PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN
MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN
PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
UNTUK SISWA KELAS III A SDN PETINGGEN
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Yuliana Reni Restriani
NIM: 131134083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN
MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN
PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
UNTUK SISWA KELAS III A SDN PETINGGEN
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Yuliana Reni Restriani
NIM: 131134083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Karya tulis berupa skripsi ini dengan tulus kupersembahkan untuk Tuhan
Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa selalu menyertai dan memberkati
seluruh keluargaku. Kedua Orangtuaku, Almh. Bapak Agustinus Sumbana dan
Ibu Florentina Tri Irianti yang senantiasa tidak kenal lelah untuk berjuang
membesarkan, mendidikk dengan penuh cinta kasih, dan selalu memberi doa restu
kepadaku. Tanteku, Veronica Inti Purianti yang selalu memberiku dukungan,
semangat dan bentuan dalam kuliahku. Kakak perempuanku Agustina Sari Dewi
dan Kakak Iparku Junico Fareta yang selalu memberikan aku inspirasi, semangat
dan membantu dalam kuliahku. Kakakku Andreas Vata Dwi Kusuma yang selalu
memberiku motivasi, dan semangat. Keluarga besarku yang senantiasa
memdidikk memberi semangat, dan doa restu.
Sahabat-sahabatku yang senantiasa memberi dukungan, semangat, dan
pengorbanan sehingga karyaku ini dapat terselesaikan dengan baik, teman-teman
PGSD USD angkatan 2013 yang senantiasa memberikan dukungan, semangat,
dan doa selama menempuh studi di PGSD USD. Alamamaterku tercinta
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, terimakasih banyak sudah mendidikku
hingga menjadi seperti sekarang, karya ini adalah sumbangsih yang sungguh-
sungguh kukerjakan dengan sepenuh hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“ GOD, has the amazing most plan for you, trust him. ”
“Y. R. Restriani”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Juni 2017
Peneliti
Yuliana Reni Restriani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yuliana Reni Restriani
Nomor Mahsiswa : 131134083
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN
MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PENDEKATAN
PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS III A
SDN PETINGGEN YOGYAKARTA
Dengan demikian, saya mengijinkan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 15 Juni 2017
Yang menyatakan
Yuliana Reni Restriani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN
MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PENDEKATAN
PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS
III A SDN PETINGGEN YOGYAKARTA
Yuliana Reni Restriani
Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini diawali dengan kegiatan observasi mengenai permasalahan
lingkungan di SDN Petinggen Yogyakarta. Hasil observasi menunjukkan bahwa
siswa SDN Petinggen Yogyakarta menggunakan energi listrik secara berlebihan
yaitu dengan menyalakan lampu dan kipas angin dari awal hingga akhir
pembelajaran dan lupa mematikannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui cara mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran menghemat
energi listrik dan mengetahui kualitas penggunaannya. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian dan pengembangan (Research and development). Penelitian
ini menggunakan 5 langkah pengembangan bahan menurut Tomlinson yang
meliputi (1) analisis kebutuhan, (2) desain, (3) implementasi, (4) evaluasi, dan (5)
revisi. Modul ini disusun dan disesuaikan dengan sepuluh prinsip pengembangan
bahan menurut Tomlinson. Subjek penelitian ini yaitu 9 siswa kelas III A SDN
Petinggen Yogyakarta.
Perangkat pembelajaran dan modul materi yang sudah dibuat oleh peneliti
sebelum diterapkan atau diimplementasikan telah melalui dievaluasi atau
divalidasi oleh ahli IPA, ahli bahasa, dan guru kelas III A. Berdasarkan hasil dari
validasi perangkat pembelajaran dan modul mendapatkan skor rata-rata, 3,50 dan
3,63 dari skala 4, sehingga perangkat pembelajaran dan modul materi
mendapatkan kategori “layak” untuk diimplementasikan pada kelas III dengan
perbaikan berdasarkan masukan dari para ahli dan guru kelas. Penggunaan produk
berupa modul pembelajaran “Menghemat Energi Listrik” yang dikembangkan
sudah memenuhi 11 prinsip pengembangan materi milik Tomlinson yaitu (1)
materi memiliki pengaruh bagi pembelajar, (2) materi membuat pembelajar
merasa nyaman, (3) materi mengembangkan kepercayaan diri, (4) materi relevan
bagi pembelajar, (5) materi membuat pembelajar tertarik, (6) materi memberikan
penjelasan, (7) materi menyedikan kesempatan berkomunikasi dengan aktif, (8)
materi mempertimbangkan gaya belajar siswa yang berbeda, (9) materi
memperhatikan sikap afektif yang berbeda, (10) materi memberdayakan
kemampuan intelektual, emosional, dan menstimulasi otak kanan dan kiri, dan
(11) materi menyediakan terwujudnya feedbeck.
Kata kunci: pengembangan, perangkat, modul, menghemat energi listrik,
paradigma pedagogi reflektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL PEMBELAJARAN
MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN PENDEKATAN
PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA KELAS
III A SDN PETINGGEN YOGYAKARTA
Yuliana Reni Restriani
Sanata Dharma University
2017
This research began with observations about the problems conditions in
SDN Petinggen Yogyakarta. The observations result showed that SDN Petinggen
Yogyakarta students used the electricity too much. They turned on the lamp and
the fan from the beginning until the end of the learning process. In the end of the
learning process, they forgot to turn off it. This research aimed to know the
process of developing the learning device, to know the process of developing the
safe electricity module, and to know the use of its quantity. This research used
Research and Development (R&D) as the research method. According to
Tomlinson there were five steps that used to develop the materials. The steps were
(1) needs analysis, (2) design, (3) implementation, (4) evaluation, and (5)
revision. The researcher used ten principles from Tomlinson to develop the
learning materials. The research participants were nine students of third grade of
SDN Patinggen Yogyakarta.
Before implementing the materials, the researcher did the materials
validation or evaluation to the evaluator. The evaluators were a scientis, a
linguist, and a teacher of third grade. Based on the evaluation result, the mean
range score was 3.50 and 3.63 of 4. So, the materials were categorizing “proper”
to implement for third grade students by revising based on the suggestions from
the evaluators. The used of “Menghemat Energi Listrik” materials have consisted
of eleven principles from Tomlinson. The principles were (1) the materials have
influence for the students, (2) the materials make the students happy and feel
comfortable, (3) the materials can develop their self-confident, (4) the materials
relevant for the students, (5) the materials can attract the students’ attention, (6)
the materials give explanation, (7) the materials provide a chance for the students
to have communication with others, (8) the materials consider to the differences
of the learning styles, (9) the materials give attention for the differences of
affective attitude, (10) the materials empower to the intellectual skill, emotional
skill, and stimulate the right and left brain, and (11) the materials provide
feedback.
Keywords: development, device, module, save electrical energy, the paradigm
reflective pedagogy.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat kesehatan dan keselamatan yang senantiasa diberikan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tanggungjawab untuk menyusun tugas akhir atau skripsi
dengan judul: PENGEMBANGAN PERANGKAT DAN MODUL
PEMBELAJARAN MENGHEMAT ENERGI LISTRIK BERDASARKAN
PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF UNTUK SISWA
KELAS III A SDN PETINGGEN YOGYAKARTA. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis
mendapat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara
langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Rohandi,
Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma,
Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Ketua Progaram Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma, Bapak Apri Damai Sagita Krissandi,
S.S., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sanata Dharma, Ibu Eny Winarti, Ph.D. dan Ibu Wahyu Wido Sari,
M.Biotech. yang senantiasa membimbing, memdidik, memberi semangat dan
dukungan sehingga skripsi ini sapat terselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kepala Sekolah dan Guru
kelas I hingga kelas VI SDN Petinggen Yogyakarta, yang senantiasa memberikan
bantuan dan bimbingan sema penulis melaksanakan PPL dan penelitian. Ucapan
terimakasih juga disampaikan kepada seluruh siswa kelas III A tahun ajaran
2016/2017 yang senantiasa penulis cintai dan banggakan, yang telah mendukung
dan berpartisipasi aktif dalam melam melaksanakan setiap kegiatan yang
diharapkan oleh penulis, Bapak dan Ibu Dosen PGSD USD yang senantiasa
mendidik dan membimbing penulis selama menempuh ilmu di PGSD, serta
seluruh karyawan dan karyawati Sekertariat PGSD USD yang telah memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
bantuan dan bimbingan baik dalam hal administrasi dan teknis pelaksanaan setiap
hal yang menjdi kebutuhan penulis.
Terakhir kali tanpa mengurangi rasa hormat dan terimakasih, ucapan
terimakasih diberikan kepada sahabat-sahabatku yaitu Atika Sari, Dwila
Oktanuryani, Assa Prima Sekarini, Giadiolla Septi Pangesti, Aisyah Desmaniar,
Witanri Wiyantari dan Martinus Putu Ardi Kristianta yang saling melengkapi,
mendukung, memberi perhatian, waktu, tenaga, dan pikiran, dalam proses
menuntaskan tanggung jawab sebagi Mahasiswa PGSD USD, teman-teman
Payung Emansipatoris yang senantiasa memberikan bantuan, semangat serta
dukungan, dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam karya
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Semoga karya ini dapat menjadi berkah dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Peneliti
Yuliana Reni Restriani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .....................................................................................v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARTA ..................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................. vii
ABATRAK ................................................................................................... viii
ABSTRACK .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .....................................................................................x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR BAGAN .........................................................................................xv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah .........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................8
1.5 Spesifikasi Produk ..................................................................................9
1.6 Definisi Oprasional...............................................................................10
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................12
2.1 Kajian Pustaka ......................................................................................12
2.1.1 Penelitian dan pengembangan (Research and Development) .......12
2.1.2 Perangkat Pembelajaran................................................................13
2.1.3 Modul ............................................................................................19
2.1.4 IPA ................................................................................................24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.1.5 Paradigma Pedagogi Reflektif ......................................................26
2.1.6 Pendidikan Emansipatoris ............................................................31
2.1.7 Energi Listrik ................................................................................35
2.2 Penelitian yang Relevan .......................................................................36
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................42
2.4 Pertanyaan Penelitian ...........................................................................44
BAB III METODE PENELITIAN ..............................................................45
3.1 Jenis Penelitian .....................................................................................45
3.2 Setting Penelitian ..................................................................................47
3.2.1 Tempat Penelitian .........................................................................47
3.2.2 Subjek Penelitian ..........................................................................47
3.2.3 Objek Penelitian............................................................................47
3.2.4 Waktu Penelitian ...........................................................................48
3.3 Prosedur Pengembangan ......................................................................48
3.3.1 Analisis Kebutuhan .......................................................................50
3.3.2 Desain ..........................................................................................51
3.3.3 Implementai ..................................................................................52
3.3.4 Evaluasi.........................................................................................52
3.3.5 Revisi ............................................................................................52
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................53
3.4.1 Observasi ......................................................................................53
3.4.2 Wawancara ...................................................................................53
3.4.3 Kuesioner ......................................................................................54
3.5 Instrumen Penelitian .............................................................................54
3.5.1 Pedoman Observasi ......................................................................55
3.5.2 Pedoman Wawancara....................................................................55
3.5.3 Kuesioner ......................................................................................56
3.6 Teknik Analisi Data ..............................................................................60
3.6.1 Data Kualitatif ..............................................................................60
3.6.2 Data Kuantitatif ............................................................................60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................63
4.1 Hasil Penelitian .....................................................................................63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.1.1 Proses Pengembangan Perangkat dan Modul Pembelajaran ............63
4.1.1.1 Analisis Kebutuhan .....................................................................63
4.1.1.1.1 Observasi ................................................................................64
4.1.1.1.2 Wawancara .............................................................................65
4.1.1.1.3 Penyebaran Kuesioner .............................................................67
4.1.1.2 Desain ..........................................................................................69
4.1.1.3 Implementasi ...............................................................................82
4.1.1.4 Evaluasi .......................................................................................85
4.1.1.5 Revisi ...........................................................................................98
4.2 Pembahasan ........................................................................................103
4.2.1 Perangkat dan Modul Pembelajaran Dikembangkan Berdasar
Pada 5 Langkah dan 11 Prinsip Pengembangan Bahan Ajar
Menurut Tomlinson .....................................................................103
4.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Perangkat dan Modul
Pembelajaran ..............................................................................105
BAB V PENUTUP .......................................................................................107
5.1 Kesimpulan .........................................................................................107
5.2 Keterbatasan .......................................................................................109
5.3 Saran ...................................................................................................109
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................110
LAMPIRAN .................................................................................................112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Penelitian terdahulu yang relevan .................................................... 41
Bagan 3.1 Prosedur pengembangan perangkat dan modul pembelajaran ......... 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi observasi ............................................................................. 55
Tabel 3.2 Pedoman wawancara dengan Guru kelas III A ................................. 56
Tabel 3.3 Pedoman wawancara dengan Siswa kelas III A................................ 56
Tabel 3.4 Kisi-kisi kuesioner Guru terbuka ...................................................... 57
Tabel 3.5 Kisi-kisi kuesioner Siswa terbuka ..................................................... 57
Tabel 3.6 Aspek penilaian perangkat pembelajaran ......................................... 58
Tabel 3.7 Aspek penilaian modul pembelajaran ............................................... 58
Tabel 3.8 Instrumen kuesioner uji coba produk ................................................ 59
Tabel 3.9 Tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif ..................................... 61
Tabel 3.10 Tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif ................................... 62
Tabel 4.1 Hasil analisis kebutuhan siswa .......................................................... 68
Tabel 4.2 Hasil validasi perangkat pembelajaran ............................................. 77
Tabel 4.3 Hasil validasi modul pembelajaran ................................................... 77
Tabel 4.4 Komentar ahli IPA dan revisian ........................................................ 78
Tabel 4.5 Komentar ahli Bahasa dan Revisian ................................................. 80
Tabel 4.6 Rekapitulasi Penilaian Perangkat dan Modul pembelajaran oleh
Ahli IPA, Ahli Bahasa, dan Guru Kelas III ..................................... 81
Tabel 4.7 Hasil penilaian siswa terhadap kualitas modul ................................. 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Cover modul .................................................................................. 70
Gambar 4.2 Panduan bereksperimen................................................................. 72
Gambar 4.3 Kegiatan eksperimen ..................................................................... 72
Gambar 4.4 Refleksi.......................................................................................... 73
Gambar 4.5 Konten modul ................................................................................ 73
Gambar 4.6 Kegiatan individu .......................................................................... 75
Gambar 4.7 Kegiatan kelompok ....................................................................... 75
Gambar 4.8 Kegiatan eksperimen dan pengamatan .......................................... 76
Gambar 4.9 Evaluasi ......................................................................................... 76
Gambar 4.10 Aksi ............................................................................................. 76
Gambar 4.11 Komentar dan saran ahli IPA ...................................................... 79
Gambar 4.12 Komentar dan saran ahli Bahasa ................................................. 81
Gambar 4.13 Pelaksanaan Implementasi .......................................................... 85
Gambar 4.14 Siswa melakukan ekperimen ....................................................... 93
Gambar 4.15 Siswa menuliskan kegiatan ekperimen ....................................... 93
Gambar 4.16 Siswa berdiskusi .......................................................................... 95
Gambar 4.17 Siswa mengerjakan kegiatan individu ......................................... 97
Gambar 4.18 Siswa mengerjakan kegiatan kelompok ...................................... 97
Gambar 4.19 Rincian kegiatan inti RPPH nomor 5 dan 6 sebelum direvisi ..... 98
Gambar 4.20 Rincian kegiatan inti RPPH nomor 5 dan 6 setelah direvisi ....... 98
Gambar 4.21 Rincian kegiatan inti RPPH nomor 11 sebelum direvisi ............ 99
Gambar 4.22 Rincian kegiatan inti RPPH nomor 11 setelah direvisi .............. 99
Gambar 4.23 Langkah kegiatan nomor 2 sebelum direvisi............................. 101
Gambar 4.24 Langkah kegiatan nomor 2 setelah direvisi ............................... 101
Gambar 4.25 Eksperimen sebelum direvisi .................................................... 102
Gambar 4.26 Ekperimen setelah direvisi ........................................................ 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat ijin penelitian ...................................................................... 113
Lampiran 2 Surat keterangan penelitian ......................................................... 114
Lampiran 3 Hasil analisi kebutuhan Guru ...................................................... 115
Lampiran 4 Hasil analisi kebutuhan Siswa ..................................................... 117
Lampiran 5 Validasi produk ahli IPA ............................................................. 119
Lampiran 6 Validasi produk ahli Bahasa ........................................................ 124
Lampiran 7 Valisdasi produk Guru ................................................................. 129
Lampiran 8 Lembar instrumen validasi siswa ................................................ 134
Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian di SDN Petinggen Yogyakarta…….....136
Lampiran 10 Poster hasil karya siswa ............................................................. 137
Lampiran 11 Curriculum vitae ........................................................................ 140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Masalah, (3)
Tujuan Penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Definisi Operasional, (6) Spesifikasi
Produk yang Diharapkan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Setiap orang
berusaha untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Orang
berpendapat bahwa pendidikan yang diterima dapat mengembangkan
potensinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1, dijelaskan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (dalam Permendikbud No 65 Tahun 2013). Agar
pendidikan dapat diterima dan terlaksana dengan baik maka guru sebagai pendidik
perlu mengembangkan perangkat pembelajaran supaya pembelajaran yang akan
diajarkan dapat berjalan dengan baik.
Perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang dipergunakan dalam
proses pembelajaran (Trianto, 2010: 96). Setiap guru di setiap satuan pendidikan
diwajibkan untuk menyusun perangkat pembelajaran supaya proses pembelajaran
yang ingin diajarkan dapat berjalan dengan baik dan menarik bagi siswa.
Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
mengajar dapat berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Selain membutuhkan perencanaan yang baik, pembelajaran juga membutuhkan
sumber belajar yang dapat membantu dan mempermudah siswa untuk belajar
secara mandiri. Salah satu sumber belajar tersebut adalah modul pembelajaran.
Dalam menyusun perangkat dan modul pembelajaran tersebut biasanya guru akan
menggunakan pendekatan sebagai pedomannya. Salah satu pendekatan yang ada
adalah pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR).
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah cara pandang tentang
pendidikan di sekolah yang menekankan pada pengembangan, pengintegrasian
usaha penumbuhan nilai-nilai kemanusiaan dan pengembangan kompetensi siswa
melalui pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Penumbuhan nilai-nilai
kemanusiaan dilakukan sesuai konteks siswa dan materi pelajaran, serta melalui
mekanisme pemberian pengalaman refleksi dan perwujudan aksi serta evaluasi.
Dinamika pelaksanaan PPR meliputi 5 siklus yaitu konteks, pengalaman, refleksi,
aksi, dan evaluasi. Selain 5 siklus tersebut, tujuan dari pembelajaran PPR
terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan pembelajaran. Ketiga unsur tersebut
adalah competence, conscience, dan compassion. Competence merupakan
kemampuan secara kognitif atau intelektual, conscience ialah kemampuan afektif
dalam menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara
moral, sedangkan compassion adalah kemampuan dalam psikomotor yang berupa
tindakan konkret maupun batin disertai sikap bela rasa bagi sesama (Subagya,
2010: 23-24).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang
terdapat di jenjang Sekolah Dasar yang mempelajari tentang fenomena alam dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dapat diperoleh dengan menggunakan metode observasi. Pembelajaran IPA
berhubungan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Adanya pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pada
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar siswa diajak untuk mempelajari tentang
materi IPA yang masih sederhana. Salah satu materi tersebut adalah tentang cara
menghemat energi listrik.
Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang sangat penting dan
menjadi kategori kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan bagi kehidupan
umat manusia di era globalisasi ini selain makanan dan pakaian. Hal ini terjadi
karena hampir semua kebutuhan manusia yang berkaitan dengan peralatan
menggunakan listrik sebagai energinya. Sebut saja kipas angin, televisi, mesin
cuci, bahkan pengaduk adonan kue. Secara garis besar, energi listrik dapat
diartikan sebagai salah satu faktor terpenting bagi kehidupan manusia sebab tak
sedikit sekali peralatan yang biasa kita gunakan menggunakan listrik sebagai
sumber energinya.
Seiring berkembangan zaman yang semakin modern, permintaan akan
energi listrik di seluruh dunia semakin meningkat. Di sisi lain, perkembangan
teknologi yang terjadi mulai memunculkan beban listrik baru yang menyebabkan
semakin banyaknya energi listrik yang dibutuhkan. Banyaknya energi yang
dibutuhkan tersebut maka mengakibatkan manusia untuk menggunakan energi
listrik secara berlebihan. Tindakan manusia dalam menggunakan energi tersebut
dapat berupa menyalakan lampu, TV, kipas angin dan alat elektronik lainnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
secara bersamaan dan lupa untuk mematikannya. Penggunaan energi listrik secara
berlebihan tersebut akan menibulkan dampak negatif kehidupan manusia, seperti
global warming, biaya yang dikeluarkan untuk membayak penggunaan energi
listrik akan semakin banyak, dan pekerjaan manusia akan terganggung karena
tidak adanya energi listrik.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti selama PPL pada
guru kelas III A di SDN Petinggen pada tanggal 12 Oktober 2016, dapat diketahui
secara garis besar latarbelakang sosial dan ekonomi siswa-siswi SDN Petinggen
adalah menengah kebawah. Hal tersebut dapat terlihat dari 30 siswa, 75%
orangtua siswa bekerja menjadi wiraswasta dengan berdagang burjonan, penjual
makanan, tukang parkir, satpam dan lain-lain. Dan sisanya 25% pekerjaan
orangtua mereka menjadi PNS.
Peneliti juga melakukan observasi yang dilaksanakan pada bulan Juli
sampai Oktober 2016 peneliti mendapatkan fakta bahwa siswa masih
menggunakan energi lisrtik secara berlebihan dengan menyalakan lampu dan
kipas angin dari awal hingga akhir pembelajaran bahkan sampai lupa
mematikannya dan jika diingatkan untuk mematikaanya mereka malas untuk
melakukannya. Permasalahan tersebut terjadi di semua kelas akibatnya di sekolah
mati listrik sering terjadi sampai 3 kali sehari hal itu disebabkan karena energi
listrik yang digunakan tidak seimbang atau melebihi daya listrik yang ada di
sekolah. Penggunaan energi listrik tersebut juga menimbulkan dampak akan
tingginya biaya yang dikeluarkan, maka semakin banyak enegi listrik yang
digunakan semakin banyak juga biaya yang akan dikeluarkan. Hal ini akan
berdampak pada orang tua siswa yang secara garis besar latarbelakang sosial dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
ekonominya adalah menengah kebawah. Dan saat melakukan wawancara peneliti
menemui bahwa siswa tidak tahu tentang dampak menggunakan energi listrik
secara berlebihan dan kurang tahu bagaimana cara untuk menghemat energi
listrik.
Peneliti juga melakukan observasi tentang proses pembelajaran di kelas
dan wawancara dengan guru di SD Negeri Petinggen Yogyakarta, tentang
perangkat dan sumber pembelajaran yang digunakan di sekolah. Saat melakukan
observasi peneliti menemui bahwa selama proses pembelajaran guru lebih banyak
memberikan materi kepada siswa dan hampir 3-4 kali memberikan tugas kepada
siswa untuk mengerjakan LKS. Hasil wawancara peneliti menemui bahwa guru
memang sudah membuat perangkat pembelajaran, namun perangkat pembelajaran
tidak dibuat secara lengkap dengan menuliskan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran secara rinci dan kurang menarik karena metode pembelajaran yang
digunakan hanya sebatas ceramah, diskusi dan tanya jawab. Selain itu, guru hanya
menggunakan buku dan LKS yang disediakan dari pemerintah sebagai penunjang
pembelajaran. Hal itu juga diperkuat dengan hasil penyebaran kuesioner untuk
siswa yang dilakuan peneliti dan menemui bahwa sebagian besar siswa
memerlukan pembelajaran yang membuat mereka berpikir, memerlukan
pembelajaran yang sesuai dengan lingkungannya, dan memerlukan modul
pembelajaran yang dapat mempermudah mereka mengikuti pembelajaran dan
membuat mereka mandiri. Siswa juga menyatakan meyukai pembelajaran yang
menghargai mereka sebagi manusia dan mengajak mereka untuk berpikir kritis.
Dari hasil pengamatan dan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
siswa mengalami kesulitan untuk menerapkan materi IPA tentang cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
menghemat energi listrik. Hal ini dikarenakan informasi yang didapatkan oleh
siswa ketika pembelajaran hanya ditransfer dari guru, jadi guru menjelaskan
materi tersebut dan siswa mendengarkan. Siswa juga kurang diberikan
pengetahuan yang konkrit, jarang untuk diajak melakukan eksperimen dan
mengamati lingkungan sekitar. Pembelajaran yang demikian membuat siswa
kesulitan untuk memahami isi materi. Oleh karena itu, peneliti akan
mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran dengan memilih Standar
Kompetensi (SK) 5. Menerapkan energi gerak dan Kompetensi Dasar (KD) 5.2
Menerapkan cara menghemat energi dalam kehidupan sehari-hari. SK dan KD
tersebut dipilih peneliti karena dalam SK dan KD tersebut mencakup materi
menghemat energi listrik sesuai dengan permasalahan yang ditemui.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan
penelitian dan pengembangan (Research and Development). Prosedur
pengembangan materi dan prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson
(dalam Harsono, 2015) akan digunakan untuk menyusun sebuah materi
pembelajaran dikarenakan peneliti akan memfokuskan pengembangan modul
pembelajaran. Tomlinson merupakan salah satu ahli terkemuka di dunia pada
pengembangan materi untuk pembelajaran bahasa (Aneheim University, 2016).
Pengembangan materi menurut Tomlinson dimaksudkan untuk mengembangkan
bahan-bahan apapun yang dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan
pembelajaran. Materi tersebut dapat berupa buku teks, buku kerja (LKS), kaset,
CD-ROM, DVD, video, handout, dan dari internet (Tomlinson, 2005).
Peneliti akan mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran
berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Pedekatan PPR ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dipilih karena PPR memiliki polapikir dalam menumbuhkembangkan pribadi
siswa menjadi pribadi kristiani/kemanusiaan. Pola pikir dalam PPR bertujuan
untuk membentuk pribadi siswa dengan menggunakan 3 unsur utama PPR, yaitu
pengalaman, refleksi, dan aksi. Siswa akan diberi pengalaman akan suatu nilai
kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan pertanyaan agar merefleksikan
pengalaman tersebut, dan siswa difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa
membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai. Melalui pola pikir tersebut siswa
diharapkan mengalami sendiri (bukan hanya mendapatkan informasi karena diberi
tahu) (Tim PPR kanisius, 2008).
Dengan mengunakan mengembangkan perangkat dan modul pembelajaran
berdasarkan pendekatan PPR diharapkan siswa akan mendapatkan pembelajaran
yang menarik dan menimbulkan dampak yang positif bagi siswa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah sebagai
berikut:
1.2.1 Bagaimana langkah-langkah atau prosedur pengembangan perangkat dan
modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan
Paradigma Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III A di SDN Petinggen
Yogyakarta?
1.2.2 Bagaimana deskripsi kualitas perangkat dan modul pembelajaran
menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi
Reflektif untuk siswa kelas III A di SDN Petinggen Yogyakarta?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.3.1 Mendeskripsikan langkah-langkah atau prosedur pengembang perangkat
dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan
Paradigma Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III A di SDN Petinggen
Yogyakarta
1.3.2 Mendeskripsikan kualitas perangkat dan modul pembelajaran menghemat
energi listrik berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk
siswa kelas III A di SDN Petinggen Yogyakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Bagi Peneliti
Peneliti mampu melakukan penelitian pengembangan dengan
menghasilkan produk berupa perangkat dan modul materi menghemat
energi listrik berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk
siswa kelas III A di SDN Petinggen Yogyakarta.
1.4.2 Bagi Guru
Guru mendapatkan pengalaman baru tentang perangkat pembelajaran yang
dibuat dengan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif
dan mendapatkan salah satu sarana belajar berupa modul pembelajaran
menghemat energi listrik yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran di kelas III A Sekolah Dasar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.4.3 Bagi Siswa
Siswa mendapatkan model pembelajaran yang membuatnya aktif dan
mandiri dalam menyelesaikan masalah dan siswa belajar dari lingkungan
sekitarnya.
1.4.4 Bagi Sekolah
Sekolah mendapatkan wawasan baru tentang pengembangan perangkat
pembelajaran berbasis pendekatan paradigma pedagogi reflektif dan
pengembangn modul pembelajaran IPA yang dapat mengoptimalkan
kegiatan belajar mengajar.
1.5 Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian dan
pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Produk yang dikembangkan berupa perangkat dan modul pembelajaran
berdasakan hasil analisis kebutuhan berupa visi dan misi sekolah, latar
belakan siswa dan permasalahan yang ditemukan di sekolah.
1.5.2 Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa silabus dan RPP yang
disusun dengan mengintegrasi pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif
(PPR) dan Pendidikan Emansipatoris.
1.5.3 Modul pembelajaran yang dikembangkan berisikan tujuan, pengenalan
terhadap topik informasi tentang kegiatan belajar, alat yang digunakan,
kegiatan pembelajaran (yang berisikan petunjuk kegiatan eksperimen dan
pertanyaan untuk siswa setelah melakukan eksperiman), refleksi dan
evaluasi, serta disusun dengan mengintegrasi 11 prinsip pengembangan
materi menurut Tomlinson.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1.5.4 Perangkat dan modul pembelajaran ini akan dikembangkan sebagai sarana
dalam pembelajaran pada mata pelajaran IPA (SK) 5. Menerapkan energi
gerak, Kompetensi Dasar (KD) 5.2 Menerapkan cara menghemat energi
dalam kehidupan sehari-hari untuk siswa kelas III A SDN Petinggen
Yogyakarta.
1.5.5 Modul pembelajaran dilengkapi gambar yang menarik untuk memperjelas
langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran serta untuk menarik
perhatian siswa.
1.6 Definisi Operasional
Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah:
1.6.1 Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran adalah perangkat yang dipergunakan dalam proses
pembelajaran yang dapat berupa silabus, Recana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, dan Lembar Kerjas Siswa
(LKS).
1.6.2 Modul
Modul adalah sumber belajar berupa buku yang ditulis dengan tujuan agar
siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru dan
dapat digunakan guru untuk mempermudah dalam proses pembelajaran.
1.6.3 Energi Listrik
Energi listrik merupakan energi utama yang dibutuhkan untuk menyalakan
peralatan yang membutuhkan listrik untuk menyalakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
1.6.4 Menghemat energi listrik
Menghemat energi listrik adalah usaha yang dilakukan untuk mengurangi
besarnya penggunaan energi listrik.
1.6.5 Paradigma Pedagogi Refeltif
Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pola pikir yang dipercaya
mampu menumbuhkembangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam diri siswa
yang diperoleh melalui 5 siklus, yaitu konteks, pengalaman, aksi, refleksi
dan evaluasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan (1) Kajian Pustaka (2) Penelitian yang
Relevan (3) Kerangka Berpikir dan (4) Pertanyaan Penelitian.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Penelitian dan Pengembangan (Research and Development, R&D)
Penelitian pengembangan atau yang lebih dikenal dengan R & D
merupakan suatu penelitian yang diarahkan untuk menghasilkan suatu produk,
desain maupun proses. Menurut Borg (dalam Sanjaya, 2013) penelitian
pengembangan ini merupakan model penelitian yang banyak digunakan untuk
pengembangan pendidikan. R & D sendiri menurutnya berkembang dalam
penelitian yang dilakukan oleh industri untuk menemukan suatu produk yang
dianggap cocok dengan kebutuhan masyarakat. Dalam dunia pendidikan R & D
mulai diperkenalkan oleh United States Office of Education, sebuah lembaga
pendidikan di Amerika pada tahun 1965 untuk mengembangkan produk, bahan
ajar dan prosedur dalam bidang pendidikan.
Sukmadinata (2008) berpendapat bahwa Research and Development
adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk
baru atau meyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pendapat ini sejalan dengan Soenarto (dalam Tegeh,
2014: xii) yang menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah upaya untuk
mengembankan dan menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat dan
atau strategi pembelajaran. Pengertian yang hampir sama juga dikemukakan oleh
Bord & Gall (1983) bahwa penelitian pengembangan sebagai usaha untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
mengembangan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam
pendidikan. Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penelitian pengembangan adalah upaya mengembangkan dan menghasilkan suatu
produk.
Dalam rangka meningkatkan kualitas produk pendidikan, Sentyasa (dalam
Tegeh, 2014: xiii) merincikan karakteristik penelitian dan pengembangan.
Pertama, masalah yang dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan
upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran. Kedua,
pengembangan model, pendekatan, dan metode pembelajaran serta media belajar
yang dikembangkan sebaiknya menunjang keefektifan pencapaian kompetensi
siswa. Ketiga, produk yang dikembangkan divalidasi melalui uji ahli dan uji
lapangan secara terbatas perlu dilakukan. Keempat, proses pengembangan perlu
didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sitematis.
Terdapat beberapa macam desain metode penelitian dan pengembangan
dari beberapa ahli seperti Borg & Gall (1983) dan Dick & Carey (2003). Dalam
penelitian ini peneliti berfokus pada pengembangan bahan ajar berupa modul
pembelajaran, sehingga peneliti menggunakan desain model penelitian
pengembangan materi menurut Brian Tomlinson. Tomlinson dianggap sebagai
ahli terkemuka pada pengembangan materi khususnya berkaitan dengan bahasa
(Aneheim University, 2016).
Terdapat 5 langkah utama dalam pengembangan materi menurut
Tomlinson (dalam Harsono, 2015). Pertama, analisis kebutuhan. Analisi
kebutuhan dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi hal yang
dibutuhkan. Analisis kebutuhan bertujuan sebagai pedoman dalam pengembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
materi. Tahap kedua adalan desain. Desain merupakan kegiatan dalam merincikan
hal-hal pokok yang diperlukan dalam pengembangan materi. Perincian hal pokok
pengembangan materi didasarkan pada hasil analisis kebutuhan. Tahap ketiga
adalah implementasi. Hasil perincian hal pokok dalam pengembangan materi
kemudian diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Tahap keempat yaitu
evaluasi. Hasil implementasi materi kemudian dievaluasi. Tahap kelima yaitu
revisi. Dasar dalam melakukan revisi adalah hasil evaluasi implementasi materi.
Tahap revisi ini merupakan tahap akhir pengembangan materi yang
memungkinkan terbentuknya materi yang layak digunakan.
Pengembangan materi menurut Brian Tomlinson (2005) merupakan segala
sesuatu yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk menunjang proses
pembelajaran bahasa. Materi atau bahan yang digunakan dapat berupa seperti
buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, DVD, video, handout, dan dari
internet, dan apa pun yang menyajikan suatu informasi (Tomlinson, 2005).
Terdapat 16 prinsip yang harus dicapai dalam pengembangan materi ini untuk
proses pembelajaran bahasa (Tomlinson, 2005: 7-22). Peneliti kemudian berfokus
pada 11 prinsip dari Tomlinson yang sesuai dengan penelitian ini.
Sebelas prinsip Tomlinson yang digunakan peneliti dalam
mengembangkan modul pembelajaran yaitu 1) materi harus mencapai dampak 2)
Materi harus membantu peserta didik untuk merasa nyaman, 3) materi harus
membantu peserta didik untuk mengembangkan kepercayaan diri, 4) materi yang
diajarkan harus relevan dan berguna bagi siswa, 5) materi harus diperlukan dan
memfasilitasi peserta didik dalam belajar, 6) materi yang dikembangkan terdapat
bagian-bagian yang dapat memfasilitasi siswa dalam belajar, 7) materi harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk dapat berkomunikasi dengan
aktif, 8) materi harus memperhatikan gaya belajar yang bebeda dalam diri masing-
masing siswa, 9) materi harus memperhitungkan sikap persrta didik yang berbeda-
beda, 10) materi dapat membantu pembelajar mengembangkan kemampuan
berpikir, pengelolaan emosi, estetika seni, dan menyediakan kegiatan yang
melatih otak kanan dan kiri peserta didik, 11) materi harus memberikan
kesempatan peserta didik untuk umpan balik hasil.
2.1.2 Perangkat Pembelajaran
Ibrahim (2003: 3) dalam buku “Model Pembelajaran Terpadu” Trianto
(2010: 96) menyatakan bahwa perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang
dipergunakan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, setiap guru di setiap
satuan pendidikan diwajibkan untuk menyusun perangkat pembelajaran supaya
proses pembelajaran yang ingin diajarkan dapat berjalan dengan baik dan menarik
bagi siswa. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses
belajar mengajar dapat berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
Berdarkan teori sersebut dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran
adalah perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran.
2.1.2.1 Silabus
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok
mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi penilaiaan, alokasi waktu, dan sumber belajar (Trianto, 2010: 96).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Sesuai dengan prinsip kemandirian (otonomi) sekolah, pengembangan
silabus dapat dilakukan oleh guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah
sekolah. Menurut Trianto (2010: 96) Penyusunan dan pengembangan silabus yang
dilakukan oleh tim pengembang harus memenuhi beberapa prinsip pengembangan
silabus, yaitu 1) Ilmiah, bahwa keseluruhan materi dan kegiatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertangungjawabkan secara keilmuan. 2) Relevan, artinya
seluruh cakupan dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,
intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. 3) Sistematis, bahwa
komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam
mencapai kompetensi. 4) Konsisten, adanya hubungan yang konsisten dari
keseluruhan komponen silabus. 5) Memadai, artinya cakupan keseluruhan
komponen silabus cukup untuk menunjang pancapaian kompetensi dasar. 6)
Aktual dan Kontekstual, artinya cakupan silabus memerhatikan perkembangan
ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang
terjadi. 7) Fleksibel, sartinya seluruh komponen silabus dapat mengakomodasi
keragaman peserta didik dan perubahan dalam masyarakat. 8) Menyeluruh, artinya
komponen silabus mencakup keseluruhan kompetensi (kognitif, afektif,
psikomotor).
Dengan mempertimbangkan prinsip tersebut, pengembangan dan
penyusunan silabus dapat dilakukan dengan cara mengembangakan indikator,
meteri pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber
belajar yang mengacu pada pencapaian kompetensis dasar sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran dan sumber daya yang ada dan berpedoman pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
standar isi yang ditetapkan pemerintahan dalam Peraturan Pendidikan Nasional
Nomor 23 tahun 2006.
Langkah-langkah dalam pengembangan silabus yaitu, pertama, mengkaji
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum
pada satandar isi. Kedua, mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang
menunjang pencapaian kompetensi dasar. Ketiga, mengembangkan kegiatan
pembelajaran. Keempat, merumuskan indikator pencapaian kompetensi. Kelima,
penentuan jenis penilaian. Keenam, menentukan alokasi waktu. Ketujuh,
menentukan sumber belajar (Trianto, 2010: 99-102).
2.1.2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar kompetensi yang dijabarkan
dalam silabus (Trianto, 2010:108). Rencana pelaksanaan pembelajaran dapat
menjadi langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. Skenario kegiatan
pembelajaran dikembangkan dari rumusan tujuan pembelajaran yang mengacu
pada indikator untuk mencapai hasil belajar. Jadi secara sederhana RPP
merupakan penjabaran silabus dan dijadikan pedoman/skenario pembelajaran.
Secara umum dalam mengembangkan RPP harus berpedoman pada
prinsisp pengembangan RPP, yaitu 1) Kompetensi yang direncanakan dalam RPP
harus jelas, konkret, dan mudah dipahami. 2) RPP harus sederhana dan fleksibel.
3) RPP yang dikembangkan sifatnya menyeluruh, utuh, dan jelas pencapaiannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
4) Harus koordinasi dengan komponen pelaksanaan program sekolah, agar tidak
mengganggu jam pelajaran yang lain.
Komponen-komponen penting yang ada dalam RPP meliputi Standar
kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), hasil belajar, indikator pencapaiaan
hasil belajar, strategi pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan, angkah-
langkah kegiatan pembelajaran, dan evaluasi.
Adapun langkah-langkah atau cara pengembangan RPP menurut Trianto
(2010: 99) yaitu 1) Mengisi kolom identitas, 2) Menentukan alokasi waktu
pertemuan, 3) Menentukan SK/KD serta indikator, 4) Merumuskan tujuan sesuai
SK/KD dan indikator. 5) Mengidentifikasi materi standar. 6) Menentukan
pendekatan, model & metode pembelajaran. 7) Menentukan langkah-langkah
pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan akhir. 8) Menentukan
sumber belajar. 9) Menyususn kriteria penilaian.
2.1.2.3 Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar kegiatan siswa merupakan panduan siswa yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar Kegiatan
Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh
siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan
dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditrmpuh. Komponen-
komponen LKS meliputi judul eksperimen, teori singkat tentang materi, alat dan
bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan dan kesimpulan
untuk bahan diskusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2.1.3 Modul
2.1.3.1 Pengertian modul
Istilah modul dipinjam dari dunia teknologi. Modul adalah alat ukur yang
lengkap. Abdul Majid (2008) dalam buku “Pengembangan Bahan Ajar Tematik”
Prastowo (2014) menyatakan bahwa modul adalah sebuah buku yang ditulis
dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan
bimbingan guru. Jika guru mempunyai fungsi menjelaskan sesuatu maka modul
harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima siswa
sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga ditemukan pengertian yang
hampir sama bahwa modul adalah kegiatan program belajar mengajar yang dapat
dipelajari oleh siswa dengan bantuan yang minimal dari guru, meliputi:
perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi pelajaran,
alat yang dibutuhkan, serta alat untuk penilaiaan, dan mengukur keberhasilan
siswa dalam penyelesaiaan pelajaran. Sukiman (2012) juga menjelaskan bahwa
modul dapat dipandang sebagai paket program yang disususn dalam bentuk satuan
tertentu guna keperluan pembelajaran.
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa modul
adalah sumber belajar yang dapat digunakan oleh siswa dan guru untuk
mempermudah dalam proses pembelajaran.
2.1.3.2 Fungsi, Tujuan, dan Kegunaan Modul
Modul memiliki arti penting dalam pembelajaran. Sebagai salah satu jenis
bahan ajar catak, modul memiliki setidak-tidaknya empat fungsi sebagai berikut
(Prastowo, 2014: 210-211): pertama, bahan ajar mandiri, artinya modul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
membantu meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar sendiri tanpa
tergantung kepada kehadiran pendidik (guru). Kedua, pengganti fungsi pendidik,
maksudnya modul sebagai bahan ajar yang harus mampu menjelaskan materi
pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami oleh siswa sesuai dengan tingkat
pengetahuan dan usiannya. Ketiga, sebagai alat evaluasi, maksudnya dengan
modul siswa dituntut dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya
terhadap materi yang telah dipelajari. Keempat, sebagai bahan rujukan bagi siswa,
maksudnya karena modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari
siswa, maka modul juga memiliki fungsi sebagai bahan rujukan bagi siswa.
Penyusunan atau pembuatan modul dalam kegiatan pembelajaran
mempunyai lima tujuan, sebagai berikut: pertama, agar siswa dapat belajar secara
mandiri tanpa, atau, dengan bimbingan pendidik (guru). Kedua, agar peran
pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran. Ketiga,
melatih kejujuran siswa. Keempat, mengakomodasi berbagai tingkat dan
kecepatan belajar siswa. Kelima, agar siswa mampu mengukur sendiri tingkat
penguasaan materi yang telah dipelajari.
Modul memiliki empat macam kegunaan dalam proses pembelajaran
seperti yang diungkapkan Andriani dan Andi Prastowo, yaitu: pertama, modul
sebagai penyedia informasi dasar. Kedua, modul sebagai bahan instruksi atau
petunjuk bagi siswa. Ketiga, modul sebagai bahan pelengkap dengan ilustrasi dan
foto yang komunikatif. Keempat, modul bisa menjadi petunjuk mengajar yang
efektif bagi pendidik dan menjadi bahan untuk berlatih siswa dalam melakukan
penilaian sendiri (self-assesment).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2.1.3.3 Karakteristik Modul
Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi
penggunanya, modul harus mencakup beberapa karakteristik tertentu.
Karakteristik untuk pengembangan modul antara lain sebagai berikut: pertama,
self instructional. Melalui modul, siswa mampu belajar mandiri dan tidak
tergantung pada pihak lain. Kedua, self contained. Seluruh materi pembelajaran
dari satu unit standar kompetensi dasar yang dipelajari terdapat dalam satu modul
secara untuh. Ketiga, stand alone. Modul yang dikembangkan tidak tergantung
pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.
Keempat, adaptive. Modul hendaknya memiliki daya adaptasi tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi. Kelima, user friendly. Modul hendaknya
mudah digunakan oleh peserta didik. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah
dimengerti, intruksi dan informasi yang diberikan bersifat mempermudah peserta
didik (Sukiman, 2012: 133-135).
Berdasarkan kelima karakteristik modul tersebut dapat disimpulakan
bahwa materi atau kegiatan dalam modul harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti siswa, sesuai dengan pemahaman siswa dan dapat membuat siswa
lebih mandiri.
2.1.3.4 Prinsip Modul
Tomlinson (2005) menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan
pengembangan materi adalah pengembangan terhadap bahan-bahan apapun yang
dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan pembelajaran. Bahan ajar tersebut
dapat berbentuk seperti buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, DVD,
video, handout, dan dari internet. Pengembangan bahan ajar perlu memenuhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
setidaknya 16 prinsip sesuai yang diringkas oleh Tomlinson. Peneliti kemudian
menentukan (11) prinsip dari enem belas (16) prinsip yang diyakini relevan
dengan penelitian ini.
Penelitian ini mengupayakan tercapainya ke sebelas prinsisp
pengembangan bahan ajar menurut Tomlinson (2005: 1-24). Prinsip yang pertama
yaitu materi harus mencapai dampak. Dampak tercapai ketika materi memiliki
efek yang nyata pada peserta didik, yaitu peserta didik memiliki rasa ingin tahu,
minat dan tertatik terhadap materi. Pengaruh dapat tercapai ketika materi itu
dipegang dan dibaca oleh siswa. Siswa pun akan memperoleh kesempatan untuk
menerima informasi yang dihadirkan dalam suatu materi yang nantinya akan
diproses sebagai bentuk kegiatan berpikir. Prinsip kedua yaitu materi harus
membantu peserta didik untuk merasa nyaman. Materi dapat membantu
pembelajar untuk merasakan kenyamanan jika setidaknya terdapat beberapa
kriteria antara lain berisikan teks dan ilustrai/gambar, bahasa yang digunakan
mudah dipahami oleh pembelajar, dan berisikan contoh-contoh atau petunjuk.
Prinsip yang ketiga yaitu materi harus membantu siswa untuk
mengembangkan kepercayaan diri. Pembelajar dapat dengan lebih mudah
mengembangkan kepercayaan diri mereka jika materi yang diterima tidak terlalu
rumit akan tetapi materi tersebut tetap dapat berpotensi untuk mengembangkan
kemampuan mereka. Materi yang diajarkan harus relevan dan berguna bagi siswa
sehinggan dapat memenuhi prinsip yang keempat. Materi yang diberikan
sebaiknya disesuaikan dengan latar belakang tingkat kemampuan kognitif, afektif,
psikomotorik, sosial dan ekonomi pembelajar. Materi juga diharapkan dapat
berguna bagi kehidupan pembelajar sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Prinsip yang kelima yaitu materi semestinya diperlukan dan memfasilitasi
peserta didik dalam belajar. Materi yang dikembangkan terdapat bagian-bagian
yang dapat memfasilitasi siswa dalam belajar, misalnya materi, gambar dan
kegiatan eksperimen. Materi sebaiknya juga memberikan pencerahan bagi
pembelajar dengan menghadirkan petunjuk atau nasihat kegiatan sehingga
memudahkan pembelajar memahaminya sesuai dengan prinsip yang keenam.
Prinsip yang ketujuh yaitu materi menyediakan kesempatan untuk siswa
berkomunikasi dengan aktif tanpa dikendalikah oleh guru sehingga siswa diberi
kebebasan untuk berkomunikasi. Prinsip kedelapan yaitu, materi harus
memperhatikan gaya belajar yang bebeda dalam diri masing-masing siswa. Tidak
semua siswa memiliki gaya belajar yang sama. Materi sebaiknya mengupayakan
untuk menyediakan bentuk-bentuk kegiatan yang mengupayakan kegiatan visual
(belajar dengan cara melihat), auditori (belajar dengan cara mendengar), dan
kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh).
Materi juga diharapkan dapat memenuhi prinsip kesembilan yaitu
memperhatikan sikap afektif yang berbeda dalam diri masing-masing siswa, oleh
karena itu sebaiknya materi dapat menyediakan kegiatan secara individual atau
pun kelompok. Prinsip yang kesepuluh yaitu .materi dapat membantu pembelajar
mengembangkan kemampuan berpikir, pengelolaan emosi, estetika seni, dan
menyediakan kegiatan yang melatih otak kanan dan kiri pembelajar. Materi juga
sebaiknya dapat mendorong siswa untuk memberikan respon positif atas
informasi/kegiatan yang sudah diterima pembelajar sesuiai dengan prinsip yang
kesebelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2.1.4 IPA
2.1.4.1 Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memegang peranan sangat penting dalam
kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena kehidupan kita sangat tergantung
dari alam, zat terkandung di alam, dan segala jenis gejala yang terjadi di alam.
Menurut Wisudawati (2012: 22) IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki
karakteristik khusus yang mempelajari fenomena alam yang fakta (factual), baik
berupa kenyataan (reality), atau kejadian (events) dan hubungan sebab-akibatnya.
Dalam pembelajarannya, IPA akan membahas tentang hubungan yang terjadi pada
fenomena yang terjadi dan sebab akibatnya pada manusia.
IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya IPA
juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal yang
berkaitan yang tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk,
pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif, dan IPA sebagai proses, yaitu kerja ilmiah (Wisudawati, 2014:22).
Samatowa (2011: 3) ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-
kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam
(IPA). Berhubuangan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science
artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science dapat
disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa
yang terjadi di alam. Hal ini selaras dengan pendapat Trianto (2007) yang
menyatakan bahwa IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengatahuan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip, tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan.
IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari
diri sendiri dan alam sekitar. Proses pembelajaran IPA menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
menjelajahi dan memahami alam secara ilmiah. Jadi, pendidikan IPA diarahkan
untuk dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebh
mendalam tentang alam sekitar.
2.1.4.2 Pendidikan IPA SD
IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapanya dalam masyarakat membuat
pendidikan IPA menjadi penting. Melalui pendidikan IPA siswa diajak untuk
lebih mengembangankan kemampuan kognitif dan melatih keterampilan-
keterampilan yang dimiliknya (Samatowa, 2010: 5).
Proses pembelajaran IPA lebih menitik beratkan dengan malakukan
percobaan-percobaan dan penelitian. Hal ini terjadi ketika belajar IPA mampu
meningkatkan proses berpikir siswa dan mengajak siswa mengurangi kebiasaan
yang bersifat hapalan belaka. Dengan demikian, proses pembelajaran IPA lebih
mengutamakan penelitian dan pemecahan masalah. Proses pembelajaran IPA
seperti ini akan melatih anak untuk berpikir kritis dan objektif. Pengetahuan yang
benar artinya pengetahuan yang dibenarkan mnurut tolak ukur kebenaran ilmu,
yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal dan logis, diterima oleh
akal sehat, objektif artinya sesuai objeknya, sesuai dengan kenyataan atau sesuai
dengan pengalaman pengamatan melalui panca indera.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Paolo dan Marten (dalam Samatowa, 2006: 12) mendefinisikan bahwa
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu sebagai berikut: mengamati apa yang
terjadi, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru
untuk meramalkan apa yang akan terjadi, menguji bahwa ramalan-ramalan itu
benar. Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu siswa diharapkan mampu
berpikir secara kritis dan ilmiah serta mampu menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Permendiknas no 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa ruang lingkup
pembelajaran IPA tentang standar isi meliputi aspek-aspek sebagai berikut a)
makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, dan tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan, b) benda/materi, sifat-sifat dan
kegunaannya meliputi cair, padat dan gas, c) energi dan perubahannya meliputi:
gaya, bunyi, panas, magnet dan listrik, d) bumi dan alam semesta meliputi: tanah,
bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya. Dari ruang lingkup tersebut
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA mencakup semua benda yang ada di
alam semesta.
2.1.5 Paradigma Pedagogi Reflektif
2.1.5.1 Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif
PPR merupakan polapikir (paradigma ≈ polapikir) dalam
menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi kristiani/kemanusiaan (padagogi
reflektif ≈ pendidikan kristiani/kemanusiaan). Pada polapikir PPR siswa diberi
pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan
pertanyaan agar merefleksikan pengalaman tersebut, dan berikutnya difasilitasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan berbuat sesuai dengan nilai
tersebut (Tim PPR kanisius, 2008: 39).
Pembelajaran berpola PPR adalah pembelajaran yang mengintegrasikan
pembelajaran bidang studi dengan pengembangan nilai-nilai kemunasiaan..
Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks siswa. Sedangkan
pengembangan nilai-nilai kemanusiaan ditumbuhkan melalui dinamika
pengalaman, refleksi, dan aksi. Proses pembelajaran ini dikawal dengan evaluasi
(Tim PPR Kanisius, 2008: 51).
Berdasarkan teori dapat disimpulkan bahwa Paradigma Pedagogi Reflektif
(PPR) merupakan pola pikir yang dipercaya mampu menumbuhkembangkan nilai-
nilai kemanusiaan dalam diri siswa.
2.1.5.2 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif
Tujuan pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif PPR adalah untuk
meningkatkan kemampuan dalam menanggapi berbagai hal yang terjadi di sekitar
secara kritis dalam upaya untuk semakin memperdalam pemahaman akan
pembelajaran yang telah diterima di sekolah dan lingkungan sosial mereka,
sehingga kelak akan mengasilkan lulusan yang handal dan cakap dalam mengatasi
permasalahan yang ada di kehidupan sosialnya (Subagya, 2010: 22-25).
Tujuan dari pembelajaran PPR terwujud dalam 3 unsur yang ada pada
tujuan pembelajaran. Ketiga unsur tersebut adalah competence, conscience, dan
compassion. Competence merupakan kemampuan secara kognitif atau intelektual,
conscience ialah kemampuan afektif dalam menentukan pilihan-pilihan yang
dapat dipertanggungjawabkan secara moral, sedangkan compassion adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kemampuan dalam psikomotor yang berupa tindakan konkret maupun batin
disertai sikap bela rasa bagi sesama (Subagya, 2010: 23-24).
2.1.5.3 Langkah-Langkah Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif
Penerapan paradima pedagogi reflektif dalam pembelajaran melalui
sebuah siklus yang terdiri atas 5 unsur-unsur pokok. Unsur-unsur pokok tersebut
yaitu: konteks (centext), pengalaman (experience), refleksi (reflection), aksi
(action), dan evaluasi (evaluation) (P3MP, 2008: 8). Berikut ini penjabaran
tentang unsur-unsur pokok pada siklus pembelajaran PPR.
1. Konteks
Konteks merupakan proses dalam siklus PPR yang dilakukan oleh oleh
guru yang didukung oleh keterbukaan diri dari siswa. Dalam proses ini siswa
diajak untuk mencermati konteks-konteks kehidupan yang terjadi dan ada pada
diri siswa. Konteks tersbut dapat diambil dari konteks nyata dari kehidupan
pelajar, konteks sosio-ekonomi, politis, dan kebudayaa, suasana kelembagaan
sekolah atau pusat belajar dan pengertian-pengertian yang dibawa seseorang
pelajar ketika memulai proses belajar. Guru berperan sebagai penggali konteks
kehidupan yang ada dalam diri siswa dan kemudian akan diamati sejauh mana
pecapaian siswa akan perkembangan pribadi yang utuh pada materi yang akan
dipelajarinya atau diajarkan (Subagya, 2010:43).
2. Pengalaman
Pengalaman sangat penting dalam proses PPR. Tanpa pengalaman dalam
pembelajaran maka siswa tidak akan dapat mendalami bahan dan memetik makna
yang mendalam dari bahan yang dipelajari. Pengalaman merupakan suatu
kejadian yang sungguh terjadi, dilakukan, dialami, dihidupi, yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
menyentuh pikiran, hati, kehendak, perasaan, maupun hasrat siswa (Suparno,
2015, 28). Pengalaman dalam pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu,
pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung
adalah pengalaman yang sungguh dialami oleh siswa sendiri, sehingga seluruh
diri terlibat misalnya, pengalaman dalam praktikum, diskusi dan pengamatan.
Pengalaman tidak langsung adalah pengalaman yang diperoleh siswa yang bukan
dari pengalaman dirinya sendiri seperti pengalaman mendengarkan, melihat, dan
membaca (Subagya, 2010: 52).
3. Refleksi
Langkah yang sangat penting dalam dinamika PPR adalah refleksi. Dalam
tahap refleksi, siswa dibantu untuk menggali pengalaman mereka sedalam-
dalamnya dan seluas-luasnya, dan mengambil makna bagi hidupnya, bagi orang
lain, dan bagi masyarakat. Refleksi merupakan proses mempertimbangkan dengan
seksama menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, pengalaman dan ide-
ide atau tujuan-tujuan yang diinginkan. Refleksi menjadi sarana dalam
menghubungkan antara pengalaman yang telah diperoleh siswa dalam kegitan
pembelajaran dengan tindakan yang akan siswa lakukan. Dengan berefleksi siswa
diharapkan mampu memaknai proses pembelajaran, menangkap nilai-nilai positif
yang ada dalam pembelajaran yang telah dilakukan dan mengalamu perubahan
pribadi yang lebih baik yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitar.
4. Aksi
Aksi adalah tindakan yang dilakukan siswa setelah merefleksikan
pengalaman belajar mereka. Secara nyata aksi dapat berupa dua hal yaitu: sikap
diri yang berubah lebih baik dan tindakan nyata keluar yang dapat dilihat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dirasakan orang lain (Suparno, 2015: 37). Aksi yang sering terjadi adalah siswa
mengalami perubahan sikap, menjadi lebih baik dan bersemangat maju. Lewat
refleksi dan pengalaman, siswa semakin merasa hidupnya bermakna. Mereka
semakin memperbaiki diri, semakin menjadi pribadi yang lebih baik dan menjadi
pribadi yang utuh. Tindakan aksi kedua, adalah sampai pada tindakan keluar yang
nyata, yang dirasakan orang lain. Misalnya, saat siswa belajar tentang energi,
siswa akan sampai pada kesadaran untuk menghemat energi dengan menggunakan
energi dengan sewajarnya. Disinilah pentingnnya peran guru dalam memberikan
atau menyediakan pengalaman dan menantang siswa sendiri untuk mengalami
kejadian, pengalaman, pendalaman, yang dapat menantang pikiran, hari,
kehendak, dan tindakan mereka.
5. Evaluasi
Sebagai suatu proses pendidikan, agar dapat terus dikembangkan,
diperlukan evaluasi. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat secara keseluruhan
bagaimana seluruh proses PPR itu terjadi dan berkembang (Suparno, 2015: 40).
Seluruh proses yang berdasar atas tujuan dari pendidikan PPR, yaitu untuk
membentuk manusia yang memiliki kepribadian utuh, kompeten secara kognitif
atau intelektual, bersedia untuk makin berkembang, memiliki sikap religious,
penuh kasih, dan memiliki tekad untuk berbuat adil dalam pelayanan yang tulus
pada sesama umat Allah. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui evaluasi
yang mendalam pada aspek-aspek pengetahuan, prioritas, perkembangan sikap,
dan tindakan-tindakan nyata yang dilakukan siswa (Subagya, 2010: 63-64).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2.1.6 Pendidikan Emansipatoris
Pendidikan Emansipatoris merupakan pendidikan yang mampu
memberdayakan dan memberi pencerahan pada siswa (Mangunsong, 2005: 15).
Winarti (2015: 53) dalam buku yang berjudul “Manusia Pembelajar di Dunia
Tarik Ulur” Giroux (2011) bahwa pendidikan emansipatoris yang pergerakannya
menekankan perwujudan masyarakat yang adil dan demokratis. Melalui
pendidikan emansipatoris, yaitu pendidikan yang mampu memberi pencerahan,
menyantuni dan memberdayakan peserta didik sebagai subyek dalam kegiatan
belajar (Darmaningtyas, 2005: 66). Dalam hal ini pendidikan emansipatoris
menempatkan guru dan siswa keduanya adalah pembelajar, yang artinya adanya
hubungan timbal balik antara guru dan siswa karena proses belajar mengajar akan
efektif jika terjadi dialog diantara keduanya, maka pemahaman dan pengalaman
akan realitas dari kedua pihak akan berkembang, apabila masing-masing pihak
menghargai pihak lainnya.
Dalam buku yang berjudul Mencapai Perkembangan Manusia yang Utuh
melalui Pendidikan Emansipatoris (2005: 74), Darmaningtyas mengemukakan
bahwa, pendidikan di Indonesia merupakan antagonis terhadap pendagogis
emansipatoris karena pendekatannya top-down, sistemnya militeristik, dan
menggunakan metode anjing supaya para murid setia dan tunduk. Pendidikan
mestinya mengembangkan bakat siswa, menghormati kepribadian unik murid,
merangsang daya cipta, tanggung jawab, otonomi, dan kesadaran moral. Salah
satu strategi untuk mengobarkan semangat pedagogi emansipatoris adalah dengan
terus menerus melakukan kontekstualisasi kegiatan belajar di kelas. Guru mesti
menghayati betul dan berusaha menjadi preseden bagi murid perihal apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
disebut belajar sepanjang hayat (on going formation dan long life education).
Guru mesti berusaha mengajar sekaligus melakoni belajar.
Dalam pendidikan emansipatoris, baik guru maupun siswa keduanya
adalah pembelajar (Winarti dan Anggadewi, 2015:54). Jadi dalam proses
pembelajaran siswa dan guru akan menjadi seperti teman belajar, walaupun
keduanya memiliki tugas dan tanggung jawab masing-maing yang berbeda.
Sebagai manusia pembelajar guru dan murid bersama-sama membangun dan
mengembangkan kemampuannya untuk mengerti secara kritis dirinya sendiri dan
dunianya. Dalam pendidikan emansipatoris memiliki kata kunci yang selalu
bekaitan dalam mewujudkan pendidikan ini.
Ada tiga kata kunci pada model pendidikan emansipatoris, yaitu
humanisasi, kesadaran kritis, dan mempertanyakan sistem.
2.1.6.1 Humanisasi
Dalam buku yang berjudul Manusia Pembelajar di Dunia Tarik Ulur
(2015: 289-290), (Abidin, 2006) mengatakan bahwa humanisme dalam arti filsafat
diarttikan sebagai paham filsafat yang menjunjung tinggi nilai dan martabat
manusia sedemikian rupa sehingga manusia menempati posisi yang sentral dan
penting dalam hidup sehari-hari. Pendidikan humanis berfokus pada cara menjalin
komunikasi dan relasi personal antarpribadi dengan pribadi dan antarpribadi
dengan kelompok di dalam komunitas pendidikan. Humanisme harus dipahami
sebagai suatu keyakinan etis yang sesuai, yaitu suatu keyakinan bahwa setiap
orang harus dihormati sebagai manusia dalam arti yang sepenuhnya (Budiningsih,
2010: 4). Humanisme juga diartikan sebagai solidaritas terhadap orang lain, tanpa
memandang sekat-sekat primordial dan sosialnya. Ini berarti humanisme tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
terikat pada batas-batas ideologi agama, dan legitimas teoritis lain (Magis-Suseno,
2001).
Dari beberapa pendapat tersebut maka, teori pendidikan humanisasi
memungkinkan konsep belajar disusun dengan menitiberatkan pada sisi
perkembangan kepribadian manusia, berfokus pada potensi manusia untuk
mencari dan menemukan kemampuan yang dimiliki, serta mengembangkan
kemampuan tersebut. Karenanya, pembelajaran dengan asas humanisasi
pendidikan membuka ruang akan proses dilatih dan terarahnya kemampuan
seseorang, kebebasan yang dimiliki sebagi manusia, menyadari konteks hidupnya,
memahami posisi dirinya, dan belajar menjawab tuntutan etis yang hadir di depan
matanya sebagai perwujudan perkembangan intelektual yang tanggap realitas.
Teori humanisme pendidikan banyak mengadopsi prinsip-prinsip progresif
dan mendapat stimulus dari eksistensialisme, yang mencakup keberpusatan pada
anak, peran guru yang tidak otoritatif, pemfokusan pada subjek didik yang terlibat
aktif, dan sisi-sisi pendidikan yang kooperatif dan demokrasi. Selain itu, teori
belajar humanistik sifatnya mementingkan isi pembelajaran yang sambung
terhadap keadaan pembelajar daripada terpaku pada langkah baku yang alergi
perunahan dan situasi. Humanisasi adalah pendidikan yang memanusiakan
manusia yang artinya semakin mengasah akal budi manusia dan mendidik hati
nurani (Priyatma dan Mudayen, 2015).
2.1.6.2 Kesadaran Kritis
Dalam buku Rahmat Hidayat yang berjudul Pedagogi kritis: Sejarah,
Perkembangan dan Pemikiran (2013:7), Monchinski (2011) mengatakan bahwa
pedagogi kritis merupakan pendekatan pembelajaran yang berupaya membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
murid mempertanyakan dan menantang dominasi serta keyakinan dan praktik-
praktik yang mendominasi. Dalam buku yang sama Vavrus (2007) Pedagogi kritis
menawarkan cara untuk melihat pengajaran dan pembelajaran yang dapat
membawa konsep kunci seperti ideologi, hegemoni, resitensi, kekuasaan,
konstruksi pengetahuan, kelas, politik budaya, politik budaya, dan emansipatoris
tindakan. Pedagogi kritis berfokus pada isu-isu yang berkaitan dengan
kesempatan, suara dan wacana dominan pendidikan dan mencari pengalaman
pendidikan yang lebih adil dan membebaskan.
Dalam prespektif kritis, pembelajaran harus mampu menciptakan ruang
untuk mengidentifikasi dan menganalisis secara bebas kritis untuk transformasi
sosial. Dengan kata lain tugas utama pembelajaran adalah „memanusiakan‟
kembali manusia yang mengalami dehumanisasi karena sistem dan struktur yang
tidak adil. Paradigma kritis dalam pembelajaran, bertujuan melatih siswa untuk
mampu mengidentifikasi „ketidakadilan‟ dalam sistem dan struktur yang ada,
kemudian mampu melakukan analisis bagaimana sistem dan struktur itu bekerja,
serta bagaimana mentransformasikannya. Tugas pembelajar dalam paradigma
kritis adalah menciptakan ruang dan keselamatan agar peserta didik terlibat dalam
suatu proses penciptaan struktur yang secara fundamental baru dan lebih baik.
Agar mampu membangun kesadaran kritis maka proses pembelajaran,
harus mencerdaskan sekaligus bersifat membebaskan pesertanya untuk menjadi
pelaku (subyek) utama, bukan sasaran pelaku (obyek), dari proses tersebut. Ciri-
ciri pokok dari pembelajaran yang demikian itu adalah; 1) Belajar dari
pengalaman, artinya belajar dari keadaan nyata masyarakat atau pengalam
seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut. 2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tidak mengurai, karena tak ada “guru” dan tak ada “siswa yang digurui”, semua
orang yang terlibat dalam proser pembelajaran ini adalah “guru sekaligus siswa”
pada saat yang bersamaan. 3) Dialogis, proses pembelajaran yang berlangsung
bukan lagi proses “mengajar-belajar”, tetapi proses “komunikasi” dalam berbagai
bentuk kegiatan dan penggunaan media yang lebih memungkinkan terjadinya
dialog kritis antar semua orang yang terlibat dalam proses pembelajaran
(Haryanto, 2011).
2.1.6.3 Mempertanyakan Sistem
Guru dan siawa keduanya adalah pembelajar. Ketika terjadi dialog antara
keduanya, maka pemahaman dan pengalaman akan relitas dari kedua belah pihak
pun berkembang (Winarti dan Anggadewi, 2015:54). Pada saat dialog
berlangsung, terjadi pula transformasi pengetahuan yang sebenarnya bersifat
politis. Dialog dalam hal ini adalah suatu percakapan yang dilakukan oleh guru
dan siswa yang menghasilkan suatu kesimpulan yang baru, lebih baik dan sesuai
kehidupan nyata. Dari pemahaman baru tersebut, maka kedua pembelajar akan
menjadi teman yang secara bersama-sama memberdayakan satu sama lain. Dialog
yang nyata dalam kehidupan sehari-hari pembelajar adalah teman dialog yang
biasa diambil dalam pendidikan emansipatoris.
2.1.7 Energi Listrik
Energi listrik merupakan bentuk energi yang sangat dibutuhkan umat
manusia dalam berbagai bidang kehidupan yang serba teknologi (Damanik, 2011).
Energi listrik adalah salah satu bentuk energi yang sangat penting dan menjadi
kategori kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan bagi kehidupan umat
manusia di era globalisasi ini selain makanan dan pakaian. Hal ini terjadi karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
hampir semua kebutuhan manusia yang berkaitan dengan peralatan menggunakan
listrik sebagai energinya. Sebut saja kipas angin, televisi, mesin cuci, bahkan
pengaduk adonan kue. Secara garis besar, energi listrik dapat diartikan sebagai
salah satu faktor terpenting bagi kehidupan manusia sebab tak sedikit sekali
peralatan yang biasa kita gunakan menggunakan listrik sebagai sumber energinya.
Oleh sebab itu, untuk mencegah penggunaan energi listrik secara
berlebihnya, perlu adanya tindakan menghemat energi listrik. Menghemat energi
listrik adalah usaha yang dilakukan untuk mengurangi besarnya penggunaan
energi listrik. Dari besarnya penggunaan energi listrik, maka tidaklah
mengherankan jika berbagai bentuk energi yang ada diubah menjadi bentuk energi
listrik agar dapat memenuhi kebutuhan yang selalu bertambah ragam dan
kuantitasnya akibat kemajuan industri dan jumlah penduduk yang terus
bertambah. Energi listrik dapat dihasilkan dari energi lain. Sumber energi yang
bisa menghasilkan listrik, yaitu nuklir, minyak, angin, tenaga gelombang, batu
bara, matahari dan air. Terdapat juga beberapa alat yang dapat menghasilkan
sumber energi listrik yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN), accu/aki, baterai
kering, adaptor. Sampai sekarang juga banyak ditemukan alternatif lain yang
dapat menghasilkan energi listik salah satunya adalah buah.
2.1 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibagi dalam dua penelitian yang berhubungan
dengan perangkat serta modul pembelajaran dan Paradigma Pedagogi Refelektif
(PPR).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2.2.1 Penelitian yang berhubungan dengan perangkat dan modul
pembelajaran
Berikut ini adalah penelitian yang relevan yang telah dilakukan peneliti
sebelumnya.
Istanti (2012) dalam penelitianya yang berjudul “Pengembangan Modul
Imu Pengetahuan Alam Bagi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Penelitian ini
bertujuan untuk menghasilkan modul pembelajaran IPA tentang “Perubahan
Kenampakan Bumi dan Benda Langit” yang layak bagi siswa kelas IV Sekolah
Dasar. Penelitian pengembangan ini mengadaptasi dan memodifikasi langkah-
langkah penelitian dan pengembangan Borgand Gall. Teknik dan pengumpulan
data mengggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, dan angket. Analisis
data menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan
penilaian dari ahli materi dengan rata-rata skor 4,32 dengan kriteria sangat baik
dan penilaian dari ahli media mendapatkan hasil rerata 4,71 dengan kriteria sangat
baik. Hasil penilaian pada uji coba lapangan awal mendapatkan persentase
92,59% dengan kriteria layak dan hasil uji coba lapangan diperoleh persentase
98,89% dengan kriteria layak. Sehingga secara keseluruhan modul IPA materi
Perubahan Kenampakan Bumi dan Benda Langit layak digunakan sebagai bahan
ajar yang dapat digunakan secara mandiri oleh siswa.
Rahayu (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Modul
IPA Terpadu Berbasis Etnosains Tema Energi Dalam Menanamkan Jiwa
Konservasi Siswa”. Penelitian menggunakan rancangan penelitian dan
pengembangan R&D (Research and Development). Data penelitian yang
didapatkan dianalisi secara deskriptif persentase. Hasil uji kelayakan modul IPA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
terpadu tahap I untuk keseluruhan penilaian pakar dinilai positif dan lolos validasi
tahap I. Hasil validasi tahap II oleh pakar isi sebesar 85%, oleh pakar bahasa
sebesar 82,5%, dan oleh pakar penyajian sebesar 90%. Berdasarkan hasil analisis
hasil belajar, ketuntasan klasikal hasil pre test saat implementasi modul yang
dikembangkan sebanyak 4 siswa dari 34 siswa sedangkan ketuntasan klasikal
hasil post test sebanyak 30 siswa dari 34 siswa dengan nilai gain sebesar 0,58
denga kriteria sedang. Hasil ini menunjukkan bahwa modul IPA terpadu yang
dikembangkan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran IPA. Hasil observasi
dan angket, tingkat karakter siswa berada pada tingkat mulai berkembang.
Widiyatmoko (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan
Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berkarakter Menggunakan Pendekatan
Humanistik Berbantu Alat Peraga Murah”. Rancangan penelitian ini merupakan
penelitian Research and Development (R & D). Perangkat yang dikembangkan
dalam penelitian ini meliputi: (1) silabus, (2) RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran), (3) Alat Peraga Murah, (4) lembar kerja siswa, dan (5) tes prestasi
belajar.Tujuan dari penelitian adalah menghasilkan perangkat pembelajaran IPA
terpadu yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan yang
dimiliki secara menyeluruh. Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat
disimpulkan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran IPA terpadu
berkarakter menggunakan pendekatan humanistik berbantu alat peraga murah di
sekolah menengah berupa silabus, RPP, alat peraga, LKS, dan modul yang
dihasilkan melalui alur Four-D model, yaitu definition (pendefinisian), design
(perancangan), development (pengembangan) dan disseminate (penyebaran) yang
telah melalui tahap validasi dan revisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2.2.2 Penelitian yang berhubungan dengan Paradigma Pedagogi Refelektif
(PPR)
Sakti (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Paradigma
Pedagogi Reflektif Pada Mata Pelajaran Pkn Dalam Meningkatkan Kesadaran
Siswa Akan Nilai Demokrasi Kelas V SD Negeri Sarikaya”. Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan nilai demokrasi dalam bidang
studu PKn pada menghargai keputusan bersama dengan model PPR. Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Sarikarya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa PKn dengan menggunakan model PPR dapat meningkatkan kesadarn akan
nila demokrasi.
Susanti (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Implementasi
Model Pembelajaran Paradigm Pedagogi Reflektif (PPR) Berdasarkan Unsur
Competence-Conscience-Compassion Siswa”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hasil implementasi model pembelajaran Paradigma Pedagogi
Reflektif (PPR) dalam memfasilitasi penguasaan konsep IPA dan Competence-
Conscience-Compassion (3C) siswa di SD Kanisius Wirobrajan 1 Yogyakarta.
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah 32 orang yang terdiri dari Direktur
Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta, pengawas TK/SD Yayasan Kanisius
Cabang Yogyakarta, kepala SD, guru kelas V, dan 28 siswa kelas V SD Kanisius
Wirobrajan 1 Yogyakarta.Penelitian ini merupakan studi kasus. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil implementasi dapat memfasilitasi penguasaan konsep
IPA dan unsur 3C siswa. Rekomendasi penelitian yakni: perlunya upaya
peningkatan kapasitas guru melalui pelatihan dan perlunya penyusunan instrumen
yang lebih detail untuk mengukur unsur 3C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Widiyanti (2012) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan
Karakter Dengan Pendekatan PPR Dan Motivasi Belajar Terhadap Kepribadian
Siswa”. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas
(action research) dengan mengimplementasikan siklus Pedagogi Ignasian yang
meliputi konteks, pengalaman, refleksi, aksi, evaluasi. Instrument yang digunakan
adalah lembar obsevasi, kuesioner, rubrik, dan lembar refleksi. Jenis penelitian
yang dilakukan adalah eksperimen. Penelitian lapangan dilakukan di SMPK St.
Yusuf Kota Madiun Propinsi Jawa Timur. Penelitian dilakukan dengan
memberikan materi pelajaran yang sama terhadap kelas eksperimen dan kontrol
namun pendekatan yang digunakan berbeda. Kelas eksperimen dengan
pendekatan PPR dan kelas kontrol dengan pendekatan konvensional.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat perbedaan pengaruh pendidikan
karakter dengan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif dan pendekatan
konvensional terhadap kepribadian siswa dalam Pendidikan Agama Katolik, (2)
Terdapat perbedaan kepribadian dalam Pendidikan Agama Katolik antara siswa
yang memiliki motivasi tinggi dan motivasi rendah dalam belajar, (3) Terdapat
interaksi pengaruh antara pendidikan karakter dengan pendekatan paradigma
pedagogi refleksi dan motivasi belajar terhadap kepribadian siswa dalam
Pendidikan Agama Katolik.
Berdasarkan enam penelitian di atas, peneliti menemukan relevansi dari
penelitian-penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan. Kerangka
relevansi penelitian ini dapat dilihat pada literature map yang dijabarkan pada
bagan 2.1 berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Desain Diagram
Perangkat & modul PPR
Bagan 2.1 Penelitian terdahulu yang relevan
Sakti, (2014). Penerapan
Paradigma Pedagogi Reflektif
Pada Mata Pelajaran Pkn
Dalam Meningkatkan
Kesadaran Siswa Akan Nilai
Demokrasi Kelas V SD Negeri
Sarikaya.
Istanti, (2012). Pengembangan
Modul Imu Pengetahuan Alam Bagi
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.
Rahayu, (2015). Pengembangan
Modul IPA Terpadu Berbasis
Etnosains Tema Energi Dalam
Menanamkan Jiwa Konservasi
Siswa.
Susanti, (2013). Analisis
Implementasi Model
Pembelajaran Paradigm
Pedagogi Reflektif (PPR)
Berdasarkan Unsur
Competence-Conscience-
Compassion Siswa.
Widitaymoko, (2013).
Pengembangan Perangkat
Pembelajaran IPA Terpadu
Berkarakter Menggunakan
Pendekatan Humanistik Berbantu
Alat Peraga Murah.
Widiyanti, (2012). Pengaruh
Pendidikan Karakter Dengan
Pendekatan PPR Dan Motivasi
Belajar Terhadap Kepribadian
Siswa.
Pengembangan Perangkat Dan Modul Pembelajaran Menghemat Energi
Listrik Berdasarkan Pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif Untuk
Siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
2.3 Kerangka Berpikir
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah cara pandang tentang
pendidikan di sekolah yang menekankan pada pengintegrasian usaha penumbuhan
nilai-nilai kemanusiaan dan pengembangan kompetensi siswa melalui
pelaksanaan. Pendidikan pada saat ini masih dimaknai sebagai jalan menuju
sukses finansial, maka sekolah, guru, siswa dan orang tua siswa akan kehilangan
kesadaran akan perlunya pembentukan pribadi manusiawi yang cerdas, berhati
nurani, berkeadilan, berkepedulian, dan berpersaudaraan. Akibatnya nilai-nilai
kemanusiaan yang ditanamkan kepada siswa sangat kurang sehingga berdampak
menjadi maraknya aksi kekerasan, ketidakadilan, perusakan lingkungan dan sikap
mementingkan diri sendiri. PPR berpeluang membantu siswa untuk
menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan yang dilakukan dengan membentuk
pribadi siswa dengan cara siswa diberi pengalaman akan suatu nilai kemanusiaan,
kemudian difasilitsi dengan pertanyaan agar merefleksikan pengalan tersebut, dan
berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat niat dan
berbuat dengan nilai tersebut. Melalui dinamika tersebut siswa diharapkan
mengalami. Melalui refleksi diharapkan siswa yakin sendiri. Melalui aksi, siswa
berbuat dari kemauannya sendiri. Pembentukan kepribadian dilakukan sedemikian
rupa sehingga siswa nantinya memiliki komitmen untuk memperjuangkan
kehidupan bersama yang lebih adil, bersaudara, bermartabat, melestarikan
lingkungan hidup dan lebih menjamin kesejahteraan umum.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas untuk selalu
menggunakan energi listrik. Energi listrik adalah salah satu bentuk energi yang
sangat penting dan menjadi kategori kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
bagi kehidupan umat manusia di era globalisasi ini selain makanan dan pakaian.
Hal ini terjadi karena hampir semua kebutuhan manusia yang berkaitan dengan
peralatan menggunakan listrik sebagai energinya. Sebut saja kipas angin, televisi,
mesin cuci, bahkan pengaduk adonan kue. Secara garis besar, energi listrik dapat
diartikan sebagai salah satu faktor terpenting bagi kehidupan manusia sebab tak
sedikit sekali peralatan yang biasa kita gunakan menggunakan listrik sebagai
sumber energinya. Namun, semakin lama kebutuhan akan energi listrik akan
semakin bertambah dan pada kenyataannya sebagian besar siswa tidak tahu
dampak dari menggunakan energi listrik secara berlebihan maka siswa masih
sering menggunakan energi listrik secara berlebihan yang akan mengakibatkan
sumber energi listrik semakin lama akan semakin habis jika digunakan terus-
menerus.
Dari masalah tersebut, maka pendidik memegang peranan penting sebagai
sarana yang dapat membantu memberikan pemahaman kepada anak-anak supaya
mereka mengetahui mengethui manfaat dari energi listrik pendidik juga dapat
membantu siswa belajar mengenai dampak yang ditimbulkan akibat menggunakan
energi lstrik secara berlebihan dan bagaimana cara menghemat energi listrik.
Perangkat pembelajaran dapat dijadikan panduan bagi guru untuk dapat
merancang pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Selain itu
modul pembelajaran juga dapat dijadikan panduan dalam membuat siswa semakin
mandiri dan dapat menemukan pengetahuan baru. Dengan demikian anak-anak
akan menjadi generasi pembaharu yang akan menekankan demokrasi,
kemandirian, keadilan dan sungguh memahami pentingnya pendidikan. Perangkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
dan modul pembelajaran merupakan perwujudan dari tanggungjawab peneliti
sebagi warga masyarakat yang ingin memberikan pemahaman tentang pendidikan.
Berdasarkan dari alasan di atas, maka peneliti akan mengembangkan
perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik berdasarkan
pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif untuk siswa kelas III A SDN Petinggen
Yogyakarta. Perangkat dan modul tersebut dapat digunakan guru sebagai
pedoman dan sumber belajar dikelas dan akan membantu siswa untuk belajar
secara mandiri, serta siswa dapat mengetahui manfaat, dampak penggunaan dan
cara menghemat energi listrik.
2.4 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian teori diatas, maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana langkah-langkah atau prosedur pengambangan modul
pembelajaran dengan implementasi pendekatan Peradigma Pedagogi
Reflektif khususnya pada mata pelajaran IPA kelas III mengenai materi
menghemat energi listrik?
2. Bagaimana kualitas modul pembelajaran yang mengimplementasikan
pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif dapat membentuk siswa kelas
III memeiliki pemahaman terhadap materi menghemat energi listrik?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini berisi paparan metode penelitian yang meliputi: 1. Jenis Penelitian,
2. Prosedur Pengembangan, 3. Uji coba produk yang terdiri dari (a) Desain Uji
Coba, (b) Subjek Uji Coba, (c) Instrumen Penelitian, (d) Teknik Pengumpulan
Data, dan (e) Teknik Analisis Data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan,
yang biasa dikenal dengan penelitan R&D (Research and Development). Research
and Development adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau meyempurnakan produk yang telah ada,
yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2008: 164). Terdapat beberapa
macam desain metode penelitian dan pengembangan dari beberapa ahli seperti
Borg & Gall (1983) dan Dick & Carey (2003). Penelitipun memutusakan untuk
menggunakan desain penelitian dan pengembangan menurut Tomlinson.
Penelitian ini menggunakan metode pengembangan menurut Tomlinson
dekarenakan lebih memfokuskan pada pengembangan materi pembelajaran.
Tomlinson (2005) menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan pengembangan
materi adalah pengembangan terhadap materi-materi apapun yang dapat
digunakan untuk membantu pelaksanaan pembelajaran seperti buku teks, buku
kerja (LKS), kaset, CD-ROM, DVD, video, handout, dan dari internet.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu produk berupa
perangkat dan modul pembelajaran IPA berdasarkan pendekatan Paradigma
Pedagogi Reflektif (PPR) khususnya pada (SK) 5. Menerapkan energi gerak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Kompetensi Dasar (KD) 5.2 Menerapkan cara menghemat energi dalam
kehidupan sehari-hari di kelas III A SD Negeri Petinggen Yogyakarta.
Pelaksanaan pengembangan perangkat dan modul pembelajaran disesuaikan
dengan lima langkah pengembangan materi menurut Tomlinson. Kelima langkah
pengembangan materi ajar menurut Tomlinson (dalam Harsono, 2015), yaitu:
yaitu (1) Analisis kebutuhan (need analysis), (2) Desain (Design), (3)
Implementasi (Implementation), (4) Evaluasi (Evaluation), dan (5) Revisi
(Revision). Penyususnan modul pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti
juga didasarkan pada 11 prinsip dari 16 prinsip pengambangan materi menurut
Tomlinson (2005). Sebelas prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson
antara lain (1) materi memiliki pengaruh bagi pembelajar, (2) materi membuat
pembelajar merasa nyaman, (3) materi mengembangkan kepercayaan diri, (4)
materi relevan bagi pembelajar, (5) materi membuat pembelajar tertarik, (6)
materi memberikan penjelasan, (7) materi menyediakan kesempatan
berkomunikasi dengan aktif, (8) materi mempertimbangkan gaya belajar siswa
yang berbeda, (9) materi memperhatikan sikap afektif yang berbeda, (10) materi
memberdayakan kemampuan intelektual, emosional, dan menstimulasi otak kanan
dan kiri, dan (11) materi menyediakan terwujudnya feedbeck.
Peneliti memilih 11 prinsip dari 16 prinsip pengembangan materi ajar
milik Tomlinson beberapa prinsip kurang relevan dengan perangkat dan modul
pembelajaran yang peneliti kembangkan karena secara keseluruhan prinsip
Tomlinson berfokus untuk mengembangkan materi pada materi Bahasa,
sedangkan peneliti berfokus pada materi IPA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Petinggen Yogyakarta yang beralamat
di jalan A.M Sangaji no 61 kelurahan Karangwaru kecamatan Tegalrejo
kabupaten Yogyakarta. Peneliti memilih SDN Petinggen Yogyakarta sebagai
tempat penelitian, karena di sini masih kurang diajarkan mengenai cara untuk
menghemat energi terutama energi listrik. Selain itu, pengajaran mengenai materi
IPA masih minim cara mengajar yang menarik dan masing kurangnnya materi ajar
yang dapat lebih memebantu siswa memahami materi. Sehingga keadaan tersebut
sangat cocok untuk kegiatan penelitian.
3.2.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Petinggen
Yogyakarta. Siswa yang dipilih berjumlah sembilan anak yang terdiri dari lima
siswa putra dan empat siswa putri. Peneliti memilih sembilan siswa tersebut
berdasarkan rekomendasi dari guru kelas.
3.2.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pengembangan Perangkat dan Modul
Pembelajaran Menghemat Energi Listrik Berdasarkan Pendekatan Paradigma
Pedagogi Reflektif (PPR) untuk siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta
tahun ajaran 2016/2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
3.2.4 Waktu Penelitian
Penelitian dan pengembangan ini dilakukan pada bulan Juli 2016 s.d
Februari 2017. Secara keseluruahan, penelitian ini berlangsung kurang lebih
selama tujuh bulan.
3.3 Prosedur Pengembangan
Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan yang menghasilkan
produk berupa perangkat dan modul pembelajaran berdasarkan pendekatan
Pedagogi Reflektif (PPR). Prosedur pengembangan yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan langkah-langkah prosedur penelitian dan
pengembangan menurut Tomlinson. Ada 5 langkah prosedur pengembangan
menurut Tomlinson (dalam Harsono, 2015), yaitu (1) analisis kebutuhan, (2)
Desain, (3) implementasi, (4) evaluasi, dan (5) revisi. Kelima langkah tprosedur
pengembangan materi dijelaskan secara umum pada bagan 3.1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Langkah I
Analisis Kebutuhan
1. Visi dan misi (Observasi, wawancara)
2. Kurikulum (Observasi, wawancara)
3. Latar belakang siswa (Observasi, wawancara)
4. Permasalahan (Observasi, wawancara)
5. Penggunaan perangkat dan modul
Pembelajaran (Kuesioner)
Hasil dari analisi
kebutuhan:
1. SK/KD
2. Indikator
3. Tujuan
4. Materi
Langkah II
Desain
1. Perangkat Pembelajaran (Silabus, RPP)
2. Modul pembelajaran
Validasi:
1. Ahli IPA
2. Ahli Bahasa
3. Guru
Revisi Perangkat dan Modul pembelajaran
siap uji
Langkah III
Implementasi
1. Kegiatan belajar mengajar
2. Observasi proses pembelajaran
3. Penyebaran Kuesioner
4. Validasi Siswa
Langkah IV
Evaluasi
1. Analisi data hasil observasi
dan penyebaran kuesioner.
2. Analisi kelebihan dan
kekurangan perangkat dan
modul pembelajaran.
Langkah V
Revisi
Memperbaiki Perangkat dan Modul Pembelajaran sesuai hasil evaluasi
Mengintrgrasi
11 Prinsip
Tomlinson
Bagan 3.1 Prosedur Pengembangan Perangkat dan Modul Pembelajaran
Mengintrgrasi
PPR dan
Emansipatoris
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Dari 5 langkah perosedur penelitian dan pengembangan menurut
Tomlinsosn, yaitu (1) analisis kebutuhan, (2) desain, (3) implementasi, (4)
evaluasi, dan (5) revisi. Berikut ini peneliti akan menjelaskan bagan prosedur
pengembangan tersebut.
3.3.1 Analisis Kebutuhan
Langkah pertama dalam penelitian ini adalah analisis kebutuhan. Analisis
kebutuhan dilakukan sebagai acuan dalam pembuatan perangkat dan modul
pembelajaran. Pertama peneliti melakukan pengumpulan data yaitu berupa latar
belakang siswa kelas III A di SDN Petinggen Yogyakarta, visi dan misi sekolah,
kurikulum yang digunakan di sekolah, permasalahan yang ada di sekolah dan
penggunaan perangkat dan modul pembelajaran oleh siswa dan guru di kelas III
A. Latar belakang siswa dan permasalahan yang ada di sekolah diperoleh melalui
observasi dan wawancara. Visi dan misi sekolah serta kurikulum yang digunakan
diperoleh dengan observasi. Penggunaan perangkat dan modul pembelajaran
diperoleh melalui penyebaran kuesioner.
Setelah melakukan pengumpulan data, peneliti menganalisis data yang
diperoleh, kemudian memilih Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD). Standar Kompetensi yang peneliti pilih yaitu SK. 5. Menerapkan energi
gerak, dengan Kompetensi Dasar (KD) 5.2 Menerapkan cara menghemat energi
dalam kehidupan sehari-hari. Setelah menentukan SK & KD, peneliti kemudian
menentukan indikator, tujuan, dan materi yang digunakan peneliti untuk
menyususn perangkat dan modul pembelajran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
3.3.2 Desain
Langkah kedua dalam penelitian ini adalah desain. Proses desain diawali
dengan membuat perangkat pembelajaran yang berupa silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus dan RPP dikembangkan menggunakan
pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan memasukan unsur
Pendidikan Emansipatoris didalamya. RPP digunakan sebagai dasar pembuatan
modul pembelajaran IPA. Modul Pembelajaran IPA dikembangkan dengan
mengintegrasi sebelas dari enambelas prinsip pengembangan materi milik
Tomlinson, yaitu 1) Materi harus mencapai dampak 2) Materi harus membantu
peserta didik untuk merasa nyaman, 3) Materi harus membantu peserta didik
untuk mengembangkan kepercayaan diri., 4) Materi yang diajarkan harus relevan
dan berguna bagi siswa, 5) materi harus diperlukan dan memfasilitasi peserta
didik dalam belajar, 6) materi ajar yang dikembangkan terdapat bagian-bagian
yang dapat memfasilitasi siswa dalam belajar, 7) materi harus menyediakan
kesempatan bagi peserta didik untuk dapat berkomunikasi dengan aktif, 8) materi
harus memperhatikan gaya belajar yang bebeda dalam diri masing-masing siswa,
9) materi harus memperhitungkan sikap peserta didik yang berbeda-beda, 10)
materi dapat membantu pembelajar mengembangkan kemampuan berpikir,
pengelolaan emosi, estetika seni, dan menyediakan kegiatan yang melatih otak
kanan dan kiri peserta didik, 11) materi harus memberikan kesempatan peserta
didik untuk umpan balik hasil. Perangkat dan modul pembelajaran yang sudah
dibuat, kemudian divalidasikan kepada ahli IPA, ahli Bahasa dan Guru kelas III
untuk memperoleh kritik dan saran serta penilaian modul yang dikembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
oleh peneliti. Kritik dan saran dari ahli dan Guru kelas III digunakan untuk
memperbaiki modul pembelajaran sebelum dilakukan implementasi.
3.3.3 Implementasi
Langkah ketiga dalam penelitian ini adalah implementasi. Pada tahap ini,
peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dan uji coba produk yang sudah
direvisi berdasarkan hasil validasi oleh ahli IPA, ahli bahasa dan guru kelas III.
Implementasi yang dilakukan melibatkan subjek yang terdiri atas sembilan siswa
kelas III SD. Selama kegiatan pembelajaran peneliti secara tidak langsung
melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Setelah
kegiatan pembelajaran, peneliti kemudian membagikan kuesioner yang digunakan
untuk mengukur kualitas modul pembelajaran IPA kepada masing-masing siswa.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk memperoleh hasil validasi siswa.
3.3.4 Evaluasi
Langkah keempat dalam penelitian ini adalah evaluasi. Pada tahap ini,
keseluruhan dari rangkaian proses implementasi perangkat dan modul
pembelajara, serta hasil kuesioner, dianalisis kembali untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari perangkat dan modul pembelajaran.
3.3.5 Revisi
Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah revisi. Revisi akhir dilakukan
peneliti setelah melakukan analisis kelebihan dan kelemahan dari modul
pembelajaran sesuai dengan hasil evalusi. Kegiatan revisi akhir ini dilakukan
sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengembangkan kualitas modul, agar
semakin layak dan berguna sebagai tahap akhir penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh
materi-materi, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat
dipercaya. Untuk memperoleh data tersebut, dalam penelitian dapat digunakan
berbagai macam teknik, diantaranya adalah, angket, observasi, wawancara, tes,
dan analisis dokumen (Widoyoko, 2012: 33). Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan kuesioner.
3.4.1 Observasi
Obervasi merupakan salah satu metode pengumpulan data di mana
pengumpul data mengamati secara visual gejala yang diamati serta
menginterprestasikan hasil pengamatan tersebut dalam bentuk catatan sehingga
validitas data sangat tergantung pada kemampuan observer (Widoyoko, 2012: 46).
Observasi pada penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Petinggen Yogyakarta
dan kelas III di SD tersebut. Aspek yang diamati oleh peneliti ketika melakukan
observasi adalah permasalahan yang dialami siswa di sekolah dan ketersediaan
perangkat pembelajaran dan bahan ajar yang digunakan.
3.4.2 Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan
reponden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab dalam hubungan
tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang
melengkapi kata-kata secara verbal (Gulo, 2002: 119). Wawancara adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya-jawab, sambil
bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau
reponden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
wawancara) (Nazir, 2014,170). Wawancara pada penelitian ini dilakukan kepada
guru dan siswa kelas III A SD Negeri Petinggen Yogyakarta. Wawancara dengan
guru kelas III A dilakukan untuk memperoleh informasi tentang latar belakan
sosial-ekonomi siswa, mengenali analisis kebutuhan perangkat dan materi ajar
yang digunakan. Wawancara dengan siswa kelas III A dilakukan untuk
memperoleh data terkait dengan materi menghemat energi listrik, proses
pembelajaran yang di lakukan di sekolah dan bahan ajar yang digunakan.
3.4.3 Kuesioner
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna (Widoyoko, 2012:
33). Peneliti menggunakan kuesioner dalam penelitian ini untuk mengumpulkan
data mengenai analisis kebutuhan baik guru maupun siswa validasi produk dan uji
coba produk. Kuesioner diberikan kepada guru dan siswa kelas III A SD Negeri
Petinggen Yogyakarta untuk memperoleh analisis kebutuhan terkait dengan
produk. Kuesioner validasi produk ditujukan kepada ahli IPA, Bahasa dan guru
kelas III untuk menilai kelayakan produk berupa perangkat dan modul
pembelajaran yang sudah dibuat. Kuesioner validasi siswa ditujukan untuk
menilai kualitas produk yang sudah dibuat.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran
(Widoyoko, 2012: 51). Peneliti menggunakan beberapa instrumen dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
penelitian ini diantaranya pedoman observasi, pedoman wawancara, dan
kuesioner.
3.5.1 Pedoman Observasi
Observasi dilaksanakan dalam dua lingkup yaitu pertama mengenai
sekolah dan kedua mengenai proses pembelajaran IPA siswa kelas III A di SD
Negeri Petinggen Yogyakarta. Aspek yang diobservasi terkait sekolah yaitu
berkaitan dengan kurikulum, visis dan misi sekolah dan permasalahan yang ada..
Aspek yang diobservasi di kelas III A adalah tentang proses pembelajaran yang
berlangsung dan materi ajar yang digunakan. Kisi-kisi observasi dapat dilihat pada
tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi
No Kisi-kisi Observasi Sekolah Kisi-kisi Observasi Kelas
1. Kurikulum sekolah Proses belajar mengajar
2. Visi dan misi sekolah Ketersediaan perangkat pembelajaran
3. Lingkungan sekolah Ketersediaan modul pembelajaran
4. Permasalahan yang ada Partisipasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran
3.5.2 Pedoman wawancara
Wawancara ditujukan kepada guru dan siswa kelas III A SD Negeri
Petinggen Yogyakarta.
3.5.2.1Wawancara Guru Kelas III A
Pengumpulan data melalui wawancara yang pertama ditujuan kepada guru
kelas III A SD Negeri Petinggen Yogyakarta. Teknik wawancara yang digunakan
adalah wawancara tidak tersetruktur atau terbuka, sehingga peneliti hanya
menyusun rencana untuk wawancara tetapi tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
datanya (Widoyoko, 2012: 42-43) Berikut adalah rencana wawancara dengan guru
kelas III A dapat dilihat pada tebel 3.2.
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas III A
No Topik Pertanyaan
1. Latar belakang sosial-ekonomi siswa
2. Pendekatan yang pernah di gunakan dalam pembelajaran
3. Penggunaan perangkat pembelajaran
4. Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran
5. Partisipasi siswa dalam pembelajaran
3.5.2.2 Wawancara Siswa Kelas III A
Kegiatan wawancara yang kedua ditujukan kepada siswa kelas III A yang
berjumlah 5 orang. Wawancara yang dilakukan menggunakan teknik wawancara
tidak tersetruktur atau terbuka. Adapun rencana wawancara yang dilakukan
dengan siswa kelas III A dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara dengan siswa kelas III A
No Topik Pertanyaan
1. Tindakan siswa dalam menggunakan energi listrik di sekolah
2. Pemahaman siswa tentang dampak yang ditimbulkan dari penggunaan energi
listrik yang berlebihan
3. Pembelajaran yang menarik bagi siswa
4. Bahan ajar yang digunakan siswa dalam pembelajaran
3.5.3 Kuesioner
Peneliti menggunakan kuesioner dalam beberapa hal yaitu analisis
kebutuhan, validasi produk oleh para ahli, dan kuesioner uji coba produk
3.5.3.1 Instrumen analisis kebutuhan
Instrumen analisis kebutuhan yang berupa kuesioner diberikan kepada
guru dan siswa kelas III A SD Negeri Petinggen Yogyakarta. Kuesioner analisis
kebutuhan diberikan kepada guru kelas III A. Kuesioner anaisis kebutuhan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
diberikan kepada siswa kelas III A yang berjumlah 30 siswa. Pemberian
instrumen kuesioner bertujuan untuk mengetahui kebutuhan guru dan siswa akan
perangkat dan modul pembelajaran. Kuesioner yang diberikan kepada guru berupa
kuesioner terbuka, sedangkan kuesioner yang diberikan kepada siswa berupa
kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka merupakan kuesioner yang bisa
dijawab/direspon secara bebas oleh responden, sedangkan kuesioner tertutup
merupakan kuesioner yang jumlah item san alternatif jawaban maupun responya
sudah ditentukan (Widoyoko, 2012: 36). Adapun kisi-kisi kuesioner analisis
kebutuhan guru dan siswa dapat dilihat pada tabel 3.4 dan 3.5.
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Guru Terbuka
Indikator Nomor Item
Pengaruh penggunaan perangkat dan modul pembelajaran
bagi siswa
1,2,5 dan 6
Pembelajaran yang dapat membentuk pribadi siswa 3,9 dan 10
Fungsi perangkat dan modul pembelajaran 7
Bahan ajar yang pernah digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran
4 dan 8
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner Siswa Tertutup
Indikator Nomor Item
Manfaat modul bagi siswa 1,2,3 dan 5
Pentingnya penggunaan modul bagi siswa 4,6 dan 10
Pengaalaman belajar siswa 7,8,9,11,12,13,14, dan 15
3.5.3.2 Instrumen Validasi Produk oleh Ahli
Instrumen validasi produk oleh ahli berupa kuesioner, yang dilakukan
untuk mengetahui kualitas produk yang berupa perangkat dan modul
pembelajaran. Kuesioner validasi produk berupa kuesioner tertutup dengan pilihan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
jawaban berskala likert. Rentang skala yang disediakan yaitu 1- 4 dengan jawaban
skala (1) sangan kurang baik, (2) kurang baik, (3) baik, (4) sangat baik. Validasi
produk dilakukan oleh ahli pembelajaran IPA, ahli Bahasa dan guru kelas III. Ada
dua kuesioner yang akan di validasi yaitu, kuisioner perangkat pembelajaran dan
kuesioner modul pembelajaran. Kuesioner perangkat pembelajaran berisi
pernyataan yang berjumlah 20 butir, sedangkan kuesioner modul penilaian modul
pembelajaran berisi 32 butir pernyataan. Berikut adalah aspek yang dinilai dalam
validasi produk yang disajikan dalam tabel 3.6 dan 3.7.
Tabel 3.6 Aspek Penilaian Perangkat Pembelajaran
No Aspek yang dinilai
1. Indikator
2. Tujuan
3. Materi
4. Media dan sumber belajar
5. Skenario kegiatan pembelajaran
6. Penilaiaan hasil belajar
Tabel 3.7 Aspek Penilaiaan Modul Pembelajaran
No Aspek yang dinilai
1. Tujuan dan pendekatan
2. Desain dan pengorganisasian
3. Isi
4. Topik
5. Metodologi
6. Bahasa
3.5.3.3 Instrumen Validasi Siswa
Instrumen validasi siswa berupa kuesioner dilakukan untuk mengetahui
kualitas dan pengaruh modul pembelajaran setelah digunakan oleh siswa.
Kuesioner validasi siswa berupa kuesioner tertutup dengan pilihan jawaban
berskala likert. Rentang skala yang disediakan yaitu 1- 4 dengan jawaban skala (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
sangat tidak baik, (2) tidak baik, (3) baik, (4) sangat baik. Kuesioner validasi
siswa dilakukan oleh siswa kelas III yang sudah mengguakan modul
pembelajaran. Kuesioner berisi pernyataan yang berjumlah 12 butir. Adapun
instrumen kuesioner validasi siswa dapat dilihar pada tebel 3.8
Tabel 3.8 Instrumen Kuesioner Validasi Siswa
No Pertanyaan skor Komentar
1 2 3 4
1. Saya memahami bahasa yang
digunakan pada modul
pembelajaran
2. Saya memahami dengan jelas
langkah kegiatan pembelajaran
3. Ukuran dan jenis huruf pada
modul pembelajaran dapat saya
bacaa dengan jelas
4. Gambar pada modul
pembelajaran membuat saya
menjadi jelas dan tertarik dalam
mengikuti kegiatan
pembelajaran.
5. Warna yang ada pada modul
pembelajaran membuat saya
tertarik dan membuat saya
semangat untuk uji coba.
6. Tampilan pada modul
pembelajaran membuat saya
tertarik untuk menemukan
pengetahuan sendiri dan tidak
membosankan.
7. Isi yang disajikan dalam modul
pembelajaran membuat saya
mandiri.
8. Dengan modul pembelajaran
membuat saya lebih aktif dalam
pembelajaran.
9. Modul pembelajaran
meningkatkan rasa ingin tahu
saya.
10. Modul pembelajaran membuat
saya lebih aktif dalam mencari
tahu pada saat melakukan uji
coba.
11. Modul pembelajaran membuat
saya mencari, menemukan
sendiri masalah dan kesimpulan
dari kegiatan uji coba yang
berkaitan dengan lingkungan.
12. Modul pembelajaran membantu
saya dalam memecahkan
masalah saat melakukan uji coba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
No Pertanyaan skor Komentar
1 2 3 4
Jumlah Skor
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang menunjukkan kualitas atau mutu
sesuatu yang ada, baik keadaan proses, peristiwa/kejadian dan lainnya yang
dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau berupa kata-kata (Widoyoko, 2012: 18).
Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka sebagai hasil
observasi atau pengukuran (Widoyoko, 2012: 21). Berikut pembahasan dari
masing-masing teknik analisis.
3.6.1 Data kualitatif
Data kualitatif diperoleh berupa kritik dan saran yang dikemukakan oeleh
ahli IPA, ahli Bahasa, guru dan siswa yang dikumpulkan untuk memperbaiki
produk pengembangan perangkat dan modul pembelajaran. Selain itu, data juga
dapat diperoleh dari komentar terhadap kuesioner yang disebarkan. Adapun
komentar tersebut diperoleh dari komentar para pakar yang akan memberikan
masukkan terhadap kelayakan perangkat dan modul pembelajaran. Data juga
dapat diperoleh dari hasil pengamatan peneliti selama proses uji coba berupa hasil
observasi, hasil kajian dari penggunaan modul pembelajaran, dan dari hasil
refleksi siawa. Data yang diperoleh kemudian dianalsis sebagai pedoman untuk
memperbaiki kualitas dan mengetahui kelayakan prosuk.
3.6.2 Data kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil kuesioner analisis kebutuhan guru,
kebutuhan siswa, validasi produk oleh ahli IPA dan bahasa, serta kuesioner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
validasi siswa. Analisis dilakukan menggunakan skala likert 1-4 dengan jawaban
skala (1) sangat tidak baik, (2) tidak baik, (3) baik, (4) sangat baik.Hasil yang
digunakan dari penilaian dengan menggunakan skala Likert 1-4 kemudian
dihitung untuk memperoleh rerata penilaian. Rerata penilaian dihitung dengan
rumus 3.1
Rumus 3.1. Rumus perhitungan rerata hasil penilaian dengan skala Likert
Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut, diperoleh rerata nilai.
Rerata nilai tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif dengan
acuan dari Widoyoko (2014: 144). Tabel 3.9 adalah tabel konversi data kuantitatif
ke kualitatif menurut Widoyoko.
Tabel 3.9 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif
Interval Skor Kategori
3,26 - X- 4,00 Sangat Baik
2,51 - X- 3,25 Baik
1,76 - X- 2,50 Kurang
1,00 - X- 1,75 Sangat Kurang
Interval skor tersebut juga dapat menunjukkan valid/tidaknya suatu
instrumen. Berikut adalah kategorisasi hasil skor validasi instrumen oleh ahli yang
dituangkan dalam tabel 3.10
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 =Ʃ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Ʃ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑡𝑒𝑚
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tabel 3.10 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif
Interval Skor Kategori Bobot
3,26 - X- 4,00 Sangat Baik Keseluruhan instrumen sudah layak
digunakan
2,51 - X- 3,25 Baik Keseluruhan instrumen sudah layak
digunakan namun perlu perbaikan
1,76 - X- 2,50 Kurang Keseluruhan instrumen kurang layak
digunakan
1,00 - X- 1,75 Sangat Kurang Keseluruhan instrumen tidak layak
digunakan
Instrumen dikatakan valid jika memperoleh rerata skor lebih besar dari
2,50. Nilai terdapat pada rentan skor 3 (kategori baik) yang berarti keseluruhan
instrumen sudah layak digunakan namun perul perbaikan. Apabila rerata skor
yang diperoleh lebih kecil dari 2,50, maka instrumen tersebut dapat dikatakan
tidak valid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas dua hal utama yang berkaitan dengan pertanyaan
penelitian. Pertama, membahas proses pengembangan perangkat dan modul
pembelajaran Menghemat Energi Listrik untuk siswa III A SDN Petinggen
Yogyakata. Kedua, membahas deskripsi kualitas perangkat dan modul
pembelajaran dalam membantu siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta agar
semakin sadar untuk menghememat energi listrik. Peneliti akan menguraikan hasil
penelitian dan pembahasan sebagai berikut:
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Proses Pengembangan Perangkat dan Modul Pembelajaran
Perangkat dan modul pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti
berfokus pada pembelajaran IPA dengan materi Menghemat Energi Listrik. Proses
pengembangan perangkat dan modul pembelajaran pada penelitian ini
menggunakan lima langkah pengembangan materi menurut Tomlinson, kelima
langkah tersebut antara lain sebagai berikut:
4.1.1.1 Analisis Kebutuhan
Penelitian pengembangan ini diawali dengan melakukan kegiatan analisis
kebutuhan melalui kegatiatan observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner.
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui kurikulum sekolah, visi dan misi
sekolah, permasalahan lingkungan yang ada di sekolah dan proses pembelajaran
di kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta. Kegiatan wawancara dilakukan pada
guru dan siswa. Sedangkan penyebaran kuesioner digunakan untuk memperoleh
informasi tentang kebutuhan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
4.1.1.1.1 Observasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti selama melaksanakan kegiatan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SDN Petinggen Yogyakarta. Peneliti
melaksanakan kegiatan PPL selama 3 bulan yakni dari bulan Juli s.d Oktober
2017. Kegiatan obeservasi pertama yang dilakukan peneliti yaitu menganalisis
kurikulum, visi dan misi serta permasalahan yang ada di sekolah. Pertama,
Kurikulum yang diterapkan di SDN Petinggen ada 2 yaitu Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidik (KTSP) dan Kurikulum 2013. Untuk kelas I dan IV
menggunakan kurikulum 2013, sedangkan kelas II, III, V, dan VI menggunakan
KTSP. Kedua, visi dan misi SDN Petinggen Yogyakarta. Analisis visi dan misi
dilakukan akan penelitian yang dilakukan dapat sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh sekolah. Visi SDN Petinggen ini adalah terwujudnya siswa yang
taqwa, cerdas, terampil, berkualitas, dan berkarakter bangsa serta memiliki etika
dalam berlalu lintas. Misi yang ada di SDN Petinggen ada 5, namun peneliti
hanya mengambil satu misi yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan yaitu
mengembangkan kecerdasan intelektual dan emosional secara optimal sesuai
tahap perkrmbangan jiwa anak. Ketiga permasalahan yang peneliti dapatkan di
sekolah yaitu tingginya penggunaan energi listrik yang digunakan. Hal itu dapat
dilihat dari seringnya beban listrik di sekolah anjlok, bahkan sampai 3 kali dalam
sehari, selain itu peneliti mendapatkan fakta bahwa siswa masih menggunakan
energi listrik secara berlebihan dengan menyalakan lampu serta kipas angina
sampai lupa mematikan.
Kegiatan obeservasi kedua yaitu saat peneliti melakukan kegiatan
observasi pembelajaran IPA di kelas III A SDN Petinggen pada hari Rabu tanggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
13 September 2016. Siswa kelas III A berjumlah 30 siswa, dengan siswa laki-laki
sebanyak 14 dan 16 siswa perempuan. Guru mengawali pembelajaran dengan
mengkondisikan siswa selanjunya berdoa. Materi yang dipelajari pada hari itu
yaitu tentang lingkungan alam dan buatan. Materi disampaikan dengan cara tanya
jawab terlebih dahulu, salah satu pertanyaan yang diajukan oleh guru adalah “Apa
yang dimaksud dengan lingkungan?”. Siswa selanjutnya diminta untuk membaca
materi yang ada di buku paket, setelah itu siswa bersama guru melakukan tanya
jawab untuk membahas materi yang dipelajari. Setiap siswa kemudian diminta
untuk mengerjakan latihan soal yang ada di LKS. Jika siswa sudah selesai
mengerjakan latiahan soal, guru meminta siswa untuk secara bergantian
menjawab soal yang sudah dikerjakan. Saat pembelajaran berlangsung, jika ada
siswa yang berbicara sendiri guru selalu menegurnya.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran di kelas III A dan hasil
observasi yang dilakukan selama peneliti melaksanakan PPL, pembelajaran IPA
yang berlangsung di kelas III A belum mengupayakan pembelajaran yang
menyenangkan. Materi yang disampaikan hanya sebatas pengetahuan saja dan
pembelajaran belum dapat membuat siswa mengalami sendiri (bukan hanya
mendapatkan informasi karena diberi tahu).
4.1.1.1.2 Wawancara
Peneliti melakukan wawancara dengan siswa dan guru. Pertama peneliti
melakukan wawancara dengan 5 orang siswa. Garis besar pertanyaan wawancara
yaitu kebiasaan menggunakan energi listrik, dampak penggunaan energi listrik
secara berlebih, cara menghemat energi listrik, pembelajaran yang menarik bagi
siswa dan bahan ajar yang pernah siswa gunakan. Dari kegiatan wawancara ke 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
siswa tersebut dapat diperoleh hasil bahwa siswa menggunakan energi listrik
untuk menyalakan lampu, kipas angin, menonton tv, main game, dan kegiatan
tersebut sering meraka lakukan secara bersamaan. Dari penggunaan energi listrik
yang siswa lakukan tersebut, siswa masih belum tahu dampak yang ditimbulkan
dari penggunaan energi listrik secara berlebihan. Siswa juga masih kurang tahu
cara-cara untuk menghemat energi listrik. Kurangnya pemahaman akan dampak
dan cara mengehemat energi listrik disebabkan karena siswa jarang diberikan
pengalaman secara langsung, sedangkan siswa ingin pembelajaran yang
mengajak siswa untuk belajar secara langsung dan menyenangkan. Materi ajar
yang digunakan siswapun masih terbatas dengan menggunakan buku cetak dan
LKS saja yang kurang menunjang dalam proses pembelajaran.
Kegiatan wawancara kedua yaitu peneliti melakukan wawancara terhadap
guru wali kelas III A. Garis besar pertanyaan wawancara yaitu latar belakang
sosial-ekonomi siswa, pendekatan yang pernah digunakan dalam pembelajaran,
penggunaan perangkat pembelajaran, materi ajar yang digunakan dan partisipasi
siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara beliau mengatakan
bahwa secara garis besar latar belakang sosial-ekonomi siswa kelas III A adalah
menengah kebawah. Hal tersebut dapat terlihat dari 30 siswa, 75% orangtua siswa
bekerja menjadi wiraswasta dengan berdagang burjonan, penjual makanan,
tukang parkir, satpam dan lain-lain. Dan sisanya 25% pekerjaan orangtua mereka
menjadi PNS.
Dalam kegiatan pembelajaran beliau berpedoman pada perangkat
pembelajaran yang sudah beliau siapkan. Perangkat pembelajaran yang dibuat
bertujuan untuk mempermudah dalam menyampaikan materi. Selama beliau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
mengajar, pendekatan yang pernah beliau gunakan dalam pembelajaran hanya
EEK dan sesekali menggunkan saintifik. Bahan ajar yang sering digunakan dalam
pembelajaran adalah buku paket dan LKS yang direkomendasikan dari sekolah.
Selama beliau mengajar, siswa tekadang terlihat aktif dan terkadang kurang
tergantung pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Namun selama ini beliau
sering mengajar dengan hanya memberikan materi kepada siswa dan jarang
membiarkan siswa mencari sendiri.
4.1.1.1.3 Penyebaran Kuesioener
Peneliti selanjutnya membagikan kuesioner kepada guru dan siswa untuk
mendapatkan informasi sebagai analisis kebutuhan akan perangkat dan modul
pembelajaran IPA. Pertama peneliti memberikan kuesioner pada guru kelas III A.
Pertanyaan kuesioner tersebut ditanyakan mengenai penggunaan perangkat dan
modul pembelajaran IPA, guru menjelaskan bahwa perangkat dan modul
pembelajaran berfungsi sebagai acuan guru dalam menyapaikan materi. Dengan
adanya perangkat dan modul pembelajaran materi yang akan disampaikan dalam
pembelajaran akan lebih mudah, runtut dan jelas. Modul pembelajaran dapat
meningkatkan keaktifan, motivasi untuk belajar dan akan lebih baik lagi jika
materi disampikan dengan menarik sehingga mudah dipahami siswa. Namun,
selama ini beliau masih sering memberikan materi kepada siswa daripada siswa
yang mencari sendiri, sehingga dengan adanya modul pembelajaran dapat
membantu siswa untuk madiri dan mencari materi sendiri.
Adapun pertanyaan mengenai kriteria modul dan isi modul, beliau
menjelaskan bahwa modul yang bergambar dan kata-katanya jelas dapat lebih
menarik untuk dipelajari. Lalu pada bagian isi modulnya harus disesuaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
dengan materi, langkah-langkah kegiatannya jelas sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan yang ada secara mandiri, alat dan materinya mudah
diperoleh, terdapat pertanyaan yang mendukung serta ringkasan materi agar siswa
lebih paham, dan kegiatannya dapat membuat siswa aktif, kreatif, dan kritis.
Peneliti selanjutnya membagikan kuesioner analisis kebutuhan pada
seluruh siswa kelas III A yang pada saat itu siswa yang masuk berjumlah 29
siswa. Hasil dari analisis kuesioner analisis kebutuhan siswa adalah sebagi
berikut.
Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa
No Pernyataan Jawaban
Ya Tidak
1. Dengan adanya modul materi dapat mempermudah saya untuk
mengikuti pembelajaran.
26 3
2. Dengan adanya modul materi membuat saya mandiri. 24 5
3. Dengan adanya modul materi lebih memperjelas saya dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
26 3
4. Saya memerlukan pembelajaran yang menbuat saya berpikir dan
bertindak.
28 1
5. Dengan adanya modul materi membuat saya aktif berfikir. 28 1
6. Saya memerlukan pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan
saya.
26 3
7. Saya belajar bukan hanya dari penjelasan guru tapi mencari sendiri. 26 3
8. Saya pernah mengikuti pembelajaran yang akan mengasah akal budi
dan mendidik kepedulian.
5 24
9. Saya pernah mengikuti pembelajaran yang melakukan kegiatan
praktikum.
18 10
10. Saya memerlukan modul materi untuk membantu dalam
pembelajaran.
25 4
11. Saya terlibat aktif ketika pembelajaran IPA di kelas 16 14
12. Saya mengalami kesulitan ketika melakukan pembeljaran IPA tanpa
menggunakan modul pembelajaran.
22 7
13. Saya belajar dari bacaan dan bertanya kepada orang lain untuk bisa
mengetahui suatu informasi.
23 6
14. Saya memiliki kepribadian yang utuh dan memiliki kebebasan
dalam memilih.
1 28
Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan pada siswa tersebut 26 siswa
menyatakan bahwa modul pembelajaran dapat mempermudah mereka dalam
mengikuti pembelajaran. Lalu untuk keperluan adanya modul pembelajaran IPA,
25 siswa mengatakan bahwa mereka memerlukan modul pembelajaran untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
membantu mereka dalam pembelajaran, 22 siswa mengelami kesulitan ketika
melakukan pembelajaran IPA tanpa menggunakan modul pembelajaran. Adapun
kriteria modul yang mereka inginkan yaitu 28 siswa mengatakan menginginkan
modul pempelajaran yang membuat mereka dapat aktif berpikir dan bertindak, 26
siswa memerlukan pembelajaran yang sesuai dengan lingkungannya. Dari data itu
semua menjadi landasan bagi peneliti untuk membuat modul pembelajaran IPA.
Peneliti mengumpulkan data hasil observasi, wawancara, dan kuesioner
tersebut sebagai dasar untuk membuat produk berupa perangkat dan modul
pembelajaran IPA yang diharapkan dapat membantu siswa dan guru dalam
kegiatan belajar mengejar khususnya pada pembelajaran IPA.
4.1.1.2 Desain
Desain merupakan langkah lanjutan setelah peneliti melakukan analisis
kebutuhan. Peneliti mengawali kegiatan desain dengan mempelajari terlebih
dahulu prinsip-prinsip pengembangan materi ajar menurut Tomlinson (2005) yang
diyakini relevan dengan penelitian ini. Proses pendesainan materi dalam
penelitian ini sebagai berikut:
4.1.1.2.1 Desain Materi Sebelum Divalidasi
Berangkat dari analisis kebutuhan yang telah dilakukan, peneliti membuat
produk berupa perangkat dan modul pembelajaran IPA untuk siswa kelas III
Sekolah Dasar. Dalam pembuatan produk, peneliti pertama-tama mentukan SK,
KD dan menentukan materi yaitu menghemat energi listrik. Pembuatan produk
awal yang dilakuakan peneliti yaitu membuat perangkat pembelajaran. Perangkat
pemebelajaran yang dibuat berupa silabus dan RPP. Setelah silabus dan RPP
selesai dibuat, peneliti selanjutnya membuat modul pembelajaran IPA yang sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dengan acuan yang ada pada silabus dan RPP. Perangkat dan modul pembelajaran
dibuat dengan menggunakan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan
mengintegrasi 11 prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson.
Perangkat dan modul pembelajaran yang dikembangkan dibuat oleh
peneliti menggunakan program Microsoft word 2010 dengan font Times New
Roman dengan ukuran 12. Desain produk modul di buat semenarik mungkin
dengan memberikan gambar dan warna yang menarik bagi siswa. Komponen dari
modul pembelajaran IPA ini yaitu: (1) sampul modul, (2) pendahuluan, (isi), dan
(4) daftar pustaka, penjelasanya adalah sebagai berikut:
1) Sampul modul
Sampul modul didesain sendiri oleh peneliti menggunakan Microsoft
Word 2010. Isi sampul modul adalah tema “Ayo Menghemat Energi Listrik” yang
ditujukan untuk siswa kelas III, serta nama lengkap dan nomor induk mahasiswa
yaitu Yuliana Reni Restriani, dan background dan gambar yang peneliri peroleh
dari mengakses internet.
Gambar 4.1 Cover Modul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
2) Pendahuluan
Pendahuluan berisikan deskripsi singkat, Standar Kompetensi (SK),
Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian KD, dan tujuan.
3) Isi Modul
Modul berisi 3 subtema materi yaitu mengenai manfaat energi listrik,
dampak penggunaan energi listrik secara berlebihan dan cara menghemat energi
listrik. Materi tersebut dilengkapi gambar-gambar yang dapat menunjang materi.
Selain itu, isi modul juga dilengkapi serangkaian kegiatan yang dapat memberi
pengalaman nyata bagi penggunanya, yaitu seperti pengamatan, eksperimen,
latihan soal, refleksi, aksi menghemat energi, dan eveluasi.
4) Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisikan referensi yang digunaka dalam penyususnan
modul pembelajaran IPA.
Modul pembelajaran IPA yang dikembangkan oleh peneliti juga
disesuaikan dengan sebelas dari enam belas prinsip pengembangan materi milik
Tomlinson. Prinsip pertama yakni materi harus mencapai dampak. Jadi prinsip ini
dapat dikatakan tercapai apabila modul pembelajaran IPA yang dikembangkan
peneliti dapat menggugah rasa ingin, minat dan perhatian dari peserta didik. Pada
gambar 4.2 dan 4.3 berikut adalah bukti bahwa modul pembelajaran IPA memiliki
dampak bagi siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Gambar 4.2 Panduan berekperimen Gambar 4.3 Kegiatan ekperimen
Prinsip kedua yakni materi harus membantu peserta dikik merasa nyaman.
Pada gambar 4.2 dan 4.3 merupakan salah satu bukti jika modul pembelajaran
IPA yang dikembangkan dapat membantu pesrta didik merasa nyaman, karena
materi sudah dilengkapi dengan teks, gambar dan bahasa yang mudah dipahami
oleh siswa, serta berisikan langkah-langkah kegiatan.
Prinsip ketiga yakni materi harus membantu siswa untuk mengembangkan
kepercayaan diri. Hal ini dapat di pada gambar 4.2 dan 4.3 modul berisikan
kegiatan eksperimen yang membuat siswa dapat melakukan kegiatan dengan
mandiri setelah membaca langkah-langkah yang ada pada modul dan modul juga
mengembangkan kemampuan siswa yaitu siswa melakukan kegiatan eksperimen
yang belum pernah mereka lakukan.
Prinsip yang keempat yakni materi yang diajarkan harus relevan dan
berguna bagi siswa. Gambar 4.4 adalah bukti bahwa modul pembelajaran IPA
yang peneliti kembangkan bermanfaat bagi siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Gambar 4.4 Refleksi
Prinsip yang kelima yakni, materi semestinya diperlukan dan
memfasilitasi peserta didik dalam belajar. Pada modul pembelajaran IPA yang
peneliti kembangkan terdapat bagian-bagian yang dapat memfasilitasi siswa
dalam belajar, misalnya materi, gambar, dan kegiatan eksperimen. Materi
berfungsi sebagai sumber pengetahuan dalam modul, gambar berfungsi sebagai
visualisasi dari materi yang diberikan dan kegiatan eksperimen berfungsi sebagai
pembuktian bahwa materi yang telah dipelajari itu benar. Gambar 4.5 merupakan
salah satu contohnya.
Gambar 4.5 Konten Modul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Prinsip yang keenam yakni, materi sebaiknya memberikan pencerahan
bagi peserta didik dengan menghadirkan petunjuk atau nasihat kegiatan sehingga
memudahkan peserta didik memahaminya. Gambar 4.2 adalah salah satu
buktinya.
Prinsip yang ketujuh yakin, materi menyediakan kesempatan bagi siswa
untuk dapat berkomunikasi secara aktif. Setelah belajar, pelajar harus diberikan
kesempatan mempraktekkan bahasa mereka untuk berkomunikasi dalam situasi
kehidupan nyata tidak sekedar dikendalikan oleh guru kelas. Modul pembelajaran
yang dikembangkan peneliti memfasilitasi siswa untuk dapat berkomunikasi
secara aktif dalam kegiatan tanya-jawab dan kegiatan kelompok.
Prinsip kedelapan yaitu, materi harus memperhatikan gaya belajar yang
bebeda dalam diri masing-masing siswa. Materi sebaiknya mengupayakan untuk
menyediakan bentuk-bentuk kegiatan yang mengupayakan kegiatan visual (belajar
dengan cara melihat), auditori (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik
(belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh). Gambar 4.3 dan 4.5
merupakan salah satu buktinya.
Prinsip yang kesembilan yakni, materi harus memperhatikan sikap afektif
yang berbeda dalam diri masing-masing peserta didik. Oleh karena itu sebaiknya
materi yang disusun dapat menyediakan bentuk kegiatan secara individual dan
kelompok. Gambar 4.6 dan 4.7 adalah salah satu buktinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Gambar 4.6 Kegiatan Individu Gambar 4.7 Kegiatan Kelompok
Prinsip kesepuluh adalah materi dapat membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan berpikir, pengelolaan emosi, estetika seni, dan
menyediakan kegiatan yang melatih otak kanan dan kiri peserta didik. Pada modul
pembelajaran IPA tersadapat kegiatan eksperimen tentang dampak penggunaaan
energi listrik secara berlebihan dimana ada dua rangkaian, rangkaian pertama
lampu dibiarkan menyala selama 1 menit lalu dimatikan dan rangkaian kedua
lampu dibiarkan menyala selama 5 menit. Dari kegiatan tersebut siswa diminta
untuk menganalisis pada rangkaian berapa yang membutuhkan energi listrik lebih
banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini bertujuan melatih siswa untuk berpikir dan
membandingkan sehingga dengan kegiatan ini dapat memaksimalkan potensi
siswa. Kegiatan tersebut dapat dilihat dari gambar 4.8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Gambar 4.8 Kegiatan eksperimen dan pengamatan
Prinsip yang kesebelas yaitu materi harus memberikan kesempatan peserta
didik untuk umpan balik.
Pada modul ini terdapat kegiatan aksi membuat poster, refleksi dan
evaluasi (lihat gambar 4.4, 4.9 dan 4.10). Rangkaian kegiatan tersebut digunakan
untuk melihat perkembangan siswa (feeback), baik segi kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Gambar 4.9 Evaluasi Gambar 4.10 Aksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
4.1.1.2.2 Desain Materi Sesudah Divalidasi
Produk awal yang telah disusun menjadi sebuah perangkat dan modul
pembelajaran kemudian diberikan kepada ahli IPA, ahli bahasa dan Guru kelas III
untuk divalidasi. Validasi ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan produk yang
dikembangkan oleh peneliti. Validasi ini menggunakan pedoman pensekoran
skala likert 1-4 menurut Widoyoko (2014: 144). Hasil penilaiaan dari ketiga
validator dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran
No Aspek Validator
1
(IPA)
2
(Bahasa)
3
(Guru)
1. Indikator 19 18 19
2. Tujuan 11 11 11
3. Materi 11 10 11
4. Media dan sumber belajar 14 13 15
5. Skenario kegiatan pembelajaran 15 12 15
6. Penilaiaan hasil belajar 3 3 4
Total skor 73 67 75
Skor terbobot Ʃ ℎ
Ʃ 3,65 3,15 3,75
Kategori Sangat layak Layak Sangat layak
Tabel 4.3 Hasil Validasi Modul Pembelajaran
No Aspek
Validator
1
(IPA)
2
(Bahasa)
3
(Guru)
1. Tujuan dan pendekatan 24 22 22
2. Desain dan pengorganisasian 26 25 31
3. Isi 25 21 27
4. Topik 14 12 16
5. Metodologi 12 9 11
6. Bahasa 12 12 16
Total skor 113 101 123
Skor terbobot Ʃ ℎ
Ʃ 3,51 3,15 3,84
Kategori Sangat layak Layak Sangat layak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Validasi pertama dilakukan oleh ahli IPA. Hasil validasi untuk perangkat
pembelajaran memperoleh skor 3,65 dengan kategori “sangat layak”, sedangkan
untuk hasil validasi modul pembelajaran diperoleh skor 3,51 dengan kategori
“sangat layak”, skor yang telah diperoleh tersebut lalu dilihat kategorinya pada
tabel 3.8 modul dikatakan layak untuk digunakan/diuji coba dengan revisi sesuai
dengan saran yang diberikan.
Ahli IPA memberikan beberapa komentar berisi masukan untuk perbaikan
perangkat dan modul pada aspek desain dan pengorganisasian. Pada aspek desain
dan pengorganisasian ahli IPA memberikan masukan bahwa perlu mengganti
kegiatan 2 yaitu tentang dampak penggunaan energi listrik secara berlebihan
karena peneliti menggunakan multimeter untuk mengukur batu baterai padahal
batu baterai tidak dapat diukur dengan multimeter. Aspek selanjutnya
memperbaiki langkah-langkah pada kegiatan 3 yaitu tentang kegiatan
bereksperiman mencari sumber energi listrik alternatif dari buah karena pada
langkah-langkah kegiatan kurang diberikan gambar yang dapat memperjelas
kegiatan eksperimen tersebut. Produk yang telah divalidasi oleh pakar IPA lalu
direvisi sesuai komentar dan saran, komentar dan saran tersebut dijabarka dalam
tabel berikut:
Tabel 4.4 Komentar Pakar IPA dan Revisian
Komentar pakar Revisi
Desain dan Pengorganisasian
Untuk mengukur daya dan energi tidak
menggunakan multimeter
Dilakukan perbaikan dengan mengganti alat
dan materi praktikum dari menggunakan batu
baterai dan multimeter menjadi menggunakan
batu telepon genggam sehingga dapat diukur
dengan menggunakan telepon genggam
Untuk kegiatan ekperimen sumber energi
alternatif dari buah sebaiknya perlu
ditambahkan gambar pada langakah-
langkahnya.
Dilakukan perbaikan dengan menambahkan
gambar pada langkah-langkah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Sebelum direvisi Setelah direvisi
Sebelum direvisi Setelah direvisi
Gambar 4. 11 Komentar dan Saran dari ahli IPA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Berdasarkan hasil validasi yang kedua yaitu, validasi pada pakar Bahasa
diperoleh hasil validasi perangkat pembelajaran dengan skor 3,15 dengan kategori
“layak”, sedangkan untuk hasil validasi modul pembelajaran diperoleh skor 3,15
dengan kategori “layak”, skor yang telah diperoleh tersebut lalu dilihat
kategorinya pada tabel 3.8 modul dikatakan layak untuk digunakan/diuji coba
dengan revisi sesuai dengan saran yang diberikan.
Ahli bahasa memberikan beberapa komentar berisi masukan untuk
perbaikan perangkat dan modul pada bahasa. Pada aspek bahasa ahli bahasa
memberikan masukan untuk memperbaiki kesalahan penulisan dan ejaan, serta
masih ada istilah asing yang digunakan. Produk yang telah divalidasi oleh ahli
bahasa lalu direvisi sesuai komentar dan saran. Komentar dan saran tersebut
dijabarkan dalam tebel berikut:
Tabel 4.5 Komentar Pakar Bahasa dan Revisian
Komentar pakar Revisi
Bahasa
Perbaiki kesalahan penuliasan dan ejaan Dilakukan perbaikan pada kesalahan
penuliasan dan ejaan.
Masih ada istilah asing Dilakukan perbaikan kalimat yang
menggunakan istilah asing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Sebelum direvisi Sesudah direvisi
Validasi ketiga dilakukan oleh guru kelas III. Hasil validasi untuk
perangkat pembelajaran memperoleh skor 3,75 dengan kategori “sangat layak”,
sedangkan untuk hasil validasi modul pembelajaran diperoleh skor 3,84 dengan
kategori “sangat layak”, skor yang telah diperoleh tersebut lalu dilihat kategorinya
pada tabel 3.8 modul dikatakan layak untuk digunakan/diuji coba tanpa revisi.
Rekapitulasi penilaian dari dua ahli dan guru kelas terhadap perangkat dan
modul pembelajaran dapat dilihat pada table 4.6
Table 4.6 Rekapitulasi Penilaian Perangkat dan Modul pembelajaran oleh
Ahli IPA, Ahli Bahasa, dan Guru Kelas III
No Valiadator
Skor
Rata-rata Kategori Perangkat
pembelajaran
Modul peserta
didika
1. Ahli IPA 3,65 3,51 3,58 Sangat layak
2. Ahli Bahasa 3,15 3,15 3,15 Layak
3. Guru Kelas III 3,75 3,84 3,79 Sangat layak
Total skor 10,52
Rata-rata 3,50 Sangat layak
Gambar 4.12 Komentar dan saran dari ahli Bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Data yang diperoleh dari hasil validasi perangkat dan modul pembelajaran oleh
dua ahli dan guru kelas memperoleh skor rata-rata 3,50. Kualitas perangkat dan
modul pembelajaran yang dikembangkan peneliti berdasarkan validasi pada tabel
4.6 dapat dikateorikan “sangat layak”.
4.1.1.3 Implementasi
Peneliti melakukan implementasi di SDN Petinggen Yogyakarta pada hari
Rabu, 11 Februari 2017 di kelas III A dengan jumlah siswa 9 yang terdiri dari 5
siswa laki-laki dan 4 perempuan. Implementasi dilakukan selama 1 kali pertemuan
dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan berpedoman dengan RPP dan
melakukan kegiatan pada modul yang sudah dibuat. Pada modul pembelajaran
terdapat 3 subtema materi yaitu, mengenai manfaat energi listrik, dampak
penggunaan energi listrik secara berlebihan dan cara menghemat energi listrik.
Subtema materi yang pertama yaitu mengetahui manfaat energi listrik, pada
kegiatan ini siswa diajak untuk mengamati lingkungan kelas dan luar kelas,
setelah itu siswa menuliskan benda-benda yang ada di kelas dan di luar kelas yang
membutuhkan energi listrik. Siswa kemudian secara bergantian menyebutkan apa
saja benda yang mereka temukan. Pada kegiatan tersebut, siswa dapat saling
bertukar pendapat dan saling melengkapi jawaban yang mereka peroleh. Setelah
siswa sudah menemukan benda-benda tersebut, selanjutnya siswa
mengidentifikasi kegunaan dari masing-masing benda yang mereka temukan.
Subtema materi kedua yaitu, mengetahui dampak penggunaan energi
listrik secara berlebihan. Pada kegiatan ini siswa melakukan ekperimen sederhana
dengan menggunakan lampu dan batu baterai telepon genggam. Pertama-tama
telah disediakan 2 telepon genggam, siswa lalu melihat daya batu baterai yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
pada 2 telepon genggam tersebut. Percobaan yang dilakukan dibedakan menjadi 2,
pada percobaan pertama lampu yang dinyalakan dengan batu baterai telepon
genggam dinyalakan selama 1 menit dan pada percobaan kedua lampu yang
dinyalakan dengan batu baterai telepon genggam dinyalakan selama 5 menit.
Setelah itu siswa kembali mengukur daya dari kedua batu baterai tersebut.
Dari kegiatan tersebut, selanjutnya siswa menganalisis pada percobaan
berapa yang menghabiskan energi listrik lebih banyak serta apa penyebabnya dan
percobaan mana yang menghabiskan energi listrik lebih sedikit serta apa
penyebabnya. Selain melakukan percobaan siswa juga menuliskan pengalaman
yang pernah mereka lakukan selama menggunakan energi listrik secara berlebihan
dan penyebab yang akan ditimbulkan dari kegiatan yang mereka lakukan tersebut.
Pengalaman yang mereka tulis lalu di bacakan secara bergantian.
Subtema materi yang ketiga yaitu, cara menghemat energi listrik. Pada
kegiatan ini, siswa diajak melakukan ekperimen menemukan sumber alternatif
energi listrik dari buah-buah. Siswa dibagi menjadi 3 kelompok, 1 kelompok
terdiri dari 3 siswa. Setiap kelompok diberikan buah yang berbeda, kelompok
pertama mendapat buah jeruk nipis, kelompok kedua mendapatkan buah kentang
dan kelompok ketiga mendapatkan buah tomat. Setelah siswa mendapatkan buah,
siswa selanjutnya merangkai buah-buah tersebut sesuai dengan langkah-langkah
yang ada pada modul supaya lampu dapat menyala. Selanjutnya setiap kelompok
mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka, sedangkan kelompok yang lain
mengamati nyala lampu yang dihasilkan oleh masing-masing buah.
Dari hasil presentasi masing-masing kelompok, siswa lalu
membandingkan mana buah yang dapat menghasilkan energi listik paling besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
dan paling kecil, yang dapat dilihat dari nyala lampu. Kegiatan ekperimen ini
merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi siswa karena saat mereka selesai
merangkai buah dan ternyata lampu dapat menyala mereka terlihat sangat senang
dan kagum bahwa buah bisa membuat lampu menyala. Selain melakukan
ekperimen, siswa juga menuliskan kegiatan yang pernah mereka lakukan dalam
menghemat energi listrik.
Pada kegiatan selanjutnya, siswa melakukan aksi. Aksi dilakukan siswa
dengan membuat poster yang berisi gambar dan kalimat ajakan untuk menghemat
energi listrik. Poster dibuat siswa bersama kelompoknya. Saat membuat poster
terlihat kerjasama antar siswa. Siswa di dalam kelompok saling bertukar pendapat
untuk menentukan gambar dan tulisan yang mereka anggap bagus. Siswa juga
berinisiatif untuk membagi tugas, siswa pertama menggambar, siswa kedua
menulis dan siswa yang ketiga bertugas untuk mewarnai. Dari kerjasama siswa
tersebut membuat poster yang dihasilkan lebih menarik.
Dari kegiatan yang sudah dilakukan tersebut, siswa selanjutnya melakukan
refleksi dan evaluasi. Dari hasil refleksi siswa menuliskan bahwa pembelajaran
hari ini sangat menyenangkan terutama saat kegiatan ekperimen. Dan saat
menjawab soal eveluasi yang ada pada modul, siswa dapat menjawab soal tersebut
dengan benar. Dari hasi refleksi dan evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang dilakukan peneliti menyenakan bagi siswa dan materi yang
disampaikan dapat dipahami oleh siswa. Setelah kegiatan pembelajaran selesai,
peneliti kemudian membagikan kuesioner validasi siswa untuk penilaiaan kualitas
modul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Gambar 4.13 Pelaksanaan Implementasi
4.1.1.4 Evaluasi
4.1.1.4.1 Data Hasil Observasi
Observasi dilakukan selama peneliti melakukan kegiatan implementasi di
sekolah. Peneliti melakukan kegiatan observasi untuk melihat sudah tercapai atau
belumnya pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan unsur Pendidikan
Emansipatoris yang digunakan peneliti sebagai dasar pengembangan perangkat
dan modul pembelajaran. Selain itu peneliti juga akan melihat apakah perangkat
dan modul pembelajaran yang dibuat sudah baik atau masih perlu diperbaiki untuk
digunakan.
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah cara pandang tentang
pendidikan di sekolah yang menekankan pada pengembangan pada
pengintegrasian usaha penumbuhan nilai-nilai kemanusiaan dan pengembangan
kompetensi siswa melalui pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Penumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
nilai-nilai kemanusiaan dilakukan sesuai konteks siswa dan materi pelajaran, serta
melalui mekanisme pemberian pengalaman refleksi dan perwujudan aksi serta
evaluasi. Melalui pola pikir tersebut siswa diharapkan mengalami sendiri (bukan
hanya mendapatkan informasi karena diberi tahu). Dinamika pelaksanaan PPR
meliputi 5 siklus yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Selain 5
siklus tersebut, tujuan dari pembelajaran PPR terwujud dalam 3 unsur yang ada
pada tujuan pembelajaran. Ketiga unsur tersebut adalah competence, conscience,
dan compassion. Competence merupakan kemampuan secara kognitif atau
intelektual, conscience ialah kemampuan afektif dalam menentukan pilihan-
pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan secara moral, sedangkan compassion
adalah kemampuan dalam psikomotor yang berupa tindakan konkret maupun
batin disertai sikap bela rasa bagi sesama (Subagya, 2010: 23-24).
Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan implementasi, perangkat
dan modul pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti pendekatan PPR yang
digunakan sudah terlihat. Hal ini dapat dilihat dari perangkat dan modul
pembelajaran yang dikembangkan sudah memuat lima siklus dalam PPR yaitu
konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi serta sudah memenuhi tujuan
dari pembelajaran PPR yang terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan
pembelajaran yaitu competence, conscience, dan compassion. Siklus yang pertama
adalah konteks. Hal ini terlihat ketika siswa diajak untuk mencermati konteks-
konteks kehidupan yang terjadi pada diri siswa, contohnya saat guru secara
langsung mengajak siswa untuk merasakan jika di sekolah ini tidak ada listrik
dengan cara mematikan lampu dan kipas angin saat sedang dalam kegiatan belajar
mengajar. Dari kegiatan tersebut siswa diajak secara langsung untuk merasakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
bagaimana jika mereka belajar tanpa menggunakan lampu dan siswa akan tahu
bagaimana suasanya belajar dengan gelap tanpa ada lampu. Kegiatan tersebut
secara tidak sengaja dapat mengajarkan siswa akan pentingnnya energi listrik.
Siklus yang kedua yaitu pengalaman. Pengalaman merupakan suatu
kejadian yang sungguh terjadi, dilakukan, dialami, dihidupi, yang dapat
menyentuj pikiran, hati, kehendak, perasaan, maupun hasrat siswa (Suparno,
2015: 28). Hal ini terlihat ketika siswa melakukan 2 kegiatan eksperimen.
Kegiatan pertama siswa menyalakan lampu dengan menggunakan batu baterai
telepon genggam dalam waktu 1 menit dan kegiatan kedua siswa menyalakan
lampu selama 5 menit, setelah itu siswa diminta untuk mengukur besar daya yang
dikeluarkan pada masing-masing baterai. Dari kegiatan tersebut siswa dapat
menyimpulkan sendiri pada kegiatan berapa yang lebih boros dan lebih hemat
dalam menggunakan enegi listrik. Kegiaatan ekperimen yang kedua yaitu siswa
diminta untuk mencari sumber energi listik alternatif dari buah-buahan. Pada
kegiatan ini siswa dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing kelompok
mendapatkan buah yang berbeda. Selanjutnya siswa diminta untuk merangkai
buah tersebut, detelah itu rangkaian buah disambunghkan dengan lampu LED.
Dari kegiatan tersebut siswa dapat mengalami sendiri bahwa ternyata energi listik
dapat bersumber dari buah-buahan. Selain dapat membuat siswa mengalami
sendiri, kegiatan eksperimen yang dilakukan tersebut dapat membuat siswa
senang, aktif, tertarik untuk belajar, serta memberikan pengalaman baru bagi
siswa.
Siklus yang ketiga yaitu refleksi. Dalam tahap refleksi, siswa dibantu
untuk menggali pengalaman mereka sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
mengambil makna bagi hidupnya, bagi orang lain, dan bagi masyarakat. Hal ini
terlihat ketika guru mengajak siswa merefleksikan tindakan yang dilakukan
selama ini, apakah selama ini saya melakukan tindakan menggunakan energi
listrik secara berlebihan atau tidak dan siswa juga diajak untuk memikirkan
dampak dari tindakan siswa yang dilakukan tersebut. Dari kegiatan ini siswa
dilatih untuk mempunyai sikap yang jujur atas jawaban mereka. Siklus yang
keempat yaitu aksi. Aksi adalah tindakan yang dilakukan siswa setelah
merefleksikan pengalaman belajar mereka. Hal ini terlihat ketika siswa diajak
untuk melakukan aksi dengan mengajak siswa lainnya untuk menghemat energi
listrik melalui poster yang mereka buat. Dari kegiatan tersebut siswa diajak peduli
untuk menghemat energi listrik dan melatih siswa untuk kreatif, karena siswa
diminta untuk menggambar dan mawarnai poster itu sendiri.
Siklus yang kelima yaitu evaluasi. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat
secara keseluruhan bagaimana seluruh proses PPR itu terjadi dan berkembang
(Suparno, 2015: 40). Hal ini terlihat ketika siswa mengerjakan soal materi yang
sudah diberikan hari ini, dari kegiatan tersebut dapat terlihat bahwa siswa sudah
lebih mengetahui manfaat energi listrik, dampak penggunaan energi listrik dan
cara menghemat energi listrik yang membuat siswa lebih dapat menghargai energi
listrik dengan menggunakan energi listrik seperlunya.
Selain kelima siklus tersebut, pembelajaran juga harus memenuhi tujuan
dari pembelajaran PPR yang terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan
pembelajaran yaitu competence, conscience, dan compassion. Unsur yang pertama
yaitu competence. Competence merupakan kemampuan akademik yang
memadukan unsur pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Hal ini terlihat ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
kegiatan pembelajaran yang dilakukan memberikan pengetahuan kepada siswa
tentang manfaat energi listrik, dampak penggunaan energi listrik secara berlebih
dan cara menghemat energi listrik. Pembelajaran juga melatih keterampilan siswa
dengan mengajak siswa berekperimen dan saat mengajak siswa untuk
menggambar poster yang semenarik mungkin.
Unsur yang kedua yaitu conscience. Conscience merupakan kemampuan
afektif dalam menentukan pilihan-pilihan yang dapat dipertanggungjawabkan
secara moral. Hal ini terlihat ketika siswa menceritakan pengalaman mereka
selama ini ketika menggunakan energi listik. Dari kegiatan tersebut siswa diberi
kebebasan untuk menceritakan sehingga siswa dilatih untuk bertindak jujur dan
terbuka. Unsur yang ketiga yaitu compassion. Compassion adalah kemampuan
dalam psikomotor yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai sikap bela
rasa bagi sesama. Hal ini terlihat ketika siswa melakukan kegiatan aksi mereka
bersama dengan kelompok. Di dalam kelompok siswa sudah terlihat memiliki
sikap bela rasa dengan saling menghargai pendapat orang lain sehingga poster
yang mereka buat menjadi menarik dan poster yang mereka buat juga dapat
mengajak siswa yang lain untuk menghemat energi listrik.
Perangkat dan modul pembelajaran yang dikembangkan peneliti juga
memasukkan unsur Pendidikan Emansipatoris dalam pedoman
pengembangannya. Pendidikan Emansipatoris merupakan pendidikan yang
mampu memberdayakan dan memberi pencerahan pada siswa (Mangunsong,
2005: 15). Menurut Giroux (dalam Winarti dan Anggadewi, 2015: 53) pendidikan
emansipatoris dipandang sebagai pendidikan yang pergerakannya menekankan
perwujudan masyarakat yang adil dan demokratis. Ada tiga kata kunci pada model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
pendidikan emansipatoris, yaitu humanisasi, kesadaran kritis, dan
mempertanyakan sistem.
Pada konten-konten perangkat dan modul pembelajaran yang
dikembangkan peneliti sudah menunjukaan sisi emansipatoris dengan tiga kata
kunci, yaitu humanisasi, kesadaran kritis, dan mempertanyakan sistem. Kata kunci
yang pertama yaitu humanisasi. Humanisasi terlihat ketika siswa diberi kebebasan
untuk membuat kelompok, siswa mampu berkerjasama dalam kelompok, siswa
dapat saling menghormati pendapat yang orang lain sampaikan, siswa ikut
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dan setelah melakukan kegiatan
pembelajaran siswa dapat menghargai pentingnnya energi listirk dengan
menggunakan energi listrik sesuai kebutuhan.
Kata kunci yang kedua yaitu kesadaran kritis. Kesadaran kritis terlihat
ketika siswa melakukan kegiatan eksperimen. Kegiatan eksperimen yang
dilakukan menuntun siswa untuk berpikir kritis, karena kegiatan ekperimen
mengajak siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisi hasil dari ekperimen
yang dilakukan. Contohnya, ketika siswa melakukan kegiatan eksperimen tentang
dampak menggunakan energi listrik secara berlebihan, siswa dituntut untuk
menganalisis dari dua percobaan dan mengidentifikasi penyebab dari masing-
masing percobaan yang menunjukkan kegiatan hemat energi dan menggunakan
energi secara berlebih.
Kata kunci yang ketiga yaitu, mempertanyakan sistem. Mempertanyakan
sistem terlihat ketika guru dan siswa berdialog melakukan tanya jawab dan
berdiskusi. Salah satu contoh kegiatan dialog yang dilakukan yaitu, saat guru
melakukan tanya jawab dengan siswa tentang kegiatan yang pernah dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
dalam menggunakan energi listrik. Siswa dan guru saling memberikan
pengalaman yang pernah dilakukan saat menggunakan energi listrik. Dari hasil
tanya jawab tersebut, guru dan siswa kemudian berdiskusi apakah selama ini
kegiatan yang dilakukan termasuk kegitan menghemat energi listrik atau
menggunakan energi listrik secara berlebihan. Dari kegiatan diskusi tersebut, guru
dan siswa saling bertukar pendapat akan dampak ketika menggunakan energi
listrik secara berlebih dan ketika dampak menggunakan energi listrik sesuai
dengan keperluan.
Pada pelaksanaan implementasi, peneliti juga menemukan beberapa
kesalahan pada RPP dan modul pembelajaran yang digunakan dalam
implementasi. Kesalahan yang didapat yaitu pada rincian kegiatan inti dalam RPP
pada langkah kegiatan nomor 5 dan 6. Langkah kegiatan bertulisakan siswa
mengamati benda-benda yang ada di dalam kelas, namun pada kegiatan
pembelajaran siswa diminta untuk mengamati benda-benda yang ada di dalam
kelas dan di luar kelas. Kegiatan yang pada nomor 13 juga masih kurang sesuai,
karena pada kegiatan tersebut dituliskan siswa mengamati kegiatan eksperimen
yang dilakukan guru, namun sebenarnya siswa melakukan eksperimen dengan
membaca langkah-langkah yang sudah ada pada modul pembelajaran. Kesalahan
juga ditemukan pada langkah-langkah kegiatan ekperimen mengenai dampak
penggunaan energi listrik secara berlebih pada langkah nomor 2. Kalimat pada
nomor 2 tersebut menurut peneliti masing kurang lengkap.
Dari kegiatan obeservasi yang telah dilakukan peneliti selama kegiatan
implementasi dapat disimpulkan bahwa perangkat dan modul pembelajaran yang
dibuat sudah terlihat penggunaan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
dan Pendidikan Emansipatoris dalam proses implementasi. Selain itu perangkat
dan modul pembelajaran yang dikembangkan masih terdapat beberapa kesalahan
yaitu pada kegiatan inti RPP dan langkah kegiatan ekperimen yang ada pada
modul pembelajaran.
4.1.1.4.2 Penyebaran Kuesioner
Penyebaran kuesioner dilakukan kepada 9 siswa yang mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan modul pembelajaran. Pembagian kuesioner
dilakukan setelah kegiatan pembelajaran sudah selesai. Instrumen kuesioner yang
dibagikan kepada siswa dapat dilihat pada tabel 3.8 Berikut ini adalah rekapitulasi
peneliaan siswa terhadap kualitas modul.
Tabel 4.7 Hasil Penilaiaan Siswa terhadap Kualitas Modul
Siswa Penilaian Modul Kriteria
1 3,53 Sangat Baik
2 3,53 Sangat Baik
3 3,83 Sangat Baik 4 3,53 Sangat Baik 5 3,53 Sangat Baik 6 3,53 Sangat Baik
7 3,53 Sangat Baik
8 3,83 Sangat Baik 9 3,91 Sangat Baik
Rerata 3,63 Sangat Baik
Berdasarkan pada tabel 4.6 rerata skor yang diperoleh berjumlah 3,63. Bila
dibandingkan dengan table 3.9 skor 3,63 masuk kategori “sangat baik”, sehingga
menunjukkan bahwa instrument ini layak untuk digunakan.
Dari hasil penyebaran kuesioner tersebut, terlihat bahwa modul
pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan 11 prinsip
pengembangan materi ajar menurut Tomlinson sudah sangat layak untuk
digunakan. Hal ini terlihat dari hasil analisis 11 prinsip pengembangan materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Tomlinson yang peneliti gunakan. Pada prinsip pertama materi harus mencapai
dampak. Jadi prinsip ini dapat dikatakan tercapai apabila modul pembelajaran
yang dikembangkan peneliti dapat menggugah rasa ingin tahu peserta didik,
minat, dan perhatian. Berdasarkan hasil observasi, siswa sangat antusias ketika
melakukan kegiatan eksperimen dan mereka mampu melakukan eksperimen
secara mandiri dengan panduan yang ada pada modul sehingga pada modul ini
dapat dikatakan mencapai dampak. Hal ini dapat di lihat pada gambar 4.14 dan
4.15.
Prinsip kedua yakni materi harus membantu peserta didik untuk merasa
nyaman. Modul pembelajaran IPA yang dikembangkan peneliti dapat membuat
peserta didik merasa nyaman, hal ini dibuktikan karena modul pembelajaran
sudah berisikan teks dan ilustrai/gambar, bahasa yang digunakan mudah dipahami
oleh peserta didik, dan berisikan contoh-contoh atau petunjuk, sehingga dapat
membuat siswa merasa nyaman. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.14 Siswa
melakukan eksperimen
Gambar 4.15 Siswa
menuliskan hasil kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Prinsip ketiga yakni materi harus membantu peserta didik untuk
mengembangkan kepercayaan diri. Pada modul pembelajaran IPA yang peneliti
kembangkan dapat menumbuhkan kepercayaan diri, hal ini dibuktikan ketika
siswa mengungkapkan hasil observasi tentang benda-benda di kelas dan di luar
kelas yang membutuhkan energi listrik, saat menuliskan kegiatan yang pernah
dilakukan dalam menghemat dan menggunakan energi listrik secara berlebihan
dengan berani dan percaya diri. Kemudian siswa juga dapat mengikuti langkah-
langkah kegiatan eksperimen yang ada pada modul dengan lancar. Hal ini dapat
dilihat pada gambar 4.14 dan 4.15.
Prinsip keempat yakni materi yang diajarkan harus relevan dan berguna
bagi siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil refleksi dan evaluasi siswa, yaitu mereka
berpendapat bahwa “kegiatan yang dilakukan menyenangkan karena bisa tahu
bahwa buah bisa menyalakan lampu”, selain itu mereka juga tahu dampak yang
ditimbulkan akibat menggunakan energi listrik secara berlebihan, serta tahu
bagaimana cara menghemat energi listrik. Jadi modul pembelajaran IPA yang
peneliti kembangkan bermanfaat bagi siswa. Hal ini dapat dilihat pada gambar
4.4.
Prinsip kelima yakni materi harus diperlukan dan memfasilitasi peserta
didik dalam belajar. Pada modul pembelajaran IPA yang peneliti kembangkan
terdapat bagian-bagian yang dapat memfasilitasi siswa dalam belajar, misalnya
materi, gambar dan kegiatan eksperimen. Materi berfungsi sebagai sumber
pengetahuan pada modul, gambar berfungsi sebagai visualisasi dari materi yang
diberikan, dan kegiatan eksperimen berfungsi sebagai pembuktian bahwa materi
yang dipelajari itu benar. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Prinsip keeman yakni materi sebaiknya memberikan pencerahan bagi
peserta didik dengan menghadirkan petunjuk atau nasihat kegiatan sehingga
memudahkan peserta didik memahaminya. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.2
yang sudah menunjukan langkah-langkah yang dapat membantu siswa.
Prinsip yang ketujuh yakin, materi menyediakan kesempatan bagi peserta
didik untuk dapat berkomunikasi secara aktif. Modul pembelajaran yang
dikembangkan peneliti sudah menyediakan kesempatan bagi siswa untuk dapat
berkomunikasi dengan aktif. Hal ini terbukti dalam kegiatan pembelajaran siswa
diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan kelompok dan mengemukakan
pendapat mereka tanpa dikendalikan oleh guru. Gambar 4.16 merupakan salah
satu bukti, siswa dapat saling bediskusi tanpa dikendalikan oleh guru.
Prinsip yang kedelapan yaitu. materi harus memperhatikan gaya belajar
yang bebeda dalam diri masing-masing siswa. Dari kegiatan implementasi yang
sudah dilakukan, modul yang dikembangkan peneliti sudah menyediakan
kegiatan pembelajaran secara visual (belajar dengan cara melihat), auditori
(belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik (belajar dengan cara bergerak,
Gambar 4.16 Siswa berdiskusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
bekerja dan menyentuh). Kegiatan visual (belajar dengan cara melihat), terlihat
ketika siswa dapat belajar dengan menggunakan materi, media dan alat peraga
secara langsung siswa dapat materi dengan lebih mudah. Kegiatan auditori
(belajar dengan cara mendengar), terlihat ketika siswa melakukan kegiatan
kelompok, dalam kegiatan kelompok siswa dapat berdiskusi sehingga siswa dapat
mendengarkan pendapat dari siswa dalam satu kelompok dan kelompok lainnya.
Kegiatan kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
terlihat ketika siswa melakukan kegiatan ekperimen, siswa dapat bergerak dan
berkerja secara langsung sehingga siswa dapat membuktikan materi yang sedang
dipelajari dari kegiatan eksperimen tersebut. Ketiga kegiatan tersebut dapat dilihat
pada gambar 4.14, 4.15 dan 4.16
Prinsip yang kesembilan yakni, materi harus memperhatikan sikap afektif
yang berbeda dalam diri masing-masing peserta didik. Hal ini dapat dilihat ketika
modul sudah menyediakan kegiatan individu dan kegiatan kelompok. Kegiatan
individu dapat mengasah kemampuan secara mandiri, contohnya saat siswa
menuliskan benda-benda yang membutuhkan energi listrik siswa dapat
menuliskanya sesuai dengan apa yang mereka ketahui. Kegiatan kelompok
mengasah kemampuan siswa untuk saling menghargai pendapat teman, contohnya
saat siswa secara berkelompok menggambar poster, mereka saling berdiskusi apa
yang akan mereka gambar dan masing-masing siswa harus memiliki kesepakatan
apa yang akan mereka gambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Prinsip kesepuluh yakni materi dapat membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan berpikir, pengelolaan emosi, estetika seni, dan
menyediakan kegiatan yang melatih otak kanan dan kiri peserta didik. Pada modul
pembelajaran IPA tersadapat kegiatan eksperimen tentang dampak penggunaan
energi listrik secara berlebihan dimana ada dua rangkaian, rangkaian pertama
lampu dibiarkan menyala selama 1 menit lalu dimatikan dan rangkaian kedua
lampu dibiarkan menyala selama 5 menit. Dari kegiatan tersebut siswa diminta
untuk menganalisis pada rangkaian berapa yang membutuhkan energi listrik lebih
banyak dan lebih sedikit. Kegiatan ini bertujuan melatih siswa untuk berpikir dan
membandingkan sehingga dengan kegiatan ini dapat memaksimalkan potensi
siswa.
Prinsip kesebelas yakni materi harus memberikan kesempatan peserta
didik untuk umpan balik hasil. Pada modul ini terdapat kegiatan aksi, refleksi dan
evaluasi (lihat gambar 4.4, 4.10 dan 4.11). Rangkaian kegiatan tersebut digunakan
untuk melihat perkembangan siswa (feeback), baik segi kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Gambar 4.16 Siswa
mengerjakan tugas individu
Gambar 4.17 Siswa
mengerjakan tugas kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
4.1.1.5 Revisi
Proses revisi sebagai langkah kelima dalam penelitian ini, merupakan
usaha terakhir untuk memperbaiki perangkat dan modul agar kualitasnya semakin
baik. Hasil evaluasi terhadap implementasi perangkat dan modul pada 9 siswa
kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta menjadi dasar dari proses revisi. Bagian
yang perlu diperbaiki yaitu pada rincian kegiatan pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan langkah-langkah ekperimen pada modul pembelajaran.
Rincian kegiatan inti dalam RPP yang dilakukan perbaikan pada langkah
kegiatan nomor 5 dan 6. Langkah kegiatan tersebut perlu ditambahkan kegiatan
yang belum dituliskan. Proses revisi untuk langkah kegiatan nomor 5 dan 6 dapat
dilihat pada gambar 4.19 dan 4.20. Kegiatan yang dilakukan pada nomor 13
dalam rincian kegiatan inti juga dilakukan perbaikan. Proses revisi untuk langkah
kegiatan nomor 13 dapat dilihat pada gambar 4.21 dan 4.22.
Gambar 4.19 Rincian Kegiatan Inti RPPH nomor 5 dan 6 Sebelum Direvisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Gambar 4.20 Rincian Kegiatan Inti RPPH nomor 5 dan 6 Setelah Direvisi
Gambar 4.21 Rincian Kegiatan Inti RPPH nomor 13 Sebelum Direvisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Gambar 4.22 Rincian Kegiatan Inti RPPH nomor 13 Setelah Direvisi
Pada kegiatan eksperimen modul pembelajaran tentang dampak
penggunaan energi listik secara berlebihan terdapat perbaikan langkah pada
nomor 2. Keterangan amati besar daya batu baterai telepon genggam yang tertera
pada layar lalu catatlah pada tabel yang sudah disediakan. Proses revisi untuk
langkah kegiatan nomor 2 dapat dilihat pada gambar 4.23 dan 4.24. Pada kegiatan
eksperimen tentang sumber energi listrik alternatif dari buah-buahan diganti
dengan sumber energi listrik alternatif dari larutan air garam, dikarenakan larutan
air garam lebih terjangkau dibandingkan dengan buah-buahan. Proses revisi dapat
dilihat pada gambar 4.25 dan 4.26.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Gambar 4. 23 Langkah Kegiatan Nomor 2 Sebelum Revisi
Gambar 4.24 Langkah Kegiatan Nomor 2 Setelah Direvisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Gambar 2.25 Eksperimen sebelum direvisi
Gambar 2.26 Eksperimen setelah direvisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
4.2 Pembahasan
Perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik yang
dikembangkan oleh peneliti mendapat tanggapan baik dari Validator, Guru dan
Siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta. Kualitas perangkat dan modul
pembelajaran dinilai sangat layak digunakan berdasarkan hasil kuesioner dari
siswa tentang kualitas modul pembelajaran dan kuesioner yang diberikan pada
ahli IPA, ahli Bahasa, dan guru kelas. Hasil kuesioner uji coba modul yang
diberikan kepada siswa memperoleh skor 3,63 masuk kategori “sangat baik”,
sehingga menunjukkan bahwa instrument ini layak untuk digunakan. Hasil
validasi yang dilakukan oleh ahli IPA, ahli Bahasa dan guru kelas terhadap
perangkat dan modul pembelajaran meperoleh skor rata-rata 3,50. Kualitas
perangkat dan modul pembelajaran berdasarkan hasil validasi dapat dikategorikan
“sangat layak”. Perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik
dapat dikatakan “sangat layak” untuk digunakan Guru dan Siswa kelas III A SDN
Petinggen Yogyakarya. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan penyusunan
perangkat dan modul pembelajaran, peneliti memperhatikan beberapa prinsip
sebagai berikut:
4.2.1 Perangkat dan Modul Pembelajaran Dikembangkan Berdasar Pada 5
Langkah dan 11 Prinsip Pengembangan Materi Ajar Menurut
Tomlinson
Metode penelitian dan pengembangan yang digunakan oleh peneliti
merupakan gagasan dari Tomlinson. Pengembangan materi ajar yang dimaksud
Tomlinson (2005) adalah pengembangan terhadap materi-materi apapun yang
dapat berupa buku teks, buku kerja (LKS), kaset, CD-ROM, DVD, atau video
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
yang dapat digunakan unruk membantu pelaksanaan pembelajaran.
Pengembangan perangkat dan modul pembelajaran yang dilaksanakan dalam
penelitian ini melalui 5 langkah kegiatan yaitu analisi kebutuhan, desain,
implementasi, evaluasi dan revisi.
Kegiatan observasi sekolah dan pembelajaran yang dilakukan di Kelas III
A menjadi pengalaman awal yang memotivasi peneliti untuk mengobservasi sikap
serta perilaku siswa terhadap lingkungan. Kegiatan wawancara juga dilakukan
kepada guru dan siswa untuk melakukan analisis kebutuhan terhadap modul
pembelajaran. Penyebaran kuesioner juga dilakukan kepada guru dan siswa untuk
memperoleh informasi terhadap kebutuhan modul pembelajaran yang menarik
untuk digunakan. Hasil dari kegiatan observasi, wawancara dan penyebaran
kuesioner memotivasi peneliti untuk fokus dalam mengembangkan perangkat dan
modul pembelajaran yang dapat memberikan materi ajar yang menarik bagi siswa.
Perangkat dan modul peserta didika yang dikembangkan berfokus pada materi
menghemat energi listrik dan disusun berdasarkan pendekatan Paradigma
Pedagogi Reflektif (PPR). Modul pembelajaran yang dikembangkan peneliti
disusun dengan melandaskan diri pada 11 prinsip pengembangan materi ajar
menurut Tomlinson (2005).
Perangkat dan modul pembelajaran yang disusun dengan memenuhi 11
prinsip pengembangan materi ajar menurut Tomlinson tentunya dapat memuat
rasa keingintahuan, ketertarikan, dan perhatian siswa menjadi terpancing untuk
terus membaca dan mempelajarai modul. Siswa dan guru yang sudah membaca
modul pembelajaran akan diajak untuk berpikir. Kegiatan berpikir yang dilakukan
disertai rasa nyaman, senang, dan bahagia karena modul pembelajaran berisikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami, contoh-contoh, dan gambar
yang relevan akan semakin mengembangan kepercayaam dalam diri siswa.
Kepercayaan diri yang tumbuh dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan
ekperimen. Kegiatan ekperimen yang dilakukan mengupayakan berkembangnya
kemampuan intelektual, estetika, emosional, dan menstimulasi otak kanan serta
otak kiri dikarenakan dilakukan melalui aktivitas individu serta kelompok. Siswa
juga akan diberikan kesempatan untuk mendapatkan upan balik yang didapatkan
dari kegiatan refleksi, aksi, dan evaluasi. Kegiatan tersebut digunakan untuk
melihat perkembangan siswa (feeback), baik segi kognitif, afektif, dan
psikomotor.
4.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Perangkat dan Modul pembelajaran
Peneliti mendapatkan komentar dan masukan yang membangun kualitas
perangkat dan modul pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti. Data yang
didapatkan dapat membantu peneliti untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan
dari perangkat dan modul pembelajaran “Ayo, Menghemat Energi Listrik”.
4.2.2.1 Kelebihan Perangkat dan Modul Pembelajaran
Penyusunan perangkat dan modul pembelajaran bertujuan untuk mendidik
siswa kelas III A SDN Petinggen Yogyakarta melalui kegiatan pembelajaran
berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Penggunaan
pendekatan PPR akan membantu siswa lebih mudah dalam memahami konteks
pembelajaran melalui pengalaman belajar yang nyata. Siswa juga diajak untuk
merefleksikan pengalaman belajar yang didapat untuk menentukan aksi nyata
yang akan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Pengalaman yang didapatkan siswa melalui kegiatan eksperimen
diharapkan menumbuhkan rasa bahagia dalam diri siswa, mereka dapat bermain
sambil belajar. Paduan eksperimen yang dipersiapkan diharapkan juga dapat
membantu siswa agar lebih mudah melakukan eksperimen. Penyususnan panduan
eksperimen didasarkan analisis kebutuhan siswa kelas III A dan juga berdasar
pada 11 prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson. Tomlinson merupakan
salah satu ahli terkemuka dunia pada pengembangan materi untuk pembelajaran.
4.2.2.2 Kelemahan Perangkat dan Modul Pembelajaran
Perangkat dan modul pembelajaran menghemat energi listrik yang
dikembangkan oleh peneliti tentunya memiliki kelemahan baik dalam segi isi atau
cakupan dan teknis implementasi. Tujuan dari penyusunan perangkat dan modul
pembelajaran ini adalah memberikan pendidikan lingkungan kepada siswa untuk
peduli terhadap lingkungan disekitarnya. Materi eksperimen yang disusun masih
terbatas pada konteks menghemat energi listrik, sehingga guru perlu menyusun
materi ekperimen sendiri untuk konteks permasalahan lingkungan yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini peneliti akan menguraikan (1) kesimpulan dari penelitian
yang dilakukan, (2) keterbatasan penelitian, dan (3) saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
5.1.1 Proses penyusunan produk berupa perangkat dan modul pembelajaran
menghemat energi listrik berdasarkan pendekatan Paradigma Pedagogi
Reflektif dilakukan dengan menggunakan 5 langkah prosedur
pengembangan bahan yang meliputi: 1) analisis kebutuhan dilakukan
dengan menganalisi visi dan misi sekolah, kurikulum, latar belakang siswa,
permasalahan, dan penggunaan perangkat dan modul pembelajaran di
sekolah. 2) desain diawali dengan mengintegrasi 11 prinsip Tomlinson,
Paradigma Pedagogi Reflektif dan emansipasoris, selanjutnya menyusun
silabus dan RPP, dilanjutkan dengan membuat modul pembelajaran,
kemudian memvalidasi modul yang dilakukan oleh dua ahli dan satu guru
dan melakukan revisi bagian mosul yang diberi komentar dan saran oleh
validator, 3) implementasi perangkat dan modul pembelajaran pada 9 siswa
dari kelas III A di SDN Petinggen Yogyakarta, 4) melakukan evaluasi
modul yang telah diimplementasikan dengan melihat dari hasil observasi
proses pembelajaran dan hasil penilaian siswa terhadap kualitas modul, 5)
melakukan revisi dari hasil evaluasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
5.1.2 Kualitas produk berupa perangkat dan modul pembelajaran menghemat
energi listrik setelah divalidasi oleh siswa diperoleh skor 3,63. Skor
tersebut dikategorikan “sangat baik”, sehingga modul pembelajaran yang
peneliti kembangkan ini layak untuk digunakan. Hasil observasi yang
dilakukan selama implementasi modul pembelajaran menunjukkan bahwa
modul sudah memenuhi 11 prinsip pengembangan bahan ajar menurut
Tomlinson. Peneliti meyakini tercapainya 11 prinsip tersebut terbukti
bahwa (1), siswa sudah merasa berminat, ingin tahu, dan tertarik dengan
modul karena siswa sudah memegang dam membaca modul pembelajaran
tersebut. (2) siswa merasa nyaman dan bahagia sebab modul pembelajaran
berisikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami serta berisikan
gambar, (3) siswa bereksperimen dengan menggunakan panduan sehingga
berkembang kepercayaan dirinya, (4) siswa bersedia dibentuk menjadi
kelompok secara acak sehingga memperhatikan latar belakang sosial,
kognitif, afektif dan psikomotorik, (5) siswa difasilitasi dengan modul
pembelajaran yang berisikan materi, gambar dan kegiatan pembelajaran, (6)
siswa dapat melakukan eksperimen sebab terdapat langkah-langkah
kegiatan/petunjuk kegiatan, (7) siswa dapat berkomunikasi dengan aktif, (8)
proses pembelajaran dilakukan melalui berbagai cara belajar seperti tanya
jawab, diskusi dan ekperimen, (9) siswa dapat melakukan kegiatan
individu dan kelompok, (10) siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan
diskusi dan eksperimen, (11) siswa mendapat respon positif melalui
kegiatan ekperimen, refleksi, aksi dan evaluasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
5.2 Keterbatasan
Produk yang peneliti rancang mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu
sebagai berikut:
5.2.1 Perangkat dan modul pembelajaran yang peneliti kembangkan lebih
berfokus pada mata pelajaran IPA, serta modul pembelajaran IPA yang
peneliti kembangkan terbatas pada materi menghemat energi listrik.
5.2.2 Modul pembelajaran yang peneliti kembangkan menggunakan 11 prinsip
dari 16 prinsip pengembangan materi milik Tomlinson.
5.3 Saran
Berikut ini beberapa saran dari peneliti untuk penelitian selanjutnya, antara
lain:
5.3.1 Modul pembelajaran akan lebih baik di desain dengan menambahkan lebih
banyak materi pembelajaran tentang dampak menggunakan energi listrik
secara berlebihan dan cara menghemat energi listrik.
5.3.2 Modul pembelajaran akan lebih baik di desain dengan lebih banyak
menambahkan gambar pentunjuk dalam melakukan eksperimen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, A. (2011). Fisika Energi. Yogyakarta: Universitas Santa Dharma.
Gulo. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Harsono, Y.M. (2015). Developing Learning Materials for Specific Purpose.
(Online). (http://journal.teflin.org), diakses 27 September 2016.
Hidayat, R. (2013). Pedagogi Kritis: Sejarah, Perkembangan dan Pemikiran.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Istanti, V. (2012). Pengembangan Modul Ilmu Pengetahuan Alam Bagi Siswa
Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal. Tidak diterbitkan.
Mangungsong, F. (2005). Proccending:Mencapai Perkembangan Manusia yang
Utuh Melalui Pendidikan Emansipatoris. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma University Press.
Nazir. (1983). Metode Penelitian. Jakarta: Graha Indonesia.
P3MP-USD. (2008). Model Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignasia.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Prastowo, A. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Tematik: Tinjauan Teoritis dan
Praktis. Jakarta : Penerbit Kencana.
Priyatma, E.J., dan Mudayen, Y.M.V. (2015). Manusia Pembelajar di Dunia
Tarik Ulur, Bab 19: Keluar dari Jerat Pendidikan yang tak
Memanusiakan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Rahayu, W.E. (2015). Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Etnosains
Tema Energi Dalam Menanamkan Jiwa Konservasi Siswa. Uness Science
Education Journal 4 (2).
Sakti, F.V.P. (2014). Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Mata
Pelajaran Pkn Dalam Meningkatkan Kesadaran Siswa Akan Nilai
Demokrasi Kelas V SD Negeri Sarikaya.Tidak diterbitkan.
Sanjaya, W. (2013). Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kharisma Putra Utama
Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.
Sastrapatedja. (2001). Pendidikan Sebagai Humanisasi. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Setyosari, P. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:
Kencana.
Subagyo. (2010). Paradigma Pedagogi Reflektif Mendampingi Peserta Didik
Menjadi Cerdas & Berkarakter. Yogyakarta: Kanisius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: PT Pustaka
Insan Madani.
Sukmadinata, N.S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Suparno, P. 2015. Pembelajaran di Perguruan Tinggi Bergaya Paradigma
Pedagogi Reflektif . Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Susanti, M.M.I. (2013). Analisis Implementasi Model Pembelajaran Paradigm
Pedagogi Reflektif (PPR) Berdasarkan Unsur Competence-Conscience-
Compassion Siswa. Jurnal: UPI.
Tegeh, dkk. (2014). Model Penelitian Pengembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tim PPR Kanisius, (2008). Paradigma Pedagogi Reflektif. Yogyakarta: Kanisius
Tim Penyusun bahasa Indonesia, (2002). Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Tomlinson, B. (2015). Material Development in Language Teching. Cambridge:
University Press.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Widiyanti. (2012). Pengaruh Pendidikan Karakter Dengan Pendekatan PPR Dan
Motivasi Belajar Terhadap Kepribadian Siswa. Jurnal: UNS.
Widiyatmoko. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu
Berkarakter Menggunakan Pendekatan Humanistik Berbantu Alat Peraga
Murah. Jurnal: JPII 2 (1).
Widoyoko, S. (2012). Teknik Penyususnan Instrumen. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Winarti, E., dan Brigita E.T.A. (2015). Manusis Pembelajar di Dunia Tarik Ulur,
Bab 3: Pedagogi Ignasian Sebagai Pendidikan Emansipatoris.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Wisudawati & Sulistyowati. (2014). Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta:Bumi
Aksara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Lampiran 1. Surat ijin penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran 2. Surat keterangan penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Lampiran 3. Hasil analisis kebutuhan Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Lampiran 4. Hasil analisis kebutuhan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Lampiran 5. Vlidasi produk ahli IPA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Lampiran 6. Validasi produk ahli Bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Lampiran 7. Validasi produk Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Lampiran 8. Lembar instrumen validasi siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Lampiran 9
Dokumentasi Penelitian di SDN Petinggen Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Lampiran 10. Poster hasil karya siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
CURRICULUM VITAE
Yuliana Reni Restriani lahir di Sleman, 15 Juli 1995.
Sebelum menempuh pendidikan dasar, masuk ke Taman
Kanak-kanak Citra Sakti selama dua tahun, yaitu tahun 2000-
2001. Pendidikan dasar ditempuh di SDN Pusmalang pada
tahun 2001-2007. Pendidikan menengah pertama ditempuh di SMP Negeri 1
Pakem pada tahun 2007-2010. Setamat pendidikan SMP, melanjutkan sekolah
menengah atas di SMA Negeri 1 Cangkringan pada tahu 2010-2013. Peneliti
mulai tercatat sebagai mahasiswa aktif Universitas Sanata Dharma sejak tahun
2013, khususnya pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi
Pendidika Guru Sekolah Dasar.
Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti beberapa
macam kegiatan sebagai pengembangan keterampilan di luar perkuliahan wajib.
Tahun 2014, peneliti mengikuti week and moral di Santikara dan menjadi pengisi
acara di Pekan Kreativitas dan Malam Kreativitas Mahasiswa PGSD. Pada tahun
yang sama, peneliti tergabung dalam kepanitian INSIPRO PGSD 2014 sebagai
divisi dampok. Tahun 2015, peneliti juga tergabung dalam kepanitian TABLO
2015 sebagi divisi konsumsi
Lampiran 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Top Related