Referat Ket

download Referat Ket

of 36

description

referat setengah jadi

Transcript of Referat Ket

  • 5/26/2018 Referat Ket

    1/36

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Kehamilan ektopik merupakan masalah yang besar bagi wanita yang

    sedang dalam usia reproduktif. Hal ini merupakan hasil dari kesalahan dalam

    fisiologi reproduksi manusia yang membiarkan hasil konseptus untuk

    berimplantasi dan matang diluar kavitas endometrium, yang secara langsung akan

    berakhir pada kematian fetus. Tanpa diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat,

    kehamilan ektopik ini dapat menjadi keadaan yang membahayakan jiwa.

    Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan

    peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu.

    Kehamilan ektopik menjadi penyebab utama kematian yang berhubungan

    dengan kehamilan dalam trimester pertama kehamilan di Amerika Serikat.

    Dengan terjadinya keadaan sakit yang tiba-tiba akibat kehamilan ektopik, masa

    depan kemampuan wanita untuk hamil kembali dapat terpengaruh menjadi buruk.

    Kehamilan ektopik pertama kali diungkapkan pada abad ke-11, dan,

    sampai pertengahan abad ke-18, biasanya berakibat fatal. John Bardmelaporkan

    satu intervensi bedah yang berlangsung sukses untuk mengobati sebuah

    kehamilan ektopik di New York pada tahun 1759. Angka keselamatan pada awal

    abad ke-19 sangat kecil, satu laporan mengatakan hanya 5 dari 30 yang dapat

    selamat dari operasi abdominal. Menariknya, angka keselamatan pasien yang

    tidak diobati 1 dari 3.

  • 5/26/2018 Referat Ket

    2/36

    2

    Sebagai suatu keadaan yang mengancam kehidupan, kehamilan ektopik

    menuntut para ahli kebidanan untuk mengetahui metoda-metoda pengobatan yang

    mutakhir. Meskipun penatalaksanaan primer pada kehamilan ektopik adalah

    dengan pembedahan, tetapi saat ini mulai dikembangkan penatalaksanaan dengan

    obat-obatan yaitu dengan methotrexate. Metoda ini tampaknya efektif dan cukup

    aman sehingga dapat menjadi metoda alternatif pada pengobatan kehamilan

    ektopik. Tetapi tidak semua pasien yang didiagnosis dengan KET harus mendapat

    terapi medisinalis dan terapi ini tidak 100% efektif.

  • 5/26/2018 Referat Ket

    3/36

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 DEFINISI

    Kehamilan ektopik adalah semua kehamilan dimana sel telur yang dibuahi

    oleh spermatozoa berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uterus.1,2

    Pada tahap awal perkembangannya, embrio dapat tumbuh dan berkembang

    di dalam saluran tuba tetapi jika dibiarkan maka perkembangan embrio tersebut

    dapat menyebabkan ruptura/pecahnya saluran tuba atau saluran telur tersebut

    karena berkembang melebihi kapasitas ruang tempat implantasi. Jika ini terjadi

    maka akan terjadi perdarahan hebat akibat ruptura saluran tersebut, perdarahan

    tersebut akan mengumpul di dalam rongga perut seorang wanita dan jika

    dibiarkan maka wanita tersebut akan meninggal karena perdarahan tidak diatasi,

    hal ini disebut dengan kehamilan ektopik terganggu (KET).3,4

    Berdasarkan tempat implantasinnya, kehamilan ektopik dapat dibagi

    dalam beberapa golongan:4

    Tuba Fallopii

    Uterus (diluar endometrium kavum uterus)

    Ovarium

    Intraligamenter

    Abdominal

    Kombinasi kehamilan didalam dan diluar uterus

  • 5/26/2018 Referat Ket

    4/36

    4

    Berdasarkan penggolongan diatas, maka kehamilan ektopik paling sering

    terjadi di Tuba ( 97% ), yang mana 55% muncul di pars ampullaris, 25% di

    isthmus, dan 17 % di fimbriae. Sisa 3 % berlokasi di uterus, ovarium, abdominal,

    dan intraligamenter, dimana sekitar 2-2,5% muncul di kornua uterus.3,5,6

    Gambar 1 : Lokasi terjadinya kehamilan ektopik

    Ada beberapa pendapat yang menggolongkan kehamilan ekstrauterin,

    namun pendapat ini tidaklah tepat karena kehamilan di kornu, servik uterus

    termasuk dalam kehamilan ektopik.3,4

    2. 2 EPIDEMIOLOGI

    Insiden dari kehamilan ektopik digambarkan dalam berbagai macam cara

    pada beberapa literature. Denominator yang paling umum digunakan adalah

    jumlah konsepsi yang dikenali, yang mana digambarkan sebagai jumlah

    kehamilan ektopik per 1000 konsepsi. Denominator lainnya adalah jumlah wanita

    dalam usia produktif, yang digambarkan sebagai jumlah kehamilan ektopik per

    10.000 wanita dalam rentang usia 14-44 tahun, dan jumlah total kelahiran yang

    digambarkan sebagai jumlah kehamilan ektopik per 1000 kelahiran.

  • 5/26/2018 Referat Ket

    5/36

    5

    Akan sangat baik bila dapat menghitung insiden kehamilan ektopik per

    1000 total konsepsi. Namun, bagaimanapun juga, sejak abortus spontaneous dan

    banyak abortus yang direncanakan tidak dilaporkan, denominator itu selalu lebih

    kecil dibandingkan dengan angka yang sebenarnya, dan juga sejak kehamilan

    ektopik asimptomatis yang tidak diketahui sehingga tidak dilaporkan. Hal ini

    mengakibatkan insiden kehamilan ektopik per 1000 total konsepsi yang

    sebenarnya tidak akan dapat diukur secara tepat. Jumlah insiden yang dilaporkan

    di literatur, bagaimanapun juga, merupakan perkiraan yang baik dan, sejak

    metodologi yang digunakan sama , maka dapat dibandingkan secara tepat.7

    Pada perkembangan terbaru, di Inggris, kehamilan ektopik masih

    merupakan penyebab terbesar pada kematian ibu hamil trimester pertama. Hampir

    32.000 kehamilan ektopik terjadi yang tercatat setiap tahunnya. Di Amerika

    Serikat, jumlah kejadian setiap tahunnya menurun dari 58.178 pada tahun1992

    menjadi 35.382 pada tahun 1999. Di Norwegia, diperkirakan angka kejadian ini

    menurun seiring dengan menurunnya angka kejadianPelvic Inflammatory Disease

    (PID).8

    Di Indonesia, berdasarkan laporan dari Biro Pusat Statistik Kesehatan

    diketahui bahwa pada tahun 2007 terdapat 20 kasus setiap 1.000 kehamilan

    menderita kehamilan ektopik atau 0,02%. (BPS Kesehatan, 2007). Di Rumah

    Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2007 terdapat 153 kehamilan

    ektopik diantara 4007 persalinan, atau 1 diantara 26 persalinan.9

  • 5/26/2018 Referat Ket

    6/36

    6

    2.3 ETIOLOGI

    Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, namun sebagian besar

    penyebabnya masih tidak diketahui. Pada tiap kehamilan akan dimulai dengan

    pembuahan didalam ampulla tuba, dan dalam perjalanan kedalam uterus telur

    mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih berada di tuba, atau

    nidasinya di tuba dipermudah.1,2,6

    Resiko terjadinya kehamilan ektopik ini meningkat dengan adanya

    beberapa faktor, termasuk riwayat infertilitas, riwayat kehamilan ektopik

    sebelumnya, operasi pada tuba, infeksi pelvis, paparan Diethylstil-bestrol (DES),

    penggunaan IUD, dan fertilisasi in vitro pada penyakit tuba. Faktor-faktor ini

    mungkin berbagi mekanisme umum yang dapat berupa mekanisme anatomis,

    fungsional, atau keduanya. Pastinya, sangat sulit untuk menilai penyebab dari

    implantasi ektopik dengan tidak adanya alat pendeteksi kelainan tuba.

    Normalnya, seperti disebut diatas, sel telur dibuahi di tuba fallopii dan

    berjalan kedalam tuba ketempat implantasi. Mekanisme apapun yang

    mengganggu fungsi normal dari tuba fallopii selama proses ini meningkatkan

    resiko terjadinya kehamilan ektopik.6,10

    Kehamilan ovarium dapat terjadi apabila spermatozoa memasuki folikel de

    Graaf yang baru pecah dan membuahi sel telur yang masih tinggal dalam folikel,

    atau apabila sel telur yang dibuahi bernidasi di daerah endometriosis di ovarium.

    Kehamilan intraligamenter biasanya terjadi sekunder dari kehamilan tuba atau

    kehamilan ovarial yang mengalami ruptur dan mudigah masuk di antara 2 lapisan

    ligamentum latum. Kehamilan servikal berkaitan dengan faktor multiparitas yang

    beriwayat pernah mengalami abortus atau operasi pada rahim termasuk seksio

  • 5/26/2018 Referat Ket

    7/36

    7

    sesarea. Sedangkan kehamilan abdominal biasanya terjadi sekunder dari

    kehamilan tuba, walau ada yang primer terjadi di rongga abdomen.3

    Secara ringkas dapat dipisahkan faktor-faktor pada tuba yang dapat

    mendukung terjadinya kehamilan ektopik :2

    1. Faktor dalam lumen tuba :a) Endosalpingitis dapat menyebabkan perlengketan endosalping,

    sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu;

    b) Lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk yang dapat terjadi pada

    hipoplasia uteri. Hal ini dapat disertai kelainan fungsi silia

    endosalping;

    c) Lumen tuba sempit yang diakibatkan oleh operasi plastik tuba dan

    sterilisasi yang tidak sempurna.

    Gambar 2 : Gambaran mikroskopik dari saluran tuba

  • 5/26/2018 Referat Ket

    8/36

    8

    2. Faktor pada dinding tuba :a) Endometriosis tuba, dapat memudahkan implantasi telur yang

    dibuahi dalam tuba;

    b) Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat

    menahan telur yang dibuahi ditempat itu.

    3. Faktor diluar dinding tuba :a) Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat

    menghambat perjalanan telur;

    b) Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen

    tuba.

    4. Faktor lain :a) Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovum kanan ke tuba kiri-

    atau sebaliknya- dapat memperpanjang perjalanan telur yang

    dibuahi ke uterus. Pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat

    menyebabkan implantasi premature;

    b) Fertilisasi in vitro.

    Diantara faktor-faktor tersebut diatas, salpingitis akut merupakan penyebab

    utama.

    Tempat keluar ovum pada ovulasi di ovarium juga disinyalir mempunyai

    peran dalam kehamilan ektopik. Ovulasi yang berasal dari arah kontralateral dari

    ovarium telah dianggap sebagai penyebab dari terlambatnya transport blastokist,

    dan oleh Breen, dilaporkan bahwa ovulasi dari arah kontralateral ditemukan pada

    sepertiga dari gestasi tuba yang diobati dengan laparatomi. Bagaimanapun juga,

    Saito dkk. mengamati bahwa bagian dari tuba dimana terjadi implantasi pada

  • 5/26/2018 Referat Ket

    9/36

    9

    wanita dengan kehamilan ektopik adalah sama pada apakah korpus luteum berada

    di ipsilateral atau kontralateral. Jika transmigrasi adalah salah satu faktor,

    hipotesis dari mereka adalah ada banyak insiden terjadinya kehamilan di distal

    tuba dengan ovulasi dari kontralateral ovarium.

    Penyebab lain yang lebih fisiologik adalah ketidakseimbangan

    hormonal, yang mana peningkatan kadar estrogen atau progesterone yang beredar

    dapat merusak kontraktilitas normal tuba. Kenaikan rata-rata kehamilan ektopik

    dilaporkan terjadi pada wanita yang digambarkan secara fisiologis dan

    farmakologis mempunyai kadar progestin yang meningakat. Secara iatrogenik,

    dapat terjadi peningkatan estrogen dan progesterone setelah induksi ovulasi baik

    itu dengan clomiphene citrate atau human menopausal gonadotrophins, dan

    dilaporkan terjadi kenaikan angka kehamilan ektopik pada wanita dengan

    perlakuan seperti itu. Kemungkinan penyebab lainnya adalah perkembangan

    embrionik yang abnormal. Stratfordmemeriksa 44 konseptus dari gestasi ektopik

    dengan mikrodiseksi dan potongan histologik dan menemukan sekitar duapertiga

    abnormal dan setengahnya mempunyai banormalitas structural umum. Kelainan

    abnormal-abnormal ini dapat mengganggu transport normal di tuba.7

    Tatum dan Schmidtmenyimpulkan bahwa kehamilan yang mucul yang

    dikarenakan kegagalan beberapa metode kontrasepsi mempunyai kesempatan

    yang lebih besar untuk menjadi ektopik dibandingkan pada wanita yang hamil

    karena tidak memakai alat kontrasepsi. Wanita yang menjadi hamil sewaktu

    memakai IUD Copper T380 atau kontrasepsi oral progestin saja, mempunyai

    kemungkinan 5% lebih tinggi untuk mengalami kehamilan ektopik. Wanita yang

    menjadi hamil selama memakaiprogesterone-releasing IUDbahkan lebih tinggi,

  • 5/26/2018 Referat Ket

    10/36

    10

    sekitar 25%, bahkan bila dibandingkan dengan wanita yang tidak memakai alat

    kontrasepsi sama sekali, kemungkinan terjadi kehamilan ektopik lebih besar dua

    lipat. Hal ini disebabkan progesterone menghambat kontraksi tuba.

    Walaupun pada banyak laporan yang mengatakan bahwa riwayat aborsi

    yang diinduksi meningkatkan resiko terjadinya kehamilan ektopik, Levin dkk.

    menunjukkan metode statistik yang digunakan untuk mengontrol efek dari faktor-

    faktor resiko, riwayat dari satu aborsi yang diinduksi tidak meningkatkan secara

    bermakna kemungkinan terjadi kehamilan ektopik. Efek itu baru akan nyata bila

    sudah dua atau lebih aborsi.

    2.4 PATOFISIOLOGI

    Kebanyakan dari kehamilan ektopik berlokasi di tuba fallopii. Tempat

    yang paling umum terjadi adalah pada pars ampullaris, sekitar 80 %. Kemudian

    berturut-turut adalah isthmus (12%), fimbriae (5%), dan bagian kornu dan daerah

    intersisial tuba (2%), dan seperti yang disebut pada bagian diatas, kehamilan

    ektopik non tuba sangat jarang.1,2,7. Kehamilan pada daerah intersisial sering

    berhubungan dengan kesakitan yang berat, karena baru mengeluarkan gejala yang

    muncul lebih lama dari tipe yang lain, dan sulit di diagnosis, dan biasanya

    menghasilkan perdarahan yang sangat banyak bila terjadi rupture.7

    Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya

    sama dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau

    interkolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot

    endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya

    vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan diresorbsi. Pada nidasi secara

  • 5/26/2018 Referat Ket

    11/36

    11

    interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi

    tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang

    menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan

    desidua di tuba tidak sempurna malahan kadang-kadang tidak tampak, dengan

    mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk dalam lapisan otot-otot

    tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin

    selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat implantasi, tebalnya

    dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.

    Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum

    gravidatis dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek, dan endometrium dapat

    pula berubah menjadi desidua. Dapat ditemukan pula perubahan-perubahan pada

    endometrium yang disebut fenomena Arias-Stella. Sel epitel membesar dengan

    intinya hipertrofik, hiperkromatik, lobuler, dan berbentuk tidak teratur. Sitoplasma

    sel dapat berlubang-lubang atau berbusa, dan kadang-kadang ditemukan mitosis.

    Perubahan ini hanya terjadi pada sebagian kehamilan ektopik.

    Terdapat beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan

    ektopik dalam tuba. Karena tuba bukan merupakan tempat yang baik untuk

    pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin dapat tumbuh secara utuh

    seperti di uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan

    antara 6 minggu sampai 10 minggu.2Kemungkinan itu antara lain :2,11

    1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsiPada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena

    vaskularisasi kurang, dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam

  • 5/26/2018 Referat Ket

    12/36

    12

    keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya saja yang

    terlambat untuk beberapa hari.

    2. Abortus tubaPerdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah

    oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat

    melepaskan mudigah dari koriales pada dinding tersebut bersama-sama

    dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian

    atau seluruhnya, tergantung dari derajat perdarahan yang timbul. Bila

    pelepasan menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam

    lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah kearah ostium tuba

    abdominale. Frekuensi abortus dalam tuba tergantung pada implantasi

    telur yang dibuahi. Abortus tuba lebih umum terjadi pada kehamilan tuba

    pars ampullaris, sedangkan penembusan dinding tuba oleh villi koriales

    kea rah peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars isthmika.

    Perbedaan ini disebabkan karena lumen pars amoullaris lebih luas,

    sehingga dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan hasil konsepsi

    dibandingkan dengan bagian isthmus dengan lumen sempit.

    Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus,

    perdarahan akan terus berlangsung, dari sedikit-sedikit oleh darah, sampai

    berubah menjadi mola kruenta. Perdarahan akan keluar melalui fimbriae

    dan masuk rongga abdomen dan terkumpul secara khas di kavum Douglas

    dan akan membentuk hematokel retrouterina. Bila fimbriae tertutup, tuba

    fallopii dapat membesar karena darah dan membentuk hematosalping.

  • 5/26/2018 Referat Ket

    13/36

    13

    3. Ruptur tubaPenyusupan, dan perluasan hasil konsepsi dapat mengakibatkan ruptur

    pada saluran lahir pada beberapa tempat. Sebelum metode pengukuran

    kadar korionik gonadotropin tersedia, banyak kasus kehamilan tuba

    berakhir pada trimester pertama oleh rupture intraperitoneal. Pada kejadian

    ini lebih sering terjadi bila ovum berimplantasi pada isthmus dan biasanya

    muncul pada kehamilan muda, sedangkan bila berimplantasi di pars

    intersisialis, maka muncul pada kehamilan yang lebih lanjut. Ruptur dapat

    terjadi secara spontan, atau karena trauma ringan seperti koitus atau

    pemeriksaan vagina.

    Gambar 3 : Ruptur tuba

    Ruptur sekunder dapat terjadi bila terjadi abortus dalam tuba dan

    ostium tuba tertutup. Dalam hal ini dinding tuba yang sudah menipis

    karena invasi dari trofoblas, akan pecah karena tekanan darah dalam tuba.

    Kadang-kadang ruptur terjadi diarah ligamentum latum dan terbentuk

    hematoma intraligamenter. Jika janin hidup terus, terdapat kehamilan

    intraligamenter. Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar

    dari tuba, tetapi bila robekan kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi

  • 5/26/2018 Referat Ket

    14/36

    14

    dikeluarkan dari tuba. Bila pasien tidak mati dan meninggal karena

    perdarahan, nasib janin bergantung pada kerusakan yang diderita dan

    tuanya kehamilan. Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorbsi

    kembali, namun bila besar, kelak dapat diubah menjadi litopedion. Bila

    janin yang dikeluarkan tidak mati dengan masih diselubungi oleh kantong

    amnion dan dengan plasenta yang utuh, kemungkinan tumbuh terus dalam

    rongga abdomen sehingga terjadi kehamilan abdominal sekunder.

    2.5 GAMBARAN KLINIK

    Pada wanita dengan faktor resiko untuk kehamilan ektopik, dengan

    penggunaan tes hormonal awal dan sonografi vagina, sekarang dimungkinkan

    untuk menegakkan diagnosis dari kehamilan ektopik sebelum keluar gejala.

    Namun, bila umur gestasi sudah meningkat dan perdarahan intraperitoneal muncul

    karena keluarnya dari dari fimbriae atau ruptur, maka dapat timbul gejala. Bila

    memang terjadi kehamilan ektopik namun belum muncul gejala, maka kita sebut

    kehamilan ektopik belum terganggu.

    Gambaran klinik klasik untuk kehamilan ektopik adalah trias kehamilan

    ektopik yaitu, nyeri abdomen, amenore, dan perdarahan pervaginam. Gambaran

    tersebut menjadi sangat penting dalam memikirkan diagnosis pada pasien yang

    datang dengan kehamilan di trimester pertama. Namun sayangnya, hanya 50%

    pasien dengan kehamilan ektopik ini yang menampilkan gejala-gejala tersebut

    secara khas.1,2,4,5,7 Gejalanya antara lain, yaitu :

    1.Terdapat tanda-tanda kehamilan muda

  • 5/26/2018 Referat Ket

    15/36

    15

    Seperti mual, muntah, uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak

    sesuai dengan usia kehamilan.

    2.Nyeri abdomen

    Nyeri yang dapat dirasakan pada satu sisi atau kedua sisi perut bagian atas,

    bawah, atau seluruh bagian perut. Nyeri yang diakibatkan ruptur tuba

    berintensitas tinggi dan terjadi secara tiba-tiba. Penderita dapat jatuh

    pingsan dan syok. Nyeri akibat abortus tuba tidak sehebat nyeri akibat

    ruptur tuba, dan tidak terus-menerus. Pada awalnya nyeri terdapat pada

    satu sisi, tetapi setelah darah masuk ke rongga abdomen dan merangsang

    peritoneum, nyeri menjadi menyeluruh.

    3.Terlambat menstruasi atau Amenorhea

    Keterlambatan menstruasi tergantung pada usia gestasi. Penderita mungkin

    tidak menyangka bahwa dirinya hamil, atau menyangka dirinya hamil

    normal, atau mengalami keguguran (abortus tuba). Sebagian penderita

    tidak mengeluhkan keterlambatan haid karena kematian janin terjadi

    sebelum haid berikutnya. Kadang-kadang pasien merasakan nyeri yang

    menjalar ke bahu. Hal ini disebabkan iritasi diafragma oleh

    hemoperitoneum.

    4.Perdarahan pervagina

    Perdarahan per vaginam berasal dari pelepasan desidua dari kavum uteri

    dan dari abortus tuba. Umumnya perdarahan tidak banyak dan berwarnacoklat tua. Keterlambatan menstruasi tergantung pada usia gestasi.

    Penderita mungkin tidak menyangka bahwa dirinya hamil, atau

    menyangka dirinya hamil normal, atau mengalami keguguran (abortus

    tuba). Sebagian penderita tidak mengeluhkan keterlambatan haid karena

    kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya. Kadang-kadang pasien

    merasakan nyeri yang menjalar ke bahu. Hal ini disebabkan iritasi

    diafragma oleh hemoperitoneum.

  • 5/26/2018 Referat Ket

    16/36

    16

    5.Tanda-tanda syok

    Penderita pucat, kesadaran menurun atau lemah, Nadi lemah, tekanan

    darah menurun akibat kehilangan banyak darah.

    6. Gangguan vasomotor

    Berupa vertigo atau sinkop, payudara terasa penuh, fatigue.

    7. Iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak

    Berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat

    inspirasi.

    8.Pada pemeriksaan vaginal

    Timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum douglas menonjol dan nyeri

    pada perabaan.

    9.Pada USG

    Tampak kantong kehamilan dan denyut jantung janin di dalam tuba.

    2.6 DIAGNOSIS

    Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik yang

    belum terganggu sangat besar, sehingga pasien harus mengalami rupture atau

  • 5/26/2018 Referat Ket

    17/36

    17

    abortus dahulu sehingga menimbulkan gejala. Dalam menegakkan diagnosis,

    dengan anamnesis yang teliti dapat dipikirkan kemungkinan adanya kehamilan

    ektopik, namun untuk menegakkan diagnosis pasti harus dibantu dengan

    pemeriksaan fisik yang cermat dan dibantu dengan alat bantu diagnostik.

    Sekarang ini, peran alat bantu diagnostik sangatlah penting, dan sudah merupakan

    sesuatu yang harus dilakukan,apabila memang tersedia, untuk menentukan

    diagnosis.2

    Anamnesis. Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan terlambat haid untuk

    beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subjektif kehamilan muda.

    Terdapat nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, dan kadang-kadang tenesmus.

    Perdarahan pervaginam dapat terjadi, dan biasanya terjadi setelah muncul keluhan

    nyeri perut bagian bawah, berapa jumlah perdarahannya, warna dari darahnya,

    apakah mengalir seperti air atau hanya seperti tetesan saja, dan apakah keluar

    gumpalan-gumpalan. Ditanyakan juga riwayat kehamilan sebelumnya, bila sudah

    pernah hamil, riwayat menstruasinya.2,4

    Pemeriksaan umum.Pada pemeriksaan umum, penderita dapat tampak pucat dan

    kesakitan. Pada perdarahan dalam rongga perut aktif dapat ditemukan tanda-tanda

    syok dan pasien merasakan nyeri perut yang mendadak. Pada jenis yang tidak

    mendadak, mungkin hanya terlihat perut bagian bawah yang sedikit

    menggembung dan nyeri tekan.2

    Pemeriksaan ginekologi.

    Pada pemeriksaan dalam mungkin ditemukan tanda-tanda kehamilan muda.

    Perabaan serviks dan gerakkannya menyebabkan nyeri. Bila uterus dapat diraba,

    maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor disamping

  • 5/26/2018 Referat Ket

    18/36

    18

    uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum Douglas juga teraba menonjol

    dan nyeri raba yang menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Kadang

    terdapat suhu yang naik, sehingga menyulitkan perbedaan dengan infeksi

    pelvik.2,4

    Pemeriksaan laboratorium.

    Para dokter di ruang gawat darurat biasanya menggunakan beta-human chorionic

    gonadotropin (-hCG) untuk mendiagnosis kehamilan, dan untuk membantu

    menentukan potensi pasien mengalami kehamilan ektopik. -hCG diproduksi oleh

    trofoblas dan dapat dideteksi dalam serum pada kira-kira 1 minggu sebelum haid

    berikutnya. Jika serum -hCG negatif, kemungkinan besar tidak terjadi

    kehamilan. Hanya ada sedikit sekali kasus yang dilaporkan pasien dengan tes

    serum -hCG negative dengan kehamilan ektopik. Dinamika normal kenaikan

    kadar -hCG dua kali lipat kira-kira setiap 1,4 sampai 2,1 hari sampai mencapai

    puncaknya 100.000 mIU/ml. kenaikan ini akan melambat bila sudah mencapai

    nilai puncaknya, dan pada saat itu sudah harus dilakukan diagnosis dengan USG.

    Pemeriksaan tunggal tes -hCG kuantitatif ini berguna untuk mendiagnosis

    kehamilan, namun tidak dapat membedakan antara kehamilan ektopik atau

    kehamilan intrauterine. Pemeriksaan laboratorium umum lainnya adalah

    pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui kadar hemoglobin yang dapat rendah

    bila terjadi perdarahan yang sudah lama. Juga dinilai kadar leukosit untuk

    membedakan apakah terjadi infeksi yang bisa disebabkan oleh kehamilan ektopik

    ini atau dugaan adanya infeksi pelvik. Pada infeksi pelvik biasanya lebih tinggi

    hingga dapat lebih dari 20.000. 2,5

  • 5/26/2018 Referat Ket

    19/36

    19

    ALAT-ALAT BANTU DIAGNOSTIK

    Diluar dari kemajuan teknologi sekarang ini, kehamilan ektopik sering

    salah terdiagnosis pada saat kunjungan pertama pasien tentang keluhannya.

    Diagnosis awal diperlukan untuk perawatan yang maksimal terhadap ketahanan

    tuba dan mencegah potensi terjadinya perdarahan intraperitoneal. Atrash dkk.

    Menemukan bahwa perdarahan menjadi penyebab terbesar (88%) kematian pada

    kasus kehamilan ektopik. Pada saat ini, yang merupakan batu acuan untuk

    mendiagnosis kehamilan ektopik adalah Transvaginal Ultrasonography dan

    pemeriksaan kadar hCG serial. Transvaginal Ultrasonography sekarang ini telah

    menggantikan posisi Laparaskopi karena lebih menguntungkan.9,10

    Beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk membantu mendiagnosis

    kehamilan ektopik adalah berikut ini :1,7

    Kuldosentesis

    Sebelum adanya perkembangan dari sonografi pelvis, terutama

    transvaginal, kuldosentesis merupakan salah satu alat bantu diagnosis

    yang penting untuk mengenali kehamilan ektopik. Penemuan hasil darah

    yang tidak membeku pada kuldosentesis dan terutama bila hematokrit

    lebih dari 15 % adalah bantuan yang amat berguna.

    Laparaskopi

    Diagnosis definitif dari kehamilan ektopik dapat hampir selalu

    ditegakkan dengan melihat organ pelvis secara langsung melalui

    laparaskopi. Namun, dengan adanya hemoperitoneum, adhesi, atau

    kegemukan dapat menjadi penyulit dari laparaskopi.

  • 5/26/2018 Referat Ket

    20/36

    20

    Gambar 4 : Tehnk laparaskopi

    Dalam penelitian oleh Samuellson dan Sjovall, didapatkan ada 4 dari

    166 kehamilan ektopik yang tidak dapat dilihat oleh laparaskopis karena

    hal diatas, sehingga ada kemungkinan 2-5 % terjadi false-positif atau

    false-negatif.

    Human Chorionic Gonadotrophin

    Wanita dengan kehamilan ektopik menunjukan adanya kadar hCG dalam

    serum, walaupun 85% diantaranya lebih rendah dibandingkan dengan

    kadar hCG pada kehamilan normal. Uji hCG tunggal kuantitatif tidak

    dapat digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik karena tanggal

    pasti dari ovulasi dan konsepsi terjadi tidak diketahui pada banyak

    wanita. Pada kehamilan yang abnormal seperti kehamilan ektopik ini,

    kadar hCG biasanya tidak meningkat seperti seharusnya. Kadar dkk.

    melaporkan bahwa jika persentase kenaikan kadar hCG tidak lebih dari

    66%, maka kemungkinan seseorang untuk mempunyai kehamilan

    abnormal tinggi.

    Progesteron

    Karena pemeriksaan kadar hCG secara tunggal tidak dapat memberikan

    informasi untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, sehingga

  • 5/26/2018 Referat Ket

    21/36

    21

    membutuhkan beberapa hari untuk melakukan serial tes, maka

    pengukuran kadar progesterone serum tunggal oleh beberapa kelompok

    dapat dipakai untuk membedakan kehamilan ektopik dengan kehamilan

    normal intrauterin. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa jumlah

    progesterone yang dihasilkan korpus luteum pada kehamilan ektopik

    lebih sedikit dibandingkan dengan korpus luteum pada kehamilan

    normal. Stern dkk. mengukur sampel kadar progesterone pada beberapa

    wanita hamil di minggu gestasi ke 4, 5, dan 6. Mereka melaporkan bahwa

    pada minggu ke-4 dengan kadar kurang dari 5 ng/ml, sensitifitas yang

    didapat 100% dan spesifitasnya 97% dan menurun seiring meningkatnya

    umur gestasi. Bila kadar progesterone lebih dari 25 ng/ml menyingkirkan

    kehamilan ektopik dengan kepastian 97,4%.

    Ultrasonography

    Dengan menggunakan ultrasonografi abdominal, Kadar dkk. melaporkan

    pada tahun 1981 bahwa jika level hCG lebih besar dari 6500 mIU/ml dan

    tidak ada kantong gestasi pada uterus, hampir pasti kehamilan ektopik.

    Tapi, teknik ini tidak berguna secara klinik, karena banyak wanita (90%)

    dengan kehamilan ektopik mempunyai level hCG yang jauh dibawah

    nilai diatas.

    Perkembangan alat dengan transduser transvaginal dengan frekuensi 5.0

    sampai 7.0 MHz, lebih mampu melihat lebih tepat organ pelvis pada awal

    kehamilan dibandingkan transabdominal. Dengan alat ini biasanya

    mungkin bisa untuk mengidentifikasi kantong gestasi intrauterine saat

    kadar hCG mencapai 1500 mIU/ml dan selalu bila kadar hCG sudah

  • 5/26/2018 Referat Ket

    22/36

    22

    mencapai 2000 mIU/ml pada sekitar 5 atau 6 minggu setelah haid

    terakhir. Karena kombinasi kehamilan intrauterine dan ekstrauterin

    hampir merupakan kejadian yang jarang, maka penemuan kantong

    gestasi intrauterine hampir selalu dapat menyingkirkan adanya kehamilan

    ektopik. Bila kantong gestasi tidak ditemukan dan kadar hCG lebih dari

    1500 mIU/ml, lebih mungkin terjadi kehamilan patologis, apakah itu

    kehamilan ektopik, atau suatu gestasi intrauterine tidak viable, dan harus

    dipikirkan kemungkinannya. Biasanya massa adneksa dan/atau struktur

    yang menyerupai kantong gestasi dapat dikenali pada saluran telur saat

    kehamilan ektopik muncul yang menghasilkan kadar hCG diatas 2500

    mIU/ml.

    Gambar 5 : Contoh gambaran USG kehamilan ektopik

    Jadi kriteria diagnosis USG dengan menggunakkan transduser

    transvagina untuk kehamilan ektopik termasuk : adanya komplek atau

    massa kistik adneksa atau terlihatnya embrio di adneksa dapat dideteksi,

    dan/atau tidak adanya kantong gestasi dimana diketahui bahwa usia

    gestasi sudah lebih dari 38 hari, dan/atau kadar hCG diatas ambang

    tertentu, biasanya antara 1500 dan 2500 mIU/ml.

  • 5/26/2018 Referat Ket

    23/36

    23

    Dilatasi kuretase

    Saat serum kadar hCG lebih dari 1500 mIU/ml, usia gestasi lebih dari 38

    hari, atau serum kadar progesterone kurang dari 5 ng/ml dan tidak ada

    kantong gestasi interauterin yang terlihat denga transvaginal USG,

    kuretase kavum endometrial dengan pemeriksaan histologi pada jaringan

    yang dikerok, dengan potong beku bila mau, dapat dikerjakan untuk

    menentukan apakah ada jaringan gestasi. Spandorfer dkk. melaporkan

    bahwa potong beku 93 % akurat dalam mengenali villi koriales. Jika

    tidak ada jaringan villi koriales yang terlihat pada jaringan yang diangkat,

    maka diagnosis kehamilan ektopik dapat dibuat dan dilakukan tindakan.

    2.7 DIAGNOSIS BANDING

    1. Appendisitis akut

    Daerah yang lunak terletak lebih tinggi dan terlokalisir di fossa iliaka

    kanan. Bisa ditemukan pembengkakkan bila ada abses apendiks,

    namun tidak terletak dalam di pelvis seperti pada pembengkakan tuba.

    Demam lebih tinggi dan pasien terlihat sakit berat. Tes kehamilan

    menunjukkan hasil negatif.

    2. Salpingitis

    Terjadi pembengkakan dan pembesaran tuba bilateral, demam tinggi

    dan tes kehamilan negatif. Dapat ditemukan getah serviks yang

    purulen.

    3. Torsi Tangkai Tumor Ovarium

  • 5/26/2018 Referat Ket

    24/36

    24

    Teraba massa yang terpisah dari uterus, sedangkan kehamilan tuba

    umumnya terasa menempel pada uterus. Perut lunak dan mungkin

    terdapat demam akibat perdarahan intraperitoneal. Tanda dan gejala

    kehamilan mungkin tidak ditemukan namun ada riwayat serangan

    nyeri berulang yang menghilang dengan sendirinya

    4. Abortus Inkomplit

    Gejala klinik yang dominan adalah perdarahan, umumnya terjadi

    sebelum ada nyeri perut. Perdarahan berwarna merah, bukan coklat tua

    seperti pada kehamilan ektopik. Nyeri perut umumnya bersifat kolik

    dan kejang (kram). Uterus membesar dan lembek, terdapat dilatasi

    serviks. Hasil konsepsi dapat dikenali dari pemeriksaan vagina

    5. Corpus Lutheum Hemoragis

    6. Pelvic Inflammatory Disease (PID) atau Radang Panggul

    7. Endometriosis

    2.8 PENATALAKSANAAN

    Ada banyak opsi yang dapat dipilih dalam menangani kehamilan ektopik,

    yaitu terapi bedah dan terapi obat. Ada juga pilihan tanpa terapi, namun hanya

    bisa dilakukan pada pasien yang tidak menunjukkan gejala dan tidak ada bukti

    adanya rupture atau ketidakstabilan hemodinamik. Namun pada pilihan ini pasien

    harus bersedian diawasi secara lebih ketat dan sering dan harus menunjukkan

    perkembangan yang baik. Pasien juga harus menerima segala resiko apabila

    terjadi rupture harus dioperasi.2,9,6,11

  • 5/26/2018 Referat Ket

    25/36

    25

    TERAPI BEDAH

    Sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik akan membutuhkan

    tindakan bedah. Tindakan bedah ini dapat radikal (salpingektomi) atau konservatif

    (biasanya salpingotomi) dan tindakan itu dilakukan dengan jalan laparaskopi atau

    laparatomi. Laparatomi merupakan teknik yang lebih dipilih bila pasien secara

    hemodinamik tidak stabil, operator yang tidak terlatih dengan laparaskopi,

    fasilitas dan persediaan untuk melakukan laparaskopi kurang, atau ada hambatan

    teknik untuk melakukan laparaskopi. Pada banyak kasus, pasien-pasien ini

    membutuhkan salpingektomi karena kerusakan tuba yang banyak, hanya beberapa

    kasus saja salpingotomi dapat dilakukan. Pada pasien kehamilan ektopik yang

    hemodinamiknya stabil dan dikerjakan salpingotomi dapat dilakukan dengan

    teknik laparaskopi. Salpingotomi laparaskopik diindikasikan pada pasien hamil

    ektopik yang belum ruptur dan besarnya tidak lebih dari 5 cm pada diameter

    transversa yang terlihat komplit melalui laparaskop.

    Gambar 6 : Terapi bedah menggunakan tehnik laparatomi pada kehamilan ektopik

  • 5/26/2018 Referat Ket

    26/36

    26

    Linier salpingektomi pada laparaskopi atau laparatomi dikerjakan pada

    pasien hamil ektopik yang belum rupture dengan menginsisi permukaan

    antimesenterik dari tuba dengan kauter kecil, gunting, atau laser. Kemudian

    diinjeksikan pitressin dilute untuk memperbaiki hemostasis. Gestasi ektopik

    dikeluarkan secara perlahan melalui insisi dan tempat yang berdarah di kauter.

    Pengkauteran yang banyak didalaam lumen tuba dapat mengakibatkan terjadinya

    sumbatan, dan untuk itu dihindari. Penyembuhan secara sekunder atau dengan

    menggunakan benang menghasilkan hasil yang sama. Tindakan ini baik untuk

    pasien dengan tempat implantasi di ampulla tuba. Kehamilan ektopik ini

    mempunyai kemungkinan invasi trofoblastik kedalam muskularis tuba yang lebih

    kecil dibandingkan dengan implantasi pada isthmus.

    Gambar 7 : Linear salpingektomi di permukaan antimesenterik tuba pada kehamilan ektopik di pars

    ampullaris.

    Pasien dengan implantasi pada isthmus akan mendapatkan hasil yang lebih

    baik dari reseksi segmental dan anastomosis lanjut. Bagaimanapun juga, jika

    diagnosis ditegakkan lebih awal, maka pada tempat idthmus dapat dilakukan

    salpingotomi. Pada kehamilan ektopik yang berlokasi pada ujung fimbriae, dapat

    dilakukan gerakan seeperti memeras (milking) untuk mengeluarkan jaringan

    trofoblastik melalui fimbriae.

    http://www.emedicine.com/cgi-bin/foxweb.exe/makezoom@/em/makezoom?picture=/websites/emedicine/med/images/Large/32863286salpingostomy1.jpg&template=izoom2http://www.emedicine.com/cgi-bin/foxweb.exe/makezoom@/em/makezoom?picture=/websites/emedicine/med/images/Large/32863286salpingostomy1.jpg&template=izoom2
  • 5/26/2018 Referat Ket

    27/36

    27

    Gambar 8 : Kehamilan ektopik tuba kanan yang terlihat pada laparaskopi.

    Tuba kanan yang membesar karena terdapat kehamilan ektopik ada disebelah kanan di E.

    Tuba kiri yang tersumbat terlihat pada L- wanita ini pernah dilakukan ligasi tuba

    Secara umum, perawatan pada laparaskopi lebih cepat dan lebih sedikit

    waktu yang hilang dalam penanganannya dibandingkan laparatomi. Parsial atau

    total salpingektomi laparaskopik mungkin dilakukan pada pasien dengan riwayat

    penyakit tuba yang masih ada dan diketahui mempunyai faktor resiko untuk

    kehamilan ektopik. Komplikasi bedah yang paling sering adalah kehamilan

    ektopik berulang (5-20 %) dan pengangkatan jaringan trofoblastik yang tidak

    komplit. Disarankan pemberian dosis tunggal methotrexate post operasi sebagai

    profilaksis pada pasien resiko tinggi.6,11

    TERAPI FARMAKOLOGI

    Diagnosis dini yang telah dapat ditegakkan membuat pilihan pengobatan

    dengan obat-obatan memungkinkan. Keuntungannya adalah dapat menghindari

    tindakan bedah beserta segala resiko yang mengikutinya, mempertahankan patensi

    dan fungsi tuba, dan biaya yang lebih murah. Zat-zat kimia yang telah diteliti

  • 5/26/2018 Referat Ket

    28/36

    28

    termasuk glukosa hiperosmolar, urea, zat sitotoksik ( misal: methotrexate dan

    actinomycin ), prostaglandin, dan mifeproston (RU486). Disini akan dibahas lebih

    jauh mengenai pemakaian methotrexate sebagai pilihan untuk terapi obat.

    METHOTREXATE

    Penggunaan methotrexate pertama kali direkomendasikan oleh Tanaka

    dkk. untuk kehamilan pada intersisial. Kemudian diikuti oleh Miyazaki(1983)

    dan Ory dkk. yang menggunakannya sebagai terapi garis pertama pada

    kehamilan ektopik. Sejak itu banyak dilaporkan pemakaian methotrexate pada

    berbagai jenis kehamilan ektopik yang berhasil. Lalu, dengan semakin banyaknya

    keberhasilan memakai obat, maka mulai diperbandingkan pemakaian

    methotrexate dengan terapi utama salpingostomi.

    Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, agen yang paling banyak

    dipelajari adalah methotrexate, suatu antagonis asam folat (agen kemoterapeutik

    antimetabolit) yang dimetabolisme di hati dan diekskresikan oleh ginjal.

    Methotrexate bekerja dengan menghambat sintesis basa purin dan pirimidin

    dengan berikatan pada enzim dihidofolat reduktase, sehingga dapat

    mengintervensi sintesis DNA dan multiplikasi sel. Sel-sel dengan tingkat

    pembelahan tinggi paling sensitif terhadap methotrexate. Berdasarkan sifatnya,

    obat ini bekerja pada jaringan trofoblastik, dan juga berefek pada mukosa bukal,

    traktus gastrointestinal, kandung kemih, sumsum tulang dan kulit. Methotrexate

    telah lama dikenal efektif dalam pengobatan leukemia, limfoma, dan karsinoma

    kepala, leher, payudara, ovarium, dan kandung kemih.

  • 5/26/2018 Referat Ket

    29/36

    29

    Methotrexate juga digunakan sebagai agen imunosupresif untuk mencegah

    reaksi graft vs host, untuk pengobatan psoriasis dan rheumatoid arthritis. Efek

    samping terkait penggunaan methotrexate dapat dibagi menjadi dua, yaitu akibat

    efek samping obat dan akibat terapi.

    Efek samping obat antara lain adalah mual, muntah, stomatitis,

    diare, distress gaster dan pusing, peningkatan sementara enzim

    hati. Pada dosis lebih tinggi dapat menyebabkan supresi sumsum

    tulang, dermatitis, pleuritis, pneumonitis, dan alopesia, namun

    jarang terjadi pada dosis untuk terapi kehamilan ektopik.

    Terapi dengan methotrexate juga menimbulkan keluhan seperti

    nyeri abdominal yang bertambah, peningkatan kadar -hCG pada

    hari 1-3 terapi, serta flek atau perdarahan vagina.

    Methotrexate yang digunakan adalah 1 mg/kg IV. Walaupun methotrexate

    memiliki potensi menimbulkan efek samping toksik yang diagnosis kehamilan

    ektopik telah ditegakkan dan massa ektopik memiliki dimensi terbesar kurang dari

    3.5 cm, terapi methotrexate dapat dijadikan pertimbangan. Selain itu, kadar -

    hCG perlu dipertimbangkan pada pasien sebelum terapi ini. Suatu studi

    menunjukkan bahwa kadar -hCG lebih dari 1500 mIU per mL dikaitkan dengan

    resiko kegagalan terapi yang lebih tinggi. Studi yang sama juga menunjukkan

    bahwa pasien dengan kadar -hCG lebih dari 5000 mIU per mL umumnya tidak

    responsif terhadap terapi methotrexate.

  • 5/26/2018 Referat Ket

    30/36

    30

    Indikasi dan kriteria pasien untuk terapi methotrexate antara lain

    adalah12

    :

    Hemodinamik yang stabil, tanpa tanda atau gejala perdarahan aktif atau

    hemoperitoneum.

    Konfirmasi adanya kehamilan ektopik

    Kadar -hCG tidak melebihi 15000 IU/L

    Adanya resiko tinggi terkait anestesi umum

    Komplains baik dan mampu kembali untukfollow-up

    Ukuran kantung gestasi 3.5 cm pada dimensi terbesarnya menggunakan

    pengukuran ultrasonik

    Tidak ditemukan gerakan jantung fetus

    Hipersensitivitas terhadap methotrexate

    Laktasi

    Alkoholisme

    Penyakit hati alkoholik atau kelainan hati lainnya

    Diskrasia darah: leukopenia, trombositopenia, anemia

    Penyakit paru aktif

    Ulkus peptikum

    Disfungsi ginjal atau hati atau darah

  • 5/26/2018 Referat Ket

    31/36

    31

    Kontraindikasi terapi medis dengan methotrexate adalah12

    :

    Kadar -hCG melebihi 15000 IU/L

    Aktivitas jantung fetal

    Cairan bebas pada cul-de-sac yang ditemukan melalui pemeriksaan

    ultrasonik, karena hal ini dapat mengindikasikan adanya ruptur tuba

    Penggunaan methotrexate dalam kehamilan ektopik tergolong baru, oleh

    karena itu belum ada protokol yang standar. Terdapat beberapa cara pemberian,

    antara lain pemberian dosis tunggal, dosis variabel, dosis rendah, serta injeksi

    langsung.

    Sebelum pemberian terapi medis, pasien harus diinformasikan terlebih

    dahulu mengenai resiko, keuntungan, efek samping dan kemungkinan kegagalan

    terapi, yang dapat berakibat pada ruptur tuba yang membutuhkan tindakan

    pembedahan. Oleh karena itu, pasien harus diperkenalkan kepada tanda dan gejala

    ruptur tuba seperti nyeri abdomen yang bertambah, perdarahan vagina, pusing,takikardi, palpitasi atau sinkop. Sebagian besar pasien umumnya mengalami satu

    episode nyeri abdomen yang bertambah pada hari ke 2-3 setelah injeksi

    methotrexate. Nyeri ini diduga diakibatkan terjadinya pemisahan kehamilan dari

    tempat perlekatan. Nyeri ini dapat dibedakan dengan ruptur tuba karena nyerinya

    lebih ringan dengan durasi yang terbatas (24-48 jam), dan tidak terkait gejala akut

    abdomen atau instabilitas hemodinamik lainnya.

    Selama dilakukan terapi, hendaknya pasien menghindari konsumsi

    alkohol, vitamin yang mengandung asam folat, NSAID, dan hubungan seksual.

  • 5/26/2018 Referat Ket

    32/36

    32

    Sebelum terapi dimulai, diperlukan pengambilan sampel darah untuk menentukan

    fungsi ginjal, hati dan sumsum tulang, serta untuk melihat kadar awal -hCG.

    Pada hari ke 4 dan 7 setelah injeksi awal, ulang penilaian kadar -hCG. Umumnya

    terjadi peningkatan kadar -hCG pada hari ke-3. Penurunan kadar -hCG sebesar

    minimal 15% pada hari ke 4-7 setelah injeksi mengindikasikan respons

    keberhasilan. -hCG pasien harus tetap dimonitor setiap minggunya hingga tidak

    terdeteksi.

    Kegagalan terapi ditandai dengan meningkat, menetap atau gagal tidak

    terjadi penurunan kadar -hCG sebesar 15% pada hari ke 4-7 setelah injeksi. Bila

    terjadi, dapat dipikirkan perlunya terapi pembedahan. Pengulangan dosis tunggal

    methotrexat juga dapat dijadikan pilihan setelah dilakukan evaluasi ulang

    pasien.11

    2.9 PROGNOSIS

    Kematian ibu karena kehamilan ektopik terganggu cenderung menurun

    dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Namun bila pertolongan

    terlambat, maka angka kematian akan meningkat. Sedangkan janin pada

    kehamilan ektopik biasanya akan mati dan tidak dapat dipertahankan karena tidak

    berada pada tempat dimana ia seharusnya tumbuh.

    Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat

    bilateral. Sebagian wanita dapat menjadi steril setelah mengalami kehamilan

    ektopik atau dapat mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka

    kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0-14,6 %. Dengan kemajuan

    terapi yang ada sekarang, kemungkinan ibu untuk dapat hamil kembali membesar,

  • 5/26/2018 Referat Ket

    33/36

    33

    namun ini harus didukung kemampuan untuk menegakkan diagnosis dini

    sehingga dapat diintervensi secepatnya. 2

  • 5/26/2018 Referat Ket

    34/36

    34

    BAB III

    KESIMPULAN

    3.1 KESIMPULAN

    1. Kehamilan Ektopik ialah kehamilan dimana sel telur setelah dibuahi (fertilisasi)

    berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri.

    2. Kehamilan Ektopik Terganggu ialah kehamilan ektopik yang mengalami abortus

    atau ruptur apabila masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang

    implantasi misalnya tuba.

    3. Berdasarkan laporan dari Biro Pusat Statistik Kesehatan diketahui bahwa pada

    tahun 2007 terdapat 20 kasus setiap 1.000 kehamilan menderita kehamilan

    ektopik atau 0,02%.

    4. Beberapa faktor penyebab terjadinya kehamilan ektopik adalah faktor dalam

    lumen tuba, faktor dinding tuba, faktor luar dinding tuba dan faktor lainnya.

    5. Gambaran klinik klasik untuk kehamilan ektopik adalah trias nyeri abdomen,

    amenore, dan perdarahan pervaginam.

  • 5/26/2018 Referat Ket

    35/36

    35

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Sepilian, Vicken; Ellen W. Ectopic Pregnancy.

    www.emedicine.com/health/topic3212.html

    2. Wiknjosastro, Hanifa. Kehamilan Ektopik. Ilmu Kebidanan edisi

    ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

    Jakarta.2005.hal 323-338.

    3. Wiknjosastro, Hanifa. Gangguan Bersangkutan Dengan Konsepsi.

    Ilmu Kandungan edisi kedua. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

    Prawiroharjo. Jakarta.2005.hal 250-260.

    4. Wiknjosastro, Hanifa. Kehamilan Ektopik. Ilmu Bedah Kebidanan

    edisi pertama. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

    Jakarta. 2000.hal 198-210.

    5. Della-Guistina, David; Mark Denny.Ectopic Pregnancy. Emergency

    Medicine Clinics of North America. Volume 21 number 3. W.B

    Saunders Company. August 2003.

    6. Attar, Erkut. Endocrinology of Ectopic Pregnancy. Obstetric and

    Gynecology Clinics. Volume 31 number 4.W.B Saunders Company.December 2004.

    7. Stenchever. Ectopic Pregnancy. Comprehensive Gynecology, 4thed.

    Mosby Inc. 2001.

    8. Sowter, Martin; Cindy Farquhar. Ectopic Pregnancy: an update.

    Current Opinion in Obstetrics and Gynecology. 2004, 16:289-293.

    9. Depkes RI, 2007. Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu. Jakarta

    10. Lemus, Julio. Ectopic Pregnancy:an update. Current Opinion in

    Obstetrics and Gynecology. 2000, 12:359-376.

    11. Cunnuingham, FG et. Al.Reproductive Succes and Failure. Williams

    Obstetrics, 21st ed. Prentice Hall International Inc. Appleton and

    Lange. Connecticut. 2006.

    12. Mycek., Harvey., Champe.Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 2.

    Jakarta. Widya Medika. 2001.

    http://www.emedicine.com/health/topic3212.htmlhttp://www.emedicine.com/health/topic3212.htmlhttp://www.emedicine.com/health/topic3212.html
  • 5/26/2018 Referat Ket

    36/36

    36