Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

16
Peer reviewed under reponsibility of Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. © 2017 Authors, All right reserved, This is an open access article under the CC BY license (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ ) JKMP (JURNAL KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PUBLIK), 5 (2), September 2017, 229-244 ISSN 2338-445X (print), ISSN 2527-9246 (online) Link Jurnal: http://ojs.umsida.ac.id/index.php/jkmp Link DOI: https://doi.org/10.21070/jkmp.v5i2.1315 DOI Artikel: 10.21070/jkmp.v5i2.1315 Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo Weni Al Azizah Isna Fitria Agustina (Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Jalan Mojopahit 666 B, Sidoarjo email:[email protected], [email protected]) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran kader posyandu dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dan kendala yang dialami kader posyandu dalam mempengaruhi partisipasi masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan bidan posyandu, kader posyandu, serta ibu-ibu yang memiliki balita dalam menggerakan partisipasi masyarakat di desa kemiri. Hasil dari penelitian ini yaitu ketidakaktivan kader posyandu yang berada di Desa Kemiri membuat ibu-ibu enggan untuk datang ke posyandu karena beberapa ibu-ibu menganggap posyandu sebelah mata dan ibu-ibu lebih mengandalkan dokter pribadi, dan kurangnya peran kader dalam melaksanakan program posyandu sehingga program menjadi terhambat dan tidak tertib. Selain itu fasilitas yang di berikannya pun kurang, banyak ibu-ibu yang duduk seadanya karena keterbatasannya tempat duduk tunggu bagi ibu-ibu dan balitanya. Kendala lainnya yakni program yang ada bersifat monoton dan tidak ada program baru yang dapat meningkatkan kunjungan ibu-ibu untuk datang ke posyandu serta kurangnya inovasi dari kader posyandu. Kata kunci: kader posyandu, posyandu, partisipasi masyarakat

Transcript of Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

Page 1: Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

229

Peer reviewed under reponsibility of Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. © 2017 Authors, All right reserved, This is an open access

article under the CC BY license (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)

JKMP (JURNAL KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PUBLIK), 5 (2), September 2017, 229-244

ISSN 2338-445X (print), ISSN 2527-9246 (online)

Link Jurnal: http://ojs.umsida.ac.id/index.php/jkmp

Link DOI: https://doi.org/10.21070/jkmp.v5i2.1315

DOI Artikel: 10.21070/jkmp.v5i2.1315

Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

Weni Al Azizah

Isna Fitria Agustina

(Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Jalan Mojopahit 666 B, Sidoarjo

email:[email protected], [email protected])

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran kader posyandu

dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dan kendala yang dialami kader

posyandu dalam mempengaruhi partisipasi masyarakat. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang

digunakan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan bidan

posyandu, kader posyandu, serta ibu-ibu yang memiliki balita dalam menggerakan

partisipasi masyarakat di desa kemiri. Hasil dari penelitian ini yaitu

ketidakaktivan kader posyandu yang berada di Desa Kemiri membuat ibu-ibu

enggan untuk datang ke posyandu karena beberapa ibu-ibu menganggap posyandu

sebelah mata dan ibu-ibu lebih mengandalkan dokter pribadi, dan kurangnya

peran kader dalam melaksanakan program posyandu sehingga program menjadi

terhambat dan tidak tertib. Selain itu fasilitas yang di berikannya pun kurang,

banyak ibu-ibu yang duduk seadanya karena keterbatasannya tempat duduk

tunggu bagi ibu-ibu dan balitanya. Kendala lainnya yakni program yang ada

bersifat monoton dan tidak ada program baru yang dapat meningkatkan

kunjungan ibu-ibu untuk datang ke posyandu serta kurangnya inovasi dari kader

posyandu.

Kata kunci: kader posyandu, posyandu, partisipasi masyarakat

Page 2: Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

230

230 | Artikel Penelitian Original Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu …

Weni Al Azizah, Isna Fitria Agustina

Abstract

This study aims to describe the role of posyandu cadres in mobilizing

community participation, in the role of posyandu cadres strongly influencing the

participation of the community due to many obstacles that occur in the

implementation of posyandu resulted from decreasing the visit of mothers in

posyandu program and increase or move the visit of mothers to come To the

posyandu. The method used in this research is qualitative method. Data collection

techniques used through observation, documentation, and interviews with

posyandu midwives, posyandu cadres, and mothers with toddlers in mobilizing

community participation in the candlenut village. The result of this research is the

inactivity of posyandu cadres located in Kemiri Village made mothers reluctant to

come to posyandu because some mothers considered posyandu one eye and

mothers rely more on personal physician, and also lack of cadre that make

progress of program of posyandu Become obstructed and disorderly. In addition,

the facilities provided are less, many mothers who sat idolnya because of limited

seating waiting for mothers and toddlers, as for other obstacles that the program

is given settled course there is no new program that can increase the visit of

mothers to Came to posyandu and lack of innovation from posyandu cadres.

Keywords: posyandu cadres, posyandu, community participation

Pendahuluan

Kesehatan merupakan hak asasi setiap masyarakat dan sebagai investasi

yang tertera di Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1, sehingga perlu

diupayakan dan ditingkatkan oleh seluruh komponen bangsa agar masyarakat

dapat menikmati hidup yang sehat. Selain itu, kesehatan bukanlah hanya menjadi

urusan pemerintah saja, melainkan tanggung jawab bersama yang saling berkaitan

antara pemerintah dengan masyarakatnya. Hal ini kebutuhan kesehatan yang

tinggi sangat dibutuhkan oleh masing-masing individu terutama anak-anak. Di era

globalisasi, Indonesia sangat fokus dalam memajukan negaranya, dengan cara

mewujudkan masyarakat yang sehat, maju dan sejahtera. Kemajuan terjadi pada

segala bidang ilmu yang telah menghasilkan pecapaian yang positif, khususnya

pada ilmu pengetahuan dan teknologi di medis yang dapat meningkatkan kualitas

kesehatan balita yang akhirnya berdampak pada jumlah pertumbuhan balita dan

anak yang terus meningkat.

Maka dari itu, dalam menanggulangi permasalahan tersebut

dibutuhkanya program posyandu dimana posyandu dijadikan pusat aktivitas para

ibu dalam upaya memenuhi pelayanan kesehatan para balitanya dan keluarga

berencana. Posyandu sendiri dikelola dan diselenggarakan oleh pemerintah yang

Page 3: Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

231 JKMP (JURNAL KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PUBLIK), 5 (2), September 2017, 229-244 ISSN 2338-445X (print), ISSN 2527-9246 (online)

Link Jurnal: http://ojs.umsida.ac.id/index.php/jkmp

Link DOI: https://doi.org/10.21070/jkmp.v5i2.1315

DOI Artikel: 10.21070/jkmp.v5i2.1315

bertujuan untuk masyarakat yang mendapatkan dukungan teknis dari para petugas

kesehatan dalam rangka pencapaian Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

(NKKBS). Menurut Departemen Kesehatan tujuan terbentuknya posyandu untuk

mempercepat mengurangi angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran,

serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan aktivitas-

aktivitas kesehatan dan lainnya yang menunjang, sesuai dengan kebutuhan.

Operasional posyandu balita dilakukan melalui posyandu yang

diorganisasikan oleh masyarakat bekerja sama dengan pihak yang menangani

bidang kesehatan (Sitohang:2003). Salah satu upaya posyandu balita dalam

rangka peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit pada balita, maka

dilakukan pemantauan keadaan kesehatan balita secara berkala untuk

memeriksakan kesehatan balita ke posyandu. Salah satu bentuk pelayanan

posyandu balita dengan memanfaatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) balita. KMS

diharapkan dapat menjadi acuan dalam peningkatan kesehatan pada balita secara

berkala, peningkatan kesehatan secara berkala dapat meningkatkan harapan

kesehatan balita dan penyakit dapat dideteksi lebih dini (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia: 2005).

Kemudian dalam rangka mencapai visi Kementerian Kesehatan yaitu

mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan dengan salah satu

misinya yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan

masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani serta dalam rangka

mencapai visi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yaitu mewujudkan

masyarakat Jawa Timur mandiri untuk hidup sehat dengan misinya mendorong

terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat maka perlu disusun

grand design pembangunan kesehatan di Jawa Timur tahun 2011- 2014.

Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat adalah pengembangan

Posyandu.Pada akhir tahun 2010 di Jawa Timur jumlah balita sebanyak 3,027.000

jiwa sedangkan jumlah Posyandu sebanyak 45.603 buah. Jadi rasio Posyandu

dengan jumlah balita adalah 1:66 . Bila dibandingkan dengan standar 1 (satu)

Posyandu untuk 80 balita, maka angka pencapaian di atas sudah memenuhi

standar. Sedangkan jumlah kader Posyandu pada akhir tahun 2010 tercatat

sebanyak 226.829 orang, sedangkan kader Posyandu yang aktif sebanyak

205.227 orang (90 %). Berikut data jumlah kader di Jawa Timur pada tahun 2010:

Tabel 1:

Jumlah Kader Posyandu Di Jawa Timur

Tahun Kategori Kader Posyandu Jumlah

2010 Kader Yang Aktif 205.227

Kader Terlatih 165.226

Sumber : Posyandu.org, (di akses tanggal 10 Desember 2016)

Page 4: Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

232

232 | Artikel Penelitian Original Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu …

Weni Al Azizah, Isna Fitria Agustina

Dengan melihat tabel 1. di atas, hal ini menunjukkan bahwa secara

kuantitatif jumlah posyandu maupun jumlah kader sudah memenuhi standar yang

ditetapkan. dan perlu diimbangi dengan kualitas posyandu maupun kadernya.

Jumlah kader posyandu Jawa Timur sendiri sebanyak 226.829 orang, jumlah

kader aktif di posyandu Jawa Timur sebanyak 205.227, dan jumlah kader terlatih

posyandu Jawa Timur 165.226. (Posyandu.org, diakses pada tanggal 10

Desember 2016)

Dapat dilihat pada posyandu Desa Kemiri rendahnya partisipasi

masyarakat menurut Ibu Sunarsi selaku Bidan posyandu Desa Kemiri,

dikarenakan lemahnya kualitas pelayanan dan tidak ada inovasi dari para kader

dalam penerapan program posyandu di Desa Kemiri. Kemudian sebagian

masyarakat tidak mengetahui terkait pentingnya tujuan program posyandu yang

ada di setiap pos posyandu tersebut. Hal tersebut dikarenakan remdahnya

pengetahuan masyarakat terkait pentingnya kesehatan balita dan adanya rasa malu

atau gengsi untuk datang ke pos posyandu. Seharusnya peran kader posyandu

lebih aktif dalam meningkatkan program posyandu tersebut dan menarik para ibu-

ibu untuk datang ke pos posyandu, sehingga pelayanan yang ada di pos posyandu

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. (Hasil Pra Survey Tanggal 23

Oktober 2016)

Gambar 1. Jumlah Partisipasi Masyarakat

Sumber : Daftar Kehadiran Posyandu Graha Kuncara (Hasil Olah Penulis, 2016)

Berdasarkan grafik di atas bahwa di tahun 2015 sampai dengan 2016 tidak

mengalami peningatkan yang signifikan, akan tetapi malah mengalami penurunan

yang cukup drastis dan justru jumlah partisipasi masyarakat di akhir tahunnya

selalu mengalami penurunan. Dengan tidak adanya kesadaran atau partisipasi

masyarakat tersebut dampaknya yakni masyarakat semakin tidak mengetahui

dengan kondisi kesehatan yang terjadi pada balitanya sejak dini. Padahal setiap

bayi yang baru lahir hingga usia satu tahun akan diberikan imunisasi oleh para

kader posyandu, selanjutnya bayi tersebut juga memerlukan suntikan untuk

kekebalan tubuh seperti campak. Tetapi banyak orang tua yang sering kali

Page 5: Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

233 JKMP (JURNAL KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PUBLIK), 5 (2), September 2017, 229-244 ISSN 2338-445X (print), ISSN 2527-9246 (online)

Link Jurnal: http://ojs.umsida.ac.id/index.php/jkmp

Link DOI: https://doi.org/10.21070/jkmp.v5i2.1315

DOI Artikel: 10.21070/jkmp.v5i2.1315

mengabaikan pentingnya suntikan tersebut sehingga menyebabkan terjangkitnya

berbagai penyakit. Kemudian para kader posyandu juga kurang meningkatkan

inovasi dalam pelayanan posyandu agar dapat menarik peminat masyarakat untuk

melakukan imunisasi di posyandu Desa Kemiri. Di Desa Kemiri para warga

miskin sangat bergantung pada program posyandu ini, karena program posyandu

dianggap paling terjangkau secara ekonomis. Kemudian para kader posyandu

kurang giat memberikan informasi terkait pentingnya kesehatan balita.

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana peran kader dalam menggerakkan

paertisipasi masyarakat di Desa Kemiri Kecamatan Sidoarjo serta kendala peran

kader dalam menggerakkkan partisipasi masyarakat di Desa Kemiri Kecamatan

Sidoarjo. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan peran kader

dalam menggerakkan partisipasi masyarakat serta mendiskripsikan kendala peran

kader dalam menggerakkkan partisipasi masyarakat di Desa Kemiri Kecamatan

Sidoarjo.

Landasan Teoritis

Peran Kader Posyandu

Kader adalah seseorang yang karena kecakapannya atau kemampuannya

diangkat, dipilih atau ditunjuk untuk mengambil peran dalam kegiatan dan

pembinaan Posyandu, dan telah mendapat pelatihan tentang KB dan Kesehatan

(Depkes RI, 1993). Di dalam program posyandu untuk tercapainya kualitas

pelayanan kader yaitu kader posyandu harus aktif dalam melaksanakan program

posyandu serta melayani masyarakat dengan baik dalam melakukan pelaksanaan

program posyandu. Sesuai dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 9 tahun

1990 ada dua kategori kader yaitu:

1. Kader Pembangunan Desa (KPD) yaitu orang yang mempunyai kemampuan

bekerja secara sukarela untuk kepentingan pembangunan desanya yang

mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak pembangunan di desa

keseluruhan. KPD merupakan kader yang bersifat umum yang memperoleh

pengetahuan dan keterampilan dasar melalui latihan kader pembangunan desa.

2. Kader teknis yaitu kader pembangunan desa yang memiliki pengetahuan dan

keterampilan teknis tertentu dari sektor pembangunan, yang merupakan

“tenaga spesialis” dan dibina oleh suatu instansi atau lembaga

kemasyarakatan.

Melihat teori-teori yang telah di paparkan oleh penulisan sebelumnya,

mengenai kader posyandu maka dalam hal ini kader posyandu merupakan variabel

Page 6: Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

234

234 | Artikel Penelitian Original Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu …

Weni Al Azizah, Isna Fitria Agustina

independent yang di pilih dan ditentukan oleh penulis berdasarkan pertimbangan.

Oleh karena itu agar variabel independent (X1) yakni peran kader menjadi terukur

dibutuhkanlah indicator yang jelas, berikut ini yang menjadi indikator peran kader

Menurut Maryam Siti. R (2010:14):

1. Melakukan pendekatan kepada aparat pemerintah dan tokoh masyarakat.

2. Melakukan survei mawas diri/pendataan bersama petugas.

3. Melaksanakan musayawarah bersama masyarakat, misalnya untuk

menentukan jadwal pelaksanaa posyandu.

4. Menggerakkan masyarakat (mengajak balita hadir di posyandu memberikan

atau menyebarluaskan informasi kesehatan, menggali dan menggalang sumber

daya termasuk dana).

5. Melaksanakan kegiatan posyandu.

6. Melakukan pencatatan.

Partisipasi Masyarakat dalam Posyandu

Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat

dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut (Abadi,

2014). Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh

anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Di

dalam hal ini, masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasikan program-program kesehatan masyarakatnya.

Institusi kesehatan hanya sekadar memotivasi dan membimbingnya

(Notoatmodjo, 2007). Pelayanan kesehatan yang diciptakan dengan adanya

partisipasi masyarakat didasarkan kepada idealisme (Notoatmodjo, 2007).

1. Community felt need apabila pelayanan itu diciptakan oleh masyarakat sendiri,

ini berarti bahwa masyarakat itu memerlukan pelayanan tersebut. Sehingga

adanya pelayanan kesehatan bukan karena diturunkan dari atas, yang belum

dirasakan perlunya, tetapi tumbuh dari bawah yang diperlukan masyarakat dan

untuk masyarakat.

2. Organisasi pelayanan kesehatan masyarakat yang berdasarkan partisipasi

masyarakat adalah salah satu bentuk pengorganisasian masyarakat. Hal ini

berarti bahwa fasilitas pelayanan kesehatan itu timbul dari masyarakat sendiri.

3. Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri.

Artinya tenaganya dan penyelenggaraannya akan ditangani oleh anggota

masyarakat itu sendiri yang dasarnya sukarela.

Selain itu juga ada enam jenis tafsiran mengenai partisipasi masyarakat tersebut

antara lain:

Page 7: Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

235 JKMP (JURNAL KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PUBLIK), 5 (2), September 2017, 229-244 ISSN 2338-445X (print), ISSN 2527-9246 (online)

Link Jurnal: http://ojs.umsida.ac.id/index.php/jkmp

Link DOI: https://doi.org/10.21070/jkmp.v5i2.1315

DOI Artikel: 10.21070/jkmp.v5i2.1315

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek atau

program pembangunan tanpa ikut serta dalam pengambil keputusan.

2. Partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam

meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menangapi proyek-proyek

atau program-program pembangunan.

3. Partisipasi adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau

kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk

melakukan hal itu.

4. Partisipasi adalah penetapan dialog antara masyarakat setempat dengan para

staf dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek/program

agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak

sosial.

5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan

yang ditentukan sendiri.

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,

kehidupan dan lingkungan mereka.

Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya

masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna

memberdayakan masyarakat dalam memperolah pelayanan kesehatan dasar untuk

mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Pelayanan yang diberikan

di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan

keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu masyarakat dapat memperoleh

pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama (Depkes RI, 2006).

Depkes RI (2006) memaparkan bahwa penyuluhan dilakukan oleh kader

didampingi oleh tenaga kesehatan. Ibu balita diberi penyuluhan tentang :

1. Pentingnya menimbang balita setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan

balita. Balita yang dibawah garis merah (BGM) harus dirujuk ke tenaga

kesehatan.

2. Pentingnya asi saja (asi eksklusif) sampai anak berumur 6 bulan.

3. Pentingnya pemberian makanan pendamping asi bagi anak umur lebih 6

bulan.

4. Pentingnya ibu memberikan asi sampai anak berusia 2 tahun.

5. Pentingnya imunisasi lengkap untuk pencegahan penyakit pada balita.

Page 8: Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

236

236 | Artikel Penelitian Original Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu …

Weni Al Azizah, Isna Fitria Agustina

6. Pentingnya pemberian vitamin A untuk mencegah kebutaan dan daya tahan

tubuh anak. Setiap bulan Februari dan Agustus bayi berumur 6-12 bulan dan

balita berumur 1-5 tahun diberi satu kapsul vitamin A.

7. Pentingnya latihan/stimulasi perkembangan anak balita di rumah.

8. Bahaya diare pada balita. Asi harus diberikan seperti biasa walaupun anak

sedang mencret.

9. Bahaya infeksi saluran nafas akut (ISPA), balita batuk pilek dengan nafas

sesak atau sukar bernafas harus dirujuk ke tenaga kesehatan.

10. Demam pada balita sering menunjukkan tanda – tanda malaria, campak,

demam berdarah. Hal ini dapat membahayakan jiwa anak.

Yamin (2003) menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan

ibu maka tingkat pemanfaatan posyandu juga akan semakin tinggi. Namun

dukungan keluarga yang kurang dalam pemanfaatan posyandu tidak berbeda

dengan dukungan keluarga yang baik. Dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan

posyandu oleh ibu balita akan semakin tinggi bila ibu memiliki pengetahuan yang

tinggi tentang posyandu. Adanya dukungan dari keluarga dalam penulisan ini

adalah suami akan memengaruhi tindakan ibu dalam memanfaatkan posyandu

untuk meningkatkan kesehatan keluarga khususnya balita. Perilaku ibu dalam

memanfaatkan posyandu akan langgeng bila didasari oleh pengetahuan ibu yang

baik dan diperkuat oleh adanya dukungan suami dalam bentuk dukungan nyata,

dukungan emosional, maupun dukungan informatif.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian

kualitatif, peneliti menginterpretasikan data dengan memberikan makna,

menerjemahkan, dan menyusunnya agar menjadi mudah dipahami. Tentu

penafsirannya dari sudut pandang masyarakat (emik) itu sendiri yang menjadi

fokus kajiannya (Abadi, 2011) . Informan penelitian ini terdiri dari bidan

posyandu Desa Kemiri, kader posyandu Desa Kemiri, serta ibu-ibu yang memiliki

balita yang berada di lingkungan posyandu Desa Kemiri. Selanjutnya teknik

pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Sedangkan teknik penganalisisan data yang digunakan yaitu reduksi data,

penyajian data, pembahasan dan merumuskan kesimpulan.

Page 9: Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

237 JKMP (JURNAL KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PUBLIK), 5 (2), September 2017, 229-244 ISSN 2338-445X (print), ISSN 2527-9246 (online)

Link Jurnal: http://ojs.umsida.ac.id/index.php/jkmp

Link DOI: https://doi.org/10.21070/jkmp.v5i2.1315

DOI Artikel: 10.21070/jkmp.v5i2.1315

Hasil dan Pembahasan

Dalam melakukan wawancara kepada bidan posyandu, sebagaimana yang

menangani tentang program posyandu. Dalam hal ini yang menangani program

posyandu adalah ketua kader posyandu yang di bimbing oleh bidan posyandu.

Penulis mendapatkan banyak informasi dari ibu Sunarsih (bidan posyandu), yang

terjun langsung ke posyandu pos VI untuk melaksanakan program posyandu.

Selain itu ibu dan balitanya mendapatkan pelayanan yang diberikan oleh kader

posyandu secara langsung dan baik dalam memberikan informasi mengenai

asupan gizi yang baik bagi balitanya, hal ini penulis mempunyai informasi yang

akurat.

Pendekatan kader dalam pelaksanaan program posyandu

Penulis melakukan wawancara mengenai tentang pendekatan kader

posyandu dalam melaksnankan program posyandu kepada masyarakat. peran

kader menurut bukunya Maryam Siti. R (2010:14):

1. Melakukan pendekatan kepada aparat pemerintah dan tokoh masyarakat.

2. Melakukan survey mawas diri/pendataan bersama petugas.

3. Melaksanakan musayawarah bersama masyarakat, misalnya untuk

menentukan jadwal pelaksanaa posyandu.

4. Menggerakkan masyarakat (mengajak balita hadir di posyandu,

memberikan/menyebarluaskan informasi kesehatan,menggali dan menggalang

sumber daya termasuk dana)

5. Melaksanakan kegiatan posyandu.

6. Melakukan pencatatan.

Berikut wawancara penulis dengan bidan posyandu, ibu sunarsih selaku

bidan posyandu berkata bahwa

“program posyandu yang ada di Desa Kemiri memiliki penurunan yang

sangat memperhatinkan karena beberapa ibu- ibu atau masyarakat

kurang mendukung adanya pelaksanaan program posyandu dikarenakan

ketidakaktian kader posyandu dan kurangnya kader posyandu yang

dianggap oleh masyarakat hanya sebelah mata serta mereka

mengandalkan dokter pribadi”(hasil wawancara dengan ibu sunarsih di

posyandu desa Kemiri 21 April 2017)

Selanjutnya penulis mewawancarai kader posyandu mengenai keaktifan

kader posyandu dalam pelaksanaan program posyandu untuk menggerakkan

partisipasi masyarakat, berikut wawancaranya ibu yasa selaku ketua kader

posyandu mengatakan bahwa

Page 10: Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

238

238 | Artikel Penelitian Original Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu …

Weni Al Azizah, Isna Fitria Agustina

“keaktifan kader kurang dan juga kurangnya kader dalam pelaksanaan

program posyandu yang membuat jalannya pelaksanaan posyandu tidak

teratur dan tidak tertib, banyak masyarakat yang menimbang balitanya

sendiri karena terbatasnya kader posyandu adapun juga beberapa

masyarakat yang enggan datang ke posyandu banyak alasan.”(hasil

wawancara dengan ibu yasa di posyandu desa Kemiri 21 April 2017)

Setelah itu penulis mewawancarai beberapa ibu-ibu yang mengikuti

pelaksanaan program posyandu terkait dengan ketidakaktifan kader

posyandu dalam melaksanakan program posyandu, berikut wawancara

saya dengan ibu desi beliau berkata

“Kurang mbak sekarang kan cuma ada tiga kader saja jika nanti

kadernya tidak masuk gitu saya nimbang anak saya sendiri dan itu pun

nimbangnya tidak tertib, tidak ada yang mau ngalah semuanya minta

duluan”( hasil wawancara dengan ibu desi di posyandu desa Kemiri 21

April 2017)

Adapun juga tanggapan dari ibu Novalia berkata :

“Kurang baik mbak kinerjanya banyak kader yang gak aktif mbak kadang

kadernya cuma dua kadang tiga ini bikin posyandunya agak ruwet

mbak.” (hasil wawancara dengan ibu novalia di posyandu desa Kemiri

21 April 2017)

Selain itu tanggapan dari ibu heni dan ibu lusi berkata

“Sosialisasinya kurang mbak hanya kalau ada acara arisan PKK di

beritau besok posyandu ataupun juga papasan di jalan bu besok

posyandu, gak ada pertemuan resmi antara ibu-ibu dan kader.”(hasil

wawancara dengan ibu heni dan ibu lusi di posyandu desa Kemiri 21

April 2017)

Pelaksanaan kader yang dapat mengkreatifkan dalam pelaksanaan program

posyandu

Dalam pelaksanaan kader yang dapat mengkreatifkan dalam pelaksanaan

program posyandu menurut bidan kurang karena sosialisasi yang diberikan pun

juga kurang beriku wawancara saya dengan bidan posyandu ibu sunarsih

“dilihat dari ketebatasan kader yang ada di posyandu membuat

partisipasinya menurun dan juga membuat jalannya pelaksanaan

kegiatan posyandu sedikit terhambat”. (hasil wawancara dengan ibu

sunarsih di posyandu desa Kemiri 21 April 2017)

Page 11: Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

239 JKMP (JURNAL KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PUBLIK), 5 (2), September 2017, 229-244 ISSN 2338-445X (print), ISSN 2527-9246 (online)

Link Jurnal: http://ojs.umsida.ac.id/index.php/jkmp

Link DOI: https://doi.org/10.21070/jkmp.v5i2.1315

DOI Artikel: 10.21070/jkmp.v5i2.1315

Adapun pula wawancara dengan kader posyandu ibu yasa mengenai

pelaksanaan kader yang dapat mengkreatifkan dalam pelaksanaan program

posyandu, berikut wawancaranya

“Kalau masalah pencatatan balita sudah teliti dan teratur mbak kita

sebagai petugas kader posyandu tetapi jika masyarakatnya banyak dan

keterbatasan kader nah itu yang membuat kita selaku petugas kader

sedikit kurang teliti mbak karena sebagian masyarakat yang melakukan

penimbangan bayi sendiri jadi kita selaku kader tidak bisa bertanggung

jawab mbak, dan kalau masalah pendataan kita selaku kader kurang

teliti mbak karena ada yang terselip data 2 atau 3 bayi mbak ya karena

keterbatasan kader mbak”.( hasil wawancara dengan ibu yasa di

posyandu desa Kemiri 21 April 2017)

Selanjutnya wawancara dengan ibu-ibu mengenai pelaksanaannya

beberapa tanggapan ibu-ibu pelaksanaannya cukup baik dan adapun juga

ketidaktertiban dalam jalannya kegiatan posyandu karena keterbatasannya kader

posyandu.

Di dalam pelaksanaan kader dan pendekatan kader adapun juga faktor

penghambat dan pndukung yakni faktor penghambat dapat dilihat dari

keterbatasan kader posyandu, kurangnya partispasi masyarakat, ketidakaktifan

kader. Sedangkan dilihat dari faktor pendukung bidan posyandu berkata bahwa

dana yang diberikan oleh pemerintah cukup baik dan juga ada program baru dari

pemerintah yang mengenai tentang pemberhati makanan bayi agar ibu-ibu

mengetahui takaran gizi bagi balitanya, serta meningkatnya partisipasi masyarakat

pada bulan pemberian vitamin A kunjungan ibu-ibu meningkat hampir 100%.

Faktor penghambat dan pendukung keaktifan peran kader dalam

peningkatan masyarakat

1. Faktor Penghambat

Menurut bidan posyandu yang menghambat jalannya posyandu ialah “di

Desa Kemiri banyak posyandu tetapi di salah satu posyandu mempunai penurunan

partsipasi masyarakat dikarenakan kurangnya kader serta ketidakaktifan kader

posyandu dan juga sosialisai yang di berikan oleh kader pun juga kurang”.

Sedangkan menurut kader sendiri mereka menyadari bahwa ketidakaktifan kader

dan kurangnya kader yang menjadi penghambat jalanya pelaksanan posyandu.

Tetapi menurut kalangan masyarakat mereka merasa resah karena ketidakaktifan

kader, kurangnya kader serta kurangnya sosialisasi dari kader dalam pemberithuan

mengenai pelaksanaan kader membuat mereka enggan datang ke posyandu.

Page 12: Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

240

240 | Artikel Penelitian Original Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu …

Weni Al Azizah, Isna Fitria Agustina

Sedangkan teori pendukung dalam menganalisis hasil dilapangan untuk

mengetahui faktor-faktor apa saja yang ada saya mengunakan teori Slamet

(1993:137-143) yakni dari hasil analisis teori yang di gunakan dengan hasil yang

di peroleh di lapangan bahwa untuk teori faktor internal tidak efisien dan lebih

ditingkatkan lagi dengan hasil dilapangan terutama dari tingkat pendidikan untuk

ibu-ibu yang membawa balitanya ke posyandu kebanyakan masih kalangan

menengah ke bawah dan kurang mengetahui tentang pergantian prosedur

mengenai kesehatan gizi balitanya, dan juga tidak memandang atau melihat

seberapa tinggi pendidikanya, dari tingkat penghasilan tidak menjadi faktor

mereka untuk datang ke posyandu, karena kebanyakan ibu-ibu yang di kalangan

menengah ke atas menggunakan bidan atau dokter pribadi ataupun juga bisa di

bilang memiliki gengsi tinggi, adapun sebagian pula pekerjaan ibu-ibu balita

semua adalah ibu rumah tangga biasa, lama tinggal tidak menjadi faktor utama

untuk wajib membawa balitanya ke posyandu karena kebanyakan ibu-ibu di

kalangan posyandu pos VI ini kebanyak ibu-ibu yang merantau atau pindahan dari

luar kota, sedangkan di posyandu desa kemiri pos VI kebanyakan mereka

masyarakat bukan dari blok perumahan saja melainkan juga ada masyrakat desa

kemiri yang digolongan kalangan menengah ke bawah.

Dari beberapa teori faktor eksternal juga tidak efisien dan ditingkatkan

kembali dengan hasil yang diperoleh oleh penulis karena sarana yang ada di

posyandu kurang mencukupi kebutuhan dari ibu-ibu yang memiliki balita,

mengenai penerimaan orang luar pun banyak ini yang membuat banyak orang

yang baru pindah kurang mengetahui adanya posyandu setiap bulannya, adapun

juga mengenai kemampuan organisasinya kurang mendukung banyak masyarakat

yang tidak mengetahui akan adanya pelaksanaan posyandu mereka hanya

mengetahui melalui di persimpangan jalan saja. Dalam manfaat program ini pun

ibu-ibu sebagian ada yang memanfaatkannya sebagian pula ada yang

mengabaikan dalam hal mereka memiliki dokter pribadi itupun di kalangan ibu-

ibu menengah ke atas. Sedangkan dilihat dari faktor ekternal keluarganya

kebanyakan di kalangan menengah ke atas yang dapat mengandalkan bidan

pribadi, karena posyandunya bertempat di perumahan untuk kalangan menengah

ke bawah bisa di hitung.

2. Faktor Pendukung

Menurut pendapat bidan posyandu faktor yang mendukung kegiatan

posyandu yakni adanya program dari paramita yaitu save the chidren yang

dimaksud dengan pemberhati makanan bayi agara ibu-ibu dapat memperhatikan

asupan gizi pada balitanya adapun juga bantuan dana dari pemerintah yang dapat

meningkatkan sarana dan prasarana yang ada di posyandu Desa Kemiri. Dari hasil

lapangan faktor pendukung peran kader dalam peningkatan partisipasi masyarakat

Page 13: Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

241 JKMP (JURNAL KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PUBLIK), 5 (2), September 2017, 229-244 ISSN 2338-445X (print), ISSN 2527-9246 (online)

Link Jurnal: http://ojs.umsida.ac.id/index.php/jkmp

Link DOI: https://doi.org/10.21070/jkmp.v5i2.1315

DOI Artikel: 10.21070/jkmp.v5i2.1315

beberapa dari masyarakat yang mendukung dengan adanya program posyandu di

masyarakat kalangan menengah ke bawah (masyarakat kampung), dilihat juga

pada bulan pemberian vitamin A masyarakat banyak yang datang ke posyandu

hampir 100% yang datang. Bidan juga memberikan sosialisasi setiap bulan dan

setiap selesai melaksanakan program posyandu kepada kader agar meningkatkan

kualitas kinerjanya dan juga mencari solusi untuk bisa menarik simpati kepada

ibu-ibu agar ikutserta berpartisipasi dalam program posyandu. Menurut

masyarakat mengenai pelayanan yang di berikan kader sudah cukup baik dan

efektif, dan selama ini belum terjadi aduan (komplain), selain itu juga ada bantuan

dana dari pemerintah untuk dapat membantu terlaksananya program posyandu

dengan baik serta pemerintah memberikan sarana prasarana yang cukup baik.

Simpulan dan Saran

1. Simpulan

a. Peran kader posyandu dalam peningkatan partisipasi masyarakat di dalam

pelaksanaan yang dilakukan petugas kader kurang baik. Hal tersebut karena

masyarakat di kalangan menengah ke atas jumlah kadernya kurang serta di

kalangan menengah ke atas kebanyakan menggunakan dokter pribadi untuk

imunisasi balitanya. Sedangkan pedapat masyarakat di kalangan ke bawah

cukup baik, kerena dengan adanya posyandu mereka sedikit terbantu dalam

hal mengetahui kesehatan gizi balitanya. Adapun mengenai peran kader yang

tidak sesuai dengan kewajibannya sebagai petugas kader posyandu, beberapa

kader posyandu kurang dalam kedisiplinannya untuk melaksanakan

kewajibannya, termasuk kader yang kurang aktif dan juga kurangnya jumlah

kader dalam pelaksanaan program posyandu yang dilaksanakan di posyandu

pos VI. Kendala ini yang membuat masyarakat resah karena banyak

ketidaktertiban dalam pelaksanaan program posyandu dan ketidaktertiban

ibu-ibu pada waktu melakukan imunisasi serta penimbangan balita, dan juga

beberapa ibu-ibu yang strata sosial menengah ke atas menggunakan bidan

ataupun dokter pribadi.

b. Faktor pendukung dalam pelaksanaan kader posyandu VI Desa Kemiri

terbantunya dana dari pemerintah serta sarana yang di berikan oleh

pemerintah, selain itu ada dukungan program dari paramita mengenai

pemberhati makanan bayi dimana program ini untuk memberikan

pengetahuan kepada ibu-ibu untuk dapat berhati-hati dalam memberikan

makanan pada bayi. Dan juga pada bulan pemberian vitamin A banyak

masyarakat yang datang ke posyandu hampir 100% yang datang, sedangkan

faktor penghambatnya dapat dilihat pada menurunnya kunjungan kader

Page 14: Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

242

242 | Artikel Penelitian Original Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu …

Weni Al Azizah, Isna Fitria Agustina

posyandu, keterbatasannya kader serta kurang aktifnya kader dalam

melaksnakan program posnyandu dan juga sosialisasi yang diberikan kurang.

2. Saran

a. peran kader yang kurang aktif di evaluasi lagi agar tidak membuat ibu-ibu

enggan datang ke posyandu dan juga diadakan pemilihan kader baru dengan

cara melakukan seleksi petugas kader di masyarakat kalangan atas agar dapat

mengkoordinir masyarakat kalangan menengah ke atas tidak enggan datang ke

posyandu serta memberikan motivasi kepada ibu-ibu di kalangan menengah

ke atas untuk dapat selalu aktif dalam partisipasinya datang ke posyandu dan

juga tidak menganggap posyandu hanya sebelah mata sehingga pelaksanaan

posyandu bisa berjalan dengan baik. Untuk kader yang sudah senior

sebaiknya digantikan dengan yang muda karena produktivitas sudah mulai

menurun dan kemampuan dalam melakukan pelaksanaan posyandu kurang

cekatan.

b. Perlu diadakan pertemuan antara kader dan ibu-ibu sebelum diadakannya

posyandu sehingga sosialisasi yang diberikan akurat tidak hanya tahu dari

antar mulut ke mulut atau di persimpangan jalan, petugas kader juga bisa

mnggunakan fasilitas media sosial seperti grup whatshaps yang lagi terbaru di

kalangan menengah ke atas, sehingga mereka bisa mengetahui adanya

pelaksanaan posyandu, dan juga petugas kader membuat laporan untuk

penambahan sarana prasarana berupa kursi dan meja untuk ibu-ibu yang

mengantri yang kurang memadai dapat segera di berikan agar ibu-ibu tidak

terlantar dalam menunggu giliran balitanya imunisasi maupun dalam

pemberian zat gizi pada balitanya. Dan untuk faktor pendukung untuk lebih di

tingkatkan lagi posyandunya.

Daftar Pustaka

Abadi, T. W. (2011). “Makna Metodologi Penelitian.” dalam Kalamsiasi. Jurnal

Ilmu Komunikasi dan Ilmu Administrasi Negara. Vol.4/2, hal.197-214.

[email protected]

Abadi, T. W, Nunung P., Budi G. (2014). “Performance e-government untuk

Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Infrastruktur di

Kabupaten Sidoarjo.” dalam Kawistara, Jurnal Ilmiah Sosial dan

Humaniora Universitas Gadjah Mada, vol.4/3, hal. 237-248

Departemen Kesehatan RI. (1993). Pedoman Pengujian dan Pengembangan

Fitofarmaka, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian

Klinik.Jakarta : Depkes RI pp 15-17.

Page 15: Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

243 JKMP (JURNAL KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PUBLIK), 5 (2), September 2017, 229-244 ISSN 2338-445X (print), ISSN 2527-9246 (online)

Link Jurnal: http://ojs.umsida.ac.id/index.php/jkmp

Link DOI: https://doi.org/10.21070/jkmp.v5i2.1315

DOI Artikel: 10.21070/jkmp.v5i2.1315

Depkes RI. (2006) Informasi Indikasi Tanaman Obat Tradisional Jilid 1. Sentra

Pengemangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T) Dinas

Kesehatan, Jawa Tengah

Https://www.Posyandu.org,

Https://www.scribd.com/document/56451160

Thoha, M. (1997), Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi),

Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada

Maryam S. R. (2010). Panduan Kader Posyandu Balita.TIM. Jakarta

Muktar dan Yamin. (2003). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Aplikasi.

Semarang: CV Anugerah

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :

Rineka Cipta

Sitohang, S.R. (2003). Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di

Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2001-2003. Skripsi

FKM USU.

Slamet,Y. (1993). Analisis Kuantitatif Untuk Data Sosial. Solo : Dabara Publisher

Soekanto, S. (1987). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Soekanto, S. (2002). Teori Peranan, Jakarta, Bumi Aksara.

www.depkes.go.id/.../profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-

2005.pdf

Page 16: Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu Di Kecamatan Sidoarjo

244

244 | Artikel Penelitian Original Partisipasi Masyarakat Dalam Posyandu …

Weni Al Azizah, Isna Fitria Agustina