PORTOFOLIO HCC+HEP B+KOMA HEPATIKUM
Click here to load reader
-
Upload
haryadi-dwi-putra -
Category
Documents
-
view
31 -
download
7
description
Transcript of PORTOFOLIO HCC+HEP B+KOMA HEPATIKUM
√
√
PORTOFOLIO
Kasus 1
Topik: Koma Hepatikum
Tanggal (kasus) : 9 April 2016 Presenter : dr. Haryadi Dwi Putra
Tangal presentasi : 21 April 2016 Narasumber : dr. Bambang Sutopo, SpPD, KGEH
Pembimbing : dr. Neneng Tresna Imawati
Tempat presentasi: Ruang diskusi RS. TK.IV Dr. Bratanata Jambi
Obyektif presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja √ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi:
Tn. A, 37 tahun datang dengan penurunan kesadaran sejak 2 hari SMRS.
□ Tujuan:
Mengetahui penegakkan diagnosis, faktor resiko, dan tata laksana Koma Hepatikum
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset √ Kasus □ Audit
Cara membahas: √ Diskusi □Presentasi dan diskusi □ E‐mail □ Pos
Data pasien: Nama: Tn. A No registrasi: 25 10 69
Nama RS: RS TK.IV Dr. Bratanata Usia: 37 tahun Terdaftar sejak: 9 April 2016
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:
Pasien Tn. A 37 tahun datang ke IGD RS TK IV Dr. Bratanata dengan penurunan kesadaran
sejak 2 hari yang lalu. Dari alloanamnesis dengan keluarga pasien, pasien mempunyai riwayat
Kanker hati yang rutin berobat. Keluhan berawal dari tahun 2007 pasien didiagnosis hepatitis
B. Sejak saat saat itu, keluhan mata dan badan kuning,BAK berwarna seperti teh pekat, dan
dalam 1 tahun terakhir perut dirasa makin besar. Keluhan lain yang dirasa oleh pasien seperti
demam hilang timbul, mual, muntah, nafsu makan menurun, dan adanya penurunan berat
badan. Dan atas keluhannya tersebut, pasien sering berobat ke rumah sakit.
2. Riwayat Pengobatan:
(-)
3. Riwayat kesehatan/ Penyakit:
- Riwayat Hepatitis B tahun 2007
- Riwayat transfusi darah dan hemodialisis disangkal
- Riwayat tertusuk jarum disangkal
- Riwayat kontak dengan pasien sakit kuning ada : Ayah pasien
- Riwayat DM disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
4. Riwayat keluarga/ masyarakat:
Ayah pasien menderita sakit kuning.
Daftar Pustaka:
1. Nurdjanah S (2006) Sirosis Hati, dalam buku aja ilmu penuakit dalam, jilid I Edisi IV, pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI, Jakarta
2. Jubir N (2006) Koma Hepatik, dalam buku aja ilmu penuakit dalam, jilid I Edisi IV, pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI, Jakarta.
3. Siellaff T.D., Curley S.A. (2005) Liver. dalam : Schwartz’s Principle of surgery. 8 th
edition. McGraw-Hill.
4. Shahara AI dan Rockey DC. Gastroesophageal variceal hemorrhage. Review article. NEJM 2001; 345, 9; 669-70.
5. Jutabha R., Jensen DM., (2002) Acute Upper Gastrointestinal bleeding dalam Current Diagnosis & Treatment in Gastroenterology McGraw-Hill/Appleton & Lange.
6. Friedman LS., (2004) Liver, Biliary Tract, & Pancreas dalam Current Medical Diagnosis & Treatment 2004, McGraw-Hill/Appleton & Lange.
7. Guyton & Hall Textbook Of Medical Physiology 11th Edition, saunders.
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis
2. Patofisiologi
3. Penatalaksanaan
4. Edukasi tentang perjalanan penyakit dan penatalaksanaan yang tepat
Subyektif
Pasien Tn. A 37 tahun datang ke IGD RS TK IV Dr. Bratanata dengan penurunan
kesadaran sejak 2 hari yang lalu. Dari alloanamnesis dengan keluarga pasien, pasien mempunyai
riwayat Kanker hati yang rutin berobat.
Keluhan berawal dari tahun 2007 pasien didiagnosis hepatitis B. Sejak saat saat itu,
keluhan mata dan badan kuning, BAK berwarna seperti teh pekat, dan dalam 1 tahun terakhir
perut dirasa makin besar. Keluhan lain yang dirasa oleh pasien seperti demam hilang timbul,
mual, muntah, nafsu makan menurun, dan adanya penurunan berat badan. Dan atas keluhannya
tersebut, pasien sering berobat ke rumah sakit.
Obyektif
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : somnolen GCS : E2 M5 V3 : 10
Tanda vital
TD : 110/70 mmhg
Nadi : 120 x/menit
RR : 16 x/menit
Suhu : 38.80C
Berat badan : 48 kg
Tinggi Badan : 158 cm
IMT : 48/(1,58)2 = 19,22 (normoweight)
Kepala : normocephal
Mata : conjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (+/+), pupil isokor, palpebra edema (-)
Telinga : Normotia, sekret (-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-),
Bibir : sianosis (-)
Leher : tidak teraba pembesaran tiroid, tidak teraba pembesaran KGB, retraksi supra sternal
(-), peningkatan vena jugularis (-).
Thoraks
- Paru
a) Inspeksi : gerakan dinding dada simetris, sikatrik (-), retraksi sela iga (-)
b) Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
c) Auskultasi : suara nafas vesikuler, wheezing -/-, ronchi -/-
- Jantung
a) Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
b) Palpasi : ictus cordis teraba ICS V
c) Auskultasi : S1 S2 reguler, mur-mur (-), gallop (-)
Abdomen : Cembung, Bising usus (+), teraba hepar 3 jari dibawah arcus costae, nyeri tekan
tidak dapat dinilai.
Ektremitas : Ikterik, Akral hangat, oedem tungkai (-/-), Sianosis -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin (9 April 2016)
Pemeriksaan
Hematologi
Hasil Nilai rujukan Satuan
Hemoglobin 10.0 11-16 g/dl
Hematokrit 30.20 40-45 %
Leukosit 15.3 4-11 Ribu/ul
Trombosit 340 150-450 Ribu/ul
Eritrosit 3.3 4.5-6 Juta/ul
MCV/MCH/MCHC
MCV 92.9 80-100 Fl
MCH 30.5 26.0-34.0 Pg
MCHC 33 32.0-36.0 g/dl
RDW-CV 20.9 11-16 %
Golongan darah O (rhesus +)
Mixed (Eo/Mo/Ba) 15.6 % 0-10 Mm/jam
Limfosit 22.2 20-40 %
Neutrofil 62.2 40-70 %
GDS 94 mg/dl
Pemeriksaan Kimia Darah Lengkap (9 April 2016)
Kimia Darah Hasil Nilai rujukan Satuan
Glukosa 106 70 – 105 mg/dl
Kolesterol 131 200 – 240 mg/dl
Trigliserida 325 0 – 200 mg/dl
Asam Urat 7 2.6-7.2 mg/dl
BUN - 15-40 mg/dl
Serum Creatinin 1.4 0.50-1.10 mg/dl
AST 602 15-37 IU/L
ALT 106 8-35 IU/L
ALP - 60-170 IU/L
Total Protein 6.6 6.5-8.1 g/dl
Albumin 3.3 3.5-5.4 g/dl
Bilirubin Direk 10.46 0.10-0.40 mg/dl
Bilirubin Indirek 9.14 0.2 – 0.7 mg/dl
Bilirubin Total 19.60 0.2 – 1.2 mg/dl
CA 8.0 8.5 - 10.5 mg/dl
Globulin 3.3 2.7 - 7.2 g/dl
Ureum 72.9 10.0 - 50.0 mg/dl
Kadar Elektrolit :
Dalam batas normal
Pemeriksaan Imunologi (23 Maret 2016)
- HBs Ag (metode ELFA) : 22.75 Normal cut off 0.13- Anti HCV kuantitatif : 0.34 non reactive ( TV < 1.00)
Pemeriksaan Tumor Marker Elisa :
AFP (Human) : Positif, 500.5 ng/ml
Nilai Normal : < 8.5 ng/ml
Hasil USG Abdomen :
Kesan :
Hepatomegali dengan Hepatocelullar Carcinoma. Asites intraabdomen retroperitonium dan intrapelvis.
“Assessment”
DEFINISI
Koma hepatikum dapat timbul akibat gagal hati yang fluminan (fluminant hepatic
failure), misalnya pada infeksi hepatitis virus, hepatitis toksik karena obat-obatan dan
perlemakan hati akut pada kehamilan. Pada penyakit hati menahun (sirosis hepatis) kerusakan
sel-sel bukan merupakan faktor satu-satunya, tetapi timbulnya sirkulasi kolateral baik intra
maupun ekstra hepatic (portal-systemic encephalopathy), dan berbagai faktor pencetus
merupakan pula faktor-faktor yang penting untuk terjadinya koma hepatic (koma eksogen).2
PATOGENESIS1,2
Koma hepatic adalah suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan adanya
perubahan kesadaran, penurunan intelektual dan kelainan neurologis yang menyertai kelainan-
kelainan parenkim hati. Walaupun patogenesis koma hepatikum belum diketahui secara
menyeluruh namun berdasarkan hasil-hasil penelitian pada binatang percobaan maupun pada
pasien-pasien sendiri, diajukan beberapa konsep patogenesis sebagai berikut:
1. Koma hepatikum merupakan gangguan proses metabolic dan neurofisiologik, sering
tanpa disertai lesi structural otak, sehingga berpotensi untuk menjadi normal kembali
dengan sempurna, tanpa ditemukan gejala-gejala sisa neurologic atau kelainan structural.
Pada koma hepatikum tidak diketahui secara pasti daerah mana di otak yang terpengaruh.
Diduga sistema aktivasi reticular pada batang otak (yang memelihara fungsi normal
kesadaran dan perubahan korteks) merupakan daerah yang terkena.
2. Koma hepatikum merupakan kelaianan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dapat
disebabkan oleh interaksi secara sinergis beberapa faktor pada otak seperti kelebihan
ammonia ; asam lemak berantai pendek maupun panjang, merkapten, gangguan
keseimbangan asam amino dan neurotransmitter atau mungkin oleh karena kekurangan
faktor-faktor vital yang melindungi otak. Pada koma portosistemik bermacam-macam zat
perusak dan gangguan fisiologik seperti azotemia, infeksi dan alkalosis hipokalemik
dapat berkerja sama dengan toksin-toksin yang diduga sebagai pencetus koma hepatikum.
Disamping itu pada koma portosistemik sensitivitas otak dapat meningkat terhadap
berbagai bahan toksin antara lain seperti infeksi dan obat-obat sedatif, karena
metabolisme obat menurun akibat kerusakan sel-sel hati, terjadi penimbunan obat dan
selanjutnya dapat meningkatkan influx obat kedalam otak dengan plasma protein, serta
peningkatan sensitivitas reseptor otak terhadap obat yang secara keselurhan
menyebabkan kepekaan timbulnya koma hepatikum.
3. Walaupun kelainan dasar molecular yang tepat pada koma hepatikum belum diketahui
dengan pasti, namun mekanisme-mekanisme yang diduga mendasari terjadinya koma
hepatikum adalah perubahan energi metabolisme otak, gangguan/kekacauan fungsi
membran-membran neuron, perubahan transmisi sinaptik sebagai akibat gangguan
keseimbangan neurotransmitter otak atau kombinasi beberapa mekanisme tersebut diatas.
Ketidakseimbangan antara asam amino neurotransmitter yang merangsang dan
menghambat fungsi otak merupakan faktor yang berperan dan kelihatannya merupakan
pejelasan yang terbaik saat ini yang dapat menerangkan mekanisme terjadinya koma
hepatikum. Ketidakseimbangan ini terdiri dari menurunnya neurotransmitter yang
mempunyai efek merangsang seperti glutamate, aspartat dan dopamine sebagai akibat
menigkatnya ammonia dan peningkatan kerja gamma aminobutirat (GABA) yang
mempunyai efek menghambat transmisi impuls. Efek GABA yang meningkat bukan oleh
karena influknya kedalam otak yang meningkat namun oleh karena perubahan reseptor
GABA di otak yang disebabkan oleh suatu substansi mirip Benzodiazepine. Reseptor ini
merupakan suatu bagian dari kompleks supramolekular yang meningkatkan sensitivitas
otak terhadap obat seperti benzodiazepine dan barbiturate pada pasien penyakit hati
menahun.
Patogenesis yang dikemukakan di atas merupakan suatu konsep uniform, namun antara
koma portosistemik dan koma pada kegagalan hati fluminan, terdapat perbedaan-perbedaan
patogenesis yaitu pada koma portosistemik terdapat beberapa faktor yang diduga berkerjasama
seperti:2
Sensitivitas yang berlebihan pada perubahan fisiologis pasien sirosis hepatis, misalnya
stupor dapat tercetus oleh adanya infeksi atau pemberian obat sedatif sedangkan pada
pasien tanpa penyakit hati hal ini tidak terjadi.
Toksin serebral tertimbun secara perlahan dan bila disertai faktor pencetus dapat terjadi
koma hepatikum.
Akibat kerusakan sel-sel parenkim hati bahan-bahan pelindung yang dibuat dihati dan
dilepas secara normal seperti albumin dan glukosa akan menurun atau berkurang. Pada
koma hepatic fluminan, karena proses begitu fluminan maka faktor utama yang berperan
adalah influx bahan toksis secara tiba-tiba kedalam otak, menghilangnya bahan
pelindung, perubahan sawar darah otak dan edema serebri.
Toksin Mekanisme kerja1. Ammonia
2. Merkaptan
3. Asam-asam lemak
4. Berbagai macam asam amino
Berpengaruh langsung terhadap fungsi membrane sel neuron, menurunkan spike potensial dan mengubah permeabilitas membrane untuk air dan elektrolit.
Perubahan rasio NADH/NAD sitoplasma/mitokondria dan reaksiulang alik malat-aspartat.
Menurunkan kadar neuro transmitter yang merangsang (glutamate-aspartat)
Mengganggu metabolisme energy otak dengan mengikat ATP dan meningkatkan laju produksi asam laktat.
Mengacaukan kegiatan membrane sel-sel neuron dengan mempengaruhi kegiatan Na+K+ATPase
Merusak detoksikasi ammonia.
Merusak detoksikasi ammonia melalui hambatan sintesis urea dan pembetuka glutamate
Pengaruh-pengaruh langsung terhadap membrane neuron dengan menggangu influx ion-ion dan penyebaran impuls.
Mengacaukan keseimbangan neurotransmitter diotak yang mempunyai efek merangsang dan efek menghambat transmisi rangsangan.
Sumber pembentukan ammonia dan merkaptan.
5. Substansi-substansi lain Mempengaruhi reseptor GABA sehingga
meningkatkan sensitivitas serebral pada penderita.
GEJALA KLINIS
Koma hepatikum merupakan suatu sindrom neuropsikiatrik yang dapat ditemukan pada
pasien dengan kegagalan fungsi hati yang akut maupun yang kronik. Gambaran klinis umum
semua bentuk koma hepatikum adalah ditemukannya perubahan-perubahan atau kelaianan
mental, kelainan neurologis , adanya penyakit parenkim hati dan beberapa kelainan laboratorium
yang khas tetapi tidak spesifik.2
Pada penyakit hati kronik dengan koma portosistemik perjalanannya tidak progresif
sehingga gejala-gejala neuropsikiatrik timbul dengan perlahan dan biasanya dicetuskan oleh
berbagai macam faktor pencetus.2
Gambaran gannguan mental umumnya sama pada semua bentuk koma hepatikum, hanya
tergantung dari berat ringannya koma. Gangguan mental mungkin hanya berupa perubahan
dalam pengambilan keputusan, atau proses berfikir lainnya, perubahan kepribadian dan
kelakukan yang tidak spesifik.
Kemampuan motorik (misalnya menyetir) secara khusus mungkin terganggu dan dapat
dideteksi dengan uji psikomotor. Penilaian keadaan intelektual dapat dikerjakan dengan
menyuruh pasien membuat gambar seperti bintang sudut lima (secara grafis) atau
menghubungkan beberapa angka secara berurutan selama jangka waktu tertentu. Pada koma
portositemik yang lebih berat terjadi perubahan cara tidur yang progresif. Pasien mengantuk,
apatis dan selanjutnya akan terjadi koma yang dalam.1,2,5
Fetor hepatic (bau nafas seperti bau buah-buahan atau bau hati yang busuk) dapat
ditemukan pada 50% pasien koma portosistemik. Bau ini mungkin disebabkan oleh merkaptan
atau derivatnya berupa mataniol dan etaniol yaitu produk metionin yang dipecahkan oleh bakteri
dalam usus dan tidak dapat dimetabolisme oleh hati yang rusak atau lewat pintasan
portosistemik, sehingga banyak dilepaskan dalam nafas.2
Tanda neurologis yang paling khas pada koma portosistemik adalah flapping tremor yaitu
suatu gerakan yang tidak disengaja oleh perubahan aktivitas neuromuskuler yang disebut
asteriksis. Gerakan ini dapat dilihat dengan jelas dengan mengulurkan lengan, pergelangan
tangan hiperekstensi dan jari-jari tangan dipisahkan satu dengan yang lain akan terjadi gerakan
fleksi ekstensi jari tangan. Asteriksis biasanya terjadi bilateral tetapi tidak singkron dan biasanya
didahului dengan tremor lateral jari-jari tangan.
Tanda-tanda neurologis lain pada koma hepatikum klasik juga disebabkan oleh gangguan
metabolic, bukan gangguan struktural otak. Perubahan hanya bersifat sementara dan berpotensi
kembali normal. Pada tingkat awal koma, pasien dapat memperlihatkan tanda-tanda hiperefleksi,
respon plantar ekstensor yang bervariasi, kekakuan, dan pada koma yang berlangsung lebih lama
lagi biasanya reflek tendon yang dalam tertekan atau menghilang.2
Tabel tingkat derajat koma hepatik
Tingkat Gejala Tanda-tanda EEGProdromal
Koma yang mengancam
Koma yang ringan
Koma yang dalam
Afektif hilang, euphoria, depresi, apatis, kelakuan yang tidak wajar, perubahan kebiasaan tidur
Pasien kebingungan, disorientasi, mengantuk.
Kebingungan, mengantuk namun masih bisa dibangunkan, rekasi terhadap rangsang (+).
Tidak sadar, hilang reaksi pada rangsang, refleks menurun.
Asteriksis, kesulitan bicara, kesulitan menulis.
Asteriksis, fetor hepatic.
Asteriksis, fetor hepatic, lengan kaku, hiperfleksia, klonus, reflex menggenggam dan menghisap.
Fetor hepatic, tonus otot menghilang
(±)
(++)
(+++)
(++++)
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING1,2,5
Sesuai dengan gambaran klinis, diagnosis KH dapat ditegakkan atas dasar:
1. Kelainan neuropsikiatrik berupa perubahan tingkat kesadaran dan intelektual dalam
berbagai tingkat, adanya flapping tremor dan kelainan EEG setalah menyingkirkan
kemungkinan penyebab lain.
2. Adanya tanda-tanda atau kelaianan gagal hati fluminan maupun gagal hati kronis.
3. Gejala-gejala yang berhubungan dengan faktor-faktor pencetus misalnya adanya
pendarahan saluran cerna
4. Ammonia yang meningkat khususnya dalam darah arterial dan dalam pemeriksaan
laboratorium lainnya.
Diagnosa banding koma hepatikum:
1. Koma oleh sebab gangguan metabolisme lainnya seperti uremia, koma hiper/hipoglikemi.
2. Koma akibat intoksikasi obat-obatan dan intoksikasi alcohol.
3. Trauma kepala berat seperti comutio serebri, kontusio serebri, perdarahan subdural dan
epidural.
4. Tumor otak.
5. Epilepsi.
“Plan”
Diagnosa kerja
Penurunan kesadaran ec Koma Hepatikum ec Hepatocelullar Carcinoma (HCC) ec
Hepatitis B Kronik.
Diagnosis Banding
(-)
PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN
Penatalaksanaan dan pencegahan koma hepatikum meliputi upaya-upaya:2
1. Mengobati penyakit dasar jika memungkinakan.
2. Mengidentifikasi dan menghilangkan fakto-faktor yang merupakan pencetus.
3. Mencegah/mengurangi pembentukan atau influx toksin-toksin nitrogen ke dalam otak
dengan jalan:
3.1 mengubah, menurunkan atau menghentikan makanan-makanan yang mengandung
protein.
3.2 Menggunakan laktulosa, antibiotic atau keduanya.
3.3 Membersihkan saluran cerna bagian bawah.
4. Upaya suportif dengan menjaga kecukupan masukan kalori dan mengobati komplikasi
kegagalan hati seperti hipoglikemi, perdarahan saluran cerna, aturan keseimbangan
elektrolit.
Mengurangi atau menghentikan pemberian protein, atau menghindari sumber bahan-bahan
toksik nitrogen, tergantung dari tingkat kelainan mental pasien. Perlu dipahami bahwa pada
penyakit hati kronis pasien tetap membutuhkan protein untuk regenerasi sel-sel hati. Oleh
karena itu bila masukan protein dihentikan hendaknya dalam waktu yang singkat saja.
Apabila tingkat kesadaran sudah baik maka protein secara bertahap kembali dinaikkan dan
disesuaikan dengan respon klinis, bila keadaan sudah cukup stabil, 40-60gram protein/hari
dianggap cukup.
Kualitas atau jenis protein yang diberikan juga penting, protein nabati lebih baik
dibandingkan dengan protein hewani, hal ini mungkin disebabkan oleh tingginya jumlah
serat dalam protein nabati yang akan meningkatkan pengikatan dan selanjutnya pengeluaran
nitrogen toksik oleh bakteri feses sehingga kadar ammonia akan menurun. Disamping itu
protein nabati mempunyai efek laksansia.2
Standar terapi lain pada komaportosistemik termasuk pula penggunaan laktulosa,
antibiotic atau keduanya. Laktulosa merupakan galaktosida fruktosa sintetik, diberikan secara
oral dengan dosis 60-120 cc/hari untuk merangsang defekasi 2-3kali/hari. Laktulosa tidak
diabsorpsi dan mempunyai efek:
1. Dipecah oleh bakteri usus menjadi asam organic yang menurunkan pH sehingga
menurunkan absorpsi ammonia yang tidak terionisasi dan memberikan peluang
bertambahnya bakteri yang lebih lambat memproduksi ammonia.
2. Berperan sebagai substrat bagi bakteri yang menggunakan ammonia
3. Mendorong pengikatan nitrogen oleh bakteri feses
4. Merangsang percepatan pengeluaran toksin nitrogen dari usus.2
Antibiotik yang paling sering digunakan adalah Neomisin dengan dosis 2-4 gram/hari
secara oral atau dengan enema dalam larutan 1%. Pemberian oral lebih baik kecuali jika terdapat
tanda-tanda ileus. Dengan ini maka bakteri yang memproduksi toksin nitrogen menjadi inaktif.
Metronidazol 4x250mg/hari merupakan alternatif lain dan juga sangat bermanfaat.
Namun waspada akan efek samping berupa neuropati perifer dan kelainan susunan syaraf pusat
termasuk kejang bila digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Upaya lain adalah dengan membersihkan saluran cerna bagian bawah terutama jika
terjadi perdarahan (hematemesis/melena) agar bekuan darah yang merupakan toksis nitrogen
dapat dikeluarkan dengan segera.
Pemecahan protein endogen hendaknya sedini mungkin dicegah agar ammonia tidak
meningkat dengan memelihara masukan dalam bentuk larutan glukosa 10-20% intrvena paling
kuran 1600kal/hari.
Gangguan elektrolit khususnya alkalosis hipokalemik memerlukan terapi yang cermat
oleh karena alkalosis metabolik yang resisten akan menyebabkan meningkatnya pembentukan
ammonia yang tidak terionisasi. Influksnya ke dalam otak yang suasananya asam juga
meningkat. Pengobatan dilakukan dengan memberikan arginin hidroklorida atau larutan NaCl
encer.1,2,5
Penatalaksanaan
Non medika mentosa:
O2 2 – 4 liter/menit
Pemasangan kateter urin
Pemasangan NGT
Medikamentosa:
IVFD D10% habiskan : Aminoleban = 20 gtt/i
Selanjutnya D5% : Aminoleban = 20 gtt/i
Transfusi albumin 100 cc
Inj ondancentron 3 x 1 amp
Inj. L-Ornithine-L-Aspartate 500mg/ml (Forhepa ®) 4 amp dalam 250 cc dextrose 5%
habiskan dalam 4 jam selama 4 hari
PROGNOSIS2
Pada koma portosistemik hepatic dengan pengobatan standar seperti tersebut diatas, 80%
pasien akan sadar kembali. Prognosis buruk bila ada tanda-tanda klinis berat misalnya adanya
ikterus, asites, kadar albumin yang rendah. Untuk koma hepatic pada gagal hati fulminan
kemungkinan hanya 20% pasien dapat sadar dan hidup setelah dirawat pada pusat-pusat medis.
Beberap indicator digunakan untuk meramal prognosis pada gagal hati fulminan seperti
Hepatocyte Volume Fraction (HVF) dengan melakukan biopsy hati dan bila nilainya kurang dari
35% berarti tidak ada perbaikan, sedangkan nilai HVF lebih besar dari 35% mungkin pasien
akan sadar dan hidup dengan komplikasi atau meninggal. Pengujian lain seperti pemeriksaan
faktor VII dan alfafetoprotein dapat dilakukan. AFP memberikan gambaran kapasitas regenerasi
sel-sel hati.
Prognosis
Ad vitam : Ad malam
Ad functionam: Ad malam
Ad sanationam: Ad malam
Follow Up
Rawat ICU
Tanggal 9April 2016 10 April 2016 11 April 2016 12 April 2016
S Penurunan
Kesadaran
Penurunan
Kesadaran
- -
O Kesadaran:
Somnolen -
Sopor
GCS :
E2 M5 V3 : 10
Tanda vital:
TD:
110/70 mmHg
Nadi:
117 kali/menit
Nafas:
17 kali/menit
Suhu: 380C
Saturasi
Oksigen : 99%
Pemeriksaan
Fisik:
Mata :
CA (+/+), SI
(+/+)
Abdomen:
Hepatomegali
Ekstremitas :
Ikterik,
Kesadaran:
Somnolen -
Sopor
GCS :
E2 M5 V3 : 10
Tanda vital:
TD:
110/60 mmHg
Nadi:
105 kali/menit
Nafas:
18 kali/menit
Suhu: 37.30C
Saturasi
Oksigen : 99%
Pemeriksaan
Fisik:
Mata :
CA (+/+), SI
(+/+)
Abdomen:
Hepatomegali
Ekstremitas :
Ikterik,
Kesadaran:
Somnolen -
Sopor
GCS :
E2 M5 V3 : 10
Tanda vital:
TD:
110/70 mmHg
Nadi:
100 kali/menit
Nafas:
20 kali/menit
Suhu: 36.70C
Saturasi Oksigen
: 99%
Pemeriksaan
Fisik:
Mata :
CA (+/+), SI
(+/+)
Abdomen:
Hepatomegali
Ekstremitas :
Ikterik,
Kesadaran:
Apatis
GCS :
E4 M5 V4 : 13
Tanda vital:
TD:
110/60 mmHg
Nadi:
98 kali/menit
Nafas:
18 kali/menit
Suhu: 380C
Saturasi
Oksigen : 99%
Pemeriksaan
Fisik:
Mata :
CA (+/+), SI
(+/+)
Abdomen:
Hepatomegali
A Penurunan
Kesadaran ec
Koma
Hepatikum ec
Hepatocelullar
Carcinoma
(HCC) ec
Hepatitis B
Kronik
Penurunan
Kesadaran ec
Koma
Hepatikum ec
Hepatocelullar
Carcinoma
(HCC) ec
Hepatitis B
Kronik
Penurunan
Kesadaran ec
Koma
Hepatikum ec
Hepatocelullar
Carcinoma
(HCC) ec
Hepatitis B
Kronik
Hepatocelullar
Carcinoma
(HCC) ec
Hepatitis B
Kronik
P O2 3 liter/I
IVFD D10%
o D5% :
Aminoleban
O2 3liter/i
Inj. Ceftriaxon
O2 3liter/i
Inj.
Tanggal 13 April 2016 14 April 2016
S - -
O Kesadaran:
apatis
GCS :
E4 M5 V4 : 13
Tanda vital:
TD:
110/60 mmHg
Nadi:
98 kali/menit
Nafas:
20 kali/menit
Suhu: 370C
Saturasi
Oksigen : 98%
Pemeriksaan
Fisik:
Mata :
CA (+/+), SI
(+/+)
Abdomen:
Hepatomegali
Ekstremitas :
Ikterik,
Kesadaran:
apatis - cm
GCS :
E4 M6 V4 : 14
Tanda vital:
TD:
110/70 mmHg
Nadi:
97 kali/menit
Nafas:
18 kali/menit
Suhu: 37.30C
Saturasi
Oksigen : 99%
Pemeriksaan
Fisik:
Mata :
CA (+/+), SI
(+/+)
Abdomen:
Hepatomegali
Ekstremitas :
Ikterik,
A Hepatocelullar
Carcinoma
(HCC) ec
Hepatitis B
Kronik
Hepatocelullar
Carcinoma
(HCC) ec
Hepatitis B
Kronik
P O2 3 liter/i
Inj.
Ceftriaxon
1 x 2 gram
dalam 100
cc NaCl
D5% :
O2 3liter/i
Inj.
Ceftriaxon 1
x 2gram
dalam 100
cc NaCl
D5% :Aminoleba
n = 20 gtt/i
Follow up di bangsal
Tanggal 15 April 2016 16 April 2016 17 April 2016 18 April 2016
S Badan lemas Badan lemas Badan
lemas
Badan lemas
O Kesadaran:
composmentis
GCS :
E4 M6 V5 : 15
Tanda vital:
TD:
90/60 mmHg
Nadi:
98 kali/menit
Nafas:
20 kali/menit
Suhu: 370C
Saturasi
Oksigen : 98%
Pemeriksaan
Fisik:
Mata :
CA (+/+), SI
(+/+)
Abdomen:
Hepatomegali
Ekstremitas :
Ikterik,
Kesadaran:
Composmentis
GCS :
E4 M6 V5 : 15
Tanda vital:
TD:
110/70 mmHg
Nadi:
97 kali/menit
Nafas:
18 kali/menit
Suhu: 37.30C
Saturasi
Oksigen : 99%
Pemeriksaan
Fisik:
Mata :
CA (+/+), SI
(+/+)
Abdomen:
Hepatomegali
Ekstremitas :
Ikterik,
Kesadaran:
Composmentis
GCS :
E4 M6 V5 : 15
Tanda vital:
TD:
110/70 mmHg
Nadi:
100 kali/menit
Nafas:
20 kali/menit
Suhu: 36.70C
Saturasi Oksigen
: 99%
Pemeriksaan
Fisik:
Mata :
CA (+/+), SI
(+/+)
Abdomen:
Hepatomegali
Ekstremitas :
Ikterik,
Kesadaran:
Composmentis
GCS :
E4 M6 V5 : 15
Tanda vital:
TD:
110/60 mmHg
Nadi:
98 kali/menit
Nafas:
18 kali/menit
Suhu: 380C
Saturasi
Oksigen : 99%
Pemeriksaan
Fisik:
Mata :
CA (+/+), SI
(+/+)
Abdomen:
Hepatomegali
A Hepatocelullar
Carcinoma
(HCC) ec
Hepatitis B
Kronik
Hepatocelullar
Carcinoma
(HCC) ec
Hepatitis B
Kronik
Hepatocelullar
Carcinoma
(HCC) ec
Hepatitis B
Kronik
Hepatocelullar
Carcinoma
(HCC) ec
Hepatitis B
Kronik
P RL 250 cc
bolus
Inj.
Ceftriaxon 1
x 2gram
dalam 100 cc
NaCl
Inj.
Ceftriaxon 1
x 2gram
dalam 100 cc
NaCl
D5% :
Inj. Ceftriaxon
1 x 2gram
dalam 100 cc
NaCl
D5% :
Aminoleban =
O2 3liter/I
Inj.
Ceftriaxon
1 x 2 gram
dalam 100
cc NaCl
D5% :