Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi ...

12
Warta ISKI p-ISSN: 0853-4470 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp. 71-82 Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Page | 71 Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi Kasus Akun Instagram @bylizzieparra) Lidya Wati Evelina¹ dan Fitrie Handayani² 1,2 Universitas Bina Nusantara Jl. KH Syahdan No. 9 Jakarta Barat 11480 1 [email protected], 2 [email protected] Abstract Digital influencer adalah sebuah fenomena dalam promosi produk di industri media digital. Para Digital Influencer mengunggah beragam foto dan video pada akun media sosial dengan kegiatan keseharian mereka, makanan yang dimakan, tempat-tempat hang-out, pendapat tentang suatu hal, hingga berbagai tutorial dan ulasan produk. Kemampuan membangun komunitas menjadikan mereka mampu mempromosikan produk buatan sendiri. Penelitian ini bertujuan menganalisis seorang Digital Influencer dalam mempromosikan produk yang follower-nya dianggap sebagai beauty guru. Metode Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi online pada akun IG Influencer, wawancara informan dengan pihak digital agency. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik komparatif konstan yang menempatkan data ke dalam kategori, kemudian dicari hubungan antarkategori dan disederhanakan dalam struktur yang koheren. Hasil Penelitian mengungkapkan, menggunakan digital influencer untuk promosi memiliki kelebihan dari segi high tech dan high touch dibanding promosi melalui iklan. Digital influencer perlu melakukan 4C dalam aktivitas digitalnya, yaitu memperhatikan context, communication, collaboration and connection. Data juga menunjukkan jumlah follower saja tidak cukup untuk menjadikan seseorang sebagai digital influencer. Perlu diperhatikan engagement yang terjadi antara influencer dengan khalayaknya, kesesuaian value antara influencer dengan followers-nya dan seberapa percaya khalayak terhadap sosok influencer tersebut. Kata kunci: Digital Influencer, promosi , produk, 4C dalam media 71ocial Abstract Digital influencers are a phenomenon in the promotion of products in the digital media industry. The Digital Influencer uploads a variety of photos and videos on social media accounts with their daily activities, edible meals, hang-out places, opinions about things, to various tutorials and product reviews. The ability to build communities makes them able to promote homemade products. This study aims to analyze a Digital Influencer in promoting a product whose follower is considered as a beauty teacher. The research method used qualitative approach and case study method. Data collection is done through online observation on IG Influencer account, informant interview with digital agency. The collected data was analyzed by a constant comparative technique that placed the data into categories, then searched for relationships between categories and simplified in a coherent structure. Research results reveal, using digital influencers for promotion has advantages in terms of high tech and high touch than promotion through advertising. Digital influencers need to do 4C in their digital activities, ie pay attention to context, communication, collaboration and connection. The data also shows that the number of follower is not enough to make a person as a digital influencer. It is important to note the engagement between influencers and their audiences, the appropriateness of value between influencers and their followers and how trusting audiences are to the influencer. Keywords: Digital Influencer, promotion, product, 4C in ocial media Copyright © 2018 Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia. All rights reserved

Transcript of Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi ...

Page 1: Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi ...

Warta ISKI

p-ISSN: 0853-4470 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp. 71-82

Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Page | 71

Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk

(Studi Kasus Akun Instagram @bylizzieparra)

Lidya Wati Evelina¹ dan Fitrie Handayani²

1,2Universitas Bina Nusantara

Jl. KH Syahdan No. 9 Jakarta Barat 11480 [email protected], [email protected]

Abstract

Digital influencer adalah sebuah fenomena dalam promosi produk di industri media digital. Para

Digital Influencer mengunggah beragam foto dan video pada akun media sosial dengan kegiatan

keseharian mereka, makanan yang dimakan, tempat-tempat hang-out, pendapat tentang suatu hal,

hingga berbagai tutorial dan ulasan produk. Kemampuan membangun komunitas menjadikan mereka

mampu mempromosikan produk buatan sendiri. Penelitian ini bertujuan menganalisis seorang Digital

Influencer dalam mempromosikan produk yang follower-nya dianggap sebagai beauty guru. Metode

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan

melalui observasi online pada akun IG Influencer, wawancara informan dengan pihak digital agency.

Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik komparatif konstan yang menempatkan data ke dalam

kategori, kemudian dicari hubungan antarkategori dan disederhanakan dalam struktur yang koheren.

Hasil Penelitian mengungkapkan, menggunakan digital influencer untuk promosi memiliki kelebihan

dari segi high tech dan high touch dibanding promosi melalui iklan. Digital influencer perlu

melakukan 4C dalam aktivitas digitalnya, yaitu memperhatikan context, communication,

collaboration and connection. Data juga menunjukkan jumlah follower saja tidak cukup untuk

menjadikan seseorang sebagai digital influencer. Perlu diperhatikan engagement yang terjadi antara

influencer dengan khalayaknya, kesesuaian value antara influencer dengan followers-nya dan

seberapa percaya khalayak terhadap sosok influencer tersebut.

Kata kunci: Digital Influencer, promosi , produk, 4C dalam media 71ocial

Abstract

Digital influencers are a phenomenon in the promotion of products in the digital media industry. The

Digital Influencer uploads a variety of photos and videos on social media accounts with their daily

activities, edible meals, hang-out places, opinions about things, to various tutorials and product

reviews. The ability to build communities makes them able to promote homemade products. This

study aims to analyze a Digital Influencer in promoting a product whose follower is considered as a

beauty teacher. The research method used qualitative approach and case study method. Data

collection is done through online observation on IG Influencer account, informant interview with

digital agency. The collected data was analyzed by a constant comparative technique that placed the

data into categories, then searched for relationships between categories and simplified in a coherent

structure. Research results reveal, using digital influencers for promotion has advantages in terms of

high tech and high touch than promotion through advertising. Digital influencers need to do 4C in

their digital activities, ie pay attention to context, communication, collaboration and connection. The

data also shows that the number of follower is not enough to make a person as a digital influencer. It

is important to note the engagement between influencers and their audiences, the appropriateness of

value between influencers and their followers and how trusting audiences are to the influencer.

Keywords: Digital Influencer, promotion, product, 4C in ocial media

Copyright © 2018 Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia. All rights reserved

Page 2: Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi ...

Warta ISKI

p-ISSN: 0853-4470 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp. 71-82

Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Page | 72

I. PENDAHULUAN

Dalam kurang dari lima tahun belakangan ini media sosial terutama instagram mengambil peran penting dalam

mempromosikan produk. Pada konteks ini, bermunculan pihak ketiga yang dinamakan Digital Influencer. Para

digital influencer ini adalah pihak ketiga yang memiliki popularitas yang tinggi dan tidak selalu berasal dari

kalangan artis atau public figure tetapi memiliki akun dengan banyak follower. Senft (2008) memperkenalkan

terminologi “micro-celebrity” yang berarti sebuah cara baru dalam kegitan online dimana seseorang

melakukan berbagai macam cara untuk meningkatkan popularitasnya di internet dengan menggunakan

berbagai teknologi seperti video, blog, dan situs jejaring sosial. Micro-celebrity juga dapat dipahami sebagai

suatu praktik dimana seseorang dianggap sebagai basis penggemar (fanbase), yang kepopulerannya dikelola

melalui manajemen penggemar, dan presentasi diri seseorang secara hati-hati dikonstruksi sebagai bahan

konsumsi orang lain” (Marwick, 2013). Terminologi lain untuk fenomena ini antara lain: key opinion leader

(KOL), vlogger, selebgram, social media influencer atau untuk tema yang lebih spesifik seperti Beauty Gurus,

Fashion blogger/vlogger, buzzer dan lain-lain. Kesamaan diantara terminologi tersebut adalah pengunaan

platform social media/media digital dalam membangun fan base/followers.

Dalam konteks pemasaran dan promosi, para digital influencer ini menjalankan fungsi promosi dari

mulut ke mulut atau yang dikenal dengan Word of Mouth (WOM). Sebuah survey statistik dari majalah Forbes

mengungkapkan bahwa 92 persen konsumen lebih percaya kepada influencer dibandingkan iklan atau cara

endorse tradisional melalui selebriti. Maka tak aneh jika digital influencer ini dapat menjalankan fungsi

promosi lebih efektif melalui word of post.

Fenomena yang terlihat saat ini juga terjadi pada kategori kecantikan dengan beauty gurus, yaitu

mereka yang tertarik dengan dunia kecantikan dan kosmetika, lalu membuat channel untuk mengekspresikan

passion-nya tersebut melalui tutorial make-up, review produk, atau sekilas mengenai kehidupan mereka sehari-

hari.

Media sosial Instagram dijadikan salah satu platform yang dimanfaatkan beauty gurus, atau kemudian

juga disebut sebagai beauty vlogger karena sering membuat dan memposting video tentang kecantikan. Media

sosial Instagram dijadikan salah satu platform yang dimanfaatkan beauty gurus, atau kemudian juga disebut

sebagai beauty vlogger karena sering membuat dan memposting video tentang kecantikan.

Salah satu beauty gurus yang memanfaatkan hal tersebut adalah Lizzie Parra. Lizzie Parra memiliki

latar belakang sebagai seorang make-up artist professional yang terjun ke dunia beauty vlogger. Lizzie Parra

termasuk dalam enam beauty vlogger Indonesia paling populer di media sosial (Beutynesia.id). Pada

perkembangan selanjutnya, Lizzie Parra juga memproduksi lipstick matte dengan brand Lip Coat By Lizzie

Parra (BLP) Beauty dengan delapan varian warna sesuai dengan kebutuhan para konsumen dan menjadi salah

satu lipstick buatan lokal (thejakartapost.com).

Sejak pertama kali diluncurkan pada 16 Juni 2016, BLP Beauty mendapat sambutan yang sangat baik.

Lizzie Parra memanfaatkan media digital secara maksimal untuk memberikan informasi dan mempermudah

pembelian secara online. Akun Instagram @bylizzieparra sudah memiliki 145.000 pengikut dengan 3157 foto-

foto yang sudah di upload (16/2/18).

Instagram bisa disebut sebagai media sosial favorit bagi generasi millenial di Indonesia. Dari 700 juta

total pengguna aktif global Instagram saat ini, lebih dari 45 juta di antaranya berasal dari Indonesia. Angka ini

meningkat secara signifikan dari 22 juta pengguna aktif di awal 2016 lalu. Dengan demikian, Indonesia

menjadi komunitas terbesar Instagram di Asia Pasifik. "Orang Indonesia salah satu yang paling aktif

menggunakan Instagram. Sekarang mereka adalah komunitas Instagram terbesar di Asia Pasifik," kata Country

Director Facebook Indonesia, Sri Widowati, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu 26 Juli 2017 lalu. Hal di

atas juga diakui oleh Mark Zuckerberg, pendiri sekaligus CEO mengumumkan bahwa ada lebih dari dua juta

pengiklan aktif di Instagram dan 25 juta akun bisnis yang terdaftar. Angka ini menunjukkan instagram banyak

dipilih pengguna sebagai media untuk berjualan (Kumparan, 1 Februari 2018).

Fenomena digital influencer semakin berkembang seiring perkembangan dunia digital, Namun kajian

tentang peran mereka, terutama dalam promosi suatu produk belum banyak ditemukan. Penelitian ini

Page 3: Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi ...

Warta ISKI

p-ISSN: 0853-4470 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp. 71-82

Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Page | 73

diharapkan dapat menjadi rujukan bagaimana peran digital influencer ini terkait konteks promosi suatu

produk.

Dari pernyataan-pernyataan di atas, maka penelitian ini: (1) berfokus mendeksripsikan digital

Inluencer; dan (2) peran digital inluencer dalam mempromosikan produk Beauty Matte Lipstick di Media

sosial.

II. KERANGKA TEORI

1. Computer Mediated Communication dan Media Sosial

Shaff, Martin dan Gay (dalam Pearson dkk, 2006: 267) mendefinisikan computer mediated

communication atau CMC sebagai interaksi antarmanusia menggunakan komputer berjaringan Internet.

Menurut Miller (2009, dalam Ean, 2011), CMC adalah saluran interaktif yang memungkinkan pengguna untuk

aktif dan terlibat dalam komunikasi dua arah. Teknologi-teknologi web baru memudahkan semua orang untuk

membuat dan menyebarluaskan konten mereka sendiri. Post di Blog, tweet, atau video di YouTube dapat

direproduksi dan dilihat oleh jutaan orang secara gratis. Pemasang iklan tidak harus membayar kepada penerbit

atau distributor untuk memasang iklannya. Sekarang pemasang iklan dapat membuat konten sendiri yang

menarik dan dilihat banyak orang (Zarrella, 2010: 2).

Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi

berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan

penciptaan dan pertukaran user-generated content. Sedangkan menurut Nasrullah (2016), media sosial

menawarkan perangkat atau alat serta teknologi baru yang memungkinkan khalayak (konsumen) untuk

mengarsipkan, memberi keterangan, menyesuaikan, dan menyirkulasi ulang konten media (Jenkins, 2002) dan

ini membawa pada kondisi produksi media yang Do-It-Yourself (Nasrullah, 2016). Menurut Van Djik, seperti

dikutip dari (Nasrullah, 2016), media sosial adalah platformmedia yang memfokuskan pada eksistensi

pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat

dilihat sebagai fasilitator online yang menguatkan hubungan antarapengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan

sosial.

Dalam Media Sosial terdapat tiga aktivitas yang dapat dilakukan (Joeseph, 2011:27) yaitu: (1) Social

Media Maintenance: Merawat Media Sosial dengan melakukan posting secara rutin di dalam Media Sosial,

misalnya Facebook atau Twitter. Melakukan interaksi dengan membalas komentar dari anggota. Dalam hal ini

harus ada tim kecil yang bertanggung jawab dalam melakukan posting rutin dan menghapus komentar yang

kurang baik; (2) Social Media Endorsement: mencari public figure yang memiliki penggemar yang sangat

banyak dan memberikan dukungan terhadap Media Sosial yang dimiliki perusahaan. Dalam memilih endorses

harus disesuaikan bidangnya dengan produk perusahaan; (3) Social Media Activation: membuat kegiatan yang

unik, sehingga dapat menciptakan Word of Mouth (WoM). WoM akan meningkatkan perhatian terhadap

produk perusahaan secara signifikan.

Dari pendapat di atas, dapat ditarik simpulan bahwa media sosial adalah media interaksi manusia

dengan menggunakan komputer berbasis internet. Komunikasi yang terjadi dua arah dan masing-masing user

dapat membuat konten (User Generated Content). Di dalam media sosial ada 3 (tiga) hal yang dapat dilakukan,

pertama, rutin posting dan melakukan interaksi dengan anggota, kedua, aktivitas menjadi endoser untuk

produk yang memiliki kesamaan target audiens dan ketiga melakukan aktivitas Word of Mouth yang

mendistribusikan pesan termasuknya diantaranya promosi produk.

2. 4 C dalam Penggunaan Media Sosial

Menurut Chris Heuer, pendiri Social Media Club dan inovator media baru yang dimuat dalam Solis

(2010:263) bahwa terdapat 4C dalam menggunakan Media Sosial, yaitu: (1) Context adalah bagaimana

seseorang membingkai suatu cerita melalui penggunaan bahasa dan isi pesan. Hal ini dapat berupa grafik,

warna dan disain yang menarik; (2) Communication adalah yaitu cara bagaimana menyampaikan dan berbagi

(share) yang membuat seseorang mendengar, merespon, dan nyaman untuk membagikan pesan kepada

Page 4: Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi ...

Warta ISKI

p-ISSN: 0853-4470 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp. 71-82

Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Page | 74

khalayak; (3) Collaboration adalah kerja sama antara pemberi dan penerima pesan, antara akun dengan

followers, sehingga pesan dapat tersampaikan dengan efektif dan efisien; (4) Connection adalah cara

bagaimana menjalin hubungan yang berkelanjutan.

Dari pernyataan Solis, dalam penggunaan media sosial ada konteks dalam isi pesan dan bahasa yang

digunakan misalnya foto yang di-upload dalam konteks Hari Valentine, maka pesan dan bahasa yang

digunakan berkaitan dengan kasih sayang yang dirayakan pada hari Valentine. Kemudian juga ada komunikasi

yang terjadi dalam media sosial, yaitu membaca pesan, merespon dengan memberikan komen dan me-repost

kepada pengguna lainnya. Dalam media sosial juga terjadi kerjasama dalam bentuk hastag misalnya

mempromosikan produk Lipstik. Berikutnya adalah adanya koneksi yang dapat dilanjutkan dengan chat

pribadi.

3. Instagram

Dalam penelitian ini, obyek yang diteliti adalah akun instagram dari digital influencer @bylizzieparra.

Instagram adalah aplikasi yang digunakan untuk mengunggah dan berbagi foto-foto kepada pengguna lainnya.

instagram terdiri dari kata “insta” yang berasal dari kata “instan”, seperti kamera polaroid yang pada masanya

dikenal dengan sebutan “foto instan”. Instagram juga dapat menampilkan foto-foto secara instan, seperti

tampilan polaroid. Sedangkan kata “gram” berasal dari kata “telegram”, dimana cara kerja telegram sendiri

adalah untuk mengirimkan informasi kepada orang lain dengan cepat. Perbedaannya instagram menggunakan

jaringan internet, sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat diterima bisa realtime (Diamond, 2015).

Aplikasi instagram pertama kali dibuat pada tahun 2011. Kepopuleran Instagram tak dapat dilepaskan

darinama Kevin Systrom dan Mike Krieger yang merupakan CEO perusahaan Burbn, Inc. Kedua orang

tersebut merupakan tokoh dibalik kesuksesan Instagram yang telah mencapai ratusan juta pengguna aktif di

seluruh dunia. Tentu saja hal itu menarik bagi perusahaan lain yang lebih dahulu populer, Facebook, Inc untuk

mengambil alih kepemilikan Instagram (Kumparan.com, 19 November 2017).

Sejarah media sosial Instagram diawali 9 April 2012. Instagram adalah aplikasi yang digunakan

untuk mengunggah dan berbagi foto-foto kepada pengguna lainnya. Foto yang ingin diunggah dapat diperoleh

melalui kamera iDevice ataupun foto-foto yang ada di album foto di iDevice tersebut. Foto yang telah diambil

melalui aplikasi Instagram dapat disimpan di dalam iDevice tersebut. Penggunaan kamera melalui Instagram

juga dapat langsung menggunakan efek-efek yang ada, untuk mengatur pewarnaan dari foto yang dikehendaki

oleh sang pengguna. Ada juga efek kamera tilt-shift yang fungsinya memfokuskan sebuah foto pada satu titik

tertentu. Setelah foto diambil melalui kamera di dalam Instagram, foto tersebut pun juga dapat diputar arahnya

sesuai dengan keinginan para pengguna. Instagram merupakan salah satu media sosial paling populer untuk

aplikasi berbagi foto dimana pemilik akun dapat mengupload foto, mengedit, memberi caption, dan

membagikan foto di akun Instagram. (Atmoko, 2012). Penguna instagram diantaranya dapat dikategori

sebagai berikut Beauty, Traveler, Fashion, Food Traveling dan Anak jajan.

Foto-foto yang diunggah melalui Instagram tidak terbatas jumlahnya, namun Instagram memiliki

keterbatasan untuk ukuran foto. Ukuran yang digunakan di dalam Instagram adalah dengan rasio 3:2 atau

hanya sebatas berbentuk kotak saja. Para pengguna hanya dapat mengunggah foto dengan format itu saja, atau

harus menyunting foto tersebut dulu untuk menyesuaikan format yang ada. Setelah para pengguna memilih

sebuah foto untuk diunggah di dalam Instagram, maka pengguna akan dibawa ke halaman selanjutnya untuk

menyunting foto tersebut.

Page 5: Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi ...

Warta ISKI

p-ISSN: 0853-4470 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp. 71-82

Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Page | 75

Instagram dapat digunakan di iPhone, iPad atau iPod Touch versi apapun dengan sistem operasi iOS

3.1.2 atau yang terbaru dan telepon kamera Android apapun dengan sistem operasi 2.2 (Froyo) atau yang

terbaru. Aplikasi ini tersebar melalui Apple App Store dan Google Play.

Konten yang dimiliki oleh Instagram adalah: (1) Home page: Halaman utama yang menampilkan

linimasa (timeline) foto-foto terbaru dari sesama pengguna yang telah diikuti; (2) Komentar: Sebagai layanan

jejaring sosial, Instagram tak lupa menyediakan fitur komentar. Setiap foto yang ada di Instagram bisa

dikomentari dengan cara tekan ikon bertanda balon komentar dibawah foto. Maka akan membawa ke halaman

komentar, kemudian tulis kesan – kesan mengenai foto pada kotak yang disediakan. Setelah itu tekan tombol

‘Send’; (3) Explore: di Twitter dikenal dengan istilah trending topic, yaitu topic atau pembahasan yang paling

banyak diperbincangkan oleh para pengguna. Sedangkan di Instagram, istilahnya adalah ‘Explore’ dengan

fungsi dasar yang sama yaitu menampilkan foto yang paling banyak disukai; (4) News feed: Fitur ini

menampilkan notifikasi terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pengguna Instagram. News feed

memiliki dua jenis tab yaitu “following” dan “news”: Tab following menampilkan aktivitas terbaru para user

yang telah kita follow, mengetahui foto-foto yang disukainya (dengan memberikan ‘like’), pengguna baru yang

di-follow, dan apa saja yang dikomentari dan Tab news menampilkan notifikasi terbaru terhadap aktivitas para

pengguna Instagram terhadap foto kita, memberikan komentar maupun follow, maka pemberitahuan tersebut

akan muncul di tab ini.

Kemudian, (5) Follow : untuk mencari teman di Instagram, terdapat menu ‘Find friends’ di halaman

‘Settings’ yang menyediakan beberapa alternatif kanal pencarian. Terdapat lima kanal yang disediakan, yaitu

‘From My Contact List’, ‘Facebook friends’, ‘Twitter friends’, ‘search names and usernames’ dan ‘suggested

friends’. Kelimanya dapat digunakan untuk memperbaiki hasil pencarian. (Atmoko, 2012); (6) Sharing setting:

Instagram memberi kemudahan kepada penggunanya untuk sharing fotonya ke jejaring sosial lain yang

populer. Saat ini ada lima jejaring sosial yang di dukung yaitu twitter, facebook, flickr, tumblr dan foursquare;

(7) Filter:: Instagram berupaya untuk mengubah dengan cara sangat sederhana untuk mentransformasikan foto

menggunakan beberapa preset filter hanya dengan satu klik. Judul: Membuat judul atau caption foto bisa

memberikan kesenangan tersendiri. Tidak ada aturan baku dalam memberikan judul foto, pada umumnya

caption lebih bersifat untuk memperkuat karakter atau pesan yang ingin disampaikan pada foto tersebut

(Atmoko, 2012); (8) Hashtag: Suatu label (tag) berupa suatu kata yang diberi awalan simbol bertanda pagar

(#). Fitur tagar ini penting karena sangat memudahkan pengguna untuk menemukan foto-foto yang tersebar di

Instagram dengan label tertentu; (9) Lokasi: Semua ponsel pintar sekarang ini telah dilengkapi dengan fitur

geotag. Instagram memaksimalkan teknologi ini dengan menyediakan fitur lokasi. Memanfaatkan fitur geotag

yang sudah built-in di ponsel, Instagram memaksimalkan teknologi ini dengan menyediakan fitur lokasi.

Sehingga setiap foto dengan fitur geotag yang diunggah akan menampilkan lokasi di mana pengambilannya;

(10) Like: Jika menyukai foto yang ada di linimasa atau timeline jangan segan-segan untuk memberikan like.

Cara pertama untuk memberikan tanda like adalah dengan menekan tombol ‘like’ dibawah bagian foto. Cara

kedua, adalah dengan mengetuk sebanyak dua kali (double tap) pada foto yang ingin diberikan tanda like.

tanda like (suka) yang berbentuk hati merah dari para pengikut sangat mempengaruhi postingan foto

tersebut untuk menjadi sebuah foto viral. Untuk mendapatkan follower di Instagram terlebih dahulu kita

following akun teman-teman kita. Following bisa di dapat dari teman-teman ang juga menggunakan Instagram

melalui jejaring sosial seperti Twitter dan dan Facebook; (11) Mentions: Jejaring sosial populer seperti

facebook, twitter, dan google plus memiliki fitur mentions yang memungkinkan untuk memanggil pengguna

lain. Begitu juga dengan Instagram, kita bisa mentions pengguna lainnya untuk saling menyapa atau

memanggil. Mentions bisa diterapkan baik di caption maupun komentar. (Atmoko, 2012). Fasiltas di Instagram

antara lain sharing insta story. Tujuan dari mengupload insta story adalah untuk laporan ke teman sesama

pengguna. Selain itu juga bertujuan untuk mendapatkan pengakuan dan self activation (aktivitas pribadi) yang

menyatakan this is my style.

Dengan berbagai fitur yang dikemukakan di atas, media sosial Instagram sangat sesuai dengan target

audience-nya orang muda berkisar dari 18-34 tahun. Demikian juga dengan produk yang memiliki kesamaan

Page 6: Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi ...

Warta ISKI

p-ISSN: 0853-4470 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp. 71-82

Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Page | 76

target audience yang sama dengan target audience pengguna Instagram akan lebih mudah untuk

mempromosikan produk maupun jasa

4. Digital Influencer Instagram

Digital influence adalah kemampuan untuk mempengaruhi, merubah opini dan perilaku secara online,

umumnya melalui social networking. Secara sederhana, digital influencer adalah mereka yang memiliki

pengaruh yang besar di sosial media. Para individu berpengaruh ini telah memiliki kepercayaan dari rekan-

rekan online-nya, dan opini mereka dapat memiliki dampak luar biasa untuk reputasi online, termasuk untuk

produk/brand (Ryan & Jones, 2009).

Aspek yang dilihat dari seorang digital influencer adalah Reach, Resonance dan Relevance (Solis

2012). Jika seorang digital influencer membuat posting di media sosial, berapa banyak follower yang

melakukan engagement dengan postingan mereka melalui like, share, retweet, comment, klik terhadap link

atau URL dari iklan, atau lebih jauh melakukan tindakan seperti misalnya mengisi form/pembelian.

Engagement ini bisa terjadi jika para digital influencer dimaksud konsisten membangun komunikasi

dengan followernya dan memiliki citra/reputasi yang cocok dengan produk yang ditawarkan. Reach merujuk

pada jumlah followers dari digital influencer. Namun jumlah follower yang besar tidak selalu menjamin sukses.

Yang lebih penting adalah mengetahui fans mana yang sesuai dengan target khalayak dari brand.

Resonance adalah tingkat engagement dari follower dengan konten yang dibagikan influencer.

Resonance yang menentukan apakah khalayak akan aktif meneruskan konten dari influencer lalu

membagikannya lagi. Relevance menggambarkan level kesesuaian dan kesamaan antara nilai-nilai yang dianut

digital influencer dan brand image produk. Relevance dapat berupa konten yang dibuat influencer, dan apakah

influencer memilki value, budaya dan demografis yang sama dengan target khalayak brand.

Dari uraian mengenai digital influencer dapat ditarik kesimpulan bahwa akun digital influencer yang

memiliki kemampuan untuk mempengaruhi, mengubah opini dan perilaku secara online di media sosial. Opini

mereka memiliki dampak yang luar biasa untuk reputasi produk atau brand.

5. Promosi

Menurut Tjiptono (2002), promosi adalah bentuk komunikasi pemasaran artinya aktivitas pemasaran

yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk dan atau mengingatkan pasar sasaran atas

perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan

perusahaan yang bersangkutan.

Adapun tujuan dari promosi seperti yang disampaikan Kotler (2002) adalah: (1) untuk

menyebarluaskan nformasi barang atau jasa perusahaan kepada pasar; mendapatkan konsumen baru dan

menjaga kesetiaan konsumen untuk membeli dan menggunakan; (3) produk atau jasa perusahaan; (4)

meningkatkan penjualan sehingga pendapatan perusahaan akan meningkat; (5) membedakan dan

mengunggulkan produk perusahaan dibandingkan dengan produk pesaing; (6) membentuk citra produk atau

jasa dan juga nama perusahaan dimata konsumen; (7) dan mengubah tingkah laku dan pendapat konsumen.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus untuk mendapatkan gambaran yang bersifat detail dan

komprehensif peran Digital Influencer dalam promosi produk. Studi kasus dipilih karena fenomena Digital

Influencer adalah sebuah kasus yang bersifat spesifik dan kontekstual (Cresswell, 1994) terutama dalam

industri kecantikan.

Subyek yang dijadikan penelitian adalah akun instagram Lizzie Parra yaitu @blpbeauty. Subyek

penelitian adalah sesuatu yang diteliti yaitu orang, benda, ataupun lembaga (organisasi). Subyek penelitian

pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian. Di dalam subyek penelitian inilah

terdapat obyek penelitian.

Page 7: Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi ...

Warta ISKI

p-ISSN: 0853-4470 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp. 71-82

Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Page | 77

Adapun obyek pada penelitian yang dilakukan adalah mendeskripsikan peran Digital Inluencer dalam

mempromosikan produk Beauty Matte Lipstick di Media sosial. Obyek penelitian adalah sifat keadaan dari

suatu benda, orang, atau yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sifat keadaan dimaksud bisa

berupa sifat, kuantitas, dan kualitas yang bisa berupa perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, sikap

pro-kontra, simpati-antipati, dan bisa berupa proses.

Pengumpulan Data dikumpulkan dari hasil observasi peneliti terhadap Akun IG @bylizzieparra dan

wawancara dengan followers serta pengelola dua digital agency, yaitu Manager Social Enggagement &

Community Kayu Api Digital Reputation, Semut api Colony dan Public & Media Relations Manager Agency

Studio one Butiq Agency.

Teknik Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara semi terstruktur

yaitu menyiapkan daftar pertanyaan tertulis dan mengembangkan pertanyaan dari jawaban para informan

yang terkait dengan bahasan penelitian. Wawancara ini dikenal dengan wawancara terarah, peneliti dapat

mengembangkan pertanyaan sesuai dengan kondisi dan situasi untuk mendapatkan data yang lengkap

(Kriyantono, 2012:102).

Data-data yang sudah terkumpul dilakukan analisis dengan menggunakan teknik komparatif konstan.

Menurut Kriyantono, riset kualitatif adalah riset yang menggunakan cara berpikir induktif, yaitu cara berpikir

yang berangkat dari hal-hal khusus (fakta empiris) menuju hal-hal yang umum (tataran konsep) (Kriyantono,

2012: 196).

Teknik analisis data kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan melalui

observasi dan literatur media online. Kemudian data tersebut diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori

tertentu.

Analisis teknik komparatif konstan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) menempatkan

kejadian-kejadian (data) ke dalam kategori-kategori yang dibandingkan satu dengan lainnya; (2) memperluas

kategori sehingga kategori tidak tumpang tindih; (3) mencari hubungan antarkategori;(3) menyederhanakan

dan mengintergrasikan data ke dalam struktur teori yang koheren yang masuk akan, saling berlengketan atau

bertalian secara logis (Kriyantono, 2012: 198).

IV. HASIL PENELITIAN

BLP Beauty merupakan brand lipstick lokal yang diproduksi oleh pendiri dari BLP Beauty, yaitu

Elizabeth Christina Parameswari atau yang lebih dikenal dengan nama Lizzie Parra. BLP Beauty merupakan

singkatan dari By Lizzie Parra dengan tagline ”You should look, feel, and live at your best #BeAdored”.

Peluncuran pertama BLP Beauty diadakan pada 16 Juni 2016 di kawasan Senopati, Jakarta.

Pada awalnya, Lizzie Parra dikenal sebagai seorang make up artist professional sekaligus beauty

blogger yang saat ini disebut dengan sebutan beautypreneur karena ia seorang beauty blogger yang

memproduksi produk buatannya sendiri. Ia juga mengaku bahwa sulit membagi waktu dengan dua brand yang

dimilikinya yaitu BLP Beauty dan dirinya sendiri sebagai seorang influencer. Sampai saat ini BLP Beauty

hanya bisa didapat melalui media sosial Instagram @blpbeauty, website BLP Beauty juga di Sociolla.com

sebagai mitra resmi (Vemale.com, 2016).

Penjualan BLP Beauty melesat tajam karena forecast produksi selama enam bulan ke depan, telah

habis terjual hanya dalam waktu satu bulan. Dengan target konsumen perempuan dari kisaran umur di atas 18

tahun yang menyukai make up, BLP Beauty tengah menjadi incaran bagi para penyuka produk buatan lokal

(Marketeers.com, 2017). BLP Beauty tersedia delapan varian warna yang terdiri dari 4 warna bold dan 4 warna

everyday colour (untuk sehari-hari), yang semuanya cocok untuk jenis kulit wanita Asia. Dan tidak perlu

khawatir bibir akan menjadi kering, karena kandungan moisturizer dengan kualitas yang baik dan kandungan

pigmentation yang tinggi. Lizzie Parra menamakan lipstick nya dengan nama desserts kesukaannya.

Delapan varian warna tersebut adalah Persimmon Pie, Burnt Cinnamon, Peppermint Pink, Btter

Fudge, Lavender Cream, Bloody Mary, Red Velvet, Candy Apple. Masing–masing lip coat di jual dengan

harga Rp 129.000 (blpbeauty.com).

Page 8: Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi ...

Warta ISKI

p-ISSN: 0853-4470 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp. 71-82

Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Page | 78

Instagram bersifat User Generate Content. Aturan yang berlaku di dunia digital adalah Don’t be Fake”

dan “Be Your Self”. “Kecenderungan anak muda adalah menjadikan influencer sebagai referensi. Akun yang

paling banyak dijadikan referensi adalah akun yang memiliki social currency dan tidak lagi berdasarkan diskon

produk atau jasa,” kata Riska Noer Zaitun, Manager Social Enggagement & Community Kayu Api Digital

Reputation dan Semut Api Colony.

4.1 Indentifikasi Influencer Instagram

Digital Influencer adalah akun IG yang memiliki follower organic atau memiliki follower asli artinya

tidak membeli follower. Untuk mengidentifikasi akun IG tersebut memiliki follower asli atau bukan dapat

dilihat dari like untuk satu postingan minimal 20 % dari total follower. Kemudian juga dilihat dari postingan

di IG bukan dari endorse. Dalam memilih digital influencer kita juga melihat background dari sipemilik akun

IG tersebut. Jika ingin menggunakan Digital influencer tersebut untuk mempengaruhi calon konsumen tentang

fashion, maka misalnya kita menggunakan Olivia Lazuardi atau Anastasia Sianipar yang memang fashion

blogger.

Harga per postingan yang menggunakan digital influencer berkisar Rp.10-15 juta rupiah. Follower

yang militan umumnya hanya 2 postingan untuk endorse sebuah produk dalam sebulan. Kontennya harus

bagus tematik dan engagement-nya banyak, seperti yang diungkapkan Riska, Manager Social Enggagement &

Community Kayu Api Digital Reputation dan Semut Api Colony.

Untuk menjadi digital influencer haruslah memenuhi kriteria tertentu. Digital Influencer Instagram

dapat dilihat dari dua hal, yaitu dari segi kuantitas dan dari segi kualitas. Dari segi kuantitas dapat dilihat dari

jumlah follower-nya, jumlah like pada postingan dan berapa banyak yang re-post. Sedangkan dari segi kualitas

dilihat dari kualitas konten dan engagement yaitu interaksi dengan sesama pengguna instagram. Selain itu

juga dari komen, respon komen dari postingan.

Akun Instagram (IG) yang membuat postingan sampah (spamy) cenderung sedikit followernya. Akun

IG yang banyak followernya karena dia membuat konten yang menarik. Konten yang menarik yang dikenal

dengan Content is the King . Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar konten menarik, yaitu ada tema

khusus untuk tiap-tiap akun IG, feed instagram akan berisi foto tema tertentu misalnya traveller, kuliner, dan

seperti obyek penelitian ini beauty vlogger. Konten yang menarik haruslah diikuti dengan distribusi yang baik

pula, yaitu makin banyak yang repost semakin produk yang dipromosikan dikenal.

4.2 Peran Digital Influencer Mempromosikan Produk BLP

BLP Beauty bisa dikatakan aktif dalam penggunaan media sosial Instagram yang dimiliki. Semua

informasi yang terkait terdapat di Instagram tersebut sehingga memudahkan konsumen. Akun Instagram BLP

Beauty di dominasi oleh warna pink dan foto-foto perempuan memakai BLP Beauty yang dinamakan dengan

#BLPgirls yang menciptakan hubungan antara konsumen dengan brand. Admin akun BLP Beauty juga aktif

dalam membalas komentar para konsumen sehingga konsumen mendapatkan jawaban yang mereka inginkan

terkait dengan BLP Beauty. Berikut adalah tampilan akun Instagram BLP Beauty.

Akun IG Lizzie Parra (@bylizzieparra) merupakan akun yang secara spesifik mengangkat isu

kecantikan. Dengan latar belakang seorang make up artist, Lizzie dianggap memiliki kapasitas untuk

memberikan opini tentang kecantikan/beauty, Instagram bersifat User Generate Content. Aturan yang berlaku

di dunia digital adalah Don’t be Fake dan Be Your Self, maka akun tersebut memiliki social currency tersendiri,

sebagaimana dinyatakan Riska Noer Zaitun, Manager Social Enggagement & Community Kayu Api Digital

Reputation dan Semut Api Colony. “Kecenderungan anak muda adalah menjadikan influencer sebagai

referensi.akun yang paling banyak dijadikan referensi adalah akun yang memiliki social currency dan tidak

lagi berdasarkan diskon produk atau jasa,” kata Riska. Dari hasil observasi disebutkan, akun @bylizzieparra

telah melakukan aktivitas media social sebagaimana yang diungkapkan.

Merujuk pada konsep Joseph (2011: 27), ada beberapa aktivitas media sosial yaitu: (1) Social Media

Maintenance. Merawat Media Sosial dengan melakukan posting secara rutin di dalam Media Sosial. Lizzie

rutin melakukan posting sedikitnya satu kali dalam satu hari, dan kadang juga membalas komen dari followers.

Page 9: Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi ...

Warta ISKI

p-ISSN: 0853-4470 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp. 71-82

Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Page | 79

Namun sayangnya tidak banyak komentar yang masuk, juga direspon pada akun ini. Namun dari komentar

beberapa follower juga diketahui bahwa Lizzie rajin memakai snapgram, dan ada beberapa akun media sosial

lain terutama untuk produk BLP Beauty; (2) Social Media Endorsement. Mencari public figure yang memiliki

penggemar yang banyak. Lizzie Parra telah mengendorse beberapa produk yang terkait dengan kecantikan,

seperti make-up, krim kesehatan kulit, asesoris, fashion dan tentunya produk buatannya yaity BLP Beauty.

Pilihan produsen produk untuk memakai Lizzie sebagai influencer/endorser karena Lizzie memiliki fan base

yang cukup banyak dan loyal; (3) Social Media Activation. Membuat kegiatan yang unik, sehingga dapat

menciptakan Word of Mouth (WoM). Pada akun IG @bylizzieparra kadang dilakukan teaser untuk

memancing perhatian follower. Lizzie juga memposting insta story yang menunjukkan saat ia travelling,

berkegiatan sehari-hari, atau polling singkat.

Dari bahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa akun @bylizzieparra telah memenuhi segala aktivitas

yang bisa dilakukan di media sosial. Namun pada beberapa aktivitas belum maksimal, terutama dalam

merespon follower. Hal ini diindikaskan karena ada akun media sosial lain yang juga dikelola.

4.3 Kegiatan 4C dalam media sosial

Selain itu, jika ditinjau dari 4C dalam media sosial sebagaimana yang disampaikan Chris Heuer dalam

Solis (2010:263), akun @bylizzieparra mengaplikasikannya sebagai berikut: (1) Context. Foto-foto yang

diposting umumnya foto close-up memiliki tone terang/high key, kualitas baik bahkan beberapa terlihat sangat

profesional. Penggunaan high key photo memberikan kesan clean, clear dan modern. Caption pada foto seperti

curhat atau ngobrol dengan sahabat, dengan kosa kata gaul dan diselingi kata berbahasa Inggris. Secara umum

disain timeline nya rapi dan menarik; (2) Communication adalah yaitu cara bagaimana menyampaikan dan

berbagi (share) yang membuat seseorang mendengar, merespon, dan nyaman untuk membagikan pesan kepada

khalayak.

Lizzie kerap membagikan tips make up dan cara memilih warna yang cocok untuk beragam warna

kulit. Sebagai make-up artis professional, expertise yang dimiliki Lizzie dianggap mumpuni untuk dijadikan

rujukan dalam ber-make up. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Gladwell (2006) bahwa

mavens/influencers tidak hanya tentang banyaknya jumlah follower, tapi keahlian dan kredibilitas yang

dimilikinya terhadap subyek tertentu;

Selanjutnya, (3) Collaboration adalah kerja sama antara akun dengan followers, sehingga pesan dapat

tersampaikan dengan efektif dan efisien. Dalam hal ini @bylizzieparra kerap merespon komentar dari follower.

Walaupun Lizzie tidak selalu merespon komentar follower-nya, namun sesekali Lizzie menanggapi. Salah

satunya adalah saat follower yang menanyakan mengapa aplikasi lipstick BLP Beauty di bibirnya agak

bergumpal setelah beberapa saat, lalu direspon bahwa untuk hasil terbaik agar menggunakan pelembab

sebelum mengaplikasikan lipstick dari BLP. Interaksi tersebut menunjukan kerjasama yang baik antara akun

dan follower, yang tentunya memberikan impresi yang sangat baik kepada follower-nya bahwa Lizzie cukup

kooperatif untuk membantu followers nya; (4) Connection adalah cara bagaimana menjalin hubungan yang

berkelanjutan. Dalam salah satu posting, @bylizzieparra membangun interaksi dengan bertanya “Apa yang

membuatmu senyum hari ini?” yang kemudian mendapat ratusan respon dari follower-nya yang menjawab

hal-hal yang membuat mereka tersenyum. Komunikasi yang dibangun Lizzie membuat follower merasa

terhubung secara emosional, karena apa yang membuat Lizzie tersenyum adalah hal simple yang mereka pun

dapat mengalaminya juga. Beberapa aktivitas lain yang telah dilakukan Lizzie di akunnya juga dapat dikatakan

sebagai investasi dalam menjalin hubungan berkelanjutan. Dengan memberikan respon sebagaimana contoh

pada poin sebelumnya, tentunya membuat follower merasa terhubung karena merasa didengar dan diberikan

masukan bagaimana agar dapat tampil maksimal. Contoh lain misalnya saat Lizzie memberikan teaser tentang

aktivitas yang akan dia lakukan, yang membuatnya bersemangat, yang kemudian membuat penasaran

followers-nya. Aktivitas-aktivitas tersebut menjadi modal untuk hubungan berkelanjutan antara Lizzie dengan

para followers.

Page 10: Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi ...

Warta ISKI

p-ISSN: 0853-4470 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp. 71-82

Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Page | 80

4.4 Promosi Produk melalui Digital Influencer

Dari sisi promosi produk, pemanfaatan influencer adalah upaya untuk membantu menyebarkan

informasi serta mempengaruhi/membujuk agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang

ditawarkan. Hal ini senada dengan definisi promosi menurut Tjiptono (2002). Digital influencer macam Lizzie

Parra dapat membantu menyebarkan informasi dan mempengaruhi followers-nya dengan cerita yang ia

bagikan di akun instagramnya.

Tujuan memanfaatkan Lizzie untuk promosi senada dengan tujuan promosi oleh Kotler (2002) mulai

dari penyebaran informasi tentang produk tertentu, membentuk citra, meningkatkan penjualan bahkan sampai

mengubah perilaku konsumen. Tentunya ada beberapa kriteria dalam memilih influencer yang tepat untuk

promosi suatu produk.

Jumlah follower tidak semata-mata menjadi pertimbangan utama. Priska seorang praktisi digital

marketing dari Studio One Butiq menyampaikan bahwa jumlah follower yang banyak dapat mengindikasikan

bahwa konten yang diposting berkualitas baik, namun juga harus dilihat apakah foto-foto yang diunggah

sesuai dengan nilai brand atau produk. Selain itu, faktor yang menjadi pertimbangan adalah engagement dari

setiap unggahan foto. Influencer yang bagus adalah memiliki konten yang ramai diperbincangan/ mengundang

banyak komen.Salah satu indikator engagement dari suatu akun digital influencer adalah jumlah like untuk

satu postingan minimal 20 % dari total follower.

Hal yang hampir senada juga diungkapkan Riska, Manager Social Enggagement & Community dari

Kayu Api Digital. Digital Influencer Instagram dapat dilihat dari dua hal, yaitu dari segi kuantitas dan dari

segi kualitas. Dari segi kuantitas dapat dilihat dari jumlah followernya, jumlah like pada postingan. dan berapa

banyak yang re-post. Sedangkan dari segi kualitas dilihat dari kualitas konten dan engagement yaitu interaksi

dengan sesama pengguna instagram. Engagement dapat dilihat dari komen, respon komen dari postingan.

Akun IG @bylizzieparra dianggap cocok untuk dijadikan digital influencer karena kekonsistenan

Lizzie dalam mengangkat topic health and beauty sejak ia menjadi beauty blogger. Jumlah follower yang

dimiliki sebagian besar adalah follower dari blog nya, yang dapat dianggap sebagai follower yang loyal.

Sebagaimana yang disampaikan Wina, salah satu follower Lizzie yang telah setia mengikuti tips dan tutorial

Lizzie melalui blog, dan kini juga merupakan follower akun IG @bylizzieparra. Konten yang diangkat cocok

dengan expertise yang dimiliki Lizzie, juga gaya hidup nya yang dianggap asyik dan seru. Selain itu menurut

Wina, produk yang direview/endorse oleh Lizzie juga merupakan produk yang relatif terjangkau dan

bermanfaat untuk menunjang kecantikan. Jadi ketika Lizzie memberikan review/endorse tentang suatu produk

seperti memberikan saran/tips kepada teman, bukan sekedar promosi penjualan.

Kemampuan untuk mempengaruhi layaknya seorang teman adalah kredibilitas yang dicari dari

seorang digital influencer. Hal ini yang membedakannya dari promosi melalui iklan konvensional. Digital

influencer merupakan contoh nyata integrasi PR (credibility, word of mouth) dan marketing (promosi dan

informasi produk). Peran Digital Influencer dalam promosi produk dianggap lebih efektif dan efisien,

sebagaimana hasil survey dari McKinsey yang dimuat di Forbes magazine. Survey tersebut menyebutkan

kegiatan word of mouth secara digital mampu mendorong penjualan dua kali lipat lebih besar dibanding dari

iklan, serta memiliki retention rate atau proporsi konsumen yang bertahan dalam periode waktu tertentu

sebesar 37 % lebih tinggi (Wong dalam Forbes, 2014).

Digital influencer yang kini merupakan profesi yang diminati, dengan pendapatan bervariasi namun

cukup menggiurkan. Riska menyebutkan angka kisaran Rp10-15 juta untuk melakukan dua postingan untuk

endorse sebuah produk dalam sebulan. Bahkan untuk melakukan endorse di posting foto endorse di Insta

Story, harga untuk insta story sekitar Rp 6 juta dan untuk Video yang diposting dihargai sekitar Rp25-30 juta.

Harga tersebut bervariasi tergantung dari Digital Influencer yang akan dikontrak, dengan criteria yang telah

dibahas sebelumnya.

Keuntungan lain melakukan promosi melalui influencer di Instagram juga terkait dengan fitur yang

dimiliki Instagram, seperti dapat menshare ke akun media social lain, menggunakan fasilitas hashtag sehingga

posting tersebut dapat mudah dicari, juga dapat memanggil (tag) teman atau pihak-pihak lain yang relevan

Page 11: Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi ...

Warta ISKI

p-ISSN: 0853-4470 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp. 71-82

Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Page | 81

dengan produk, atau meneruskan produk ke orang-orang tertentu. Misalnya pada salah satu posting Lizzie

tentang cairan pembersih muka, follower-nya kemudian membuat komen dengan men-tag teman-temannya

untuk ikut mencoba produk cairan pembersih tersebut.

Berdasarkan paparan di atas, melakukan promosi produk dengan memanfaatkan digital influencer

adalah suatu yang patut dipertimbangkan dalam kegiatan promosi di era digital ini, terutama untuk produk

yang memiliki khalayak sasaran para generasi milenial, yang sangat engaged dengan digital media.

V. KESIMPULAN

Temuan penelitian ini mengungkapkan, efek instan terhadap pengenalan produk dapat diperoleh jika

menggunakan influencer di media sosial Instagram. Digital Influencer dapat menyebarkan dengan cepat pesan

promosi sebuah produk di media sosial Instagram, juga memiliki kredibiitas yang tinggi dan dapat

menumbuhkan kepercayaan terhadap produk yang dipromosikan.

Kecepatan penyebaran pesan dan mudahnya menjadi viral adalah kelebihan utama komunikasi di era

digital ini. Melalui instagram yang memiliki fitur yang mendukung penyebaran informasi secara cepat, pesan

mudah menjadi viral namun secara bersamaan juga tepat sasaran (pada khalayak sasarannya).

Digital influencer merupakan salah satu aktor utama dalam membuat pesan menjadi viral. Namun

fasilitas share, tag dan hashtag, juga instastory adalah tools yang digunakan sehingga pesan menjadi cepat

tersebar. Tidak seperti iklan konvensional yang massive namun menyebar, promosi melalui influencer lebih

tepat sasaran karena profil inluencer dan followers nya dapat disesuaikan dengan khalayak sasaran produk, di-

reshare dan tag juga dengan karakteristik khalayak yang kurang lebih sama. Maka promosi melalui influencer

di Instagram dapat lebih tepat sasaran.

Hal lain yang membuat digital influencer instagram menjadi penting adalah karena sifatnya yang high

tech dan high touch. High tech merujuk pada teknologi yang mendukung komunikasi digital. High touch adalah

aspek emosional dan relasional yang dimungkinkan terjadi antara influencer dan followers.

Sosok influencer adalah mereka yang dianggap memiliki kredibilitas, dapat dipercaya dan mudah

dijangkau karena dapat terjadi interaksi (komen dan respon). Suatu hal yang tidak didapatkan dari model iklan

konvensional. Dalam memilih seorang digital influener, perlu diperhatikan kesesuaian value antara influencer

dengan followers-nya dan seberapa percaya khalayak terhadap sosok influencer tersebut

Lizzie Parra merupakan contoh sosok yang layak menjadi digital influencer, tidak hanya jumlah

follower-nya yang cukup besar, namun context, communication, collaboration dan connection yang dibangun

di akun IG @bylizzieparra. Lizzie juga selalu menjaga isi akunnya sehingga tidak semata-mata endorse atau

promosi produk, namun keseharian serta gaya hidupnya, sehingga akunnya tidak terkesan terlalu komersil. Hal

ini penting untuk menjaga kepercayaan para followers.

Pada penelitian ini dapat disimpulkan, peran Digital Influencer hanya terbatas pada entry level yang

memberikan informasi tentang nama produk yang masuk ke dalam pikiran publik atau calon konsumen. Selain

itu juga mempromosikan ada hal-hal yang baru yang harus diketahui konsumen.

Saran untuk pelaku bisnis yang menggunakan Digital Influencer di Instagram (IG) adalah perlu

memikirkan strategi lainnya karena influencer hanya membantu mempromosikan tahap awal. Dibalik

pertumbuhan yang cukup tinggi dalam memanfaatkan digital influencer, tentu ada keterbatasan dari promosi

melalui influencer ini. Strategi berikutnya perlu membina komunitas virtual membuat program bersama

anggota komunitas virtual tersebut untuk bersama-sama membantu agar produk tersebut tetap eksis di pasaran

dan membangun reputasi bisnis atau perusahaan yang memproduksi produk tersebut. Komunitas virtual adalah

asset digital yang dapat membantu produk agar tetap eksis.

Daftar Pustaka

Atmoko, Bambang Dwi. 2012. Instagram Handbook. Jakarta: Mediakita.

Diamond, S. 2015. The Visual Marketing Revolution. 26 Kiat Sukses Pemasaran di Media Sosial. Jakarta: PT

Serambi Ilmu Semesta.

Page 12: Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi ...

Warta ISKI

p-ISSN: 0853-4470 - Vol. 01, No. 01 (2018), pp. 71-82

Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Page | 82

Gladwell, Malcolm. 2006. The Tipping Point: How Little Things Can Make A Different. New York: Little

Brown.

Hestya, Rindu (2013). Instagram 'Penguasa Bisnis' di Media Sosial. diakses pada 16 Februari 2017 dari

https://m.tempo.co/read/news/2013/12/10/072536145/instagram-penguasabisnis-di-media-sosial.

Kawula Muda. (2017, 19 November). Jualan Online di Instagram ala Kaum Milenial. Kumparan.com.Diakses

pada 10 Februari dari https://kumparan.com/kawula-muda/jualan-online-di-instagram-ala-kaum-

milenial.

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium Bahasa Indonesia, Jilid 2. Jakarta: PT

Prenhallindo

Kriyantono, Rachmat. 2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Marwick, A.E. 2013a. Status update: celebrity, publicity, and branding. New Haven: Yale University Press

Ryan, Damian and Jones, Calvin (2009). Understanding Digital Marketing. Marketing Strategis For

Engagging the digital generation. London: Kogan Page.

Solis, Brian (2012) The Rise of Digital Influence. Diakses pada 15 Februari 2018 dari

https://techcrunch.com/2012/03/21/klout-kred-peerindex-radian6/

Senft, T.M., (2013). Microcelebrity and the branded self. In: J. Hartley, J. Burgess, and A. Bruns, eds. A

companion to new media dynamics. Chichester: Wiley-Blackwell,

Thurlow, Crispin, et.al (2004). Computer Mediated Communication. Social Interaction and The Internet.

London:Sage Publication.

Tjiptono, Fandi dan Anastasia, Diana, (2000).ed 1. Prinsip & Dinamika Pemasaran, J&J learning: Yogyakarta

Wong, K. (2014). The Explosive Growth Of Influencer Marketing And What It Means For You. Diakses pada

February 16, 2018 dari http://www.forbes.com/sites/kylewong/2014/09/10/the-explosive-growth-of-

influencermarketing-and-what-it-means-for-you/#54ff3df4595f

Yordan, Jofie.(2018, 1 Februari). Instragram Kini Dipakai 25 Juta Pelaku Bisnis untuk Jualan. Kumparan.com.

Diakses pada 10 Februari 2018 dari https://kumparan.com/@kumparantech/instagram-kini-dipakai-25-

juta-pelaku-bisnis-untuk-jualan