh nasabah.
Bank memberikan kebebasan kepada nasabah untuk memilih sendiri
barang/jasa yang diinginkan, untuk selanjutnya dilaporkan kepada bank.
Setelah itu pihak bank yang menyelesaikan jual beli dengan pihak ketiga
(penjual, suplier atau dealer). Setelah barang tersebut sah menjadi milik bank,
kemudian baru diadakan akad jual beli murabahah dengan nasabah.
b. Uang Muka
Di BPR Syariah Dana Mulia, bank meminta sejumlah uang muka
sebagai tanda jadi kepada nasabah. Hal ini diperbolehkan berdasarkan fatwa
Dewan Syariah Nasional No.04/DSN-MUI/IV/2000 bahwa dalam jual beli
murabahah bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka
saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan. Hal ini untuk menghindari
kemungkinan terjadinya pembatalan secara sepihak dari nasabah. Jika nasabah
memutuskan untuk membeli barang tersebut, maka ia tinggal membayar sisa
harga. Akan tetapi, jika nasabah batal membeli jika nasabah batal membeli,
uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
oleh bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi,
nasabah wajib melunasi kekurangannya
c. Jangka Waktu dan Pengembalian
Jangka waktu pembiayaan dan waktu pembayaran harga barang oleh
nasabah kepada bank ditentukan berdasarkan kesepakatan bank dan nasabah,
setelah terlebih dahulu dilakukan analisis pembiayaan oleh bank. Jangka
waktu yang digunakan oleh BPR Syariah Dana Mulia untuk pembelian
kendaraan bermotor jangka waktu maksimal pembiayaan adalah 5 tahun.
Sedangkan untuk pembiayaan KPR maksimal 10 tahun.
d. Pembayaran Angsuran dan Keuntungan (margin)
Di BPR Syariah Dana Mulia angsuran pembiayaan selama periode
akad dilakukan secara proporsional. Sedangkan kesepakatan atas marjin
ditentukan hanya satu kali pada awal pembiayaan atas dasar murabahah dan
tidak berubah selama periode pembiayaan. Bank dapat memberikan potongan
dalam besaran yang wajar dengan tanpa diperjanjikan dimuka. Potongan yang
diperoleh bank akibat membeli barang secara tunai, menjadi hak nasabah dan
akan mengurangi jumlah nilai pembiayaan.Hal ini sesuai dengan fatwa DSN
No. 16/DSN-MUI/IX/2000, sebagai berikut ” jika dalam jual beli murabahah
LKS mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah
diskon, karena itu diskon adalah hak nasabah”. Selain potongan angsuran atas
dasar diskon dari suplier, bank juga dapat memberikan potongan angsuran
kepada nasabah yang membayar tepat waktu atau jika nasabah sedang
mengalami kesulitan keuangan. Besarnya potongan ini tidak diperjanjikan
dalam akad.
e. Biaya-biaya
Nasabah bersedia menanggung seluruh biaya yang dibebankan terkait
pembiayaan yang diterima, meliputi biaya administasi dan lainnya sesuai
prinsip syariah. Mengenai biaya-biaya yang dibebankan dijelaskan oleh BS
Kabag. Marketing BPR Syariah Dana Mulia sebagai berikut, ”untuk biaya
administrasi dan materai. Ada yang dipotong dari dana pembiayaan dan ada
juga yang dibayar langsung oleh nasabah. Tergantung kesepakatan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
bank dengan nasabah. Besarnya biaya adminstrasi sebesar 2% dari
pembiayaan”. Mengenai biaya administrasi ini ada perbedaan pendapat
dikalangan ulama, Memang kalau kita membaca fatwa-fatwa DSN MUI yang
sudah ada tidak kita temukan fatwa yang secara spesifik membahas tentang
boleh tidaknya bank syariah memungut biaya administrasi dalam presentase
dari plafond pada saat dilakukan akad pembiayaan di bank syariah. Yang ada
kaitannya dengan pengenaan biaya pada akad pembiayaan contoh fatwa DSN
nya adalah No:04/DSN-MUI/IV/2000 point 6 “ Bank kemudian menjual
barang tsb kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus
keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga
pokok barang kepada nasabah berikut BIAYA yang diperlukan”. Sebelum
dilakukan suatu akad pembiayaan dengan seorang nasabah, bank syariah
banyak mengeluarkan biaya-biaya yang berkaitan dengan proses pembiayaan
bukan hanya biaya alat tulis dan biaya kertas tetapi biaya yang paling besar
adalah biaya studi kelayakan nasabah untuk menerima suatu pembiayaan dan
juga biaya pencadangan PPAP :
1. Biaya pencadangan (PPAP) sebesar 1% dari Plafond pembiayaan., ini
berdasarkan PBI No:9/9/PBI/2007 tentang perubahan atas PBI
No:8/21/PBI/2006 tentang “ Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum Yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah”
2. Biaya survey usaha nasabah di lapangan
3. Biaya survey keluarga/tempat kerja nasabah di lapangan
4. Biaya survey asset yang dijaminkan nasabah di lapangan.
5. Biaya untuk membayar tenaga-tenaga ahli yang bisa memutuskan layak
atau tidaknya seorang nasabah menerima suatu pembiayaan, yang mana
biayanya semakin besar jika plafond pembiayaan yang diambil semakin
besar karena tenaga-tenaga ahli yang terlibat juga semakin bertambah.
6. Biaya-biaya pertemuan dengan tenaga-tenaga ahli tsb yang mana sering
terjadi tidak cukup sekali pertemuan untuk memutuskan kelayakan
seorang nasabah menerima pembiayaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Dan bank syariah akan mengalami kerugian jika ternyata proses
pembiayaan nasabah dinyatakan tidak layak (tidak disetujui) karena akan
menanggung semua biaya-biaya tsb kecuali biaya no 1. Oleh karena itu
sampai saat ini bank diperolehkan memungut biaya administrasi berdasarkan
presentase dari plafond selama biaya-biaya yang timbul pada saat sebelum
terjadinya suatu akad pembiayaan (seperti 6 jenis biaya yang sebutkan di atas)
belum dimasukkan dalam komponen penentuan harga jual di bank syariah.
Dan besarnya persentase biaya administrasi tersebut benar-benar tidak jauh
berbeda dengan besarnya biaya-biaya riil yang ditanggung bank syariah pada
saat memproses suatu pembiayaan seperti 6 jenis biaya yang disebutkan di
atas.
f. Agunan
Bank dapat meminta jaminan atau agunan untuk mengantisipasi
resiko apabila nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban dalam akad karena
kelalaian dan/atau kecurangan. Agunan ini menjadi dasar penilaian bank untuk
menentukan besarnya pembiayaan yang diberikan. Mengenai agunan ini
dijelaskan oleh BS Kabag. Marketing BPR Syariah Dana Mulia sebagai
berikut ”menyerahkan agunan ,agunan yang diterima berupa BPKB, sertifikat.
Dan materai minimal 3 lembar sebesar Rp. 18.000,- . Dan pembiayaan di BPR
Syariah Dana Mulia ini tidak dikenakan pajak. Pembiayaan yang diberikan
minimal adalah 30% dari nilai agunan”. Dalam fatwa DSN No. 04/DSN-
MUI/IV/2000 dinyatakan bahwa ”Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar
nasabah serius dengan pesanannya, bank dapat meminta nasabah untuk
menyediakan jaminan yang dapat dipegang.
g. Persyaratan Permohonan Pembiayaan
Secara administrasi untuk setiap permohonan pembiayaan, calon
debitur diharuskan mengisi formulir-formulir yang akan disediakan oleh
petugas bank dengan melengkapi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1. Kartu identitas berupa: KTP, Kartu Keluarga dan surat nikah bagi calon
debitur perorangan; atau surat keterangan lembaga dilengkapi AD/ART,
SIUP, TDP, dan NPWP bagi non perorangan.
2. Memiliki usaha yang jelas
3. Bersedia dilakukan survei tempat usaha
4. Menyerahkan agunan sebagai jaminan.
2 Hasil Analisa Data Keuangan
a. Analisis Perbandingan
Dari data neraca keuangan yang diperoleh dari BPR Syariah Dana
Mulia (lihat lampiran) terjadi kenaikan total aktiva yang sangat besar
mencapai 73,1%, dari sekitar Rp. 1,9 Milyar menjadi Rp. 3,3 Milyar pada
bulan September 2009. Hal ini disebabkan oleh kenaikan jumlah dana pihak
ketiga (DPK) dari tabungan dan deposito sebesar Rp. 1,3 Milyar atau naik
sekitar 122,3%. Peningkatan jumlah DPK mendorong bank untuk
meningkatkan pembiayaannya, hal ini terlihat dari kenaikan jumlah
pembiayaan jual beli (murabahah) dari Rp. 858 Juta menjadi Rp. 1,5 Milyar
atau naik sebesar 86,3%. Pembiayaan dengan jenis ijarah (sewa) juga
mengalami peningkatan sebesar 57,3% atau sekitar Rp. 242 Juta. Selain kedua
jenis pembiayaan diatas, pada tahun 2009 juga dikembangkan satu jenis
pembiayaan dengan akad istishna. Pada tahun 2009 ini pembiayaan istishna
memang masih relatif kecil yaitu sebesar Rp. 46 Juta.
Peningkatan yang paling besar pada pos-pos neraca adalah pos kas,
persediaan, dan kewajiban lain-lain. Pada pos kas terjadi kenaikan lebih dari
Rp. 53 Juta atau setara dengan 535,1% pada tahun 2009. Hal ini disebabkan
oleh peningkatan jumlah DPK, untuk menjaga likuiditas maka kas yang
ditempatkan juga meningkat jumlahnya disesuaikan dengan proporsi DPK.
Pos lainnya yang mengalami kenaikan adalah persediaan, pada tahun 2008
persediaan hanya sebesar Rp. 10.000,- dan kini meningkat 1.730% menjadi
Rp. 183.000,-. Persediaan bagi BPR Syariah memang bukan hal yang utama,
sebagian besar lembaga keuangan syariah, hanya membeli barang saat ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
permintaan dari nasabah yang mengajukan pembiayaan. Pos selanjutnya yang
mengalami kenaikan adalah pos kewajiban lain-lain yang meningkat lebih dari
Rp. 134 Juta atau setara dengan 5.046,6% dari sebelumnya Rp. 2.658.000,-.
Pada laporan laba/rugi terlihat jelas bahwa pada tahun 2008 dan 2009
ini BPR Syariah Dana Mulia masih mengalami kerugian, walaupun begitu
pada tahun ini terjadi penurunan kerugian lebih dari Rp. 25 Juta atau setara
dengan 14,5%. Pada tahun ini BPR Syariah Dana Mulia mengalami
peningkatan yang sangat besar dari pendapatan operasionalnya. Pada tahun
2008 pendapatan operasionalnya hanya sebesar Rp. 86 Juta, sedangkan pada
tahun 2009 pendapatan operasionalnya naik menjadi Rp. 425 Juta. Kenaikan
ini mencapai 392,8%. Pendapatan operasionalnya meningkat dikarenakan
peningkatan pendapatan operasional dari penyaluran dana dari pihak ketiga,
dan pendapatan operasional lainnya. Pendapatan operasional dari penyaluran
dana pihak ketiga meningkat sebesar Rp. 272 Juta atau setara 522% dari tahun
2008. Kemudian juga terjadi kenaikan pendapatan operasional lainnya Rp. 60
Juta atau sekitar 246,9%. Kenaikan pendapatan operasional bank diikuti
dengan kenaikan bagi hasil kepada pemilik dana. Bagi hasil kepada pihak
ketiga bukan bank meningkat 765% atau sekitar Rp. 121 Juta. Bagi hasil ini
dibagi antara produk tabungan dan deposito.
Pendapatan operasional setelah distribusi bagi hasil naik 308,9% atau
sebesar Rp. 217 Juta dari sebelumnya Rp. 70 Juta. Kenaikan pendapatan
operasional diikuti oleh kenaikan beban penyusutan penghapusan aktiva
produktif sebesar Rp. 96 Juta atau sekitar 3.762,9%. Hal ini wajar terjadi
dikarenakan kenaikan dana pihak ketiga harus dicadangkan untuk
penghapusan aktiva produktif yang merupakan peraturan dari BI. Dari segi
kenaikan beban-beban operasional dirasakan masih wajar karena pada tahun
2008 beban yang diperhitungkan hanya selama 6 bulan dari 1 April 2008.
Pada pos laba/rugi, rugi operasional mengalami penurunan lebih dari Rp. 46
Juta atau sekitar 29,8%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bank untuk
memperoleh pendapatan naik, sehingga diharapkan dalam satu atau dua tahun
lagi bank akan memperoleh laba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
b. Analisis Rasio
1). Rasio Likuiditas
Rasio antara kredit/pembiayaan dengan dana yang dihimpun (loan
to deposit ratio) tahun 2008 dan 2009 sudah cukup baik. Bahkan pada
tahun 2009 tingkat penyaluran dananya meningkat. Pada tahun 2009
terjadi kenaikan rasio NPL (non performing loan) dibandingkan tahun
2008. Pada tahun 2009 NPL sebesar 2,17% sedangkan pada tahun 2008
hanya 0,58%. Peningkatan NPL pada tahun 2009 disebabkan oleh
kenaikan jumlah penyaluran dana kepada masyarakat.Tingkat NPL ini
masih dalam kisaran yang wajar karena masih dibawah 5%. Secara umum
tingkat likuiditas BPR Syariah Dana Mulia sudah cukup baik.
2). Rasio Solvabilitas
Rasio-rasio solvabilitas menunjukkan kondisi yang cukup
sehat.Rasio CAR masih diatas 8% sesuai dengan ketentuan minimal dari
BI. Rasio CAR BPR Syariah Dana Mulia pada tahun 2008 sebesar 42,48%
dan tahun 2009 sebesar 18,39%.
3). Rasio Rentabilitas
Dari rasio NPM, ROE, dan ROA, BPR Syariah Dana Mulia pada
tahun 2008 dan 2009 masih mengalami kerugian. Akan tetapi pada tahun
2009 terjadi peningkatan NPM dari sebelumnya -244,64% pada tahun
2008 naik menjadi -51,12% pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan
semakin meningkatnya kemampuan bank dalam mendapatkan laba.
Diharapkan pada 2-3 tahun mendatang bank sudah bisa mendapatkan laba.
3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Margin Keuntungan
a. Faktor Intern
1). Kebijakan Manajemen Bank
Dalam menentukan besarnya margin keuntungan yang
diinginkan, BPR Syariah Dana Mulia menentukannya berdasarkan
keputusan dari rapat Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. Margin
keuntungan dari pembiayaan murabahah ditentukan dengan melihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
berbagai aspek. Salah satunya yang menjadi dasar adalah harga pasar. Hal
ini diungkapkan oleh Basrawi Yudi Nugroho (BYN) selaku Direktur
Utama pada wawancara hari Kamis 7 Mei 2009 sebagai berikut:
Cara kami manajemen menentukan margin adalah berdasarkan harga pasar, jadi tergantung margin yang berlaku dipasar berapa. Karena berkaitan dengan akad murabahah ini tentunya berdasarkan harga pokok plus margin, nah kita mengambil keuntungan margin disesuaikan dengan berapa margin di pasar yang berlaku saat ini.
2). Proporsi Bagi Hasil Dana Pihak Ketiga
Proporsi bagi hasil dana pihak ketiga (DPK) juga menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan margin. Hal ini dilakukan supaya bagi
hasil produk tabungan maupun deposito tidak jauh berbeda dengan bunga
dari bank konvensional ataupun bagi hasil lembaga keuangan syariah
lainnya, sehingga lebih kompetitif. Hal ini diungkapkan oleh BYN sebagai
berikut ”Prosentasenya kita hitung untuk pembiayaan murabahah sekitar
harga pasar diatas 1 persen perbulan. Proporsinya kita berdasarkan nisbah
itu rata-rata untuk nasabah sekitar 40-50% nisbahnya. Kalau nasabah 40%
maka bank 60% atau bisa juga 50:50.”
b. Faktor Ekstern
1). Tingkat Margin Murabahah di BPR Syariah Lainnya
Dalam menentukan margin murabahah, BPR Syariah Dana Mulia
melihat harga pasar dan tidak terlalu berfokus pada persaingan antar BPR-
BPR Syariah yang ada. Hal ini diungkapkan oleh BYN sebagai berikut:
Kita menyesuaikan dengan kebijakan Bank Indonesia kalau misalnya BI rate menurun kita akan menurun. Perubahan ini tidak serta merta dilakukan karena tergantung masing-masing manajemen bank. Kita menyesuaikan dengan harga pasar dan intinya kita masih kompetitif tidak terlalu monopoli.
2). Tingkat Margin Murabahah di Lembaga Keuangan Syariah Lainnya
Tingkat margin murabahah di BPR Syariah Dana Mulia tidak
terlalu terpengaruh oleh tingkat margin murabahah di lembaga keuangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
syariah lainnya. Seperti yang dinyatakan oleh BYN pada wawancara
tanggal 7 Mei 2009sebagai berikut:
Tentunya akan berbeda-beda penetapannya tergantung kebijakan masing-masing tidak ada pengaruhnya bagi kami. Karena segmen kami adalah nasabah-nasabah yang kita prioritaskan untuk modal kerja sehingga bagi mereka perputaran usaha khususnya itu bisa menutup kewajiban kepada bank, artinya tidak tidak terlalu signifikan berpengaruh apabila dikomparasikan dengan lembaga keuangan lain.
3). Tingkat Suku Bunga Rata-Rata Perbankan Konvensional
Tingkat suku bunga rata-rata pada perbankan konvensional tidak
terlalu berpengaruh terhadap besarnya margin murabahah. Akan tetapi
manajemen bank tetap memperhitungkannya sebagai dasar penetapan
margin, agar margin murabahah yang ada di BPR Syariah Dana Mulia bisa
kompetitif. Hal ini seperti diungkapkan oleh BYN sebagai berikut:
Tidak ada pengaruh yang terlalu besar ,karena kita memperhatikan harga pasar kalau misalnya presentase dibank konvensional 2% kalau kita lebih besar tentu kita tidak mendapat nasabah dan tidak bisa diterima di masyarakat. Intinya kami dalam beroperasi dalam akad jual beli, kami selalu menekankan yang menjadi prioritas bagi kami adalah distribusi aset dan asas kemanfaatan dari lembaga keuangan ini, bukan semata-mata untuk mengejar profit. Sehingga dalam mengambil keputusan kami selalu mengedepankan ini, takut kalau kami tidak memenuhi aspek-aspek kesyariahan. Kami juga berkonsultasi dengan dewan pengawas syariah (DPS) dan BI selaku regulator.
Dari faktor-faktor diatas, faktor intern yang mempengaruhi penetapan
margin keuntungan pada BPR Syariah Dana Mulia adalah kebijakan dari Dewan
Komisaris dan Dewan Direksi dengan memperhatikan kepada harga pasar.
Kemudian faktor ekstern yaitu harga pasar, dimana tingkat margin keuntungan
lembaga keuangan syariah lainnya dan suku bunga rata-rata lembaga keuangan
konvensional ikut mempengaruhi margin keuntungan di BPR Syariah Dana
Mulia. Karena komponen utama dalam harga pasar adalah suku bunga di lembaga
keuangan konvensional dan margin keuntungan di lembaga keuangan syariah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Pembiayaan murabahah pada LKS dalam prakteknya merupakan jual beli
ulang antara bank dan nasabah dengan menggunakan sistem beli dengan
pembayaran tangguh, dan pengambilan margin merupakan keuntungan yang
diperoleh bank. Penetapan margin keuntungan pada bank syariah merupakan
selisih antara pembelian dan penjualan atas suatu barang yang diambil
berdasarkan besaran pembiayaan yang telah dikeluarkan bank. Bank-bank syariah
dalam perhitungan margin keuntungan bersifat tetap (Flat), yang tidak akan
terjadi perubahan harga, baik dalam kondisi ekonomi yang stabil ataupun tidak
stabil, dan berlaku sejak akad pembiayaan ditandatangani antara pihak nasabah
dengan pihak bank hingga masa jatuh tempo dari waktu pembiayaan.
Penetapan margin keuntungan bagi bank syariah tentunya banyak faktor
yang akan menjadi pertimbangan bank dalam menentukan besaran margin yang
harus dibebankan pada suatu pembiayaan. Tampaknya dalam pembiayaan
murabahah, faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan margin adalah
kebutuhan bank syariah untuk memperoleh keuntungan riil, inflasi, suku bunga
berjalan, kebijakan moneter, bahkan suku bunga luar negeri, serta marketabilitas
barang-barang murabahah, dan tidak terlepas dari itu adalah tingkat laba yang
diharapkan dari barang-barang tersebut. Kalau melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi pengambilan margin tersebut tidak berbeda dengan penetapan
suku bunga pada bank konvensional. Bank konvensional dalam mengambil suku
bunga bank ditetapkan berdasarkan faktor kebutuhan bank untuk mendapatkan
keuntungan riil, demikian pula tergantung pada inflasi, ketidakpastian tingkat
inflasi di masa datang, preferensi likuiditas serta permintaan akan pinjaman,
kebijakan moneter, dan suku bunga luar negeri.
Pembuktian atas kesamaan penentuan margin dengan penentuan bunga
telah dilakukan oleh Budi Asmita (2004) mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi penentuan margin murabahah antara Januari 2001 sampai dengan
Desember 2003. hasil penelitian membuktikan bahwa ada tiga variabel yang
signifikan mempengaruhi penentuan margin murabahah yaitu biaya overhead,
cost of loanable fund dan profit target. Dari hasil penelitian tersebut membuktikan
bahwa penentuan margin murabahah Bank Syariah mirip dengan penentuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
tingkat kredit Bank Konvensional. Ketiga variabel tersebut merupakan aspek
penentu bagi bank konvensional untuk mengambil tingkat bunga yang akan
dibebankan pada suatu pinjaman. Biaya overhead meliputi biaya tenaga kerja,
biaya administrasi dan umum, biaya penyusutan, biaya pencadangan penghapusan
aktiva produktif, dan biaya lainnya yang terkait dengan operasional bank. Profit
target mempertimbangkan tingkat inflasi, tingkat suku bunga pasar, premi risiko,
spread, cadangan piutang tertagih.
Hasil penelitian Bank Indonesia menemukan bahwa masih banyak
diantara bank-bank syariah dalam menentukan tingkat margin murabahah
menggunakan perhitungan bunga secara flat. Sehingga, margin murabahah
tersebut dalam penjumlahannya akan lebih mahal daripada bunga bank
konvensional, atau minimal sama dengan bunga bank konvensional. Selanjutnya
untuk menentukan margin murabahah tersebut bank syariah masih memasukkan
bonus giro, bagi hasil tabungan dan deposito merupakan Cost of Fund, akibatnya
margin murabahah yang diambil oleh bank syariah akan lebih mahal atau sama
dengan bunga pinjaman.
Maka wajar sekiranya masyarakat umum seringkali masih
mempertanyakan bank syariah. Tidak sedikit dari mereka yang menganggap
bahwa bank syariah sebenarnya bank konvensional yang dapat label syariah. Jika
hal ini dibiarkan terus akibatnya reputasi bank syariah akan jatuh, dan masyarakat
tidak percaya lagi dengan bank syariah, toh sama saja dengan bank konvensional.
Bank syariah mestinya melakukan penetapan margin dengan benar, baik
pembiayaan murabahah, salam, dan istishna. Seperti yang telah dicontohkan oleh
Rasulullah SAW. Pada saat melakukan perdagangan Rasulullah secara transparan
mengungkapkan berapa harga beli barang tersebut, kemudian biaya yang harus
ditanggung dalam proses perdagangan tersebut, dan jumlah keuntungan yang
diambilnya.
Dalam perdagangan yang dilakukan Rasulullah sangat jelas sekali
mengedepankan aspek kejujuran, transparansi, dan amanah (bertanggung jawab).
Dan Rasulullah selalu mempermudah di saat membeli, menjual dan membayar
dalam perdagangan tersebut. Hal ini merupakan adab Rasulullah di saat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
melakukan perdagangan. Sehingga contoh suri tauladan ini sangat ironis
sekiranya ditinggalkan. Tidak hanya dalam perekonomian klasik (tradisional),
mestinya perekonomian modern-pun dapat mengejawantahkan contoh perilaku
Rasulullah tersebut, tidak terkecuali perbankan syariah.
Menurut pendapat Karnaen Perwataatmadja (www.pkesinteraktif.com)
Penetapan margin murabahah dengan mencontoh perdagangan yang dilakukan
Rasulullah dapat ditentukan dengan :
1. Unsur harga beli dari supplier/pemasok/dealer/agent;
2. Unsur biaya yang harus diperoleh kembali (cost of recovery), yang
diperhitungkan dari [a] biaya perolehan, dibagi [b] jumlah barang yang dijual;
3. Unsur keuntungan yang dapat diterima pasar (negotiable).
Formula : Harga jual = Harga Beli + Biaya Perolehan + Keuntungan
Jumlah Barang
Dari formula tersebut bisa dijelaskan bahwa:
1. Harga jual merupakan fungsi dari harga beli di tambah dengan biaya
perolehan di bagi dengan jumlah barang dan ditambah dengan keuntungan
yang wajar yang dapat diterima pasar.
2. Harga beli barang akan relatif lebih murah apabila didapatkan langsung dari
produsen atau sole agen.
3. Hasil bagi dari biaya perolehan dan jumlah barang akan relatif rendah apabila
biaya perolehan dilakukan dengan efisien dan dalam jumlah banyak.
4. Keuntungan akan relatif rendah apabila hasil bagi dari butir 3 tinggi, dan
relatif tinggi apabila hasil bagi dari butir 3 rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan dan analisis data yang
telah penulis lakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik Produk Pembiayaan Murabahah di BPR Syariah Dana Mulia
a. Pengertian
Pembiayaan Murabahah di BPR Syariah Dana Mulia merupakan
pembiayaan dimana bank bertindak sebagai pihak penyedia dana dalam
rangka membelikan barang terkait dengan kegiatan transaksi murabahah
dengan nasabah sebagai pihak pembeli barang. Pembiayaan murabahah di
BPR Syariah Dana Mulia sebagian besar merupakan pembiayaan
konsumtif untuk keperluan pribadi. Pembiayaan murabahah di BPR
Syariah Dana Mulia mencapai lebih 60% dari seluruh pembiayaan yang
diberikan. Untuk menyediakan barang atau jasa yang dibutuhkan bank
bekerjasama dengan pihak lain. Sebagai contoh untuk penyediaan motor,
bank bekerjasama dengan dealer sepeda motor.
b. Uang Muka
Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka atau
urbun saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang oleh
nasabah.
c. Jangka Waktu dan Pengembalian
Jangka waktu pembiayaan dan waktu pembayaran harga barang
oleh nasabah kepada bank ditentukan berdasarkan kesepakatan bank dan
nasabah, setelah terlebih dahulu dilakukan analisis pembiayaan oleh bank.
d. Pembayaran Angsuran dan Keuntungan (margin)
Angsuran pembiayaan selama periode akad harus dilakukan
secara proporsional. Sedangkan kesepakatan atas marjin ditentukan hanya
satu kali pada awal pembiayaan atas dasar murabahah dan tidak berubah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
selama periode pembiayaan. Bank dapat memberikan potongan dalam
besaran yang wajar dengan tanpa diperjanjikan dimuka.
e. Biaya-biaya
Biaya-biaya meliputi biaya administasi dan lainnya sesuai prinsip
syariah. Besarnya biaya administrasi yang dibebankan adalah sebesar 2% dari
total pembiayaan ditambah dengan biaya materai 3 lembar.
f. Agunan
Bank dapat meminta jaminan atau agunan untuk mengantisipasi resiko
apabila nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban dalam akad karena kelalaian
dan/atau kecurangan. Pembiayaan yang diberikan minimal 30% dari nilai
agunan. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Margin Keuntungan
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, faktor yang
paling berpengaruh dalam menentukan margin keuntungan adalah kebijakan
manajemen bank dengan berdasarkan atas harga pasar yang berlaku saat itu.
Harga pasar yang dimaksud merupakan kisaran suku bunga dan/atau margin
keuntungan dari lembaga keuangan lainnya.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa penetapan margin
keuntungan pada pembiayaan murabahah berdasarkan harga pasar. Hal ini kurang
sesuai dengan teori perbankan Islam yang menyebutkan bahwa margin
keuntungan pada Bank Syariah seharusnya lebih rendah daripada suku bunga pada
Bank Konvensional dan tidak terpengaruh oleh harga pasar. Selain itu BPR
Syariah berkedudukan sebagai penjual pada pembiayaan murabahah, seharusnya
melakukan proses jual beli dengan menyerahkan barang dan bukan menyerahkan
uang saja kepada nasabah untuk dibelikan barang yang diinginkan. Masalah ini
dapat menghambat perkembangan BPR Syariah, sebagai Lembaga Keuangan
Syariah yang relatif baru, karena nasabah akan lebih memilih lembaga keuangan
yang lainnya yang menawarkan harga lebih murah dan proses lebih cepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
2. Implikasi Praktis
Penentuan margin keuntungan pada BPR Syariah yang mengikuti pola
sistem berbasis bunga menyebabkan BPR Syariah tidak memiliki ciri khas
kesyariahannya. Akibatnya margin keuntungan yang ditetapkan pun tidak bebeda
jauh dengan perbankan konvensional. Hal ini yang menyebabkan masyarakat
awam berpikir bahwa perbankan syariah sama saja dengan perbankan
konvensional.
C. Saran
1. Bagi BPR Syariah
a. Dalam penentuan margin diupayakan tidak berdasarkan harga pasar akan
tetapi lebih kepada kebijakan bank sendiri berupa perhitungan biaya-biaya
dan tingkat keuntungan yang diharapkan.
b. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat keuntungan-keuntungan
menabung dan mengajukan pembiayaan di BPR Syariah.
c. Mensosialisasikan dan mengembangkan produk-produk pembiayaan
lainnya di BPR Syariah seperti mudharabah dan ijarah.
d. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja di BPR Syariah sehingga
dapat menekan biaya-biaya agar berdampak pada kompetitifnya margin
murabahah.
2. Bagi Masyarakat
a. Ikut berperan serta dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia
dengan memanfaatkan produk tabungan maupun pembiayaan yang ada di
perbankan syariah.
b. Memahami kinerja produk dan melakukan negosiasi apabila berinteraksi
dengan perbankan syariah, karena nasabah ikut menentukan besar-
kecilnya porsi bagi hasil – bonus dan beban bagi hasil/margin/jasa yang
akan diberikan.