Post on 01-Mar-2021
PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN
MURBEI DI BALAI PERHUTANAN SOSIAL
DANKEMITRAAN LINGKUNGAN (BPSKL)
WILAYAHSULAWESI DESA BILI-BILI KECAMATAN
BONTO MARANNU KABUPATEN GOWA
SUKNI FAHMA
105950058515
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN
MURBEI DI BALAI PERHUTANAN SOSIAL DAN
KEMITRAAN LINGKUNGAN (BPSKL) WILAYAH
SULAWESI DESA BILI-BILI KECAMATAN BONTO
MARANNU KABUPATEN GOWA
SUKNI FAHMA
105950058515
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian.
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Murbei di Balai
Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Wilayah
Sulawesi Desa Bili-Bili Kecamatan Bonto Marannu Kabupaten
Gowa
Nama :Sukni Fahma
Nim : 105950058515
Jurusan : Kehutanan
Makassar, September 2020
Telah diperiksa dan disetujui;
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Husnah Latifah, S. Hut, M. Si, IPM.Ir. Muhammad Daud, S. Hut., M.Si.,
IPMNIDN: 0909073602 NIDN: 0929118502
Mengetahui Ketua Program Studi,
Dr. Ir. Hikmah, S. Hut., M.Si., IPM.
NIDN:0011077101
HALAMAN KOMISI PENGUJI
Judul : Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan Murbei di Balai
Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Wilayah
Sulawesi Desa Bili-Bili Kecamatan Bonto Marannu Kabupaten
Gowa
Nama :Sukni Fahma
Nim : 105950058515
Jurusan : Kehutanan
Susunan Tim Penguji
Dr. Ir. Husnah Latifah, S.Hut.,M.Si.,IPM.
( Pembimbing I ) (..............................)
Ir. Muhammad Daud, S.Hut.,M.Si.,IPM.
( Pembimbiing II ) (..............................)
Dr. Ir. Irma Sribianti, S.Hut., MP., IPM
( Penguji I ) (..............................)
Muthmainnah, S.Hut., M.Hut
( Penguji II ) (..............................)
ABSTRAK
Sukni Fahma, 105950058515. Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan
Murbei di Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Wilayah
Sulawesi Desa Bili-Bili Kecamatan Bonto Marannu Kabupaten Gowa. Dibawah
bimbingan Husnah Latifah dan M. Daud.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian beberapa jenis dosis
pupuk terhadap produksi tunas dan daun murbei dan peningkatan produksi tunas
dan daun murbei.Penelitian ini dilaksanakan di BPSKL Wilayah Sulawesi Desa
Bili-Bili Kecamatan Bonto Marannu Kabupaten Gowa. serta berlangsung selama
dua bulan dari bulan Desember 2019 sampai dengan Januari 2020. Analisis data
dalam penelitian dengan menggunakan Rancangan penelitian yang digunakan
adalah model RAL (Rancangan Acak Lengkap) menggunakan 4 perlakuan yaitu
perlakuan P0 (kontrol), P1(pupuk NPK), P2(pupuk ZA), P3 (pupuk organik), P4
(Pupuk Jepang) dan P5 (Kotoran Ayam.Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan dilakukan disimpulkan;Rata-rata Jumlah tunas murbei dengan perlakuan
jenis pupuk menunjukkan bahwa perlakuan pemberian Pupuk yang paling
berpengaruh terhadap peningkatan jumlah tunas dan paling banyak yaitu perlakuan
dengan pupuk NPK sedangkan rata-rata yang terendah jumlah tunas yaitu pada
murbei sebagai kontrol atau tanpa menggunakan pupuk.Rata-rata Jumlah daun
murbei dengan perlakuan jenis pupuk menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
Pupuk yang paling berpengaruh terhadap peningkatan jumlah daun dan paling
banyak yaitu perlakuan dengan pupuk NPK sedangkan rata-rata yang terendah
jumlah daunnya yaitu pada murbei sebagai kontrol atau tanpa menggunakan pupuk.
Perlakuan pemberian pupuk yang paling berpengaruh pada murbei dengan jumlah
tunas dan daun yang paling banyak yaitu perlakuan dengan pemberian pupuk NPK.
Kata Kunci: Morus Alba, Pupuk, Tunas, Daun.
ABSTRAK
Sukni Fahma, 105950058515. The influence of Fertilization On the Growth of
Mulberry in the Hall of Social Forestry and Environmental Partnership (BPSKL)
Region Sulawesi Village of Bili-Bili Kecamatan Bonto Marannu Gowa District.
Under the guidance of Husnah Latifah and M. David.
The study was conducted to determine the effect of administration of some
kind of dose of fertilizer on the production of shoots and leaves of the mulberry and
the increased production of shoots and leaves of mulberry.This study was
conducted in BPSKL Sulawesi Region the Village of Bili-Bili Kecamatan Bonto
Marannu Gowa District. as well as lasted for two months from October 2019 to
January 2020. Data analysis in research using the research Design used is the model
RAL (Complete Random Design) using 4 treatments namely treatment P0 (control),
P1(NPK fertilizer), P2(ZA), P3 (organic fertilizer), P4 (Manure of Japan) and P5
(Chicken Manure. Based on the results of the research done concluded;the Average
Number of shoots of mulberry with the treatment of this type of fertilizer suggests
that the Fertilizer treatment the most influence on the increase in the number of
shoots and the most many namely treatment with NPK fertilizer while the average
the lowest number of shoots i.e. on the mulberry as a control or without the use of
fertilizer.The average Number of leaves of the mulberry with a treatment type of
fertilizer suggests that the Fertilizer treatment the most influence on the increase in
the number of leaves and the most a lot of the treatment with NPK fertilizer while
the average the lowest number of leaves i.e. on the mulberry as a control or without
the use of fertilizer. Fertilizer treatment the most effect on the mulberry by the
number of shoots and leaves are most numerous, namely treatment with NPK
fertilizer.
Keywords: Morus Alba, Fertilizer, Shoots, Leaves.
@Hak Cipta Milik Unismuh Makassar, Tahun 2020
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis/skripsi ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan yang wajar Unismuh Makassar.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis/skripsi dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan segala puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu
wata’ala atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan hasil penelitian dengan judul “Pengaruh Pemupukan Terhadap
Pertumbuhan Murbei di Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan
(BPSKL) Wilayah Sulawesi Desa Bili-Bili Kecamatan Bonto Marannu Kabupaten
Gowa”.
Tak lupa pula kita kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan kita baginda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau yang menjadi surih tauladan bagi
kita semua. Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan hasil ini masih banyak
perbaikan dan kekeliruan yang disebabkan keterbatasan penulis, sehingga penulis
sangat mengharapkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan hasil penelitian ini. Pada kesempatan kali ini pula penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Usman dan Anning dan saudaraku Surianti Indra,
S.Pd dan Ridayani, S.Pd yang tak henti – hentinya memanjatkan doa untuk
keberasilan dan keselamatan penulis dunia akhirat, kemudian dukungan moral
serta materi demi keberhasilan studi dari penulis.
2. Ayahanda Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibunda Dr. Ir. Hikmah, S.Hut., M.Si., IPM selaku Ketua Program Studi
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibunda Dr. Ir. Husnah Latifah, S.Hut., M.Si, IPM selaku pembimbing I dan
Ayahanda Ir. Muhammad Daud, S.Hut., M.Si., IPM selaku pembimbing II,
penulis mengucapkan banyak terimakasih atas segala motivasi dan
masukannya demi tersusunnya Skripsi ini dengan baik dan benar.
5. Ibunda Dr. Ir. Irma Sribianti, S.Hut., MP., IPM selaku penguji I dan Ibunda
Muthmainnah, S.Hut., M.Hutselaku penguji II yang telah memberikan
masukan dan arahan sehingga penulis berhasil menyusun skripsi ini dengan
benar.
6. Ibunda Dr. Ir. Husnah Latifah, S.Hut., M.Si, IPM selaku penasehat akademik
yang tak henti-hentinya memberikan motivasi dan masukan selama penulis
menempuh perkuliahan hingga menyelesaikan masa studinya.
7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan ilmu selama mengikuti
kegiatan perkuliahan hingga menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Teman seperjuangan Muh.Ardam, Samsul Samrin, S.Hut, Mutmainnah, S.Hut,
Ekayanti Murni, S.Hut dan Rahmawati, S.Pd telah memberikan dorongan dan
motivasi yang besar.
Semoga doa dan motivasi yang diberikan oleh semua pihak dibalas oleh Allah
subhanahu wata’ala. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, September2020
Sukni Fahma
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
HALAMAN KOMISI PENGUJI ...................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Tujuan Penelitian .............................................................................. 2
1.3. Manfaat Penelitian ............................................................................ 2
1.4. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Sejarah Perkembangan Persutraan Alam di Indonesia ........................ 4
2.2. Tanaman Murbei ............................................................................... 5
2.5. Kerangka Pikir ................................................................................... 9
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................. 10
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................... 10
3.3. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 10
3.4. Langkah-Langkah Penelitian .............................................................. 10
3.5. Jenis Data ........................................................................................... 11
3.6. Analisis Data ...................................................................................... 11
BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Balai Persuteraan Alam ......................................14
4.2. Perkembangan Kegiatan Persuteraan Alam Di Dalam Dan Di Luar
Prov. Sulawesi Selatan .....................................................................18
4.3. Rencana Pengembangan Persuteraan Alam Di Prov. Sulawesi Selatan
..........................................................................................................24
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan ....................................................................................... 32
6.2. Saran ................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Data Luas Tanaman Murbei Per Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan ... 18
2. Data Luas Tanaman Murbei Per Provinsi di Luar Provinsi Sulawesi Selatan18
3. Data Perkembangan Jumlah Petani di Provinsi Sulawesi Selatan ................. 19
4. Data Perkembangan Jumlah Petani di Luar Provinsi Sulawesi Selatan......... 20
5. Data Perkembangan jumlah penyerapan telur di Provinsi Sulawesi Selatan
5 tahun terakhir .............................................................................................. 21
6. Data Perkembangan jumlah penyerapan telur di luar Provinsi Sulawesi
Selatan 5 tahun terakhir.................................................................................. 22
7. Data Produksi Kokon dan Produksi Benang Sulawesi Selatan tahun 2005 –
2009 ................................................................................................................ 23
8. Data Produksi Kokon dan Produksi Benang di Provinsi luar Sulawesi
Selatan tahun 2005 – 2009 ............................................................................. 23
9. Target Sasaran Pengembangan Produk Sutera Hulu (Nasional ) ................... 24
10. Target Sasaran Pengembangan Produk Sutera Hilir ( Nasional ) .................. 25
11. Rata-rata Jumlah Tunas Murbei dengan Perlakuan Jenis Pupuk ................... 27
12. Analisis Sidik Ragam Jumlah Tunas Murbei Pada Umur Minggu Ke Lima . 28
13. Hasil Uji BNJ Rata-rata Jumlah Tunas Murbei Pada Umur Minggu Kelima 29
14. Rata-rata Jumlah Daun Murbei dengan Perlakuan Jenis Pupuk .................... 29
15. Analisis Ragam Rata-rata Jumlah daun Murbei Pada Umur Minggu Kelima31
16. Analisis Ragam Rata-rata Jumlah Daun Murbei Pada Umur Minggu Kelima31
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
16. Kerangka Pikir ............................................................................................. 9
17. Stuktur Organsisasi Balai Persuteraan Alam ...............................................15
18. Grafik Rata-rata Jumlah Tunas Murbei dengan Perlakuan Pupuk yang
Berbeda ........................................................................................................28
19. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Murbei Perlakuan Pupuk yang Berbeda .....30
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hasil hutan dapat dikelompokkan menjadi hasil hutan kayu dan hasil hutan
bukan kayu (HHBK). Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
35/MENHUT-II/2007 Tentang HHBK, definisi HHBK adalah hasil hutan baik
nabati dan hayati beserta produk turunannya dan budidayanya kecuali kayu. Hasil
hutan bukan kayu merupakan potensi besar yang terpendam di hutan dan belum
digali untuk dikelola secara lestari sampai saat ini.
Persuteraan alam adalah bagian kegiatan usaha perhutanan rakyat,
merupakan salah satu usaha optimalisasi lahan dengan hasil non kayu, yang
pengelolaannya berorientasi pada peningkatan produktifitas memperhatikan asas
ekonomi, sosial dan ekologi. Kegiatan persuteraan alam ini merupakan kegiatan
agro industri, meliputi kegiatan penanaman murbei, pemeliharaan ulat sutera,
pemintalan benang, pertenunan dan pemasaran hasilnya. Kegiatan ini sudah lama
dikenal dan dibudidayakan oleh sebagian masyarakat Indonesia, termasuk
pertenunan benang sutera yang dilakukan secara tradisional.
Budidaya murbei dan sutera alam merupakan bagian kegiatan usaha
perhutanan rakyat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Tanaman murbei
(Morus. Spp) di lahan milik selain sebagai penghasil pakan bagi ulat sutera juga
sebagai sarana konservasi tanah. Dengan tersedianya daun murbei, masyarakat juga
bisa melakukan usaha budidaya ulat sutera untuk menghasilkan kokon sutera.
Selain memiliki manfaat ekologi dan ekonomi, kegiatan budidaya murbei
dan sutera alam memiliki manfaat sosial. Kegiatan budidaya ulat sutera merupakan
2
kegiatan ekonomi padat tenaga kerja, di daerah-daerah pengembangan persuteraan
alam sehingga dapat menyerap tenaga kerja, khususnya tenaga kerja wanita.
Kegiatan budidaya murbei dan persuteraan alam di Indonesia sudah mulai
dikenal sejak abad ke-10 Masehi, kemudian di usahakan secara sungguh-sungguh
pada tahun 1950. Dalam ekspedisi Cham-Cina di abad X Masehi dilaporkan, telah
dijumpai bangsawan-bangsawan Nusantara Indonesia memakai pakaian yang
terbuat dari bahan sutera. Dalam laporan tersebut dijelaskan, bahwa pakaian yang
dipakai itu merupakan produk lokal. Proyek usaha persuteraan alam pertama
diselenggarakan di Yogyakarta, kemudian didaerah lain yakni Jawa Barat, Sulawesi
dan Sumatera Barat (Atmosodarjoet al 2000).
1.2. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh pemberian beberapa jenis dosis
pupukterhadapproduksi tunas dan daun murbei.
2. Mengetahui peningkatan produksi tunas dan daun murbei.
1.3. Manfaat Penelitian
1. Dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasitentang
beberapa jenis dan dosis pupuk yang tepat dan ekonomis untuk tanaman
murbei..
2. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang jenis
perlakuan pemupukan.
3
1.4. Perumusan Masalah
1. Apa sajakah jenis-jenis pupuk yang digunakan pada produksi tunas dan
daun murbei di Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan
Wilayah Sulawesi, Desa Bili-Bili, kecamatan Bonto Marannu, Kabupaten
Gowa?
2. Bagaimanakah pengaruh pemupukan terhadap produksi tunas dan daun
murbei di balai perhutanan sosial dan kemitraan lingkungan wilayah
Sulawesi, Desa Bili-Bili, kecamatan Bonto Marannu, Kabupaten Gowa?
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Perkembangan Pesuteraan Alam di Indonesia
Persuteraan alam di Indonesia sudah mulai dikenal sejak abad ke-10 Masehi.
kemudian di usahakan secara sungguh-sungguh pada tahun 1950. Dalam ekspedisi
Cham-Cina di abad X Masehi dilaporkan, bahwa telah dijumpai bangsawan-
bangsawan Nusantara Indonesia memakai pakaian yang terbuat dari bahan sutera.
Dalam laporan tersebut di jelaskan , bahwa pakaian yang dipakai itu merupakan
produk lokal (Atmosodarjo et al 2000).
Sumber-sumber Jepang yang ditulis oleh Sira-Kawa de Sendai (Osyou),
yang diterjemahkan oleh Leon Rosny (1868), menyebutkan adanya terminologi
persuteraan alam dalam tiga bahasa Nusantara (Melayu, Jawa dan Bugis). Berikut
terminologi yang ditemukan dalam publikasi tersebut : sabek (= sutera), woena
sabek (= benang sutera), lipak sabek (= sarung sutera), antalasa (= kain satin),
padoedang (= taffetas) dan waloudouk (= beludru) (Atmosodarjo et al 2000).
Pada tahun 1918 orang Jepang berhasil juga mengembangkan sutera alam
di Garut (Jawa Barat), Curup (Bengkulu), Siantar (Sumatera Utara) dan di sekitar
Solo (Jawa Tengah). Semua daerah ini terletak pada ketinggian antara 1.000 sampai
dengan 5.000 kaki (Atmosodarjo et al. 2000).
Perkembangan persuteraan alam di Indonesia, dengan sungguh-sungguh
dimulai kurang lebih tahun 1950, berdasarkan pemikiran DR. Soedjarwo, mantan
mentri kehutanan, yang pada waktu itu menjabat Kepala Dinas Kehutanan
Yogyakarta, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar
5
hutan, dengan memanfaatkan lahan kehutanan, yang kemudian dikenal dengan
”Multiple Use of Forest Lands” (Atmosodarjo et al 2000).
Pada tahun 1961 terbentuk organisasi yang bergerak dalam persuteraan di
Indonesia tepatnya di Jawa Barat, yang pertama diberi nama Industri Sutera Rakyat
Indonesia, disingkat ”ISRI”. Ditahun 1970 Pemerintah membangun Proyek
Persuteraan Alam, di Sulawesi Selatan. Proyek reeling dan pertenunan, serta
penyempurnaannya telah dibuka oleh Presiden Soekarno dan diresmikan sebagai
pabrik sutera alam yang pertama di Indonesia, dengan nama ”RATNA”. Sayang
pabrik tersebut tidak dapat memenuhi tugasnya sebagai pabrik sutera alam, karena
mengalami kekurangan bahan baku kokon, sehingga produksinya diubah dengan
menggunakan serat filamen sintesis sampai sekarang (Atmosoeadarjo et al. 2000).
2.2. Murbei (Morus Alba)
2.2.1. Tinjauan Umum Murbei (Morus Alba L.)
Murbei merupakan tumbuhan yang berasal dari cina dan tumbuh baik , pada
ketinggian lebih dari 100 m dari permukaan laut, dan memerlukan cukup sinar
matahari. Tumbuhan ini telah banyak dibudidayakan dan menyukai daerah-daerah
yang cukup basah seperti lereng gunung, tetapi pada tanah yang berdrainase baik
(Dalimartha, 2002). Tumbuhan murbei kadang ditemukan tumbuh liar. Tinggi
pohon tumbuhan ini maksimal 9 m, percabangan banyak, cabang muda berambut
halus, daun tunggal, letak berseling, dan bertangkai yang panjangnya 1 - 4 cm. Helai
daun tumbuhan murbei bulat telur sampai berbentuk jantung, ujung meruncing,
pangkal tumpul, tepi bergigi, pertulangan menyirip agak menonjol, permukaan atas
dan bawah kasar, panjang 2,5 - 20 cm, lebar 1,5 - 12 cm, dan berwarnanya hijau.
6
Bunga tanaman murbei majemuk bentuk tandan, keluar dari ketiak daun, mahkota
berbentuk taju, warnanya putih. Dalam satu pohon tanaman murbei terdapat bunga
jantan, bunga betina dan bunga sempurna yang terpisah. Murbei berbunga
sepanjang tahun. Buahnya banyak berupa buah buni, berair dan rasanya enak, buah
muda berwarna hijau, setelah masak jadi hitam (Dalimartha, 2002).
Menurut Dalimartha (2000) bahwasanya tumbuhan murbei (Morus alba L.)
dapat tumbuh hingga 9 meter, percabangannya banyak, cabang 10 muda, berambut
halus, daun tunggal, letak berselang dan bertangkai dengan panjang 1-4 cm. Helai
daun berbentuk bulat telur sampai berbentuk jantung, ujung runcing, pangkal
tumpul, tepi bergerigi, pertulangan menyirip, agak menonjol, permukaan atas dan
bawah kasar, panjang 2,0-2,5 cm serta berwarna hijau. Bunga majemuk berbentuk
tandan, keluar dari ketiak daun, mahkota berbentuk tajuk dan berwarna putih.
Dalam satu pohon terdapat bunga jantan, bunga betina dan bunga sempurna yang
terpisah, selain itu tanaman murbei dapat berbunga sepanjang tahun.Machii et al.
(2002) Dalam Hading (2014)
2.2.1 Botani Morus Alba
Berdasarkan morfologi bunga marga Morus dipilah pilah menjadi 24 jenis
yang kemudian ditambah lagi dengan lima jenis lagi. Murbei pada dasarnya bunga
kelamin tunggal, meskipun kadang-kadang juga berkelamin rangkap
(Atmosoedarjo et al. 2000).
Sistematika Tanaman murbei sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
7
Sub divisi : Angiosperm
Bangsa : Uricales
Suku : Moraceae
Marga: Morus
Jenis: Morus Alba L
Varietas: Kanva-2
(Morus alba varietasAndadari L 2007).
Morus Alba varietas Kanva-2, Morus Alba varietas Kanva-2 ini dibawa
oleh Sanusi Kusumaputera dari India dan mulai dikenal di Indonesia sejak tahun
1983. varietas Kanva-2 ini mulai ditanam di Kebun Percobaan Disiplin Persutraan
Alam sekitar tahun 1988 (Noroati 1996 dalam Martadinata 1999). Ciri-ciri umum
varietas ini adalah bentuk daun membulat, susunan tulang daun menyirip, tepi daun
bergerigi dan pangkal helaian daun berlekuk. Ukuran helaian daun cukup besar
dengan rata-rata panjang 10-25cm dan lebar 10-20cm dan berwarna hijau tua
dengan batang berwarna hijau kecoklatan, daun yang cukup lebar dengan ruas yang
sangat pendek. Menyebabkan varietas ini produksi daunnya tinggi akan tetapi di
Indonesia jumlah bibit ini masih terbatas dan masih belum banyak dibudidayakan (
Gitosuwejo 1995 dalam Martadinata 1999).
Daun Morus alba berkhasiat sebagai peluruh air seni, obat demam, obat
malaria dan obat tekanan darah tinggi. Untuk peluruh air seni dipakai ± 30 gram
daun segar Morus alba, direbus dengan 2 gelas air selama15 menit, setelah dingin,
diperas dan disaring. Hasil saringan diminum sehari dua kali sama banyak pagi dan
sore. Kandungan Daun dan kulit batang Morus Alba mengandung
8
tlavonoida,polifenol dan alkaloida. Di samping itu daun dan buahnya juga
mengandungsaponin(Andadari L 2005).
9
2.3.Kerangka Pikir
Gambar 1. Kerangka Pikir
Hutan
HHBK
Murbei
Pengaruh Pemupukan Terhadap Pertumbuhan
Murbei di Balai Perhutanan Sosial dan
Kemitraan Lingkungan Wilayah Sulawesi Desa
Bili-Bili Kecamatan Bonto Marannu Kabupaten
Gowa
Pertumbuhan Tunas dan
Daun Murbei
Pupuk ZA Pupuk
Kandang
Pupuk NPK
Pupuk Urea
Kontrol Pupuk
Jepang
10
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2019sampai denganJanuari
2020 yang bertempat di Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan
(BPSKL) Bili-Bili.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Alat tulis menulis
2. Laptop
3. Kamera
4. Pita meter
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Tanaman murbei
2. Pupuk NPK, Urea, ZA, Jepang dan Pupuk kandang (kotoran ayam) dan
tanah sebagai kontrol
3.3. Metode Pengumpulan Data
Populasi penelitian ini adalah pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan
daun murbei. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 1 jenis murbei.
3.4. Metode Pengumpulan Data
11
1. Observasi
Observasi adalah salah satu metode pengumpulan data dengan mengamati
secara langsung di lokasi penelitian atau di lapangan.
2. Pengukuran
Proses pengukuran tanaman murbei ini dilakukan untuk mengetahui
pertumbuhan murbei melalui perhitungan dan pengukuran jumlah mata
tunas, diameter tunas, tinggi tunas dan jumlah daun masing-masing tunas.
3.5. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi langsung dan
pengukuran dilapangan.
2. Data Sekunder
Data sekunder berupa data yang diperoleh dari laporan-laporan kantor desa
dan kecamatan, serta instansi-instansi terkait dinas kehutanan dan pusat
statistik untuk memperoleh informasi.
3.6.Variabel Yang Diamati
Pengamatan dan pengukuran pada penelitian ini dilakukan setiap 1 minggu
selama 5 minggu. Parameter yang diukur adalah : jumlah mata tunas, dan jumlah
daun masing-masing tunas. Jumlah daun, dihitung jika daun tersebut telah terbuka
secara sempurna.
3.7.Analisis Data
12
Rancangan penelitian yang digunakan adalah model RAL (Rancangan Acak
Lengkap) menggunakan 4 perlakuan yaitu perlakuan P0 (kontrol), P1(pupuk NPK),
P2(pupuk ZA), P3 (pupuk organik), P4 (Pupuk Jepang) dan P5 (Kotoran Ayam).
dengan setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Model matematis untuk
rancangan RAL menurut (Gaspertz 1991) adalah sebagai berikut:
Yij = + I +εij
Dimana :
YIJ : Nilai pengamatan yang memperoleh perlakuan ke-i
: Rata-rata umum hasil pengamatan
I : Pengaruh perlakuan ke-i
εij : Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada pengamatan ke-j
Data yang diperoleh k dianalisis dengan menggunakan analisis ragam
dengan rancangan dasar (RAL) Rancangan Acak Lengkap. Apabila ada perlakuan
yang berpengaruh nyata terhadap jumlah mata tunas dan jumlah daun masing-
masing tunas, maka akan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Uji Beda Nyata
Jujur (BNJ). Dengan rumus sebagai berikut :
w = qa (p,fe) Sỹ
Dimana :
W = Nilai Uji Tukey (BNJ)
qa = Nilai Tabel Tukey
p = Jumlah Perlakuan
fe = Derajat Bebas Galat
Sỹ = Galat Baku Nilai Tengah = (S²/r)1/2
13
S² = Kuadrat Tengah Galat (varians)
R = Jumlah Ulangan
14
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1.Gambaran Umum Balai Persuteraan Alam
4.1.1 Kedudukan
Balai Persuteraan Alam merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Direktorat Jenderal RLPS Departemen Kehutanan yang melaksanakan
kegiatan pembinaan persuteraan alam yang ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 664/Kpts-II/2002 tanggal 7 Maret 2002
dengan wilayah kerja meliputi Sulawesi dan sekitarnya.
4.1.2 Tugas Pokok Dan Fungsi
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 664/Kpts-
II/2002, Balai Persuteraan Alam mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyusunan rencana pengembangan persuteraan alam, pemeliharaan bibit
induk ulat sutera, pengujian mutu, sertifikasi dan akreditasi lembaga sertifikasi
telur ulat sutera, serta pengelolaan sistem informasi persuteraan alam.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Balai Persuteraan alam
menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana pengembangan persuteraan alam
b. Pemeliharaan bibit induk ulat sutera
c. Pengujian mutu dan penerapan teknologi persuteraan alam
d. Pemantauan produksi, peredaran dan distribusi bibit telur ulat sutera
e. Pelaksanaan sertifikasi dan akreditasi lembaga sertifikasi ulat sutera
f. Pengelolaan sistem informasi persuteraan alam
15
g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai
4.1.3 Organisasi
a.Struktur Organisasi
Gambar 2. Stuktur Organsisasi Balai Persuteraan Alam
b.Sumber Daya Manusia
Bendahara Pengeluaran
Staf Sekretariatan :
1. Urusan Pencatat Pembukuan dan
Pembukuan Dokumen
Pengeluaran/Penerimaan
2. Urusan Pembuatan Daftar Gaji dan
Pemegang Kas Gaji Pegawai ? PPABP
3. Urusan Administrasi Keuangan
4. Urusan Penelaah dan Pemverifikasi
Dokumen Keuangan
5. Urusan Pembuatan Dokumen
Pengeluaran/Penerimaan
6. Koordinator SAPP
7. Operator/petugas SAPP
Kepala Sub Bagian TU
selaku
Pejabat Penerbit SPM
Penanggung jawab
Kegiatan TU
KASIE Pengujian
Persuteraan Alam
Selaku
Penanggung jawab
Kegiatan Pengujian PA
Pelaksana Teknis
Kegiatan
Staf Penerbit SPM :
1. Urusan Perekaman Data
dan Laporan SPM
2. Urusan Administrasi SPM
KASIE Peredaran
Persuteraan Alam
Selaku
Penanggung jawab
Kegiatan Peredaran PA
Kepala Balai Selaku Kasa Pengguna
Anggaran
KEPALA BALAI SELAKU KASA PENGGUNA ANGGARAN
KEPALA BALAI SELAKU
KUASA PENGGUNA ANGGARAN
KASIE Infromasi
Persuteraan Alam
Selaku
Penanggung jawab
Kegiatan Informasi PA
Pejabat Penerbit Spm
Pejabat Penguji Keuangan
FUNGSIONAL
PEH
Pelaksana Teknis
Kegiatan
Pelaksana Teknis
Kegiatan
Pelaksana Teknis
Kegiatan
16
Dalam pelaksanaan tugasnya, Balai Persuteraan Alam hingga bulan
Mei 2009 mempunyai dengan pegawai sebanyak 105 orang yang terdiri dari
Pegawai Negeri Sipil sebanyak 100 orang dan tenaga honorer sebanyak 5
orang.
c. Sarana Prasarana
1) Bangunan kantor di Bili-Bili, Malino dan Pakatto (Kab. Gowa), Tajuncu
(Kab. Soppeng), Sabbangparu (Kab. Wajo), Datae (Kab. Sidrap) dan Sudu
(Kab. Enrekang)
2) Sarana pemeliharaan ulat sutera di Bili-Bili dan Malino (Kab. Gowa)
3) Kebun murbei untuk produksi daun dan penyediaan stek, di Bili-Bili,
Malino dan Pakatto (Kab. Gowa), Panjojo (Kab. Takalar), Tajuncu (Kab.
Soppeng), Sabbangparu (Kab. Wajo), Datae (Kab. Sidrap) dan Tamangalle
(Kab. Polman). Luas total kebun Murbei 48 Ha
4) Fasilitas refrigerator untuk penyimpanan telur ulat sutera dan kupu-kupu
5) Laboratorium hama penyakit, tanah dan pengawasan penyakit Pebrine
6) Fasilitas pengujian mutu kokon dan benang sutera
d. Wilayah Kerja
Balai Persuteraan Alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor :664/Kpts-II/2002 tanggal 7 Maret 2002 wilayah kerjanya
meliputi Sulawesi dan sekitarnya.
Beberapa wilayah yang telah dilaksanakan pengembangan persuteraan
alam yaitu: Propinsi Sumatera Utara; Propinsi Sumatera Selatan; Propinsi
Sumatera BaraT; Propinsi Lampung; Propinsi Jawa Barat (Kab. Garut, Kab.
17
Sukabumi, Kab. Majalengka, Kab. Tasikmalaya, Kab. Bandung, Kab.
Bogor,Kab. Cianjur); Propinsi Jawa Tengah (Kab. Pati, Kab. Pemalang, Kab.
Wonosobo, Kab. Pekalongan); Propinsi DI Yogyakarta; Propinsi Bali (Kab.
Tabanan, Kab. Bangli, Kota Denpasar, Kab. Karangasem); Propinsi NTB
(Kab. Lombok Barat); Propinsi NTT; Propinsi Kalimantan Timur ; Propinsi
Sulawesi Selatan; Propinsi Sulawesi Barat; Propinsi Sulawesi Utara; Propinsi
Sulawesi Tengah; Propinsi Sulawesi Tenggara dan Propinsi Papua
4.2Perkembangan Kegiatan Persuteraan Alam Di Dalam Dan Di Luar Prov.
Sulawesi Selatan
4.2.1 Tanaman Murbei
Secara kumulatif luas tanaman murbei di Prop. Sulawesi Selatan
sampai dengan Bulan Desember 2009 mencapai 2.386,80 Ha yang tersebar
pada 13 kabupaten. Sementara itu jumlah tanaman di luar Prop. Sulawesi
SelatanMencapai 1.397,3 Ha yang tersebar di 13 propinsi pengembangan.
Jenis tanaman murbei yang ditanam antara lain Morus nigra, Morus cathayana,
Morus alba, Morus multicaulis, Kanva, BNK 3 dan S.54. Sistem penanaman
masih dilakukan secara tradisional baik sebagai tanaman pekarangan, tumpang
sari maupun tanaman murni dan belum seluruhnya dikelola dengan pola
intensif.
Tabel 1. Data Luas Tanaman Murbei Per Kabupaten di Provinsi Sulawesi
Selatan
No Kabupaten Luas Tanaman Murbei (Ha)
2005 2006 2007 2008 2009
18
1 Soppeng 405,00 426,00 520 610,75 610,75
2 Wajo 209,00 209,00 239,5 312,50 312,50
3 Sidrap 35,00 35,00 18,5 21,25 21,25
4 Barru 23,00 23,00 4,95 5,75 5,75
5 Bone 5,00 5,00
6 Enrekang 576,00 576,00 617,5 937,25 937,25
7 Tator 69,00 69,00 124,15 215,55 215,55
8 Polman 53,00 53,00 52 52 52
9 Luwu 0,00 0,00 2 27 27
10 Gowa 27,00 27,00 35,8 46,75 46,75
11 Sinjai 46,00 46,00 145 152 152
12 Bulukumba 0,00 0,00 4 4 4
13 Maros 13,00 13,00 2 2 2
JUMLAH 1.461,00 1.482,00 1.765,4 2.386,80 2.386,80
Tabel 2. Data Luas Tanaman Murbei Per Propinsi di Luar Provinsi Sulawesi Selatan
No Propinsi Luas Tanaman Murbei (Ha)
2005 2006 2007 2008 2009
1 Sulawesi Barat 52
2 Sulawesi Tenggara 4,75
3 Sulawesi Utara 246
4 Sulawesi Tengah 44,5
5 Jawa Barat 121 145 245 320,1 608,1
6 Jawa Tengah 273
7 DI Yogyakarta 19
8 NTT 95,5
9 Bali 10,4 10,4 32,45
10 NTB 8 8 8 12
11 Sumatera Barat 12 Sumatera Utara 10
13 Jawa Timur
Jumlah 121 153 255 320,1 1.397,3
4.2.2 Petani Budidaya Ulat Sutera
Penyakit Jumlah petani yang terlibat dalam budidaya ulat sutera di
Provinsi Sulawesi Selatan hingga bulan Desember 2009 sebanyak 3,558 KK
19
yang tersebar di 13 kabupaten. Sementara di luar Prop. Sulawesi Selatan,
jumlah petani mencapai 2.165 KK yang tersebar di 12 propinsi pengembangan.
Sistem pemeliharaan ulat sutera pada umumnya masih tradisional, kecuali pada
lokasi yang mendapat bantuan pemerintah. Pemeliharaan dilakukan secara
tradisional yaitu dengan memanfaatkan kolong rumah untuk ulat kecil, bahkan
tidak jarang dijumpai sistem pemeliharaan ulat kecil dan ulat besar berdekatan,
sehingga peluang terjadinya kontaminasi cukup besar.
Tabel 3. Data Perkembangan Jumlah Petani di Provinsi Sulawesi Selatan
No Kabupaten Jumlah Petani (KK)
2005 2006 2007 2008 2009
1 Soppeng 625 625 758 758 758
2 Wajo 373 373 442 696 696
3 Sidrap 51 76 26 10 10
4 Barru 42 42 17 21 21
5 Bone 14 14 0
6 Enrekang 1.372 1.372 1.441 1.543 1.543
7 Tator 192 192 265 356 356
8 Polman 119 119 95
9 Luwu 0 0 2 32 32
10 Gowa 35 35 71 93 93
11 Sinjai 62 62 165 166 166
12 Bulukumba 0 0 25 25 25
13 Maros 26 26 2
JUMLAH 2.911 2.936 3.309 3.795 3.556
Tabel 4. Data Perkembangan Jumlah Petani di Luar Provinsi Sulawesi Selatan
No Propinsi Jumlah Petani (KK)
2005 2006 2007 2008 2009
1 Sulawesi Barat 119 119 95 120 120
2
Sulawesi
Tenggara 12 10
3 Sulawesi Utara 22 22 22 22
20
4
Sulawesi
Tengah 25 25
5 Jawa Barat 439 439 945 945
6 Jawa Tengah 390 390 588 588
7 DI Yogyakarta 60 60 134 134
8 NTT 129 129 170 170
9 Bali 0 77 98
10 NTB 0 0 15 15
11 Sumatera Barat 31
12 Sumatera Utara 22
Jumlah 119 1.159 1.135 2.108 2.165
4.2.3 Penyerapan Telur
Dalam mendukung budidaya ulat sutera petani di propinsi Sulawesi
Selatan pada umumnya telur ulat sutera disuplai dari KPSA Perum Perhutani
Soppeng, namun ada juga yang memesan ke PSA Candiroto. Sementara untuk
kebutuhan telur bagi petanidi luar Prop. Sulawesi Selatan sebagian besar
diambil dari PSA Candiroto. Dalam rangka mencegah serangan hama dan
penyakit, maka terhadap telur sebelum disalurkan ke masyarakat terlebih
dahulu dilakukan test Pebrine oleh Balai Persuteraan Alam.
Berdasarkan kapasitasnya, kedua produsen telur F1 belum dapat
mencapainya karena permintaan yang masih terbatas. Sebagai contoh, KPSA
Perum Perhutani Soppeng mampu menyiapkan telur sebanyak 60.000 boks per
tahun, namun kapasitas ini belum pernah dicapai karena terbatasnya
permintaan petani. Hingga bulan Desember 2009 penyerapan telur ke petani
kurang lebih 4.075 boks di 11 kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan.
Tabel 5.Data Perkembangan jumlah penyerapan telur di Provinsi Sulawesi
Selatan 5 tahun terakhir
No Kabupaten Penyerapan Telur (Box)
2005 2006 2007 2008 2009
1 Soppeng 3.146 2.244 2.011,75 2.190 698
21
2 Wajo 2.446 2.044,75 1.196,25 1.321 502,25
3 Sidrap 77 34 19,5 1 8
4 Barru 48,5 13 12 2 3,5
5 Bone 5,5 0
6 Enrekang 8.098 6.741 9.125 4.546 2.641
7 Tator 481 254 378 217,5 148,5
8 Polman 72,5 82,50
9 Luwu 13 19 2
10 Gowa 86 70 1 2 0,75
11 Sinjai 19 18 20 20 9
12 Bulukumba 0 2
13 Maros 36,5 6 2
JUMLAH 14.442,5 11.424,75 12.849 8.401 4.075
Sementara data penyerapan telur untuk beberapa daerah/propinsi lain di luar
Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 5. Selama tahun 2009 hingga
bulan Desember 2009 penyerapan telur kurang lebih 2.260 boks untuk 12 propinsi
pengembangan di luar Provinsi Sulawesi Selatan.
Tabel 6. Data Perkembangan jumlah penyerapan telur di luar Provinsi Sulawesi
Selatan 5 tahun terakhir
No Propinsi Jumlah Petani (KK)
2005 2006 2007 2008 2009
1 Sulawesi Barat 51,5 85,5 72,5 82,5 28,5
2 Sulawesi Tenggara 10 3 Sulawesi Utara 82 290 357
22
4 Sulawesi Tengah 16 4
5 Jawa Barat 412 833 431 818
6 Jawa Tengah 1.142 2.055 330 1.021
7 DI Yogyakarta 74 74 95 1
8 NTT 6 14 10 9 Bali 3 6 11,5
10 NTB 18 18 11 Sumatera Barat 13
12 Sumatera Utara 3
13 Jawa Timur 3
Jumlah 51,5 1.801,5 3.079,5 1.282,5 2.260
Selain bibit/telur ulat yang disiapkan oleh Perum Perhutani, saat ini ada pula
bibit yang disalurkan dari China yang belum mendapatkan legalitas dari
Pemerintah, sehingga untuk bibit ini tidak dilakukan uji sertifikasi oleh Balai
Persuteraan Alam.
4.2.4 Produksi Kokon Dan Benang Sutera
a. Produksi Kokon
1) Tingkat produksi kokon hasil pemeliharaan petani sutera dengan telur
F1 produksi Perum Perhutani masih sangat beragam, berkisar 25 – 33 kg
per boks.
2) Produksi kokon sampai bulan Desember 2009 di Provinsi Sulawesi
Selatan sebanyak 99.318,53 kg. Sementara di provinsi pengembangan
yang lain kurang lebih 67.800 boks.
b. Produksi Benang Sutera
Benang sutera (raw silk) yang dihasilkan terdiri dari hasil pintalan
rakyat/tradisional dan pintalan mesin/pabrik.
23
1) Kualitas benang sutera yang dihasilkan, khususnya pintalan rakyat,
masih relatif rendah dan harganya lebih rendah dibandingkan hasil
pintalan mesin.
2) Di Sulawesi Selatan belum tersedia pabrik pemintalan benang sutera
modern yang dapat menghasilkan benang sutera berkualitas tinggi.
3) Produksi benang sutera di Sulawesi Selatan sampai bulan Desember
2009 sebanyak 15.797,69 kg. Sementara di propinsi pengembangan
yang lain kurang lebih 8.271,94 kg.
Tabel 7. Data Produksi Kokon dan Produksi Benang Sulawesi Selatan tahun
2005 – 2009
No. Tahun ProduksiKokon(kg) Produksi Benang(kg)
1. 2005 418.276 58.949
2. 2006 305.657 43.507
3. 2007 372.063,37 54.923
4. 2008 241.007,54 31.969,99
5. 2009 99.318,53 15.797,69
Tabel 8. Data Produksi Kokon dan Produksi Benang di Provinsi luar Sulawesi
Selatan tahun 2005 – 2009
No. Tahun Produksi Kokon(kg) Produksi Benang(kg)
1. 2005 1.505 200
2. 2006 34.970,3 3.408,68
3. 2007 87.375 10.660,2
4. 2008 34.647,56 4.076,26
5. 2009 67.800 8.271,94
c. Perkembangan Harga
24
1) Harga telur ulat sutera F1 produksi KPSA Perum Perhutani Soppeng
saat ini adalah Rp. 80.000,- per boks (belum termasuk PPn 10 %),
sementara produksi PSA CandirotoRp. 40.000 dengan jumlah telur +
25.000 butir per boks.
2) Harga kokon masih berfluktuasi, saat ini berkisar Rp 20.000,- s/d Rp
27.000,- per kilogram.
3) Harga benang sutera saat ini berkisar antara Rp 225.000,- s/d Rp
250.000,- per kilogram.
4.3Rencana Pengembangan Persuteraan Alam Di Provinsi Sulawesi Selatan
Pada tahun 2008, Balai Persuteraan Alam telah menyusun Rencana
Pengembangan Persuteraan Alam di Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam Rencana
Pengembangan ini tercantum antara lain target sasaran pengembangan persuteraan
alam baik di sektor hulu maupun hilir pada tahun 2010. Target pengembangan
produk sutera hulu dan hilir dalam skala nasional ditampilkan pada Tabel berikut.
Tabel 9. Target Sasaran Pengembangan Produk Sutera Hulu (Nasional )
No Uraian Tahun 2005 Tahun 2010
1 Petani (KK) 6.342 13.235
2 Tanaman Murbei (Ha) 4.695 12.250
3 Produksi Kokon (Ton) 491 5.000
4 Penyerapan Tenaga Kerja
(orang) 18.780 49.000
Tabel 10. Target Sasaran Pengembangan Produk Sutera Hilir ( Nasional )
25
No Uraian Tahun 2005 Tahun 2010
1 Produksi Benang Sutera DN (Ton) 81,2 625
2 Kebutuhan Benang sutera (Ton) 700 900
3 Import Benang sutera (Ton) 618,8 275
4 Kain sutera (juta meter) 6,18 44
5 Tenaga Kerja (orang) 207.120 235.868
6 Eksport (US $.000) 8.555 15.087
Pencapaian target pengembangan baik di sektor hulu maupun hilir dapat
dilaksanakan dengan mempertimbangkan dan memanfaatkan berbagai peluang
dan potensi yang ada. Beberapa peluang pengembangan persuteraan alam
antara lain adalah:
a. Kebutuhan benang sutera secara Nasional masih banyak bergantung dari
produk benang sutera dari luar
b. Saat ini banyak negara maju yang mengalihkan usahanya ke Industri
termasuk China sehingga produsen kokon dan benang dari masyarakat
cenderung menurun
c. Padat karya dan membuka lapangan kerja, utamanya tenaga keluarga dan
kaum ibu.
Sementara itu potensi pengembangan persuteraan alam di Indonesia
antara lain:
26
a. Kegiatan persuteraan alam telah membudaya di Sulawesi Selatan, Sulawesi
Barat dan beberapa tempat di Jawa Barat.
b. Pada saat ini berkembang kegiatan persuteraan alam di Jawa Tengah, Bali,
NTT, NTB, Sulut, Sultra, Sulteng, Sumbar, Sumut dan Lampung.
c. Tersedia 39 jenis induk sebagai induk inti dan yang layak dikembangkan Ras
Jepang (BN 18; BN 16) dan Ras China (BC 117; BC 107) yang dicirikan
berat kokon >1,6 gr, jumlah telur 450 – 500 butir, umur 21 – 23 hari dan
persentase kulit 23 %
d. Terdapat jenis spesifik dengan warna kokon kuning yaitu lokal kuning dan
kuning muda jenis Daizo
e. Pada saat ini telah dilaunching jenis BS 07, 09 dan 10, namun hanya BS 09
yang segera dikembangkan
f. Permintaan bahan baku benang sutera cenderung meningkat baik di Sulawesi
Selatan maupun di Jawa dan Bali.
27
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Pemberian Pupuk Terhadap Jumlah Tunas Murbei.
Data jumlah Tunas dari murbei yang diperlakukan dengan beberapa jenis
pupuk disajikan pada Tabel 11 dan Grafik 1.
Tabel 11.Rata-rata Jumlah Tunas Murbei dengan Perlakuan Jenis Pupuk.
No Jenis
Perlakuaan
Rata-rata Jumlah Tunas Minggu Ke-
minggu
0
minggu
1
minggu
2
minggu
3
minggu
4
minggu
5
1 Control 0 10 17 25 31 39
2 pupuk NPK 0 24 34 44 52 66
3 pupuk ZA 0 21 31 40 49 62
4 pupuk Organik 0 16 24 34 43 56
5 pupuk Jepang 0 14 22 30 40 50
6 Kotoran ayam 0 13 22 30 40 50
Sumber: Data Primer Telah Diolah 2020
Rata-rata Jumlah tunas murbei dengan perlakuan jenis pupuk yang di sajikan pada
Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa perlakuan pemberian Pupuk yang paling
berpengaruh terhadap peningkatan jumlah tunas dan paling banyak yaitu perlakuan
dengan pupuk NPK. Pupuk NPK salah satu pupuk sintetik dapat digunakan untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman.(Raksun et al 2019). Rata-rata jumlah tunas
untuk minggu kesatu 24 tunas, minggu kedua 34 tunas, minggu ketiga 44 tunas,
minggu keempat 52 tunas dan pada minggu kelima 66 tunas. Rata-rata yang
terendah jumlah tunas yaitu pada murbei sebagai kontrol atau tanpa menggunakan
pupuk, dengan rata-rata jumlah tunas pada minggu kesatu 10tunas, minggu kedua
17, minggu ketiga 25 tunas, minggu keempat 31 tunas dan minggu kelima 39tunas.
28
Gambar 3. Grafik Rata-rata Jumlah Tunas Murbei dengan Perlakuan Pupuk yang
Berbeda.
Rata-rata jumlah tunas murbei dengan perlakuan pupuk berbeda yang
disajikan pada Gambar 3 menunjukkan bahwa pemberian pupuk dapat
mempengaruhi pertambahan jumlah tunas murbei mulai dari minggu nol sampai
minggu kelima dan pupuk yang paling memberi pengaruh peningkatan jumlah
tunas paling tinggi yaitu perlakuan dengan pupuk NPK sedangkan yang paling
rendah pada perlakuan kontrol atau tanpa pemberian pupuk.Pertumbuhan ini di picu
adanya unsur N pada pupuk NPK. Lingga dan Marsono (2003), menyatakan bahwa
peran utama unsur N adalah mempercepat pertumbuhan vegetative tanaman seperti
tinggi, batang, tunas dan daun.
0
10
20
30
40
50
60
70
minggu 0 minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4 minggu 5
Grafik Rata-rata Jumlah Tunas Murbei
kontrol pupuk NPK pupuk ZA
pupuk Organik pupuk Jepang Kotoran ayam
29
Tabel 12. Analisis Sidik Ragam Jumlah Tunas Murbei Pada Umur Minggu Ke
Lima.
Sumber
Keragaman db JK KT F.Hitung
F.tabel
5% 1%
Perlakuan 5 2391.067 478.2133 37.31183** 2.62 3.90
Galat 24 307.6 12.81667
Total 29 2698.667
Sumber: Data Primer Telah Diolah 2020
Ket:** Sangat Nyata
Hasil analisis sidik ragam dari rata-rata jumlah tunas murbei bahwa perlakuan
pemberian jenis pupuk berbeda yang diberikan menunjukkan pengaruh sangat nyata
terhadap pertambahan jumlah tunas murbei.
Tabel 13. Hasil Uji BNJ Rata-rata Jumlah Tunas Murbei Pada Umur Minggu
Kelima
No Perlakuaan Rata-rata Pertumbuhan
Jumlah Tunas
ω0.05
(6.992)
1 Kontrol (P0) 35 a
2 Pupuk NPK (P1) 66 d
3 Pupuk ZA (P2) 62 cd
4 Pupuk Organik (P3) 56 bc
5 Pupuk Jepang (P4) 50 b
6 Kotoran Ayam (P5) 50 b
Sumber: Data Primer Telah Diolah 2020
Pada Tabel 13 diatas dapat disimpulkan bahwa hasil uji lanjut BNJ rata-rata
jumlah tunas murbei menunjukkan perlakuan P0berbeda nyata dengan perlakuan
P1, P2, P3, P4 dan P5
30
5.2. Pengaruh Pemberian Pupuk Terhadap Jumlah Daun Murbei.
Data jumlah daun dari murbei yang diperlakukan dengan beberapa jenis
pupuk disajikan pada Tabel 12 dan Grafik 2.
Tabel 14.Rata-rata Jumlah Daun Murbei dengan Perlakuan Jenis Pupuk.
Perlakuaan Rata-rata Jumlah Daun Minggu Ke-
Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5
Kontrol 104 118 131 149
Pupuk NPK 141 153 166 180
Pupuk ZA 132 144 155 164
Pupuk Organik 125 137 149 162
Pupuk Jepang 122 132 143 158
Kotoran Ayam 119 127 141 154
Sumber: Data Primer Telah Diolah 2020
Rata-rata Jumlah daun murbei dengan perlakuan jenis pupuk yang di sajikan pada
Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa perlakuan pemberian Pupuk yang paling
berpengaruh terhadap peningkatan jumlah daun dan paling banyak yaitu perlakuan
dengan pupuk NPK. Perlakukan dengan pemberian Pupuk NPK pada tumbuhan
memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan pertambahan daun
(Rachmawati, 2017).Rata-rata jumlah daun untuk minggu kedua sebanyak 141
helai daun, minggu ketiga sebanyak 153 helai daun, minggu keempat 166 helai daun
dan pada minggu kelima 180 helai daun. Rata-rata yang terendah jumlah daunnya
yaitu pada murbei sebagai kontrol atau tanpa menggunakan pupuk, dengan rata-rata
jumlah helai daun pada minggu kedua sebanyak 104, minggu ketiga 118 helai daun,
minggu keempat 131 helai daun dan minggu kelima 149 helai daun.
31
Gambar 4. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Murbei Perlakuan Pupuk yang Berbeda.
Pada Gambar 3 Rata-rata jumlah daun murbei dengan perlakuan pupuk
berbeda menunjukkan bahwa pemberian pupuk dapat mempengaruhi pertambahan
jumlah daun murbei mulai dari minggu kedua sampai minggu kelima dan pupuk
yang paling memberi pengaruh peningkatan jumlah daun paling tinggi yaitu
perlakuan dengan pupuk NPK sedangkan yang paling rendah pada perlakuan
kontrol atau tanpa pemberian pupuk.
Tabel 15. Analisis Ragam Rata-rata Jumlah daun Murbei Pada Umur Minggu
Kelima
Sumber
Keragaman db JK KT F.Hitung
F.tabel
5% 1%
Perlakuan 5 2890.966667 578.1933 33.42158** 2.62 3.9
Galat 24 415.2 17.3
Total 29 3306.166667
Sumber: Data Primer Telah Diolah 2020
Ket:** Sangat Nyata
Hasil analisis sidik ragam dari rata-rata jumlah daun murbei bahwa perlakuan
pemberian jenis pupuk berbeda yang diberikan menunjukkan pengaruh sangat nyata
terhadap pertambahan jumlah daun murbei, hal ini dapat dilihat dari beberapa jenis
pupuk yang digunakan memperlihatkan perbedaan pertumbuhan dan jumlah daun
0
50
100
150
200
kontrol pupuk NPK pupuk ZA pupuk Organik pupuk Jepang Kotoran ayam
Grafik Rata-rata Jumlah Daun Murbei
Rata-rata Jumlah Daun Minggu Ke- Minggu 2
Rata-rata Jumlah Daun Minggu Ke- Minggu 3
Rata-rata Jumlah Daun Minggu Ke- Minggu 4
Rata-rata Jumlah Daun Minggu Ke- Minggu 5
32
pada murbei dengan pupuk yang berbeda, dengan pemberian pupuk NPK yang
paling tinggi pengaruhnya terhadap pertumbuhan daun.
Tabel 16. Hasil Uji BNSRata-rata Jumlah Daun Murbei Pada Umur Minggu Kelima
No Perlakuan
Rata-rata Pertumbuhan
Jumlah Daun Murbei
ω0.05
(8.13)
1 Kontrol (P0) 145 a
2 pupuk NPK (P1) 180 d
3 pupuk ZA (P2) 164 c
4 pupuk Organik (P3) 162 bc
5 pupuk Jepang (P4) 158 bc
6 Kotoran ayam (P5) 154 ab
Sumber: Data Primer Telah Diolah 2020
Pada Tabel 16 diatas dapat disimpulkan bahwa hasil uji lanjut BNJ rata-rata
jumlah daun murbei menunjukkan perlakuan P3 dan P4 tidak berbeda nyata
pengaruhnya dan berbeda nyata dengan dengan perlakuan P0, P1, P2 dan P5.
33
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Rata-rata Jumlah tunas murbei dengan perlakuan jenis pupuk menunjukkan
bahwa perlakuan pemberian Pupuk yang paling berpengaruh terhadap peningkatan
jumlah tunas dan paling banyak yaitu perlakuan dengan pupuk NPK sedangkan
rata-rata yang terendah jumlah tunas yaitu pada murbei sebagai kontrol atau tanpa
menggunakan pupuk.Rata-rata Jumlah daun murbei dengan perlakuan jenis pupuk
menunjukkan bahwa perlakuan pemberian Pupuk yang paling berpengaruh
terhadap peningkatan jumlah daun dan paling banyak yaitu perlakuan dengan
pupuk NPK sedangkan rata-rata yang terendah jumlah daunnya yaitu pada murbei
sebagai kontrol atau tanpa menggunakan pupuk. Perlakuan pemberian pupuk yang
paling berpengaruh pada murbei dengan jumlah tunas dan daun yang paling banyak
yaitu perlakuan dengan pemberian pupuk NPK.
6.2. Saran
Saran untuk penelitian lanjutan dengan perlakuan pemberian pupuk agar lebih
bervariasi lagi untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan murbei baik
jumlah mata tunas maupun jumlah daun yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
34
Andadari, L. 2005. Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam: Vol. II No 2 ;
Halaman 149 – 156.
Andadari, L. 2007. Pengaruh Jenis pakan (murbei) terhadap rendemen
pemeliharaan dan mutu kokon ulat sutra (bombix mori L). Buletin
penelitian Hutan. 616 : 13-25.
Atmosoedarjo S, Kartasubrat J, Kaomini M, Saleh W, Moerdoko W, Pramoedibyo,
Ranoeprawiro S. 2000. Sutera Alam Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan
Sarana Wana Jaya.
Dalimartha, s. 2000. Atlas Tumbuhan Obat, cetakan VI, Jakarta,PT. Pustaka
Pembangunan Swadaya Nusanmtara, hal. 90.
Dalimartha, S., 2002, Ramuan Tradisioal Untuk pengobatan Kanker, Penebar
Swadaya : Jakarta.
Hading, 2014. Kandungan Protein Kasar, Lemak Kasar, Serat Kasar dan Bent
Silase Pakan Lengkap Berbahan Dasar Rumput Gajah dan Biomassa
Murbei. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Lingga, P dan Marsono., 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta
Peraturan Menteri Kehutanan No. 35/Menhut-II/2007, Tentang Hasil Hutan Bukan
Kayu. Jakarta.
Rachmawati. 2017. Pengaruh Ph Tanah dan Pupuk NPK terhadap
pertumbuhan.Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Jawa Timur.
Raksun, A., L. Japa & I.G. Mertha (2019). Aplikasi Pupuk Organik dan NPK untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Vegetatif Melon (Cucumis melo L.). Jurnal
Biologi Tropis, 19 (1): 19 – 24
Undang – Undang tentang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999.
35
LAMPIRAN
36
Lampiran 1. Data Menta Pengamatan Jumlah Tunas Murbei
Perlakuan Ulangan Minggu
0
Minggu
1
Minggu
2
Minggu
3
Minggu
4
Minggu
5
Kontrol (P0)
1 0 14 21 25 33 39
2 0 9 15 30 37 46
3 0 8 17 25 29 38
4 0 10 18 23 27 34
5 0 9 15 22 29 36
Rata-rata 0 10 17 25 31 39
Pupuk NPK
(P1)
1 0 26 37 46 51 73
2 0 28 35 48 56 67
3 0 21 32 39 48 62
4 0 19 31 42 51 63
5 0 27 34 44 53 65
Rata-rata 0 24 34 44 52 66
Pupuk ZA
(P2)
1 0 20 29 37 48 61
2 0 23 31 42 50 63
3 0 19 30 39 47 59
4 0 24 35 43 52 64
5 0 21 31 41 50 62
Rata-rata 0 21 31 40 49 62
Pupuk
Organik (P3)
1 0 16 23 33 41 55
2 0 16 26 35 46 60
3 0 14 22 30 37 53
4 0 18 27 38 47 57
5 0 15 24 32 43 54
Rata-rata 0 16 24 34 43 56
Pupuk
Jepang (P4)
1 0 14 23 31 43 53
2 0 13 22 31 41 51
3 0 15 22 30 37 47
4 0 12 20 28 35 44
5 0 16 23 32 44 55
Rata-rata 0 14 22 30 40 50
Kotoran
Ayam (P5)
1 0 11 21 30 40 48
2 0 13 24 31 41 51
3 0 10 21 30 40 50
4 0 15 23 31 42 53
5 0 14 21 28 36 47
Rata-rata 0 13 22 30 40 50
37
Lampiran 2. Data Menta Pengamatan Jumlah Daun Murbei
Perlakuan Ulangan Minggu
2
Minggu
3
Minggu
4
Minggu
5
Kontrol (P0)
1 112 123 137 153
2 98 115 127 147
3 105 117 132 149
4 109 121 135 152
5 96 112 125 145
Rata-rata 104 118 131 149
Pupuk NPK
(P1)
1 144 155 169 183
2 142 153 167 182
3 140 151 164 179
4 139 150 162 177
5 142 154 166 180
Rata-rata 141 153 166 180
Pupuk ZA
(P2)
1 128 139 148 159
2 134 146 157 166
3 132 143 154 162
4 135 149 162 169
5 133 145 156 164
Rata-rata 132 144 155 164
Pupuk
Organik (P3)
1 125 136 147 162
2 126 139 152 166
3 123 133 145 157
4 129 142 157 169
5 123 135 144 155
Rata-rata 125 137 149 162
Pupuk Jepang
(P4)
1 123 132 142 157
2 121 130 142 155
3 123 135 145 161
4 119 126 138 153
5 124 137 148 164
Rata-rata 122 132 143 158
Kotoran
Ayam (P5)
1 118 125 138 151
2 122 131 145 157
3 119 127 142 155
4 121 128 143 158
5 117 124 136 148
Rata-rata 119 127 141 154
38
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan.
Proses Pemupukan Tanaman Murbei
39
Pertumbuhan Daun Murbei yang Telah Dipupuk
40
Proses Pengamatan Tunas dan Daun Murbei
41
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Rantelimbong 01 Januari 1997. Penulis
merupakan buah hati dari pasangan Usman dan Anning.
Jenjang pendidikan penulis yang ditempuh yaitu masuk ke
SDN 130 Rantelimbong tahun 2003 sampai 2009. Kemudian
pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di
MTs Buntu Barana dan tamat pada tahun 2012. Kemudian pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan di MA Buntu Barana dan tamat pada tahun 2015.
Kemudian pada tahun 2015 penulis lulus pada Jurusan Kehutanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar program strata 1 (S1) dan akan
menyelesaikan studinya pada tahun 2020 dengan judul “Pengaruh Pemupukan
Terhadap Pertumbuhan Murbei di Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan
Lingkungan (BPSKL) Wilayah Sulawesi Desa Bili-Bili Kecamatan Bonto Marannu
Kabupaten Gowa”.