digilib.uns.ac.id/Pembel… · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB I...

104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, ketrampilan, dan keahlian tertentu kepada individu–individu guna menggali dan mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Melalui pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya menghadapi setiap perubahan yang terjadi yang diakibatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan mendapat prioritas utama untuk menyelenggarakan proses kegiatan belajar mengajar. Tetapi pada kenyataannya dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, bukanlah merupakan suatu hal yang mudah. Potensi guru dan siswa mempunyai peranan yang sangat penting di sekolah. Sebagai pendidik dan pengajar guru dituntut untuk dapat menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik secara efektif dan efisien. Sampai saat ini, tampak bahwa pembelajaran yang dianut oleh guru didasarkan atas asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Oleh karena itu, para guru memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan ke dalam kepala siswa tanpa memperhatikan bahwa mereka saat memasuki kelas mempunyai bekal kemampuan pengetahuan yang tidak sama. Pembelajaran yang dijalankan adalah pembelajaran satu arah dimana siswa hanya sebagai obyek pendidikan, sehingga siswa menjadi pasif dan tidak dapat mengembangkan pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang dipelajarinya. Salah satu faktor yang mempegaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah ketepatan guru dalam menggunakan metode pembelajaran. Seorang guru harus bisa menentukan secara tepat metode pembelajaran apa yang sebaiknya dipakai supaya siswa tetap bisa aktif didalam proses belajar mengajar tersebut. Guru sebaiknya menggunakan suatu metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, walaupun pada dasarnya tidak ada patokan 1

Transcript of digilib.uns.ac.id/Pembel… · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB I...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk

memberikan pengetahuan, wawasan, ketrampilan, dan keahlian tertentu kepada

individu–individu guna menggali dan mengembangkan bakat serta kepribadian

mereka. Melalui pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya

menghadapi setiap perubahan yang terjadi yang diakibatkan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan mendapat

prioritas utama untuk menyelenggarakan proses kegiatan belajar mengajar. Tetapi

pada kenyataannya dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar dapat

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, bukanlah merupakan suatu hal yang

mudah.

Potensi guru dan siswa mempunyai peranan yang sangat penting di

sekolah. Sebagai pendidik dan pengajar guru dituntut untuk dapat menyampaikan

materi pelajaran kepada anak didik secara efektif dan efisien. Sampai saat ini,

tampak bahwa pembelajaran yang dianut oleh guru didasarkan atas asumsi bahwa

pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa.

Oleh karena itu, para guru memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan

ke dalam kepala siswa tanpa memperhatikan bahwa mereka saat memasuki kelas

mempunyai bekal kemampuan pengetahuan yang tidak sama. Pembelajaran yang

dijalankan adalah pembelajaran satu arah dimana siswa hanya sebagai obyek

pendidikan, sehingga siswa menjadi pasif dan tidak dapat mengembangkan

pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang dipelajarinya.

Salah satu faktor yang mempegaruhi keberhasilan proses belajar

mengajar adalah ketepatan guru dalam menggunakan metode pembelajaran.

Seorang guru harus bisa menentukan secara tepat metode pembelajaran apa yang

sebaiknya dipakai supaya siswa tetap bisa aktif didalam proses belajar mengajar

tersebut. Guru sebaiknya menggunakan suatu metode pembelajaran yang sesuai

dengan materi yang akan diajarkan, walaupun pada dasarnya tidak ada patokan

1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

yang baku mengenai metode pembelajaran yang paling baik untuk mengajar

seperti apa, sebab setiap metode pembelajaran yang digunakan pasti mempunyai

kelebihan dan kelemahan. Walaupun tidak ada patokan yang jelas tetapi dalam

kurikulum yang berlaku sekarang dituntut peran aktif dari guru dan siswa. Peran

aktif ini dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan adanya suasana yang hidup

antara siswa dengan guru. Atau dengan kata lain adanya komunikasi dua arah

dalam pembelajaran. Namun masih ada suatu kebiasaan guru yang terbiasa

dengan pembelajaran langsung yang menyampaikan konsep dan fakta dalam

proses belajar-mengajar tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk

berlatih mengembangkan kemampuannya, sehingga keterlibatan dan keaktifan

siswa menjadi berkurang dan menyebabkan pencapaian kemampuan kognitif

siswa tidak optimal.

Metode adalah suatu cara dalam menyampaikan sutu konsep pelajaran.

Terdapat beberapa macam metode pembelajaran diantaranya adalah metode

ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan eksperimen. Selain itu proses

pembelajaran juga membutuhkan suatu pendekatan. Pendekatan adalah cara

umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian. Pendekatan

pembelajaran antara lain pendekatan konsep, deduktif, induktif, konstruktivisme,

Quantum Learning, dan ketrampilan proses. Di antara metode dan pendekatan

pembelajaran tersebut, pada umumnya guru cenderung menggunakan metode

konvensional. Dengan metode tersebut siswa hanya dibiarkan duduk dengan

tenang, mendengarkan setiap apa yang diajarkan oleh guru, mencatat tulisan yang

ada di papan tulis dan kemudian menghafalkannya. Akibatnya suasana kelas

terasa gersang, membosankan dan tidak menyenangkan.

Salah satu metode pembelajaran yang tepat untuk mempelajari Fisika

adalah metode demonstrasi. Karena dengan metode demonstrasi siswa

dimungkinkan mengalami secara langsung konep-konsep yang dipelajari.

Pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika diantaranya adalah

Quantum Learning dan ketrampilan proses. Dengan pendekatan Quantum

Learning dimungkinkan tercipta suatu pendekatan pembelajaran yang

menyenangkan karena siswa belajar dalam lingkungan belajar yang aman dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

menyenangkan yaitu diiringi dengan musik, penataan meja kursi yang teratur dan

terciptanya suasana belajar yang santai. Kondisi yang menyenangkan akan

membangkitkan semangat siswa untuk belajar. Penyampaian materi pelajaran

untuk siswa akan terasa nyaman dan menyenangkan apabila suasana dan dunia

emosi mereka ikut terlibat. Sedangkan dengan pendekatan ketrampilan proses

akan memungkinkan siswa menemukan fakta dan konsep fisika dengan jalan

berbeda dengan metode konvensional. Seperti dirangkum dari pendapat Conny

Semiawan (1988 : 19-33) bahwa keterampilan proses memiliki komponen

observasi atau pengamatan, penghitungan, pengukuran, klasifikasi, hubungan

ruang/waktu, pembuatan hipotesis, perencanaan penelitian/eksperimen,

pengendalian variabel, interpretasi data, kesimpulan sementara (inferensi),

peramalan, penerapan (aplikasi), dan komunikasi. Dengan keterampilan

mengembangkan komponen – komponen tersebut, anak akan mampu menemukan

dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta sikap dan nilai yang dituntut.

Setelah proses belajar-mengajar selesai, prestasi belajar siswa tidak selalu

maksimal karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa

baik dari dalam diri (internal) maupun faktor lingkungan (eksternal). Faktor

internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, baik yang berupa fisik

maupun mental misalnya kecerdasan, keaktifan, bakat, konsentrasi dan lain

sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan (eksternal) adalah faktor yang berasal

dari luar diri siswa, misalnya guru, prasarana dan sarana pembelajaran, kebijakan

penilaian, lingkungan sosial siswa disekolah, kurikulum sekolah, faktor keluarga,

sosial masyarakat dan lain sebagainya.

Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang menuntut

keaktifan siswa sesuai dengan tujuan pengajaran yaitu agar siswa dapat berfikir

dan bertindak secara aktif dan kreatif dalam mengembangkan materi pelajaran

yang diterima dan dikuasai. Keaktifan siswa mempunyai pengaruh yang cukup

kuat terhadap keberhasilan proses belajar siswa maupun hasil belajar siswa.

Keaktifan siswa dalam proses belajar berbeda-beda. Hal ini terjadi karena setiap

siswa mempunyai ketertarikan yang berbeda terhadap suatu pelajaran. Keaktifan

siswa yang berbeda inilah yang memungkinkan adanya perbedaan tingkat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

pemahaman terhadap materi yang dipelajari sehingga terdapat perbedaan prestasi

belajar yang dicapai siswa, tetapi selama ini kurang diperhatikan oleh guru.

Kemampuan kognitif berkenaan dengan perilaku yang berhubungan

dengan berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Kemampuan kognitif

merupakan kemampuan yang sering dijadikan objek penilaian hasil belajar siswa

karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.

Ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yakni berupa kemampuan dalam

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Kemampuan

kognitif akan dapat tercapai secara optimal jika didukung aspek afektif (sikap) dan

psikomotorik yang baik.

Banyak materi pembelajaran Fisika di SMP seperti materi tentang getaran

dan gelombang, bunyi, dan cahaya yang dalam proses belajar- mengajar perlu

melibatkan keaktifan siswa. Semua materi harus dapat disampaikan dengan

metode yang sesuai dengan isi materinya agar siswa dapat dengan mudah

menerima materi tersebut.

Sebelumnya telah banyak penelitian mengenai penggunaan pendekatan

Quantum Learning dan keterampilan proses, serta penelitian dengan tinjauan

keaktifan siswa. Penelitian tentang pendekatan Quantum Learning pernah

dilakukan oleh Bobbi DePorter (2001) dalam New Horizons for Learning

Copyright and Permission Information yang menyatakan bahwa "The Quantum

Learning allowing student to experience the lesson through a game or activity

engages the student, making the lesson more concrete and more fun and playing

upbeat music, or giving a class cheer". Jadi pada penelitian ini menyatakan bahwa

pendekatan Quantum Learning memperkenankan siswa untuk belajar melalui

permainan atau kegiatan yang melibatkan siswa dan membuat pelajaran yang

lebih konkret dan menyenangkan dengan diiringi musik dan memberikan sorak

kelas sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Peneliti lainnya

adalah Dwi Astuti (2009:77) "...penggunaan pendekatan pembelajaran Quantum

Learning melalui metode eksperimen lebih efektif bila dibandingkan dengan

pendekatan Ketrampilan Proses melalui metode eksperimen terhadap kemampuan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

kognitif fisika siswa". Dengan nilai Fa = 14,332 > Ftabel = 3,98 pada taraf

signifikansi 5% .

Penelitian mengenai metode demonstrasi pernah dilakukan oleh Jerod L.

Gross (2002) dari Illinois State University dalam Journal of Physics Teacher

Education Online menyimpulkan bahwa “Demonstrations can be used to prompt

student questions about the physical principles on display, and demonstrations

can be a meaningful part of any teacher’s curriculum and can support the vision

of science education extolled in the National Science Education Standards”. Jadi

penelitian ini menyatakan bahwa demonstrasi dapat digunakan untuk mendorong

siswa bertanya tentang prinsip-prinsip fisika, dan demonstrasi bisa mendukung

visi pendidikan sains dalam Standar Ilmu Pendidikan Nasional. Sedangkan

penelitian sebelumnya yang terkait dengan keaktifan siswa dilakukan oleh

Rosindah N (2009:64) menyimpulkan bahwa "Siswa yang memiliki keaktifan

tinggi memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik daripada siswa yang

memiliki tingkat keaktifan rendah". Masih ada peneliti lain dengan konsentrasi

sama yang tidak dapat dituliskan semuanya. Melihat cukup banyak penelitian

yang meneliti pendekatan Quantum Learning dan keterampilan proses maka

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap pendekatan yang sama,

namun dengan tinjauan yang berbeda.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Pembelajaran Fisika dengan Metode

Demonstrasi Melalui Quantum Learning Dan Ketrampilan Proses Ditinjau

Dari Keaktifan Siswa di SMP”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasikan

beberapa masalah antara lain:

1. Masih adanya proses pembelajaran satu arah dimana siswa hanya sebagai

obyek pendidikan, sehingga siswa menjadi pasif dan tidak dapat

mengembangkan pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang dipelajarinya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2. Banyak ragam pendekatan dan metode pembelajaran yang berkembang,

namun pada umumnya guru cenderung menggunakan metode konvensional.

3. Keaktifan siswa dalam poses belajar mengajar dapat mempengaruhi prestasi

hasil belajar siswa, tetapi selama ini kurang diperhatikan oleh guru.

4. Adanya tiga kemampuan yang seharusnya ada pada siswa, yaitu kemampuan

kognitif, afektif dan psikomotorik untuk mendukung keberhasilan dalam

belajar. Namun terkadang ketiga kemampuan tersebut belum dikembangkan

secara optimal pada diri siswa.

5. Banyak materi pembelajaran Fisika di SMP seperti materi Getaran dan

Gelombang, Bunyi, dan Cahaya yang dalam proses belajar-mengajar perlu

melibatkan keaktifan siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka agar lebih jelas dan

terarah maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :

1. Pengajaran Fisika dilakukan dengan menggunakan metode demonstrasi

melalui pendekatan Quantum Learning dan ketrampilan proses.

2. Kemampuan kognitif Fisika siswa dibatasi pada pencapaian keberhasilan

akademik nilai tes akhir pada pokok bahasan Bunyi.

3. Dalam penelitian ini tinjauannya adalah tingkat keaktifan siswa yang

dikategorikan dalam kategori tingkat tinggi dan rendah.

4. Pokok bahasan yang akan di bahas adalah Bunyi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan pembatasan masalah di

atas dapat dirumuskan uraian masalah sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan pengaruh antara pembelajaran dengan metode demonstrasi

melalui pendekatan Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa?

2. Adakah perbedaan pengaruh antara keaktifan siswa kategori tinggi dan

rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

3. Adakah interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan pembelajaran

dengan keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian bertujuan :

1. Mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh antara pembelajaran

dengan metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning dan

pendekatan keterampilan proses terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

2. Mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan pengaruh antara keaktifan siswa

kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

3. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi pengaruh antara penggunaan

pendekatan pembelajaran dengan keaktifan siswa terhadap kemampuan

kognitif Fisika siswa.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah :

1. Memberikan masukan kepada guru Fisika pada umumnya dan peneliti pada

khususnya untuk mengembangkan pembelajaran Fisika menggunakan metode

demonstrasi dengan pendekatan Quantum Learning dan ketrampilan proses

untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam upaya mengaktifkan siswa

untuk belajar.

2. Memberikan wawasan pada guru perlunya meningkatkan mutu pembelajaran

di sekolah khususnya pada pengajaran Fisika, lewat alternatif penyampaian

pelajaran.

3. Memberikan masukan dan sumbang pemikiran kepada pelaku pendidikan

dalam memilih pendekatan dan metode mengajar yang sesuai dengan kondisi

siswa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Belajar

Manusia tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar. Jika manusia ingin

mencapai kesuksesan maka manusia harus menempuh kegiatan tersebut untuk

mempertahankan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kegiatan

belajar dan mengajar dapat ditemukan dalam bidang pendidikan.

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Belajar

merupakan suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang,

yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti; perubahan

pengetahuannya, kecakapannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,

ketrampilannya dan segala aspek yang ada pada individu. Proses tersebut biasa

dilakukan oleh setiap manusia dimanapun berada, baik di rumah, di masyarakat,

maupun di sekolah. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi belajar oleh

beberapa ahli.

"Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses interaksi

terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Proses yang diarahkan kepada

suatu tujuan. Proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat,

mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari" (Gino, Suwarni, Suripto,

Maryanto, Sutijan, 1999: 31). Hal ini berarti bahwa pengalaman, proses melihat,

mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari hingga tingkah lakunya berubah,

maka seseorang itu dapat dikatakan telah belajar.

Berkaitan pula dengan pengertian belajar, Nana Sudjana (1996: 5)

mengatakan bahwa:

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti berubah pengetahuan,

8

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek–aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Dengan kata lain, belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan

perubahan pada individu, perubahan-perubahan itu dapat ditunjukkan dengan

perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan,

kecakapan, kebiasaan. Berdasarkan definisi – definisi tentang belajar, dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang sangat fundamental yang

menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan tingkah laku.

Perwujudan perilaku belajar tampak dalam kebiasaan, ketrampilan, pengamatan,

berpikir rasional dan kritis, sikap, serta tingkah laku afektif.

b. Tujuan Belajar

Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat

penting, karena semua komponen yang dalam sistem pembelajaran dilaksanakan

atas dasar pencapaian tujuan belajar. Keberhasilan belajar siswa berarti

tercapainya tujuan belajar siswa, dimana siswa melakukan emansipasi diri dalam

rangka mewujudkan kemandirian.

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

lingkungan atau kondisi belajar yang baik. Sistem lingkungan yang baik itu terdiri

dari komponen-komponen pendukung antara lain tujuan belajar yang akan

dicapai, bahan pengajaran yang digunakan mencapai tujuan, guru dan siswa yang

memainkan peranan serta memiliki hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan dan

sarana atau prasarana yang tersedia. Tiap-tiap tujuan belajar tertentu

membutuhkan system lingkungan tertentu yang relevan.

Menurut Surdiman, R.M, dalam Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto,

Sutijan, 1999: 18-19 menyatakan bahwa:

Tujuan belajar bermacam dan bervariasi, tetapi dapat diklasifikasikan menjadi dua : pertama yang eksplisit diusahakan untuk dicapai tindakan instruksional, lazim dinamakan instruksional efeks (instructional effects) yang biasanya berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Sedangkan hasil sampingan yang diperoleh; misalnya : kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan sikap terbuka. Hasil sampingan ini disebut nurturant effect.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Berdasarkan pendapat Surdiman terdapat dua macam tujuan pembelajaran yakni

eksplisit yang berbentuk pengetahuan dan ketrampilan serta implisit yang

berbentuk kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan sikap terbuka.

Menurut Bloom tujuan belajar dikelompokkan menjadi tiga kelompok

yaitu kognitif, afektif dan psikomotor seperti yang dirangkum dari J. Gino et al

(1999:19-21):

1). Ranah Kognitif, meliputi enam tingkatan yaitu:

a) Pengetahuan, mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari

dan disimpan dalam ingatan.

b) Pemahaman, mencakup kemampuan untuk menagkap makna dan arti

dari bahan yang dipelajari.

c) Penerapan, mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah

pada satu kasus yang konkret dan baru.

d) Analisis, mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan.

e) Sintesis, mencakup kemampuan untuk membentuk satu kesatuan.

f) Evaluasi, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat.

2). Ranah Afektif, meliputi lima tingkatan

a). Kemampuan menerima, mencakup kepekaan adanya suatu rangsang.

b). Kemauan menanggapi, mencakup kerelaan menanggapi secara aktif.

c). Berkeyakinan, mencakup kemampuan untuk menghayati nilai

kehidupan.

d). Penerapan kerja, mencakup kemampuan membentuk sistem nilai.

e). Ketelitian, mencakup kemampuan memberikan penilaian dan

membawa diri.

3). Ranah Psikomotor, meliputi:

a) Gerak tubuh, mencakup kemampuan melakukan gerak yang sesuai.

b) Koordinasi gerak, mencakup kemampuan melakukan serangkaian

keterampilan gerak dengan lancar, tepat dan efisien.

c) Komunikasi non verbal, mencakup kemampuan subyek belajar

menentukan makna yang tersirat dalam suatu pesan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

d) Perilaku berbicara, mencakup kemampuan menggunakan bahasa yang

benar.

Berdasarkan rangkuman J. Gino et al, maka dapat disimpulkan bahwa

untuk memahami secara spesifik tentang perubahan tingkah laku peserta didik

sebagai akibat terjadinya proses belajar, maka perilaku peserta didik tersebut

dikelompokkan menjadi tiga kawasan atau ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Ketiga ranah tersebut merupakan satu kesatuan, dan memiliki

ketertarikan satu sama lain.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar

adalah untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan berpikir kritis, kreatif,

serta sikap terbuka. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil

belajar. Tujuan belajar yang ingin dicapai dikategorikan menjadi tiga bidang

yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat

digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor

intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan

faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi proses belajar yang dirangkum dari Slameto (1995: 54-70):

1) Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari individu sendiri.

a) Faktor Jasmaniah, meliputi dua hal yaitu faktor kesehatan dan cacat

tubuh.

b) Faktor Kelelahan. Kelelahan pada seseorang meskipun sulit

dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

c) Faktor Psikologis. Faktor ini adalah perhatian, pengamatan,

tanggapan, fantasi, berpikir intelegensi dan lain-lain.

2) Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu.

a) Faktor Keluarga. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari

keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota

keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

b) Faktor Sekolah. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar itu

mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,

relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu

sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas

rumah.

c) Faktor Masyarakat. Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga

berpengaruh terhadap belajar siswa.

Dari faktor-faktor tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam siswa dan

faktor dari luar siswa. Agar proses belajar mengajar siswa dapat berhasil

hendaknya seorang guru memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar mengajar tersebut.

d. Beberapa Pandangan Tentang Belajar

1) Belajar Menurut Gagne

Menurut Robert Gagne, belajar merupakan kegiatan yang kompleks.

Hasil belajar berupa kapabilitas yang timbul dari stimulus yang berasal dari

lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.

Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil belajar. Komponen-komponen tersebut digambarkan pada bagan 2.1 berikut,

Kondisi internal belajar Hasil belajar

Informasi verbal

Ketrampilan intelektual

Ketrampilan motorik

Sikap

Berinteraksi dengan Siasat kognitif

Acara pembelajaran

Kondisi eksternal belajar (Dimyanti dan Mudjiono, 2006: 10-11)

Gambar 2.1 Komponen Belajar

Keadaan internal dan proses kognitif siswa

Stimulus dari lingkungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Semua hasil belajar yang tercantum pada gambar 2.1 merupakan

kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut antara lain:

a) Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilikan informasi verbal memungkinkan individu berperan dalam kehidupan

b) Ketrampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi, dan prinsip

c) Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d) Ketrampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. (Dimyanti dan Mujdiono, 2006: 11-12) Gagne mengemukakan bahwa dalam belajar terdiri atas tiga tahap yang

meliputi sembilan fase. Tahapan tersebut antara lain persiapan belajar,

pemerolehan dan unjuk perbuatan serta alih belajar. Untuk lebih jelasnya

disajikan dalam table 2.1

Tabel 2.1. Hubungan antara Fase Belajar dan Acara Pembelajaran. Tahap Belajar Fase Belajar Kegiatan Pembelajaran

Persiapan untuk belajar

1.Mengarahkan perhatian siswa.

2. Ekspektasi. 3.Retrival (informasi

dan ketrampilan yang sesuai dengan memori kerja).

Menarik perhatian siswa dengan kejadian yang tidak biasa, pertanyaan atau perubahan stimulus. Memberitahukan tujuan belajar kepada siswa. Merangsang siswa agar mengingat kembali hasil belajar sebelumnya.

Pemerolehan dan unjuk perbuatan

4.Persepsi selektif atas sifat stimulus.

5. Sandi semantik. 6. Retrival dan respons. 7. Penguatan

Menyajikan stimulus yang jelas sifatnya. Memberikan bimbingan belajar. Memunculkan perbuatan siswa. Memberikan umpan balik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

informasi

Retrival dan alih belajar

8. Pengisyaratan. 9. Pemberlakuan secara

umum

Menilai perbuatan siswa. Meningkatkan retensi dan alih belajar.

(Dimyanti dan Mujdiono, 2006: 13)

Berdasarkan uraian Gagne, dapat disimpulkan bahwa teori belajar

Gagne adalah pemrosesan informasi, kejadian-kejadian yang dialami siswa

distrukturkan dan diproses dalam ingatan siswa menjadi suatu konsep melalui

sembilan fase yaitu fase pengarahan perhatian siswa, fase ekspektasi, fase

retrival, fase persepsi selektif atas sifat stimulus , fase sandi semantik, fase

retrival dan respon, fase penguatan, fase pengisyaratan dan fase pemberlakuan

secara umum.

2) Belajar Menurut Piaget

Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan anak dibentuk oleh

individu, karena individu melakukan interaksi terus-menerus dengan

lingkungan yang selalu mengalami perubahan. Sehingga interaksi dengan

lingkungan mengakibatkan fungsi intelek semakin berkembang.

Perkembangan intelektual melalui beberapa tahap, seperti yang dirangkum

dari Dimyanti dan Mudjiono (2006: 13-14) yaitu:

a) Tahap sensori motor (0-2 tahun)

Pada tahap ini anak mengenal lingkungan dengan menggunakan

kemampuan sensorik dan motorik, seperti penglihatan, penciuman,

pendengaran, perabaan dan gerakan.

b) Tahap pra-operasional (2-7 tahun)

Pada tahap pra-operasional anak mengandalkan pada persepsi tentang

realitas. Anak sudah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep

sederhana, berpartisipasi, membuat gambar dan mengklasifikasikan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

c) Tahap operasional konkret (7-11 tahun)

Pada tahap ini anak dapat mengembangkan pikiran logis. Anak dapat

mengikuti penalaran logis, meskipun kadang-kadang memecahkan

masalah secara trial and error.

d) Tahap operasional formal (11 tahun ke atas)

Pada tahap operasional formal anak dapat berpikir secara abstrak

seperti orang dewasa. Setiap individu membangun sendiri

pengetahuannya di dalam pikiran. Pengetahuan yang dibangun tersebut

terdiri atas pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematik dan

pengetahuan sosial. Pengetahuan fisik berkaitan dengan sifat-sifat fisik

obyek atau kejadian, misalnya bentuk, besar, berat dan bagaimana

obyek berinteraksi satu dengan yang lainnya. Pengetahuan logika-

matematik merupakan pengetahuan yang dibentuk dari perbuatan

berfikir anak terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan sosial

terbentuk dari interaksi individu dengan orang lain.

Intinya menurut Piaget teori belajar sesuai dengan tingkatan

perkembangan intelektual dan kemampuan berpikir anak pada usia-usia

tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran untuk siswa SMP yang rata-rata usia siswanya di atas 11 tahun

berada pada tahap Operasional Formal, di mana siswa sudah dapat

merumuskan alternatif hipotesis deduktif dan induktif berdasarkan benda-

benda konkret dalam diskusi untuk mengambil keputusan.

3) Belajar Menurut Bruner

Bruner tidak mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis.

Menurut Ratna Wilis Dahar, 1989: 97-98, menyatakan bahwa:

Menurut Bruner inti dari belajar yang terpenting adalah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasi informasi secara aktif. Sehingga, Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan informasi yang diterimanya, dan apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang diskrit itu untuk mencapai pemahaman yang memberikan kemampuan padanya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Dalam menciptakan kerangka kognitif, Bruner menyarankan siswa

harus belajar melalui kegiatan mereka sendiri dengan memasukkan konsep-

konsep dan prinsip-prinsip, mereka harus didorong untuk mempuyai

pengalaman dan melakukan eksperimen serta membiarkan mereka

menemukan prinsip-prinsip bagi dirinya sendiri. Pengalaman yang dimiliki

siswa terus bertambah dan menumpuk sehingga menyerupai suatu bengunan

mental yang masing-masing bagiannya terintegrasi dengan bagian yang lain.

Dalam pembentukan mental, pembentukan konsep berperan sangat besar dan

setiap bangunan mental bersifat individual, sehingga cara menanggapi sesuatu

obyektif sama dapat berlainan.

Menurut Bruner, cara belajar dengan menemukan sendiri tersebut

sesuai dengan hakikat manusia sebagai seorang yang mencari-cari secara aktif

dan menghasilkan pengetahuan dan pemahaman yang bermakna. Kelebihan

cara belajar ini adalah hasilnya lebih berakar dan mengendap dari pada cara

belajar yang lain, menimbulkan keingintahuan siswa, meningkatkan

kemampuan bernalar siswa serta dapat mengajarkan ketrampilan untuk

memecahkan masalah secara mandiri kepada siswa. Berdasarkan uraian di atas

maka dapat disimpulkan bahwa pandangan Bruner tentang belajar sesuai

dengan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi dengan pendekatan

Quantum Learning dan ketrampilan proses. Dengan kedua pendekatan

tersebut melalui metode demonstrasi akan mendorong siswa untuk

mempunyai pengalaman dalam memperoleh konsep-konsep yang dipelajari.

2. Hakikat Mengajar

a. Pengertian Mengajar

Proses utama lainnya dalam pendidikan formal adalah mengajar. Sama

halnya pengertian belajar di atas, pengertian mengajar juga dijelaskan oleh

beberapa ahli.

Nana sudjana (1996:7) mengungkapkan bahwa, “ mengajar adalah

membimbing kegiatan siswa belajar. Mengajar adalah mengatur dan

mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong

dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar “. Dari pengertian mengajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

tersebut, jelas sekali bahwa kegiatan belajar dan mengajar adalah dua konsep yang

tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.

Pendapat lain tentang pengertian mengajar dikemukakan oleh A. Tabrani

Rusyan, dkk (1989 : 26), bahwa, “ mengajar adalah segala upaya yang disengaja

dalam rangka memberikan kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses

belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Sasaran akhir dari

proses pengajaran adalah siswa belajar “. Dari pendapat Nana sudjana dan Tabrani

rusyan, dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah segala upaya yang disengaja

baik mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga

dapat mendorong siswa untuk belajar sesuai dengan tujuan yang telah

dirumuskan.

b. Prinsip-prinsip Mengajar

Dalam mengajar guru harus berhadapan dengan sekelompok manusia yang

memerlukan bimbingan dan pembinaan untuk menuju kedewasaan, sehingga

sadar akan tanggung jawabnya masing-masing. Karena tugas guru yang berat

tersebut, maka guru harus mempunyai prinsip-prinsip mengajar seperti yang

dirangkum dari Slameto (1995:35-39), sebagai berikut:

1) Perhatian

Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian anak pada

pelajaran yang disampaikan. Perhatian lebih besar bila anak mempunyai

minat dan bakat.

2) Aktifitas

Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktifitas anak

dalam berfikir maupun berbuat. Bila anak menjadi pertisipan yang aktif,

maka akan memiliki ilmu pengetahuan itu dengan baik, dan dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3) Apersepsi

Setiap guru dalam mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan

diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki anak, ataupun

pengalamannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

4) Peragaan

Saat mengajar di depan kelas, guru harus dapat berusaha menunjukkan

benda-benda yang asli. Bila mengalami kesulitan menunjukkan model,

gambar, benda tiruan, atau dengan menggunakan media lain seperti radio,

TV dan sebagainya.

5) Repetisi

Penjelasan suatu unit pelajaran perlu diulang-ulang sehingga pengertian itu

makin lama semakin lebih jelas dan dapat digunakan untuk memecahkan

masalah.

6) Korelasi

Hubungan antara setiap mata pelajaran perlu diperhatikan, agar dapat

memperluas dan memperdalam pengetahuan siswa itu sendiri.

7) Konsentrasi

Hubungan antara mata pelajaran dapat diperluas yaitu dapat dipusatkan

kepada salah satu pusat minat, sehingga anak memperoleh pengetahuan

secara luas dan mendalam.

8) Sosialisasi

Bekerja di dalam kelompok dapat meningkatkan cara berpikir sehingga

dapat memecahkan masalah dengan baik dan lancar.

9) Individualisasi

Setiap individu mempunyai perbedaan yang khas sehingga guru

diharapkan dapat mendalami perbedaan anak secara individu, agar dapat

melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaan anak.

10) Evaluasi

Evaluasi dapat menggambarkan kemajuan anak, prestasinya, hasil rata-

ratanya, tetapi dapat juga menjadi bahan umpan balik bagi guru. Demikian

guru dapat meneliti dirinya dan berusaha memperbaiki dalam perencanaan

maupun teknik penyajian.

Pada intinya prinsip dari mengajar terdiri dari sepuluh tahapan yakni

perhatian, aktivitas, apersepsi, peragaan, repetisi, korelasi, konsentrasi, sosialisasi,

individualisasi dan evaluasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

3. Hakikat Fisika

Fisika menjadi bagian dari ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala

alam IPA. Sedangkan IPA sendiri adalah suatu kumpulan pengetahuan yang

tersusun secara sistematis tentang gejala alam dan perkembangannya tidak hanya

ditunjukkan oleh fakta-fakta tapi juga timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Maka dapat dikatakan bahwa IPA meliputi 3 hal, yaitu:

1) Produk IPA

Produk IPA adalah semua pengetahuan tentang gejala alam yang telah

dikumpulkan melalui pengamatan / observasi. Produk IPA berupa fakta,

konsep, prinsip, hukum dan teori.

2) Proses IPA

Proses IPA sering disebut juga proses ilmiah / metode ilmiah. Yang disebut

dengan metode ilmiah adalah gabungan antara penataran dan pengujian secara

empiris. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah identifikasi masalah,

perumusan masalah, penyusunan hipotesis, melakukan eksperimen, pengujian

hipotesis dan penarikan kesimpulan.

3) Nilai dan sikap ilmiah

Selama melakukan metode ilmiah melalui proses observasi, eksperimen dan

berfikir logis harus digunakan sikap jujur, obyektif dan komunikatif agar

dapat mencapai hasil IPA yang benar.

Sampai saat ini definisi fisika yang baku belum diperoleh karena

pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dipengaruhi oleh latar belakang dan

kemampuan ahli yang bersangkutan, untuk itu perlu diketahui pendapat dari

beberapa ahli tentang fisika tersebut. Brouckhous menyatakan bahwa, “Fisika

adalah pelajaran tentang kejadian dalam alam, yang memungkinkan penelitian

dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara sistematis dan

berdasarkan peraturan-peraturan umum “ (Herbert Druxes, Gernot Born, & Fritz

Siemsen, 1986:3). Hal ini berarti bahwa Fisika adalah pelajaran yang mempelajari

kejadian dalam alam yang dimungkinkan terdapat penelitian melalui percobaan,

pengukuran apa yang didapat, penyajian secara sistematis dan berdasarkan

peraturan-peraturan umum. Sedangkan Gertsen berpendapat, “Fisika adalah suatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

teori yang menerangkan gejala-gejala alam sederhananya dan berusaha

menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya. Persyaratan-persyaratan

dasar untuk pemecahan masalah adalah mengamati gejala-gejala tersebut “

(Herbert Druxes et al, 1986: 3). Hal ini berarti bahwa Fisika adalah teori tentang

gejala alam yang berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya,

dan untuk pemecahan masalahnya dengan mengamati gejala-gejala tersebut.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Fisika adalah ilmu yang

mempelajari tentang kejadian alam yang berkembang didasarkan atas penelitian,

percobaan, pengamatan dan pengukuran serta penyajian konsep, teori secara

matematis dengan memperlihatkan konsep-konsep ilmu yang mempengaruhinya.

4. Pembelajaran Fisika di SMP

a. Pengertian Pembelajaran

Istilah “pembelajaran” sama dengan instruction atau “pengajaran”.

Menurut purwadarminta yang dikutip oleh J. Gino et al (1999: 30)Pengajaran

mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Kegiatan belajar

dan pembelajaran merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah.

Kegiatan belajar adalah kegiatan kegiatan primer dalam kegiatan belajar

pembelajaran tersebut, sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan sekunder

yang diupayakan untuk dapat tercapainya kegiatan belajar yang optimal.

Sedangkan menurut J. Gino et al (1999: 32) “ Pembelajaran adalah usaha sadar

dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan

faktor ekstern dan faktor intern dalam kegiatan belajar mengajar”. Hal ini berarti

bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan guru agar siswa

belajar dengan cara mengaktifkan faktor ekstern maupun intern.

Dari definisi yang diungkapkan oleh Purwadarminta dan J. Gino et al

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari pengajar untuk

membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan pengetahuan, ketrampilan dan

tingkah laku dalam diri pelajar dengan jalan mengaktifkan faktor ekstern dan

faktor intern.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

c. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Fisika di SMP

Mata pelajaran IPA di SMP mencakup kajian tentang biologi dan fisika.

Mata pelajaran IPA merupakan perluasan dan pendalaman IPA di SD dan sebagai

dasar untuk mempelajari perilaku benda dan energi serta keterkaitan antara

konsep dan penerapannya dalam kehidupan nyata.

Fisika merupakan cabang IPA yang mempunyai karakteristik tertentu

dalam kehidupan dan mempunyai nilai yang selalu berkembang. Dalam usaha

mengembangkan fisika dapat dilakukan melalui jalur pendidikan dan pengajaran.

Fungsi mata pelajaran IPA (sains) di SMP pada dasarnya untuk

memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan

keterampilan, wawasan kesadaran, teknologi yang berkaitan dengan pemanfaatan

dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke jenjang

pendidikan menengah. Sedangkan tujuan Pembelajaran IPA (Sains) di SMP pada

dasarnya untuk memberikan pengetahuan guna memahami konsep-konsep fisika

dan keterkaitannya, serta mampu menerapkanya dengan metode ilmiah yang

melibatkan ketrampilan proses untuk memecahkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam Depdiknas (2003: 2) disebutkan bahwa tujuan pembelajaran

sains adalah sebagai berikut:

1). Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2). Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. sains serta keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

3). Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4). Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.

5). Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.

6). Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7). Meningkatkan pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Berdasarkan uraian di atas, maka diharapkan melalui pembelajaran

Fisika peserta didik dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang

fisika, baik melaui eksperimen-eksperimen maupun kajian ilmiah di bidang fisika

sehingga konsep Fisika yang diperoleh peserta didik akan semakin kuat dan

berkembang. Selain itu peserta didik diharapkan juga mempunyai sikap yang

positif dan menyadari akan keagungan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

5. Pendekatan Pembelajaran

a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Siswa mempunyai berbagai macam potensi yang dapat dikembangkan

melalui proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang tepat.

Penggunaan pendekatan pembelajaran tersebut harus disesuaikan dengan tujuan

dan bahan pelajaran. Menurut Syaiful Sagala (2009: 68) menyatakan bahwa

”Pendekatan pembelajaran adalah jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa

dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu instruksional tertentu”. Hal ini

berarti bahwa pendekatan pembelajaran ialah suatu jalan yang akan ditempuh

dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan instruksional. Sedangkan menurut

Rini Budiharti (1998: 2),

Pendekatan adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian, sehingga berdampak ibarat seseorang mengenakan kacamata dengan warna tertentu di dalam memandang alam sekitar, kacamata yang berwarna hijau akan menyebabkan dunia kelihatan kehijau-hijauan, kacamata berwarna coklat membuat dunia kelihatan kecoklat-coklatan dan seterusnya.

Dari pendapat Rini Budiharti pendekatan adalah cara pandang umum

dalam memandang permasalahan. Dari pendapat Syaiful Sagala dan Rini

Budiharti dapat disimpulkan bahwa pendekatan adalah suatu rancangan sistem

pembelajaran yang dilakukan untuk menyelesaikan persoalan pembelajaran secara

menyeluruh yang tertuju pada pencapaian tujuan pembelajaran tertentu. Pilihan

pendekatan pembelajaran akan menentukan variasi metode, media, dan pola

pengelompokan subyek belajar. Pada akhirnya pilihan pendekatan berpengaruh

pula pada cara evaluasi.

Pendekatan pembelajaran yang sudah umum dipakai oleh para guru

antara lain pendekatan Ketrampilan Proses, pendekatan Deduktif dan Induktif,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

pendekatan Ekspositori dan Heuristik, pendekatan Kontekstual serta pendekatan

Quantum Learning. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan Ketrampilan

Proses dan pendekatan Quantum Learning.

b. Pendekatan Quantum Learning

Pendekatan Quantum Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran

yang menciptakan motivasi dengan tujuan untuk menyeimbangkan seluruh bagian

otak, baik otak kanan maupun kiri. Konsep penciptaan motivasi bisa

menggunakan gambar, poster, musik maupun video. Prinsip yang mendasari

Quantum Learning adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil

situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif.

Prinsip suggestology hampir mirip dengan proses accelerated learning,

pemercepatan belajar: yakni, proses belajar yang memungkinkan siswa belajar

dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi

kegembiraan. Suasana belajar yang efektif diciptakan melalui campuran antara

lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan emosi yang sehat.

Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan posistif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang (Bobby De Porter dan Hernacki, 1999: 14).

Beberapa hal yang penting dicatat dalam Quantum Learning adalah

sebagai berikut. Para siswa dikenali tentang kekuatan pikiran yang tak terbatas.

Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang

dimilliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah

yang memerikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian

Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak

seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan cara yang menyenangkan dan

bebas stres. Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan

telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini

menegaskan bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan rintangan.

Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi

keberhasilan dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan

kegembiraan dan tepukan.

Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan

struktur otak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong

peningkatan kecerdasan linguistik, matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa,

musikal, interpersonal, intrapersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan

fungsi motor sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem

emosional-kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan

kecerdasan yang lebih tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian

emosional yang sehat). Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak

kiri dan kanan. Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan

rasional), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas

teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial,

menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Proses berpikir otak

kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan dengan

proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan

dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau

suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni,

kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi. Pada akhirnya semua akan tertuju

pada proses belajar yang menargetkan tumbuhnya emosi positif, kekuatan otak,

keberhasilan, dan kehormatan diri. Keempat unsur ini bila digambarkan saling

terkait. Dari kehormatan diri, misalnya terdorong emosi positif yang

mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan keberhasilan, lalu (balik lagi)

kepada penciptaan kehormatan diri.

Dari proses belajar proses belajar yang menargetkan tumbuhnya emosi

positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri, Quantum Learning

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar

aktif. Membuat simulasi konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti:

belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang Anda pelajari untuk

keuntungan Anda, mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada

kehidupan. Gambaran ini disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri

dari: tidak dapat melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk

berkembang dari suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi,

menarik diri dari kehidupan.

Dalam kaitan penciptaan konsep motivasi, Quantum Learning mengonsep

tentang lingkungan belajar yang tepat. Penataan lingkungan ditujukan kepada

upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan

aset penting untuk belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke dalam

lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan

mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat

langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.

Penataan lingkungan belajar dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan

lingkungan makro. Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan

proses belajar (bekerja dan berkreasi). Quantum Learning menekankan penataan

cahaya, desain ruang, dan musik, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta

didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Akan tetapi, dalam

kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik

memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur

seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target

penataannya ialah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa

santai. Keadaan santai mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan

sangat baik dan mampu belajar dengan sangat mudah. Keadaan tegang

menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya konsentrasi

siswa.

Lingkungan makro ialah dunia yang luas. Peserta didik diminta untuk

menciptakan ruang belajar di masyarakat. Mereka diminta untuk memperluas

lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

masyarakat yang diminatinya. Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan

mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar siswa mendapat

pengalaman membangun gudang penyimpanan pengertahuan pribadi. Pada

akhirnya, interaksi diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan diri

dalam melakukan perubahan. Siswa tidak boleh terbenam dengan situasi status

quo yang diciptakan di dalam lingkungan mikro. Siswa diminta untuk melebarkan

lingkungan belajar ke arah sesuatu yang baru. Pengalaman mendapatkan sesuatu

yang baru akan memperluas “zona aman, nyaman dan merasa dihargai” dari

siswa.

c. Pendekatan Ketrampilan Proses

Margono, Maryana, Lithon S, Trustho Raharjo (1998:42) mendefinisikan

bahwa:

Pendekatan keterampilan proses adalah suatu pendekatan pengajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa pada kegiatan- kegiatan dalam penyusunan atau penemuan konsep sendiri. Atau dengan kata lain memberi kesempatan kepada siswa sedemikian rupa sehingga siswa melalui pendekatan ilmiah dapat menemukan konsep sendiri. Belajar keterampilan proses memang berbeda dengan belajar konsep.

Belajar ketrampilan proses lebih menekankan keterlibatan siswa dalam penemuan

konsep. Pendapat Dimyati dan Mudjiono yang dikutip oleh Mulyani Sumantri dan

Johar Permana (2001:95) menyatakan bahwa “Pendekatan keterampilan proses

bukanlah tindakan instruksional yang berada di luar jangkauan kemampuan-

kemampuan yang dimiliki peserta didik”. Proses pengajaran yang berlangsung

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja dengan ilmu

pengetahuan yang telah dimiliki, tidak sekedar mendengar ceritera atau penjelasan

guru mengenai suatu ilmu pengetahuan. Dari pengertian tersebut menunjukkan

pada kita bahwa penerapan pendekatan keterampilan proses selalu menuntut

adanya keterlibatan fisik maupun mental intelektual siswa. Dari uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa pendekatan Keterampilan Proses adalah teknik

mengajar yang melibatkan siswa baik secara intelektual, sosial, dan fisik agar

siswa dapat menemukan sendiri fakta dan konsep-konsep dengan kemampuan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

keterampilan yang ada. Alasan digunakannya pendekatan keterampilan proses

dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut :

1). Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin bagi guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.

2). Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh-contoh yang kongkret.

3). Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuannya bersifat relatif.

4). Dalam proses belajar mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik. (Conny Semiawan dkk, 1985: 14-15) Berdasarkan keempat alasan diatas, maka penggunaan pendekatan

keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar sangatlah tepat. Karena

dalam pendekatan keterampilan proses siswa dilibatkan dalam kegiatan belajar

mengajar. Sehingga siswa menjadi aktif, yang mendukung lancarnya kegiatan

belajar mengajar. Tetapi meskipun demikian pendekatan ketrampilan proses

mempunyai kelemahan dan kelebihan.

Ada beberapa kelebihan dari pendekatan keterampilan proses yang

dikemukakan oleh Margono (1998 : 43) antara lain:

1). Memberi bekal bagaimana memperoleh pengetahuan sehingga dapat menerapkan pengetahuan yang dapat menyiapkan siswa untuk masa depan.

2). Merupakan pendekatan yang kreatif karena para siswa aktif melakukan kegiatan ilmiah sendiri sehingga dapat meningkatkan cara berpikir dan cara mendapatkan pengetahuan.

Sedangkan kelemahannya antara lain:

1). Memerlukan banyak waktu 2). Memerlukan fasilitas yang cukup 3). Kesulitan dalam merumuskan masalah, dalam menyusun hipotesis, dalam

menentukan data yang relevan yang harus dikumpulkan dan dalam menarik kesimpulan dari pengolahan data yang tersedia. (Margono,1998: 43) Pendekatan keterampilan proses merupakan teknik mengajar yang sangat

sesuai bila diterapkan dalam proses pembelajaran pada saat ini. Pendekatan ini

menuntut siswa untuk aktif melakukan kegiatan ilmiah sendiri, sehingga akan

meningkatkan cara berpikir secara ilmiah dan cara mendapatkan pengetahuan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Namun, pendekatan ini memerlukan waktu yang banyak dan memerlukan sarana

dan fasilitas yang cukup demi kelancaran proses belajar mengajar

6. Metode Pembelajaran Demonstrasi

Terdapat berbagai metode pembelajaran yang sering dipakai pengajar

dalam pembelajaran di kelas. Masing-masing metode memiliki kelebihan dan

kelemahan masing-masing. Sebagai seorang pengajar hendaknya mampu memilih

metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik materi ajar yang akan

disampaikan dan kondisi peserta didiknya. Di antara metode-metode pembelajaran

yang sering digunakan pengajar dalam menyampaikan materi adalah metode

ceramah, diskusi, eksperimen, demonstrasi, tanya jawab, dan pemberian tugas.

Menurut Wina Sanjaya (2006:147) “Metode adalah cara yang dapat

digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam

kegiatan nyata agar tujuan yang disusun tercapai secara optimal”. Hal ini berarti

bahwa metode merupakan cara untuk mengimplementasikan rencana kegiatan

belajar agar tujuan belajar tercapai. Sedangkan menurut Rini Budiharti (1998: 2)

“Metode adalah berbagai cara kerja bersifat relatif umum yang sesuai untuk

mencapai tujuan tertentu”. Dengan kata lain bahwa metode merupakan cara kerja

umum untuk mencapai tujuan. Dari pendapat Wina Sanjaya dan Rini Budiharti

metode pembelajaran ialah cara pengajar dalam menyajikan materi pelajaran

kepada peserta didik agar tercapai tujuan belajar yang optimal. Pengajar

hendaknya mempunyai kemampuan yang baik dalam menentukan metode yang

tepat yang akan dipilih dan digunakan dalam menyampaikan pembelajaran.

Rini Budiharti (1998: 33) mengatakan, “Demonstrasi adalah suatu teknik

mengajar dimana dikombinasikan penjelasan lisan dengan suatu perbuatan, sering

dengan menggunakan suatu alat.” Hal ini berati bahwa demonstrasi merupakan

teknik mengajar yang bukan hanya penjelasan lisan namun memadukan antara

penjelasan lisan dengan suatu perbuatan, misal dengan penggunaan alat.

Sedangkan Roestiyah (2001: 83) mengatakan bahwa “Demonstrasi adalah cara

mengajar dimana seorang instruktur /atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan

sesuatu proses sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati,

mendengar dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Demonstrasi ini merupakan suatu cara mengajar yang memperlihatkan proses.

Proses tersebut dapat diamati dan dilihat oleh seluruh siswa, sehingga setiap siswa

akan mampu menarik konsep dari proses tersebut. Dari pendapat Roestiyah dan

Rini Budiharti dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi adalah cara

penyajian bahan pelajaran yang dilakukan oleh guru dalam menunjukkan suatu

proses kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa kelebihan

dari metode demonstrasi yang dirangkum dari Rini Budiharti (2000: 33), antara

lain: : 1) memberi gambaran dan pengertian yang lebih jelas dari pada hanya

dengan keterangan lisan, 2) menunjukkan dengan jelas langkah-langkah suatu

proses atau keterampilan, 3) lebih mudah dan efisien dari pada membiarkan siswa

melakukan eksperimen, 4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengamati sesuatu dengan cermat, 5) pada akhir demonstrasi dapat dilakukan

diskusi, dimana siswa mendapat kesempatan bertukar pikiran untuk memperbaiki

atau mempertajam pengertian.

Sedangkan kelemahan-kelemahan metode demonstrasi antara lain: 1)

dibutuhkan sarana lain selain papan tulis, 2) waktu yang diperlukan relatif banyak,

3) tidak dapat dikenakan untuk jumlah siswa yang cukup besar, 4) dibutuhkan

kemampuan guru dalam menangani alat, ketidakmampuan guru dalam menangani

alat tersebut akan menambah kebingungan siswa.

Jadi, metode demonstrasi juga memiliki kelebihan dan kelemahan seperti metode

lainnya sehingga tugas guru adalah berusaha mengoptimalkan hal-hal yang

menjadi kelebihan dan meminimalkan kelemahan sehingga proses belajar

mengajar dapat berjalan dengan baik.

7. Keaktifan Siswa

a. Pengertian Keaktifan Siswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:31) mengatakan bahwa

”aktivitas adalah keaktifan, kegiatan”. Hal ini berarti bahwa aktivitas sama dengan

pengertian keaktifan maupun kegiatan. Sardiman (2004:100) menyatakan bahwa

”yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik

maupun mental”. Dari pengertian tersebut di atas maka keaktifan memiliki arti

yang sama dengan arti aktivitas yaitu suatu kegiatan atau kesibukan. Sedangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan yang dilakukan oleh siswa dalam

belajar yang berupa keaktifan fisik dan mental.

b. Pentingnya Keaktifan Siswa

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku.

Orang yang belajar harus aktif, karena tanpa adanya tindakan yang aktif, belajar

tidak mungkin berjalan. Sardiman A.M (2004:95) mengatakan bahwa “Tidak ada

belajar kalau tidak ada aktivitas”. Sehingga terlihat disini bahwa aktivitas

merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam proses belajar

mengajar. Lebih lanjut Rousseau dalam Sardiman A.M. (2004:96) mengatakan

bahwa “ Segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,

penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan

sendiri, baik secara rohani atau teknis”. Hal ini menekankan bahwa semua

pengetahuan harus diperoleh dengan bekerja sendiri baik melalui pengamatan

maupun penyelidikan. Tersirat bahwa keaktifan diri sangatlah diperlukan dan

penting dalam penemuan pengetahuan.

Semua cara belajar itu mengandung keaktifan pada siswa, meskipun kadar

keaktifannya berbeda-beda. Terdapat kegiatan belajar yang mempunyai kadar

keaktifan yang tinggi dan ada pula yang rendah, tidak mungkin ada titik nol. Jadi

disini terlihat bahwa sesungguhnya belajar dapat dicapai melalui proses yang

bersifat aktif walaupun dengan kadar yang berbeda.

Seorang guru dalam proses belajar mengajar harus mengoptimalkan kadar

keaktifan siswa, karena guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar

siswa yang optimal. Menurut Nana Sudjana (1996:23) pengoptimalan kadar

keaktifan siswa yang belajar, berdasarkan asumsi anak didik yang didasarkan

pada:

1). Anak adalah bukan manusia kecil, tetapi manusia seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang, 2) setiap individu atau anak didik berbeda kemampuannya, 3) individu atau anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya, 4) anak didik mempunyai motivasi untuk memenuhi kebutuhannya.

Jadi dari pandangan dari beberapa ahli di atas, maka jelas dalam

pembelajaran anak didik harus aktif berbuat. Atau dengan kata lain bahwa dalam

belajar sangat diperlukan keaktifan yang bersifat jasmani, fisik, dan mental.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

c. Bentuk-Bentuk Keaktifan Siswa

Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah

makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu,

mempunyai kemampuan, dan aspirasinya sendiri. Belajar yang dilakukan siswa

tidak mungkin dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak mungkin dilimpahkan

kepada orang lain. Dimyati dan Mudjiono (2006:44) menemukakan bahwa:

Semua cara belajar itu mengandung unsur keaktifan. Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan ini beraneka ragam bentuknya, mulai dari kegiatan fisik maupun psikis. Keaktifan siswa dalam belajar tersebut dapat muncul dalam berbagai bentuk, misalnya mendengarkan seorang guru yang sedang berceramah, mendiskusikan sesuatu dengan guru atau teman sekelas, dan sebagainya. Keaktifan siswa mempunyai ciri-ciri tertentu.

Semua cara belajar mengandung unsur keaktifan dan setiap proses belajar

siswa selalu menampakkan keaktifan meskipun kadar keaktifan siswa berbeda-

beda.. Keaktifan ini beraneka ragam bentuknya, mulai dari kegiatan fisik maupun

psikis. Keaktifan siswa dalam belajar dapat muncul dalam berbagai bentuk,

misalnya mendengarkan seorang guru yang sedang berceramah, mendiskusikan

sesuatu dengan guru atau teman sekelas, dan sebagainya.

Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti hal

yang telah terjadi di sekolah-sekolah. Paul B. Diedrich dalam Sardiman A.M.

(2004:101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang

antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Visual acativities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, mempertahankan gambar demonstrasi, pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3) Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan uraian, percakapan,diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities, seperti mialnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model meraparasi, bermain kebun.

7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, membuat hubungan, mengambil keputusan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

8) Emotional activities, seperti misalnya,menaruh minat, merasa bosan, gembira, semangat, berani, tenang, gugup.

Jadi dalam klasifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas, menunjukkan

bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai macam

kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah itu akan lebih

dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang

maksimal.

Belajar bukan hanya sekedar menghafal suatu teori, melainkan juga

dihadapkan pada fakta-fakta dan pemecahan berbagai masalah. Siswa dituntut

banyak melibatkan diri dalam proses belajar, misalnya: mendengarkan,

memperhatikan, dan Tanya jawab dengan guru.

Nana Sudjana (1996:61) mengemukakan bahwa:

Keaktifan siswa dapat dinilai dengan cara: 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya 2) Terlibat dalam pemecahan soal 3) Bertanya pada siswa lain atau guru apabila tidak memahami apa yang

dihadapinya. 4) Berusaha mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. 5) Melaksakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6) Menilai kemampuan dari hasil-hasil yang dipelajari 7) Melatih diri dalam memecahkan masalah yang sejenis.

Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian keaktifan siswa

dapat dilihat bagaimana siswa berperan aktif dalam melaksanakan tugas

belajarnya dan pemecahan masalahnya. Penilaian lain dapat dilihat dari usaha

siswa mencari informasi, bekerjasama untuk memecahkan masalah belajar.

8. Kemampuan Kognitif Siswa

Adanya suatu penilaian merupakan salah satu bagian dari kegiatan atau

usaha. Melalui kegiatan ini, kita dapat mengetahui sejauh mana hasil dari suatu

kegiatan. Dalam proses pembelajaran di sekolah, hasil yang didapat biasanya

disebut dengan kemampuan kognitif yaitu hasil yang dicapai oleh siswa selama

mengikuti proses pembelajaran. Hal ini akan memberikan masukan bagi guru

untuk mengetahui seberapa banyak siswa mampu menguasai materi yang diterima

selama proses pembelajaran tersebut berlangsung.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa dalam memecahkan

masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dan keyakinan-

keyakinan terhadap pesan-pesan moral atau nilai-nilai yang terkandung dan

menyatu dalam pengetahuannya, guru diharapkan melatih penggunaan

pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu (procedural knowledge) yang

relevan dengan kemampuan normatif (declarative knowledge). Hal ini

berhububungan dengan penggunaan pendekatan dan metode mengajar yang

memungkinkan para siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada

pemahaman mendalam terhadap isi pelajaran. Sehubungan dengan ini, Muhibbin

Syah (1995:85) mengemukakan bahwa "guru diharapkan mampu menjauhkan

siswa, strategi dan preferensi akal yang hanya mengarah pada aspirasi asal naik

atau lulus". Hal ini mengandung makna bahwa dalam proses pembelajaran bukan

hanya berorientasi pada output kognitif namun juga pada proses belajarnya.

BS Bloom dan kawan-kawannya yang berpikir sehaluan, menjadi

kelompok pelopor dalam meyumbangkan suatu klasifikasi tujuan instruksional

(education objective). Adapun taksonomi atau klasifikasi kemampuan kognitif

menurut Bloom dan kawan-kawannya adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan (knowledge)

Kemampuan kognitif ini mencakup ingatan siswa akan hal-hal yang pernah

dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal ini dapat meliputi fakta, kaidah,

dan prinsip yang diketahui.

b. Pemahaman (comprehension)

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk menangkap

makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Hal itu meliputi pengertian

terhadap hubungan antar faktor, hubungan antar konsep, hubungan sebab

akibat, dan penarikan kesimpulan.

c. Penerapan (application)

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk menerapkan

suatu kaidah atau prinsip pada suatu kasus atau masalah yang konkret dan

baru atau penggunaan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

d. Analisis (analysis)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk merinci suatu

kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau

organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adapun kemampuan ini

dinyatakan dalam penganalisisan bagian-bagian pokok atau komponen-

komponen dasar bersama-sama dengan hubungan antar bagian-bagian itu.

e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk

suatu kesatuan atau pola baru meliputi menggabungkan berbagai informasi

menjadi suatu kesimpulan atau konsep.

f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk

suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal bersama

pertanggungjawaban pendapat tersebut yang berdasarkan kriteria tertentu,

kemampuan ini dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu.

Kemampuan kognitif mempunyai enam tingkatan, tetapi penguasaan tiap

tingkatan itu berdasarkan jenjang perkembangan usia dan kedewasaan anak didik.

9. Materi Bunyi

a. Pengertian Bunyi

Bunyi timbul karena adanya sumber yang bergetar dengan getarannya

yang merambat berupa gelombang. Gelombang bunyi merupakan gelombang

mekanis yang dapat merambat melalui berbagai medium (padat, cair, dan gas/

udara). Gelombang bunyi merambat di udara dalam bentuk gelombang

longitudinal.

Syarat terdengarnya bunyi adalah :

1. Ada sumber bunyi : benda yang bergetar

2. Ada medium atau zat perantara

3. Ada alat pendengar atau telinga

4. Ada resonator

Di antara logam, zat cair dan gas, ternyata logam merupakan penghantar

bunyi yang paling baik. Karena bunyi merupakan peristiwa getaran, maka bunyi

memiliki frekuensi dan amplitudo. Frekuensi menentukan tinggi rendahnya bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dan amplitudo mempengaruhi kuat lemahnya bunyi. Jika jarak antara penerima

dan sumber bunyi semakin jauh maka penerima (pendengar) akan mendengar

bunyi semakin lemah. Bila jarak semakin dekat penerima mendengar bunyi

semakin kuat. Setiap sumber bunyi menghasilkan bunyi dengan frekuensi tertentu

yang tidak sama besarnya antara satu dengan yang lainnya.

b. Cepat Rambat Bunyi

Cepat rambat bunyi (v) adalah perbandingan antara jarak yang ditempuh

bunyi (s) dengan selang waktunya (t).

ts

v = atau tvs = atau vs

t =

Satuan dari cepat rambat bunyi (v) adalah = tusatuan wak

jaraksatuan

s m

=

Sebagai gelombang, pada bunyi berlaku juga rumus cepat rambat seperti pada

gelombang. Hubungan matematis antara cepat rambat (v), frekuensi (f), periode

(T), dan panjang gelombang (l ) dapat dituliskan sebagai berikut :

f v l= atau T

vl

=

Moll dan Van Beek, dua orang ilmuwan berkebangsaan Belanda, telah

menyelidiki perambatan bunyi di udara. Adapun hasil penyelidikannya seperti

pada tabel berikut :

Tabel 2.2. Hubungan Antara Suhu dengan Cepat Rambat Bunyi

No Suhu ( C0 ) Cepat rambat (m/s)

1. 0 332

2. 15 340

3. 25 347

Tabel tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu udara, maka semakin

besar cepat rambat bunyi.

c. Frekuensi Bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Berdasarkan frekuensinya, bunyi dibedakan menjadi tiga jenis yaitu

infrasonik, audiosonik dan ultrasonik. Infrasonik adalah bunyi yang frekuensinya

kurang dari 20 Hertz. Bunyi infrasonik ini tidak dapat didengar oleh telinga

manusia, tetapi dapat didengar oleh beberapa jenis hewan misalnya anjing dan

jangkrik. Audiosonik adalah bunyi yang frekuensinya berada pada rentang 20

Hertz sampai 20.000 Hertz. Bunyi audiosonik ini merupakan bunyi yang dapat

didengar oleh manusia. Sedangkan ultrasonik adalah bunyi yang frekuensinya

lebih besar dari 20.000 Hertz. Bunyi ultrasonik tidak dapat didengar oleh manusia,

tetapi hewan seperti kelelawar, lumba-lumba dan anjing dapat mendengarnya.

Terdapat dua jenis bunyi, yaitu desah dan nada. Desah adalah bunyi yang

nadanya tidak teratur. Misal: bunyi angin dan ombak. Sedangkan nada adalah

bunyi yang dihasilkan oleh sebuah sumber bunyi yang mempunyai frekuensi

teratur. Misal: musik, lagu. Karena bunyi merupakan getaran, maka bunyi

mempunyai frekuensi dan amplitudo. Tinggi nada tergantung pada frekuensi :

nada tinggi jika frekuensinya besar, dan nada rendah jika frekuensinya kecil.

Sedangkan kuat bunyi tergantung pada amplitudo : bunyi kuat jika amplitudo

besar, dan bunyi lemah jika amplitudonya kecil. Warna bunyi / timbre adalah dua

bunyi yang mempunyai frekuensi yang sama tetapi terdengar berbeda. Misal :

paduan suara laki – laki dan wanita.

Dalam dunia musik, terdapat tingkatan-tingkatan nada. Masing – masing

nada memiliki frekuensi yang teratur. Misalnya sebuah garpu tala mengeluarkan

nada musik A. Artinya garputala bergetar sebanyak 440 kali tiap sekonnya. Hal

ini menghasilkan 440 pasang perapatan dan peregangan. Dengan kata lain, nada A

menghasilkan frekuensi 440 Hz. Perbandingan frekuensi nada disebut interval

nada dan dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut.

Tabel 2.3. Deretan Nada dan Perbandingan Frekuensinya C D E F G A B C

24 27 30 32 36 40 45 48

Tinggi nada diselidiki oleh fisikawan Prancis bernama Marsenne,

menggunakan alat sonometer dengan kesimpulan bahwa tinggi nada:

1. berbanding terbalik dengan panjang senar (L)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

2. berbanding terbalik dengan akar luas penampang senar (A)

3. berbanding terbalik dengan akar massa jenis senar ( r )

4. sebanding dengan akar tegangan senar (F)

Hubungan itu dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

ρAF

2L1

ρV/L

F2L1

m/L

F2L1

2Lv

λv

f =====

Untuk dua senar dengan panjang (l) berbeda, tetapi tegangan (F) dan luas

penampang (A) kedua senar sama, maka hubungan antara panjang senar yang

pertama (l1) dan panjang senar yang kedua (l2) dengan frekuensi yang pertama

(f1) dan frekuensi yang kedua (f2)dapat dinotasikan sebagai berikut :

1

2

2

1

f

f

l

l=

d. Resonansi

Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena getaran

benda lain yang amplitudonya maksimum. Resonansi terjadi bila frekuensi benda

yang bergetar sama dengan frekuensi benda yang turut bergetar.

Gambar 2.2. Resonansi pada Garputala

Gambar diatas memperlihatkan tiga buah garputala dengan 1f dan 2f

sama, yaitu 260 Hz dan f3 = 300 Hz. Garputala 1f bergetar dan diikuti garputala

2f juga bergetar, tetapi garputala ketiga tidak bergetar. Peristiwa resonansi juga

dapat dilihat pada ayunan beberapa bandul yang digantung :

Gambar 2.3. Resonansi pada Ayunan Bandul

1f 2f 3f

C

D

E

B

A

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Apabila bandul B diayunkan, maka bandul D akan ikut berayun.

Sedangkan bandul A, C, dan E tetap diam. Hal ini disebabkan bandul B dan D

memiliki panjang tali yang sama dan waktu ayun yang sama sehingga mempunyai

frekuensi yang sama, sedangkan bandul lain memiliki frekuensi yang berbeda.

Bandul B dikatakan beresonansi dengan bandul D.

Kolom udara dapat beresonansi, artinya dapat bergetar. Kenyataan ini

digunakan pada alat musik yang dinamakan Organa, baik organa dengan pipa

tertutup maupun pipa terbuka.

1). Pipa Organa Tertutup

Apabila pada ujung atas pipa organa tertutup, maka dinamakan pipa

organa tertutup, sehingga gelombang longitudinal stasioner yang terjadi pada

bagian ujung tertutup merupakan simpul dan pada bagian ujung terbuka terjadi

perut.

Gambar 2.4. Skema Pipa Organa Tertutup

Resonansi kolom udara terjadi pada setiap tinggi kolom udara (l) yang

merupakan kelipatan bilangan ganjil dari seperempat panjang gelombang sumber

getar ( λ41

). Agar terjadi resonansi ke n, tinggi kolom udara pada tabung (l) adalah

( )4λ

12nln -= dengan n = 1, 2, 3,4,….

2). Pipa Organa Terbuka

Pipa organa yang ujungnya terbuka (berhubungan dengan udara luar)

disebut pipa organa terbuka. Sehingga gelombang longitudinal stasioner yang

lλ41

0 =

lλ43

1 =

lλ45

2 =

4lv

λv

f0

0 ==

4l3v

λv

f1

1 ==

4l5v

λv

f2

2 ==

5:3:1f:f:f 210 =

l

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

terjadi pada bagian tepi yang terbuka merupakan perut dan pada ujung pipa yang

terbuka udara bebas bergerak sehingga di sini juga terjadi perut.

Gambar 2.5. Skema Pipa Organa Terbuka

Resonansi kolom udara terjadi pada setiap tinggi kolom udara (l) yang

merupakan kelipatan bilangan asli dari setengah panjang gelombang sumber getar

( l21

). Berikut ini contoh-contoh alat yang memanfaatkan peristiwa resonansi:

1) Gitar atau biola

Bunyi yang ditimbulkan oleh senar gitar dan biola menjadi lebih kuat,

disebabkan oleh resonansi udara di dalam kotak gitar dan biola.

2) Gamelan

Gamelan dapat mengeluarkan suara nyaring, karena dalam gamelan itu

terdapat resonansi udara.

3) Seruling

Seruling apabila ditiup akan mengeluarkan suara yang cukup keras. Hal ini

disebabkan adanya resonansi udara di dalam seruling.

4) Kentongan

Resonansi terjadi pada kolom udara yang dibuat di tengah kentongan,

sehingga bunyinya nyaring.

lλ21

0 =

lλ22

1 =

lλ23

2 =

2lv

λv

f0

0 ==

2l2v

λv

f1

1 ==

2l3v

λv

f2

2 ==

3:2:1f:f:f 210 =

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Kerugian akibat resonansi :

1). Bunyi kendaraan yang lewat di depan rumah dapat menggetarkan kaca jendela

rumah, karena frekuensi alamiah bunyi kendaraan sama dengan kaca jendela

rumah.

2). Pengaruh kecepatan angin pada sebuah jembatan akan menghasilkan getaran –

getaran resonansi yang dapat mengakibatkan jembatan roboh.

3). Bunyi gemuruh yang dihasilkan oleh guntur beresonansi dengan kaca jendela

rumah sehingga bergetar.

e. Pemantulan Gelombang Bunyi

Apabila bunyi mengenai permukaan yang keras, maka akan dipantulkan

mengikuti suatu aturan yang disebut Hukum Pemantulan Bunyi.

Hukum pemantulan bunyi :

1) Bunyi datang (AB), garis normal (BN) dan bunyi pantul (BC) terletak pada

satu bidang datar.

2) Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r).

Gambar 2.6. Hukum Pemantulan Bunyi

Pemantulan bunyi bermanfaat dalam kegiatan sehari-hari antara lain untuk

menentukan dalamnya laut, dalamnya sumur, panjang lorong gua, mendeteksi

cacat dan retak pada logam, mengukur ketebalan pelat logam dan mendeteksi

posisi bayi dalam kandungan. Untuk menentukan dalamnya laut, pada dinding

kapal bagian bawah dipasang sumber getaran (osilator) yang menghasilkan

gelombang bunyi ultrasonik dan hidrofon sebagai penerima pantulan bunyi. Pada

saat osilator dibunyikan, maka bunyi itu akan merambat melalui air laut menuju

dasar kaut kemudian dipantulkan kembali ke atas dan diterima oleh hidrofon.

Semakin lama waktu bunyi pantul kembali, bearati laut semakin dalam.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Untuk mengetahui cepat rambat bunyi pantul (v) jika diketahui jarak

antara sumber bunyi dan dinding pantul (s), sehingga jarak yang ditempuh bunyi

untuk bolak-balik adalah 2s serta waktu tempuh (t) adalah:

2 tv

s =

Macam-macam bunyi pantul yaitu :

1) Bunyi pantul memperkuat bunyi asli

Hal ini terjadi karena bunyi pantul hampir bersamaan dengan bunyi asli.

Bunyi pantul dapat memperkuat bunyi asli jika dinding pemantul sangat dekat.

Kuat bunyi terdengar tergantung dari :

a) Amplitudo (simpangan getar) sumber bunyi

b) Jarak antara sumber bunyi dan pendengar

c) Resonansi

d) Adanya dinding pemantul

2) Gaung atau kerdam

Gaung atau kerdam terjadi karena jarak antar sumber bunyi dengan dinding

pemantul cukup jauh sehingga sebagian saja bunyi pantul yang terdengar

bersamaan dengan bunyi asli, bunyi pantul seperti ini mengganggu bunyi asli.

3) Gema

Gema adalah bunyi pantul yang terdengar setelah bunyi asli selesai diucapkan.

Gema terjadi apabila jarak antara dinding pemantul dengan sumber bunyi

jauh.

B. Kerangka Berpikir

Hal yang paling penting dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah

proses belajar mengajar. Apabila proses belajar mengajar dapat berjalan dengan

baik maka tujuan pembelajaran pun akan dapat dicapai. Ada banyak faktor yang

menentukan keberhasilan belajar seorang siswa, baik dari luar atau lingkungan

siswa maupun faktor dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor luar yang ikut

berperan dalam keberhasilan pembelajaran antara lain; pendekatan pembelajaran

yang digunakan, metode pembelajaran, media pembelajaran dan situasi belajar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Faktor dari dalam diri siswa misalnya adalah kecerdasan yang dimiliki siswa,

keaktifan, dan semangat dari siswa.

Model pembelajaran memegang peranan penting dalam keberhasilan

pembelajaran maka guru dituntut dapat memilih pendekatan yang tepat agar

pembelajaran dapat berjalan optimal dan berhasil dengan baik. Dalam rangka

menyelenggarakan proses belajar mengajar yang baik agar tercapai tujuan

pengajaran, penelitian ini mencoba menerapkan model pembelajaran Quantum

Learning dan ketrampilan proses dalam pembelajaran. Setiap pendekatan dan

metode yang digunakan dalam proses pembelajaran mempunyai kelebihan dan

kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, pemilihan pendekatan dan metode

dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan bahan dan tujuan yang akan

dicapai dan mendorong keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran

1. Pengaruh antara penggunaan metode demonstrasi dengan pendekatan

Quantum Learning dan ketrampilan proses terhadap kemampuan kognitif

Fisika siswa.

Penelitian ini menggunakan metode pembelajaran demonstrasi dengan

pendekatan Quantum Learning dan ketrampilan proses. Untuk Pendekatan

Quantum Learning melalui metode demonstrasi suasana lingkungan belajar

dibuat menyenangkan dengan pengaturan tempat duduk dan pemutaran musik

pada saat pembelajaran berlangsung (siswa mengamati demonstrasi),

menyimpulkan materi menggunakan power point dan sesekali menggunakan

animasi Macromedia Flash, dan memberikan penghargaan kepada siswa yang

dapat menjawab evaluasi dengan benar. Dengan ini diharapkan siswa dapat

belajar dengan mencoba sendiri konsep yang dipelajari dengan suasana santai

dan perasaan senang sehingga akan berdampak baik pada kemampuan kognitif

Fisikanya. Sedangkan dalam pendekatan ketrampilan proses melalui metode

demonstrasi, pembelajaran dilakukan dengan suasana tenang tanpa ada

pemutaran musik pada saat pembelajaran berlangsung dan menyimpulkan

materi dengan mencatat di papan tulis. Dengan ini siswa belajar dengan

mencoba sendiri konsep yang dipelajari dengan suasana tenang dan serius

sehingga akan berdampak baik pada kemampuan kognitif Fisikanya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

2. Pengaruh antara keaktifan siswa kategori tinggi dan keaktifan siswa kategori

rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

Tingkat keaktifan siswa memegang peranan penting dalam berhasil dan

tidaknya suatu pembelajaran. Karena belajar merupakan suatu proses

perubahan tingkah laku, maka diperlukan tindakan nyata dari siswa untuk

dapat berubah. Siswa yang memiliki tingkat keaktifan tinggi akan senantiasa

berfikir dan bertindak aktif dalam setiap pembelajaran atau ada tugas.

Sedangkan siswa yang memiliki tingkat keaktifan rendah akan enggan dan

kurang respon terhadap pembelajaran dan tugas yang diberikan. Sehingga

siswa yang memiliki tingkat keaktifan tinggi akan lebih baik pemahaman

kognitifnya dibandingkan siswa yang memiliki keaktifan tingkat rendah.

Keaktifan itu bermacam-macam ada keaktifan berpikir, keaktifan menulis,

membuat alat pembelajaran dan sebagainya.

3. Interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan pembelajaran dengan

keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

Pembelajaran Fisika dengan metode demonstrasi dengan pendekatan

Quantum Learning dan ketrampilan proses ditinjau dari keaktifan siswa

menitikberatkan pada keaktifan siswa dalam menemukan konsep. Dengan

pendekatan dan metode pembelajaran yang baik serta didukung kemampuan

awal Fisika yang tinggi akan memberikan pengaruh positif yaitu

meningkatnya prestasi belajar siswa dalam hal ini kemampuan kognitif Fisika

siswa.

Pembelajaran Fisika adalah pembelajaran yang bersifat mengenal alam

dan lingkungan. Pendekatan dan metode pun harus bersifat inovatif yang

menekankan pada pola berfikir aktif pada siswa. Maka antara metode

pembelajaran, pendekatan dan tingkat keaktifan siswa adalah satu kesatuan

yang harus saling mendukung dalam keberhasilan pembelajaran. Dengan kata

lain unsur-unsur tersebut harus terpadu agar pembelajaran dapat berhasil

secara optimal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Adapun paradigma kerangka berpikir dari penelitian ini digambarkan

oleh skema berikut:

Gambar 2.7. Kerangka Berpikir

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka berpikir diatas maka

peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran dengan metode demonstrasi

melalui pendekatan Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

2. perbedaan pengaruh antara keaktifan siswa kategori tinggi dan rendah

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

3. Ada interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan pembelajaran dengan

keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

Kemampuan kognitif Fisika

siswa Populasi Sampel

Kelompok eksperimen

Kelompok kontrol

Pendekatan Quantum Learning

melalui metode demonstrasi

Pendekatan Ketrampilan proses

melalui metode demonstrasi

Keaktifan Siswa Kategori Tinggi

Keaktifan Siswa Kategori Rendah

Keaktifan Siswa Kategori Tinggi

Keaktifan Siswa Kategori Rendah

Tes

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 18 Surakarta Tahun Pelajaran

2009/2010.

2. Waktu Penelitian

Secara operasional penelitian ini meliputi 3 tahap, yaitu sebagai berikut:

a. Tahap persiapan, meliputi : pengajuan judul skripsi, permohonan pembimbing,

pembuatan proposal penelitian, survey ke sekolah yang digunakan untuk

penelitian, permohonan ijin penelitian, menyusun instrumen penelitian yang

terdiri dari Satuan Pelajaran, Rencana Pembelajaran, Lembar Kerja Siswa, soal-

soal kognitif, observasi kemampuan psikomotorik dan afektif.

b. Tahap pelaksanaan, meliputi : semua kegiatan yang berlangsung di lapangan

meliputi uji coba instrumen, pelaksanaan mengajar dan pengambilan data.

c. Tahap penyelesaian, meliputi : menganalisis data dan menyusun laporan

penelitian.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

Dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok perlakuan yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut diuji terlebih dahulu

keadaan awalnya, sebelum diberi perlakuan yang berbeda. Dalam hal ini ada dua

kelompok perlakuan, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dimana

kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Quantum

Learning (A1), sedangkan kelompok kontrol dengan menggunakan model

pembelajaran ketrampilan proses (A2). Kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol diukur tingkat keaktifan siswa (B). Sehingga diperoleh data siswa yang

memiliki tingkat keaktifan siswa tinggi (B1), keaktifan siswa rendah (B2).

Dalam penelitian digunakan desain faktorial 2 x 2. Adapun desain faktorial

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

45

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tabel 3.1 Desain Eksperimen

B A

B1 B2

A1 A1B1 A1B2

A2 A2B1 A2B2

Ket: A : Pendekatan Pembelajaran

A1 : Pendekatan Quantum Learning melalui metode demonstrasi

A2 : Pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi

B : Keaktifan Siswa

B1 : Keaktifan siswa kategori tinggi

B2 : Keaktifan siswa kategori rendah

A1B1 : Pendekatan Quantum Learning melalui metode demonstrasi dengan

keaktifan siswa kategori tinggi

A1B2 : Pendekatan Quantum Learning melalui metode demonstrasi dengan

keaktifan siswa kategori rendah

A2B1 : Pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi dengan

keaktifan siswa kategori tinggi

A2B2 : Pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi dengan

keaktifan siswa kategori rendah

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 18

Surakarta kelas VIII Semester genap tahun ajaran 2009-2010 terdiri dari 6 kelas

yaitu kelas VIII A sampai dengan kelas VIII F.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian terdiri dari dua kelas. Satu kelas sebagai kelompok

eksperimen dan satu kelas sebagai kelompok kontrol.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian adalah teknik cluster random

sampling, satu kelas sebagai kelompok eksperimen VIIIC dan satu kelas yang lain

sebagai kelompok kontrol VIIID.

D. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang terlibat pada penelitian adalah sebagai berikut:

1. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa.

a Definisi operasional

Kemampuan kognitif adalah kemampuan untuk mengetahui, memahami,

mengaplikasi, mensintesis, dan menganalisis suatu materi pelajaran.

b Indikator

Indikatornya adalah nilai hasil ulangan post test materi Bunyi.

c Skala pengukuran

Skala pengukurannya adalah interval.

2. Variabel Bebas

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini

a. Pendekatan pembelajaran fisika

1) Definisi operasional

Pendekatan pembelajaran Fisika adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh

guru untuk mencapai tujuan pembelajaran Fisika, dilihat dari sudut

bagaimana materi itu disusun dan disajikan.

2) Indikator

Pembelajaran dengan pendekatan Quantum Learning melalui metode

demonstrasi (A1) dan pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses

melalui metode demonstrasi (A2).

3) Skala pengukuran

Skala pengukurannya adalah nominal dengan dua kategori yaitu

pendekatan Quantum Learning melalui metode demonstrasi (A1) dan

pendekatan ketrampilan proses melalui metode demonstrasi (A2).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

b. Keaktifan siswa

1) Definisi operasional

Keaktifan siswa adalah kesibukan dan usaha yang dilakukan siswa dalam

mempelajari fisika karena adanya semangat dan motivasi dari diri anak.

2) Indikator

Indikatornya adalah skor hasil angket keaktifan siswa.

3) Skala pengukuran

Skala pengukurannya adalah ordinal dengan dua kategori yaitu tinggi (B1)

dan rendah (B2). Adapun pengelompokannya sebagai berikut :

§ Keaktifan siswa kategori tinggi : XX ³

§ Keaktifan siswa kategori rendah : XX <

E. Teknik Pengumpulan Data Ada tiga teknik yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik penelitian yang menggunakan dokumen

sebagai sumber data untuk mengetahui jumlah siswa dan untuk mengetahui

keadaan awal siswa. Dokumentasi berupa hasil ulangan blok semester ganjil pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Teknik Tes

Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data digunakan teknik test yang

diberikan di akhir pembelajaran (postest), digunakan untuk mengetahui sejauh

mana penguasaan konsep khusus pada pokok bahasan oleh siswa setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran.

3. Teknik Angket

Definisi angket sama dengan kuesioner. Menurut Suharsini Arikunto

(2006:151) “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan terulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau

hal-hal yang diketahui”. Angket dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran fisika.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

F. Instrumen Penelitian Pada penelitian ini instrumen penelitian terbagi menjadi dua yaitu:

1. Instrumen Pelaksanaan Penelitian

Instrumen pelaksanaan penelitian dalam penelitian ini berupa satuan

pelajaran (SP), rencana pembelajaran (RP) dan lembar kerja siswa (LKS).

Instrumen pelaksanaan penelitian tersebut disusun oleh peneliti. Untuk menjamin

bahwa instrumen pelaksaan penelitian valid, maka instrumen dikonsultasikan

kepada pembimbing.

2. Instrumen Pengambilan Data

Instrumen pengambilan data pada penelitian ini berupa instrumen tes

kemampuan kognitif dan angket keaktifan siswa. Sebelum digunakan, instrumen

tes kognitif Fisika dan angket keaktifan siswa dikonsultasikan dengan

pembimbing.

a. Instrumen Tes

Tes digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil kemampuan kognitif

siswa pada pokok bahasan Bunyi dari pembelajaran yang dilakukan dengan

pendekatan Quantum Learning dan ketrampilan proses. Instrumen tes tersebut

sebelumnya diujicobakan untuk mendapatkan instrumen tes yang berkualitas,

yang memenuhi kriteria validitas, reliabilitas, derajat kesukaran soal, dan daya

pembeda.

1) Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu

item. Instrumen disebut valid jika dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak

diukur atau dapat memenuhi fungsinya sebagai alat ukur. Suatu instrumen yang

valid mempunyai validitas tinggi, sedangkan instrumen yang kurang valid berarti

memiliki validitas rendah.

Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas butir soal dalam

penelitian ini adalah teknik korelasi point biserial, dengan persamaan:

qp

S

MMr

t

tppbi

-=

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

dengan:

pbir = Koefisien korelasi biserial

Mp = Mean skor dari subjek yang menjawab benar, item yang dicari validitasnya

Mt = Mean skor total (skor rata-rata dari seluruh peserta tes)

St = Standar deviasi dari skor total

p = Proporsi subjek yang menjawab benar item soal

= siswaseluruhjumlah

benarmenjawabyangsiswajumlah

q = Proporsi subjek yang menjawab salah item soal (q = 1-p)

Kriteria validitas item soal dikatakan valid apabila tabelpbi r r ³

(Suharsimi Arikunto, 1995:76)

Hasil tes uji coba kemampuan kognitif Fisika siswa dari 50 soal yang diuji

cobakan, setelah dilakukan analisis untuk mengetahui kevalidan dari masing-

masing item diperoleh hasil sebagai berikut : 35 soal tergolong valid, yaitu nomor

1, 3, 4, 5, 6, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31,

33, 35, 36, 37, 38, 42, 43, 46, 47, 48, 49 dan 50; 15 soal tergolong invalid yaitu

nomor 2, 7, 8, 9, 12, 19, 22, 23, 32, 34, 39, 40, 41, 44, dan 45. (Perhitungan

selengkapnya pada Lampiran 27 halaman 187).

2) Reliabilitas

Reliabilitas berarti kepercayaan. Suatu instrumen dikatakan memenuhi

kriteria reliabilitas jika instrumen tersebut digunakan berulang-ulang pada subyek

dengan kondisi yang sama akan memberikan hasil yang relatif tidak mengalami

perubahan. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes, dalam penelitian ini

digunakan KR-20 dengan teknik belah dua yang dirumuskan Koder Richardson

sebagai berikut:

÷÷ø

öççè

æ å--

=2

2

11 S

pqS1n

nr

(Suharsimi Arikunto, 1995:98)

dimana:

r11 : reliabilitas secara keseluruhan

p : proporsi subyek yang menjawab benar item soal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

siswaseluruhjumlahbenarmenjawabyangsiswajumlah

:

q : proporsi subyek yang menjawab salah item soal

:pqå jumlah hasil perkalian antara p dan q

q : 1 – p

n : banyaknya item soal

S : standar deviasi

Kriteria dari tes reliabilitasnya, soal dikatakan reliabel apabila r11 ≥ r tabel

3) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan siswa yang

berkemampuan rendah (kurang pandai). Angka yang menunjukkan besarnya daya

pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk mengetahui daya pembeda dari

masing-masing item tes, digunakan rumus:

BAB

B

A

A PPJ

B

J

BD -=-=

(Suharsimi Arikunto, 1999:213-218)

di mana:

J : Jumlah peserta tes

BA : Jumlah peserta tes kelompok atas yang menjawab benar

BB : Jumlah peserta tes kelompok bawah yang menjawab benar

JA : Jumlah peserta tes kelompok atas

JB : Jumlah peserta tes kelompok bawah

D : Daya pembeda

PA : Proporsi peserta tes kelompok atas yang menjawab benar

PB : Proporsi peserta tes kelompok bawah yang menjawab benar

Klasifikasi indeks pembeda soal :

0,00£ D £ 0,20 : Item soal dikatakan memiliki daya pembeda jelek

0,20 < D £ 0,40 : Item soal dikatakan memiliki daya pembeda cukup

0,40 < D £ 0,70 : Item soal dikatakan memiliki daya pembeda baik

0,70< D £ 1,00 : Item soal dikatakan memiliki daya pembeda baik sekali

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Hasil tes uji coba kemampuan kognitif, dari 50 soal yang diujicobakan,

setelah dilakukan analisis untuk mengetahui daya pembeda dari masing-masing

item diperoleh hasil sebagai berikut: 5 soal mempunyai daya pembeda baik yaitu

nomor 6, 20, 24, 27 dan 31; 30 soal mempunyai daya pembeda cukup, yaitu

nomor1, 3, 4, 5, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 25, 26, 28, 29, 30, 33, 35, 36,

37, 38, 42, 43, 46, 47, 48, 49 dan 50; 15 soal mempunyai daya pembeda jelek,

yaitu nomor 2, 7, 8, 9, 12, 19, 22, 23, 32, 34, 39, 40, 41, 44 dan 45. (Perhitungan

selengkapnya pada Lampiran 27 halaman 187).

4) Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran item tes adalah pengukuran derajat kesukaran suatu

item tes. Besarnya angka yang menunjukkan taraf kesukaran disebut Indeks

Kesukaran (P). Soal yang baik adalah soal yang memiliki taraf kesukaran

memadai, artinya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Adapun rumus yang

digunakan untuk mengukur taraf kesukaran masing-masing soal adalah:

JsB

P =

di mana: P : Taraf kesukaran item soal

B : Jumlah siswa yang menjawab benar

Js : Jumlah siswa yang mengikuti tes

Klasifikasi indeks kesukaran soal :

0,00 £P ≤ 0,30 : Item soal dikatakan sukar

0,30 < P £ 0,70 : Item soal dikatakan sedang

0,70 < P £ 1,00 : Item soal dikatakan mudah

( Suharsimi Arikunto, 1999:208-210 )

Hasil tes uji coba kemampuan kognitif, dari 50 soal yang diujicobakan,

setelah dilakukan analisis untuk mengetahui taraf kesukaran dari masing-masing

soal diperoleh hasil sebagai berikut: 19 soal dikategorikan mudah, yaitu nomor 1,

2, 8, 10, 12, 15, 16, 17, 19, 22, 33, 34, 40, 41, 43, 44, 47, 48, dan 50; 22 soal

dikategorikan mempunyai tingkat kesukaran sedang, yaitu nomor 3, 4, 5, 6, 7, 9,

11, 13, 14, 20, 23, 24, 25, 26, 27, 31, 35, 36, 37, 42, 46 dan 49; 9 soal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

dikategorikan sukar, yaitu nomor 18, 21, 28, 29, 30, 32, 38, 39, dan 45.

(Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 27 halaman 187).

b. Instrumen Angket

Angket digunakan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam belajar

fisika sesaat setelah diberi perlakuan pembelajaran. Isi pertanyaan dalam angket

ini adalah tentang aktivitas, perasaan, serta sikap siswa dalam mengikuti

pembekajaran fisika. Dalam penelitian ini angket yang digunakan berbentuk

pilihan ganda sebanyak empat pilihan, dimana responden tinggal memberi tanda

X pada lembar jawab yang telah disediakan.

Langkah-langkah dalam menyusun angket adalah sebagai berikut :

a Menentukan Indikator, yaitu : Visual acativities, Oral activities, Listening

activities, Writing activities, Drawing activities, Motor activities, Mental

activities, Emotional activities

b Menyusun tabel kisi-kisi pembuatan instrumen angket.

Menjabarkan indikator ke dalam butir-butir angket dan menentukan cara

pemberian skor pada tiap item atau butir angket, yaitu a = 4, b = 3, c = 2, d = 1

untuk item positif; dan a = 1, b = 2, c = 3, dan d = 4 untuk item negatif

Angket sebelum disebarkan ke responden diadakan tryout. Untuk mendapatkan

angket yang berkualitas memenuhi validitas dan realibilitas.

1) Validitas Angket

Selain itu validitas soal juga diuji validitas butirnya dengan rumus korelasi produk

moment dari Pearson sebagai berikut :

})(}{)({

))((2222 YYNXXN

YXXYNrxy

S-SS-S

SS-S= (Suharsimi Arikunto,1995:69)

dengan :

rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.

N : jumlah subjek

X dan Y : variabel yang dikorelasikan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Kriteria pengujian :

Jika rxy > rtabel maka butir dinyatakan valid.

Hasil tes uji coba angket keaktifan siswa dari 40 item yang diuji cobakan,

setelah dilakukan analisis untuk mengetahui kevalidan dari masing-masing item

diperoleh hasil sebagai berikut : 35 soal tergolong valid, yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5,

7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31,

32, 34, 35, 36, 37, 38, dan 39; 5 soal tergolong invalid yaitu nomor 6, 8, 25, 33,

dan 40. (Perhitungan selengkapnya pada Lampiran 28 halaman 192).

2) Realibilitas Angket

Realibilitas angket dicari secara keseluruhan dengan menggunakan rumus:

÷÷ø

öççè

æ-÷

øö

çèæ

-= å

2t

2i

11σ

σ1

1nn

r

(Suharsimi Arikunto,1995:106)

dengan:

11r : reliabilitas instrumen

n : banyaknya pertanyaan atau butir soal

å 2iσ : jumlah varians skor tiap item

2ts : varians total

( )

NN

XX i

i

i

22

2

ååå

-=s

( )

NN

XX t

t

t

22

2

ååå

-=s

Hasil perhitungan uji reliabilitas dengan rumus alpha ini diinterpretasikan sebagai

berikut:

0,8 <£ 11r 1 : reliabilitasnya sangat tinggi

0,6 <£ 11r 0,8 : reliabilitasnya tinggi

0,4 <£ 11r 0,6 : reliabilitasnya cukup

0,2 <£ 11r 0,4 : reliabilitasnya rendah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

0,0 <£ 11r 0,2 : reliabilitasnya sangat rendah

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Kesamaan Keadaan Awal Siswa

Data yang digunakan untuk mengetahui keadaan awal kelas eksperimen

dan kelas kontrol adalah nilai ujian blok pada semester ganjil. Sedang hipotesis

yang diajukan adalah:

Ho : Tidak ada perbedaan keadaan awal antara siswa kelompok eksperimen

dengan siswa kelompok kontrol.

H1 : Ada perbedaan keadaan awal antara siswa kelompok eksperimen dengan

siswa kelompok kontrol.

Adapun teknik yang digunakan adalah uji-t dua ekor dengan rumus sebagai

berikut:

úû

ùêë

é+ú

û

ùêë

é-+å+å

-=

baba

ba

nnnn

XX

XbXat

112

22

(Budiyono, 2004: 151)

dengan:

Xa = means dari kelompok eksperimen

Xb = means dari kelompok kontrol

na = banyaknya subyek kelompok eksperimen

nb = banyaknya subyek kelompok kontrol

Xa = nilai untuk kelas eksperimen dikurangi nilai rata-rata kelas eksperimen

Xb = nilai untuk kelas kontrol dikurangi nilai rata-rata hasil kelas kontrol

a Taraf signifikansi: α = 5%

b Keputusan uji

Jika : – t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima, yang berarti tidak ada

perbedaan antara keadaan awal siswa kelompok eksperimen dan siswa

kelompok kontrol.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Jika : thitung ≤ -ttabel atau thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak, yang berarti ada

perbedaan antara keadaan awal siswa kelompok eksperimen dan siswa

kelompok kontrol.

2. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji yang digunakan dikenal dengan nama uji Liliefors. Uji normalitas ini

digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi

yang berdistribusi normal atau tidak normal. Adapun langkah-langkahnya sebagai

berikut :

(1) Menentukan Hipotesis

H0 :sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

H1 :sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

(2) Pengamatan x1, x2, x3, …., xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, …., Zn

menggunakan rumus :

S

XXZ

-=

( ) ( )

( )122

2

-å-å

=nn

XXnS

dengan X dan S berturut-turut merupakan rata-rata dan simpangan baku.

(3) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor

tertinggi.

(4) Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal

baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z≤Zi).

(5) Mencari selisih antara │F(Zi) – S(Zi)│, dan ditentukan harga mutlaknya,

dengan rumus :

Lobs = Maks │ F(Zi) – S(Zi)│

F(Zi) : Bilangan baku yang menggunakan daftar distribusi normal

S(Zi) : Perbandingan nomer subyek dengan jumlah subyek

(6) Kriteria Pengujian :

Lobs ≥Ltabel : maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak

normal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Lobs < Ltabel : maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

(Budiyono, 2004 :169-170)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel

penelitian ini berasal dari populasi yang homogen atau tidak homogen. Statistik

uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Barlett yang prosedurnya

sebagai berikut :

(1) Menentukan Kriteria

a12 = a2

2 = a32 = a = a4

2 (sampel berasal dari populasi yang homogen).

a12 ≠ a2

2 atau a12 ≠ a3

2 atau a12 ≠ a4

2 atau a22 ≠ a3

2 atau a22 ≠ a4

2 atau

a32 ≠ a4

2 (populasi tidak homogen).

(2) Menghitung variansi masing-masing sampel (Sj2)

1

2

-=

j

jj n

SSS

(3) Menghitung variansi gabungan dari semua sampel (SSj2) dengan rumus :

( )

j

jjj n

XXSS

2

-å=

(4) Menghitung harga satuan

f

SSRk j

=

(5) Menghitung harga Chi-kuadrat dengan rumus :

[ ]22 loglog303,2

jjG SfRkfC

å-=c

di mana :

jf : nj - 1

c 2 : Harga uji Barlett

f : Derajat kebebasan

j : 1,2,……k

( ) úúû

ù

êêë

é-å

-+=

ffkC

j

1113

11

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

6) Mencari nilai 2c dari tabel distribusi Chi-kuadrat pada taraf signifikasi 5%

7) Kriteria Uji

2c hitung < 2c 0,05;k-1 : sampel berasal dari populasi yang homogen

2c hitung ≥ 2c 0,05;k-1 : sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.

(Budiyono, 2004 :176-177)

3. Uji Hipotesis

a. Uji Analisis Variansi Dua Jalan Isi Sel Tidak Sama

Dalam penelitian ini digunakan analisis variansi dua jalan dengan

frekuensi sel tak sama. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Asumsi dasar

(a) Y = variabel terikat yang berdistribusi normal

(b) Populasi-populasi berdistribusi normal dan memiliki sifat homogen

(c) Sampel dipilih secara acak

(d) Variabel terikat

(e) Variabel bebas

2) Model

Xijk = m + aj + bj + abij + eijk (Budiyono, 2004: 228)

Xijk = observasi pada subyek ke-k di bawah faktor I kategori ke-i dan faktor II

kategori ke-j

i : 1,2,3, ... p; p = banyaknya baris

j : 1,2,3, ... q; q = banyaknya kolom

k : 1,2,3, ... n; n = banyaknya data amatan pada sel ij

m = grand mean atau rerata besar

ai = efek faktor I kategori i terhadap Xijk

bj = efek faktor II kategori j terhadap Xijk

abij = kombinasi efek faktor I dan II terhadap Xijk

eijk = kesalahan eksperimental yang berdistribusi normal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

3) Hipotesis

a). HoA : ai = 0: Tidak ada perbedaan pengaruh antara metode demonstrasi

melalui pendekatan Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

b). H1A : aj ¹ 0: Ada perbedaan pengaruh antara metode demonstrasi melalui

pendekatan Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses terhadap

kemampuan kognitif Fisika siswa.

c). HoB : ai = 0 : Tidak ada perbedaan pengaruh antara keaktifan siswa kategori

tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

d). H1B : aj ¹ 0 : Ada perbedaan pengaruh antara keaktifan siswa kategori tinggi

dan rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

e). HoAB : aij = 0 : Tidak ada interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan

pembelajaran dengan keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika

siswa.

f). H1AB : aij ¹ 0 : Ada interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan

pembelajaran dengan keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika

siswa.

4) Tabel Data Sel

Tabel.3.2 Rancangan Data Sel

B1 B2

A1

n1j

åX1j

`X1j

åX21j

C1j

SS1j

n11

åX11

`X11

åX211

C11

SS11

n12

åX12

`X12

åX212

C12

SS12

A2

n2j

åX2j

`X2j

åX22j

n21

åX21

`X21

åX221

n22

åX22

`X22

åX222

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

C2j

SS2j

C21

SS21

C22

SS22

( )ij

ijij n

XC

2å=

ijC = rerata harmonik cacah pengamatan semua sel

ijijij CXSS -å= 2

ijSS = jumlah kuadarat deviasi pengamatan pada sel ij

(a) Tabel Rerata Sel AB

Tabel.3.3 Rancangan Rerata Sel AB

B1 B2 Total

A1 11X 12X Ai

A2 21X 22X Aj

Total Bj Bj G

(b) Komponen Jumlah Kuadrat

(1) = pqG 2

(3) = å q

Ai2

(2) = åji

ijSS,

(4) = å p

B j2

(5) = åij

ijAB2

(c) Rerata Harmonik

å=

ij ij

h

n

pqn

1

(d) Jumlah Kuadrat

JKA = hn { (3) - (1)}

JKB = hn { (4) - (1)}

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

JKAB = hn { (5) - (4) - (3) + (1)}

JKG = (2)

JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG

Derajat Kebebasan

dkA = p – 1

dkB = q – 1

dkAB = (p – 1)(q – 1)

dkG = pq (n – 1) = N – pq

dkT = N – 1

(e) Rerata Kuadrat

RKA = JKA / dkA

RKB = JKB / dkB

RKAB = JKAB / dkAB

RKG = JKG / dkG

(f) Statistik Uji

FA = RKA / RKG

FB = RKB / RKG

FAB = RKAB / RKG

Daerah Kritik

DKA = FA ≥ Fa ; p - 1, N – pq

DKB = FB ≥ Fa ; q - 1, N – pq

DKAB = FAB ≥ Fa ; (p – 1)(q – 1), N – pq

(g) Keputusan Uji

Jika FA ≥ Fa ; p - 1, N – pq, maka H0A ditolak

Jika FB ≥ Fa ; q - 1, N – pq, maka H0B ditolak

Jika FAB ≥ Fa ; (p – 1)(q – 1), N – pq, maka H0AB ditolak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

(h) Rangkuman ANAVA

Tabel. 3. 4 Rancangan Rangkuman ANAVA

Sumber Variansi JK Dk RK F P

Efek Utama A B

JKA JKB

dkA dkB

RKA RKB

FA

FB

<a atau >a <a atau >a

Interaksi (AB) JKAB dkAB RKAB FAB <a atau >a

Kesalahan JKG dkG RKG Total JKT dkT

(Budiyono, 2004: 228-233)

b. Uji Lanjut ANAVA

Jika dari anava diperoleh keputusan H0 ditolak berarti ada perbedaan

pengaruh faktor-faktor dari variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.

Oleh karena itu, perlu diadakan uji lanjut anava untuk mengetahui manakah

diantara perbedaan pengaruh tersebut yang signifikan. Penelitian ini menggunakan

uji lanjut anava dengan metode Scheffe. Adapun langkah-langkah dalam

menerapkan metode scheffe untuk uji lanjut anava tersebut adalah :

1) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata

2) Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.

3) Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

a) Untuk komparasi rerata antar baris ke-i dan ke-j

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=

j. j.

2 i. i.

j. - i.

n1

n1

RKG

XX F

b) Untuk komparasi rerata antar kolom ke-i dan ke-j

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=

.j .i

2 .j .i

.j - .i

n1

n1

RKG

XX F

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

c) Untuk komparasi rerata antar sel ij dan sel kj

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=-

kjij

2kjij

kjij

n1

n1

RKG

XXF

d) Untuk komparasi rerata antar sel ij dan sel ik

( )

÷÷ø

öççè

æ+

-=-

ikij

2ikij

ikij

n1

n1

RKG

XXF

4) Menentukan tingkat signifikansi (a)

5) Menentukan DK dengan rumus sebagai berikut :

a) { } 1)F(pFF DK pqN1;pα;jijij.-i. ---- -³=

b) { } 1)F(qFF DK pqN1;qα;jiji.j-.i ---- -³=

c) { } 1)F(pqFF DK pqN1;pqα;kjijkjij kj-ij ---- -³=

d) { } pqN1;pqα;ikijikijik -ij )F1(pqFF DK ---- -³=

6) Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda)

7) Menentukan keputusan uji untuk setiap pasangan komparasi rerata.

Jika Fhitung ³ Ftabel maka H0 ditolak, yang berarti ada perbedaan efek yang

signifikan

Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, yang berarti tidak ada perbedaan efek

yang signifikan. (Budiyono, 2004 : 213-215)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Penelitian dilaksanakan di SMP N 18 Surakarta dengan sampel 68 siswa.

Berasal dari dua kelas yaitu kelas VIIIc sebagai kelas eksperimen berjumlah 36

siswa dan kelas VIIID sebagai kelas kontrol berjumlah 32 siswa.

Peneliti memperoleh tiga data penelitian. Pertama, data keadaan awal

siswa diperoleh dari nilai ujian blok semester ganjil sebagai data kemampuan

kognitif Fisika awal siswa sebelum diberi perlakuan. Kedua, nilai ulangan siswa

pada pokok bahasan Bunyi yang digunakan untuk mengetahui pencapaian hasil

belajar siswa setelah diberi perlakuan. Ketiga, data keaktifan belajar siswa yang

diperoleh dari pemberian angket keaktifan belajar siswa.

1. Data Keadaan Awal Siswa

Deskripsi nilai keadaan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

ditunjukkan pada tabel 4.1. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 29).

Tabel 4.1. Deskripsi Data Nilai Kemampuan Awal Fisika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelompok

Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Dispersi

Rerata

( X )

Modus

(Mo)

Median

(Me)

Nilai Jangkauan

(J)

Standar

Deviasi

(SD) Min Max

Eksperimen 66,8056 70 68 50 85 35 9,3008

Kontrol 64,9063 67 66 50 82 32 8,8331

Kriteria distribusi frekuensi dan normalitas distribusi frekuensi keadaan

awal siswa kelompok eksperimen ditunjukkan pada tabel 4.2 dan tabel 4.3

64

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen

No Interval Kelas Frekuensi

Mutlak Relatif (%)

1 < 53 3 8,33

2 54-60 6 16,67

3 61-67 11 30,56

4 68-74 8 22,22

5 75-81 6 16,67

6 > 82 2 5,56

X + 2 SD = 85,4072

X - 2 SD = 48,2040

X + 1 SD = 76,1064

X - 1 SD = 57,5048

Tabel 4.3. Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat

Rentang

Frekuensi

Mutlak Relatif (%) Harapan

(%)

SD 2+> XX ( >85,4072) 0 0 2

SD 2 SD 1 +<<+ XXX (76,1064- 85,4072) 5 14 14

SD 1 +<< XXX (66,8056-76,1064) 14 39 34

XXX <<- SD 1 (57,5048-66,8056) 11 31 34

SD 1 SD 2 -<<- XXX (48,2040-57,5048) 6 17 14

SD 2-> XX ( < 48,2040) 0 0 2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Kriteria distribusi frekuensi dan normalitas distribusi frekuensi keadaan

awal siswa kelas kontrol ditunjukkan tabel 4.4 dan tabel 4.5

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol

No Interval Kelas Frekuensi

Mutlak Relatif (%)

1 < 53 4 12,5 2 54-59 5 15,625 3 60-65 8 25 4 66-71 8 25 5 72-77 5 15,625 6 > 78 2 6,25

X + 2 SD = 82,5725

X - 2 SD = 47,2401

Gambar 4.1. Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen

: frekuensi harapan

: frekuensi hasil penelitian

frekuensi

rentang

X - 2SD X -1SD X X +1SD X +2SD

14% 39% 31% 17% 0% 0%

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

X + 1SD = 73,7394

X - 1SD = 56,0732

Tabel 4.5. Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat

Rentang

Frekuensi

Mutlak Relatif

(%) Harapan

(%)

SD 2+> XX ( > 82,5725) 0 0 2

SD 2 SD 1 +<<+ XXX (73,7394- 82,5725) 7 22 14

SD 1 +<< XXX (64,9063-73,7394) 11 34 34

XXX <<- SD 1 (56,0732-64,9063) 8 25 34

SD 1 SD 2 -<<- XXX (47,2401-56,0732) 6 19 14

SD 2-> XX ( < 47,2401) 0 0 2

0% 22% 34% 25% 19% 0%

Gambar 4.2. Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol

: frekuensi harapan

: frekuensi hasil penelitian

X - 2SD X -1SD X X +1SD X +2SD

frekuensi

rentang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

2. Data Skor Angket Keaktifan Siswa

Data tingkat keaktifan siswa diperoleh saat proses pembelajaran dan

setelah siswa diberi perlakuan. Data tingkat keaktifan siswa diperoleh dari

penyebaran angket kepada siswa tentang keaktifan siswa dalam belajar Fisika.

Tingkat keaktifan siswa dibedakan menjadi dua kategori yaitu kategori tinggi dan

rendah. Seorang siswa dikatakan memiliki tingkat keaktifan tinggi apabila skor

keaktifannya lebih dari atau sama dengan nilai rata-rata gabungan antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan dikatakan memiliki tingkat keaktifan

rendah apabila nilainya kurang dari rata-rata gabungan.

Nilai rata-rata gabungan kelas eksperimen dan kontrol adalah 113,5294,

sehingga siswa yang memiliki nilai lebih besar atau sama dengan 113,5294

termasuk pada kategori tinggi sedangkan siswa memiliki nilai di bawah 113,5294

termasuk pada kategori rendah. (Lampiran 42)

Kelas eksperimen memiliki skor keaktifan dengan rentang antara 98

sampai dengan 144, nilai rata-rata 116,7500 dan standar deviasi 10,2522,

sedangkan kelas kontrol memiliki skor keaktifan dengan rentang antara 90 sampai

dengan 122, nilai rata-rata 109,9063 dan standar deviasi 9,4472. (Lampiran 42)

3. Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa

Deskripsi nilai kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan

Bunyi untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol ditunjukkan pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Deskripsi Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Kelas Eksperimen dan Kontrol

Kelompok

Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Dispersi

Rerata

( X )

Mod

us

(Mo)

Median

(Me)

Nilai Jangkauan

(J)

Standar

Deviasi

(SD) Min Max

Eksperimen 73,5278 73 75 53 97 44 11,7047

Kontrol 68,5313 67 72 53 90 37 9,2631

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Kriteria distribusi frekuensi dan normalitas distribusi frekuensi

kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen ditunjukkan tabel 4.7 dan tabel 4.8

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Eksperimen

No Interval Kelas Frekuensi

Mutlak Relatif (%) 1 < 57 5 13,89

2 58-65 5 13,89

3 66-73 9 25,00

4 74-81 8 22,22

5 82-89 6 16,67

6 > 90 3 8,33

X + 2 SD = 96,9372

X - 2 SD = 50,1184

X + 1SD = 85,2325

X - 1SD = 61,8231

Tabel 4.8 Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat

Rentang

Frekuensi

Mutlak Relatif

(%)

Harapan

(%)

SD 2+> XX (>96,9372) 1 2,78 2

SD 2 SD 1 +<<+ XXX (85,2325-96,9372) 6 17 14

SD 1 +<< XXX (73,5278-85,2325) 10 28 34

XXX <<- SD 1 (61,8231-73,5278) 12 33 34

SD 1 SD 2 -<<- XXX (50,1184-61,8231) 7 19 14

SD 2-> XX (<49,8061) 0 0 2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Kriteria distribusi frekuensi dan normalitas distribusi frekuensi

kemampuan kognitif siswa kelas kontrol ditunjukkan tabel 4.9 dan tabel 4.10.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Kontrol

No Interval Kelas Frekuensi

Mutlak Relatif (%)

1 < 56 3 9,38

2 57-63 7 21,88

3 64-70 11 34,38

4 71-77 6 18,75

5 78-84 4 12,50

6 > 85 1 3,13

X + 2 SD = 87,0575

X - 2 SD = 50,0051

X + 1 SD = 77,7944

X - 1 SD = 59,2682

Gambar 4.3 Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen

: frekuensi harapan

: frekuensi hasil penelitian

X - 2SD X -1SD X X +1SD X +2SD

33% 19% 28% 0% 17% 2,78%

frekuensi

rentang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel 4.10 Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi Kuadrat

Rentang

Frekuensi

Mutlak Relatif (%) Harapan

(%)

SD 2+> XX (>87,0575) 1 3 2

SD 2 SD 1 +<<+ XXX (77,7944-87,0575) 4 13 14

SD 1 +<< XXX (68,5313-77,7944) 11 34 34

XXX <<- SD 1 (59,2682-68,5313) 11 34 34

SD 1 SD 2 -<<- XXX (50,0051-59,2682) 5 16 14

SD 2-> XX (<50,0051) 0 0 2

3% 13% 34% 34% 16% 0% rentang

Gambar 4.4. Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Kontrol

: frekuensi harapan

: frekuensi hasil penelitian

X - 2SD X -1SD X X +1SD X +2SD

frekuensi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

B. Hasil Analisis Data

1. Uji Kesamaan Keadaan Awal

Data yang digunakan untuk uji kesamaan keadaan awal dalam penelitian

adalah nilai ujian blok semester ganjil. Uji kesamaan keadaan awal dilakukan

dengan menggunakan rumus uji t-dua pihak. Sebelum dilakukan Uji-t dua pihak

terlebih dahulu dilakukan Uji Prasyarat yaitu Uji Normalitas dan Homogenitas.

Hasil uji normalitas keadaan awal siswa dengan rumus lilliefors

diperoleh hasil:

a. Untuk kelas eksperimen menunjukkan harga statistik uji Lobs = 0,0655 dan

harga kritik L0,05; 36 = 0,1477. Karena Lobs < L0,05;36, maka dapat dikatakan

bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (lampiran 30)

b. Untuk kelas kontrol menunjukkan harga statistik uji Lobs = 0,0864 dan harga

kritik L0.05;32 = 0,1566 atau (Lobs < L0.05;32), yang berarti sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. (lampiran 32)

Hasil uji homogenitas menggunakan uji Bartlett untuk sampel kelas

eksperimen dan kontrol diperoleh harga 09,02 =hitungc . Harga ini tidak melebihi

harga 2tabelc = 3,84 untuk dk =1 dan taraf signifikansi 5 %, yang berarti sampel

berasal dari populasi yang homogen. (lampiran 34)

Uji kesamaan keadaan awal dilakukan untuk mengetahui apakah kedua

sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki keadaan awal yang

sama sebelum diberi perlakuan. Dari tabel distribusi t diketahui harga ttabel = 1,99

dengan db = (36+32-2) =66 dan taraf signifikansi 5 % dan dari hasil perhitungan

uji t didapatkan thitung = 0,86 sehingga - ttabel = -1,99 < thitung =0,86< ttabel = 1,99

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, sehingga tidak ada

perbedaan antara keadaan awal kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen

dengan siswa kelas kontrol.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

2. Uji Prasyarat Analisis

Prasyarat analisis data yang harus dipenuhi adalah Uji Normalitas dan

Uji Homogenitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai postes

kemampuan kognitif pada pokok bahasan Bunyi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan Uji Lilliefors. Hasil perhitungan antara

Lobs dan Ltabel dibandingkan, jika Lobs < Ltabel maka sample berasal dari populasi

berdistribusi normal, dan sebaliknya jika Lobs>Ltabel maka sampel berasal dari

populasi yang berdistribusi tidak normal. Berdasarkan hasil perhitungan

diketahui:

1) Untuk kelas eksperimen menunjukkan harga statistik uji Lobs =0,0937 dan

harga kritik L0.05; 36=.0,1477 Karena Lobs tidak melebihi harga Ltabel (L0.05; 36)

maka dapat dikatakan bahwa sampel pada kelas eksperimen berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. (Lampiran 37)

2) Untuk kelas kontrol menunjukkan harga statistik uji Lobs = 0,0969 dan harga

kritik L0.05; 32 = 0,1566. Karena Lobs < Ltabel, maka dapat dikatakan bahwa

sampel pada kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

(Lampiran 39)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal

dari populasi yang homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas dilakukan

dengan menggunakan Uji Bartlett. Dari hasil perhitungan diperoleh 74,12 =hitungc .

Apabila dikonsultasikan dengan 2tabelc dengan taraf signifikansi 5% diperoleh

21;05.0c = 3,84. Karena 2

1;05.02 cc <hitung atau 1,74 < 3,84 maka dapat dikatakan

bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen.(Lampiran 41).

3. Hasil Pengujian Hipotesis

a. Hasil Analisis Variansi

Data-data yang diperoleh dari penelitian yang berupa kemampuan awal

Fisika siswa dan nilai kemampuan kognitif Fisika siswa pada materi Bunyi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

dianalisis dengan analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tidak sama.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat dilihat rangkuman analisis

variansinya pada tabel 4.11 di bawah ini. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 43).

Tabel 4.11. Rangkuman Analisis Variansi (Anava) Dua Jalan sel tak sama.

Sumber Variansi Jk dk Rk F P F tabel

Efek Utama A (Baris) 688,0867 1 688,0867 8,18 < 0.05 3,99

B (Kolom) 1946,0019 1 1946,0019 23,14 < 0.05 3,99 Interaksi (AB) 52,7178 1 52,7178 0,63 > 0.05 3,99

Kesalahan/ Ralat 5382,41 64 84,1002 Total 8069,2187 67

Keputusan uji:

Berdasarkan tabel 4.11. dapat disimpulkan pengujian hipotesis sebagai berikut:

1) Uji Hipotesis Pertama

H0A : Tidak ada perbedaan pengaruh antara metode demonstrasi melalui

pendekatan Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa

H1A : Ada perbedaan pengaruh antara metode demonstrasi melalui

pendekatan Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa

Setelah dianalisis, faktor penggunaan pendekatan pembelajaran yaitu

pendekatan Quantum Learning dan keterampilan proses, terhadap kemampuan

kognitif Fisika siswa untuk pokok bahasan Bunyi diperoleh harga FA = 8,18. Nilai

tersebut dikonsultasikan dengan harga Ftabel untuk taraf signifikasi 5% diperoleh

F0,05 : 1,64 = 3,99. Karena FA > F0,05 : 1,64 maka H0A ditolak atau H1A diterima.

Artinya, ada perbedaan pengaruh antara metode eksperimen melalui pendekatan

Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses terhadap kemampuan

kognitif Fisika siswa

2) Uji Hipotesis Kedua

H0B : Tidak ada perbedaan pengaruh antara tingkat keaktifan siswa kategori

tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

H1B : Ada perbedaan pengaruh antara tingkat keaktifan siswa kategori tinggi

dan rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa

Setelah dianalisis, faktor tingkat keaktifan siswa terhadap kemampuan

kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi diperoleh harga FB = 23,14. Nilai

tersebut dikonsultasikan dengan harga Ftabel untuk taraf signifikasi 5% diperoleh

F0,05 : 1,64 = 3,99. Karena FB > F0,05 : 1,64 maka H0B ditolak atau H1B diterima.

Artinya, ada perbedaan pengaruh antara tingkat keaktifan siswa terhadap

kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi.

3) Uji Hipotesis Ketiga

H0AB: Tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan tingkat

keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

H1AB: Ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan tingkat keaktifan

siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

Setelah dianalisis, interaksi antara pendekatan pembelajaran dan tingkat

keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan

Bunyi diperoleh harga FAB = 0,63. Nilai tersebut dikonsultasikan dengan harga

Ftabel untuk taraf signifikasi 5% diperoleh F0,05: 1,64 = 3,99. Karena FAB < F0,05 : 1,64

maka H0AB diterima atau H1AB ditolak. Artinya, tidak ada interaksi antara

pendekatan pembelajaran dan tingkat keaktifan siswa terhadap kemampuan

kognitif Fisika siswa pada pokok bahasan Bunyi.

b. Hasil Uji Lanjut Analisis Variansi

Uji lanjut anava (komparasi ganda) digunakan sebagai tindak lanjut dari

analisis variansi. Anava hanya dapat mengetahui ditolak atau diterimanya

hipotesis nol. Artinya, jika hipotesis nol ditolak, maka belum dapat diketahui

rerata mana yang berbeda. Karena jika hipotesis nol ditolak, maka diperoleh

kesimpulan bahwa paling sedikit terdapat satu rerata yang berbeda dengan rerata

lainnya. Tujuan uji lanjut anava adalah untuk mengetahui perbedaan yang

signifikan antara rataan populasi yang dibandingkan. Dari hasil perhitungan

anava, diperoleh bahwa :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Ø Hipotesis pertama :

H0 ditolak yaitu ada perbedaan pengaruh antara metode demonstrasi

melalui pendekatan Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa

Ø Hipotesis kedua :

H0 ditolak yaitu ada perbedaan pengaruh antara tingkat keaktifan siswa

kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa

Ø Uji lanjut

Uji lanjut yang dilakukan adalah untuk mengetahui perbedaan rerata

antar baris dan antar kolom. Uji lanjut anava menggunakan metode komparasi

ganda (metode Scheffe). Berikut tabel rangkuman komparasi ganda:

(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 44).

Tabel 4.12. Rangkuman Komparasi Ganda

Komparasi

Rerata

Rerata Statistik Uji

( ))

11(

jiG

jiij

nnRk

XXF

+

-=

Harga

Kritik

P

iX

jX

mA1 vs mA2

mB1 vs mB2

73,53

75,76

68,53

65,71

5,029

20,334

3.99

3.99

< 0.05

< 0.05

Berdasarkan tabel 4.12 dapat disimpulkan hasil uji beda rerata yaitu :

a. FA12 = 5,029 > F0.05;1.64 = 3,99 maka Ho ditolak.

Artinya, ada perbedaan rerata yang signifikan antara baris A1 (metode

demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning) dengan baris A2 (metode

demonstrasi melalui pendekatan keterampilan proses) . Rerata kemampuan

kognitif Fisika siswa melalui pendekatan Quantum Learning adalah 1AX =

73,53 sedangkan rerata prestasi belajar Fisika siswa melalui pendekatan

ketrampilan proses adalah 2AX = 68,53. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning

memberikan pengaruh yang lebih baik dibanding dengan metode demonstrasi

melalui pendekatan keterampilan proses terhadap kemampuan kognitif Fisika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

siswa pada pokok bahasan Bunyi siswa SMP Negeri 18 Surakarta kelas VIII

Semester II Tahun Ajaran 2009/2010.

b. FB12 = 20,334 > 2 F0.05;1,64 = 3,99 maka Ho ditolak.

Artinya, ada perbedaan rerata yang signifikan antara kolom B1 (tingkat

keaktifan tinggi) dengan kolom B2 (tingkat keaktifan rendah). Rerata

kemampuan kognitif Fisika siswa yang mempunyai keaktifan kategori tinggi

adalah 76,751 =BX dan siswa yang mempunyai keaktifan kategori rendah

adalah 71,652 =BX . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang

mempunyai keaktifan kategori tinggi memberikan pengaruh yang lebih baik

terhadap kemampuan kognitif Fisika dari pada siswa yang mempunyai

keaktifan kategori rendah.

C. Pembahasan Hasil Analisis Data

Berdasarkan analisis variansi dan Uji lanjut anava dapat diuraikan hal-hal

sebagai hasil penelitian:

1. Uji Hipotesis Pertama

0:0 =iAH a : Tidak ada perbedaan pengaruh antara metode demonstrasi

melalui pendekatan Quantum Learning dan pendekatan

keterampilan proses terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

0:1 ¹iAH a : Ada perbedaan pengaruh antara metode demonstrasi melalui

pendekatan Quantum Learning dan pendekatan ketrampilan

proses terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa

Berdasarkan hasil analisis data maka dapat diketahui bahwa ada perbedaan

pengaruh antara metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning dan

pendekatan keterampilan proses terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. Hasil

penelitian setelah diuji lanjut anava didapatkan 12AF = 5,029 lebih besar dari

F0,05;1.64 = 3,99 sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima.

Pada uji lanjut anava tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rerata yang

signifikan antara metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning dan

pendekatan keterampilan proses terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Dari hasil uji lanjut anava menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning lebih efektif daripada

pembelajaran dengan metode demonstrasi melalui pendekatan keterampilan

proses. Bila dilihat nilai rerata kemampuan kognitif Fisika siswa, penggunaan

metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning memberikan hasil

yang lebih baik dibanding penggunaan metode demonstrasi melalui pendekatan

keterampilan proses. Rerata kelas eksperimen yang diberi perlakuan pembelajaran

dengan pendekatan Quantum Learning adalah 73,53, sedangkan rerata kelas

kontrol yang diberi perlakuan pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan

proses adalah 68,53. Hal tersebut disebabkan karena pada pembelajaran yang

menggunakan metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning siswa

mengalami, mengamati dan melakukan kegiatan secara langsung dalam

lingkungan belajar yang dirancang agar siswa merasa nyaman dalam belajar,

menyalakan musik untuk mengiringi selama kegiatan demonstrasi berlangsung,

dan menyimpulkan materi yang dipelajari dengan menggunakan power point,

sedangkan pada pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi melalui

pendekatan ketrampilan proses hanya mengalami secara langsung kegiatan yang

dilakukannya kemudian menyimpulkan konsep materi yang diperoleh dari

kegiatan yang dilakukan.

2. Uji Hipotesis Kedua

0:0 =jBH b : Tidak ada perbedaan pengaruh antara tingkat keaktifan siswa

tinggi dan tingkat keaktifan siswa rendah terhadap kemampuan

kognitif Fisika siswa

0:1 ¹jBH b : Ada perbedaan pengaruh antara tingkat keaktifan siswa tinggi

dan tingkat keaktifan siswa rendah terhadap kemampuan

kognitif Fisika siswa

Setelah dilakukan analisis dimana kemampuan awal Fisika siswa sebagai

variabel bebas dan kemampuan kognitif Fisika siswa sebagai variabel terikat,

diperoleh harga 12BF = 20,334 lebih besar dari F0,05;1.64 = 3,99 sehingga hipotesis

nol ditolak. Pada uji lanjut anava tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

rerata yang signifikan antara siswa yang memiliki keaktifan kategori tinggi dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. Dari Tabel 4.12 terlihat bahwa

kemampuan kognitif Fisika siswa yang mempunyai keaktifan kategori tinggi

mempunyai rerata yang lebih besar daripada siswa yang mempunyai keaktifan

belajar kategori rendah. Rerata kemampuan kognitif Fisika siswa yang memiliki

keaktifan tinggi adalah 75,76 sedangkan siswa yang memiliki keaktifan rendah

adalah 65,71. Hal ini membuktikan bahwa siswa yang mempunyai keaktifan

kategori tinggi akan memberikan pengaruh yang lebih besar daripada siswa yang

mempunyai keaktifan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

Siswa yang memiliki tingkat keaktifan tinggi akan lebih aktif dalam

berpikir atau mengerjakan tugas-tugas dibandingkan dengan siswa yang memiliki

tingkat keaktifan rendah. Dengan perbedaan semacam ini maka penguasaan

terhadap materi pelajaran bagi siswa yang memiliki tingkat keaktifan tinggi lebih

baik dibandingkan siswa yang memiliki tingkat keaktifan rendah.

3. Uji Hipotesis Ketiga

0:0 =ijABH ab : Tidak ada interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan

pembelajaran dengan tingkat keaktifan siswa terhadap

kemampuan kognitif Fisika siswa.

0:1 ¹ijABH ab : Ada interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan

pembelajaran dengan tingkat keaktifan siswa terhadap

kemampuan kognitif Fisika siswa.

Harga FAB = 0,63 lebih kecil dari F0.05; 1.64 = 3,99, sehingga hipotesis nol

diterima. Hal ini berarti bahwa tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan

pembelajaran dengan tingkat keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika

siswa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kemampuan kognitif Fisika siswa

yang diberi pembelajaran dengan metode demonstrasi melalui pendekatan

Quantum Learning lebih baik daripada pendekatan ketrampilan proses, baik untuk

siswa yang mempunyai keaktifan kategori tinggi maupun siswa yang mempunyai

keaktifan kategori rendah. Di samping itu, kemampuan kognitif Fisika pada siswa

yang mempunyai keaktifan kategori tinggi lebih baik daripada siswa yang

mempunyai keaktifan kategori rendah, baik yang diberi pengajaran dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

metode demonstrasi melaui pendekatan Quantum Learning maupun ketrampilan

proses.

Tidak adanya interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan tingkat

keaktifan mungkin dikarenakan siswa kurang disiplin dalam mengikuti kegiatan

belajar Fisika sehingga ada sebagian siswa yang kurang perhatian terhadap materi

yang disampaikan oleh guru, ada variabel bebas lain selain variabel bebas yang

digunakan dalam penelitian yang mempengaruhi proses pencapaian prestasi

belajar Fisika, antara lain: faktor intelegensi, latar belakang keluarga, bimbingan

belajar, lingkungan, dan lain-lain, serta peneliti tidak dapat mengontrol faktor-

faktor tersebut di luar kegiatan pembelajaran. Akibatnya siswa belum optimal

dalam mengikuti proses pembelajaran guna meningkatkan kemampuan kognitif

Fisika pada pokok bahasan Bunyi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan pada

Lampiran 44, maka dapat disimpulkan :

1. Ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran dengan metode demonstrasi

melalui pendekatan Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. Siswa yang diberi pembelajaran

dengan metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning

mempunyai kemampuan kognitif lebih baik dibanding siswa yang diberi

pembelajaran dengan metode demonstrasi melalui pendekatan keterampilan

proses.

2. Ada perbedaan pengaruh antara keaktifan siswa kategori tinggi dan rendah

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa. Siswa yang memiliki tingkat

keaktifan tinggi memiliki kemampuan kognitif Fisika yang lebih baik daripada

siswa yang memiliki tingkat keaktifan rendah.

3. Tidak ada interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan pembelajaran

dengan keaktifan siswa terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

B. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan implikasi sebagai

berikut:

1. Pembelajaran Fisika dengan metode demonstrasi melalui pendekatan

Quantum Learning dapat membantu efektifitas belajar mengajar.

2. Tingkat keaktifan siswa berpengaruh terhadap kemampuan kognitif Fisika.

Siswa yang mempunyai tingkat keaktifan tinggi memperoleh hasil

kemampuan kognitif yang lebih tinggi daripada siswa yang mempunyai

tingkat keaktifan rendah.

81

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian, maka peneliti

mengemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Pemilihan pendekatan dan metode yang kurang tepat untuk suatu kompetensi

dapat mempengaruhi kemampuan kognitif siswa. Oleh karena itu, guru perlu

memperhatikan kelebihan dan kekurangan pendekatan dan metode-metode

mengajar, sehingga dapat memilih pendekatan dan metode yang sesuai untuk

suatu kompetensi tertentu.

2. Guru sebaiknya memperhatikan tingkat keaktifan siswa, sehingga dalam

proses belajar mengajar guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan siswa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Bobby DePotter & Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning: Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan Alwiyah Abdurrahman.

Bandung: Kaifa.

Budi Prasodjo,dkk. 2004. Panduan FISIKA untuk kelas 2 SLTP. Jakarta:

Yudhistira.

Budi Purwanto.2006. Sains Fisika SMP Kelas VII. Surakarta:Tiga Serangkai.

Budiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press.

Cece Wijaya, dkk. 1988. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan

Pengajaran. Bandung: CV Remadja Karya.

Conny Semiawan, Tangyong, Belen, Yulaelawati. 1985. Pendekatan Ketrampilan

Proses. Jakarta: Gramedia.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

SMP. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Dimyati & Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Dwi Astuti. 2009. PEMBELAJARAN PEMANTULAN CAHAYA

MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DENGAN PENDEKATAN

QUANTUM LEARNING DAN KETRAMPILAN PROSES DITINJAU

DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMP. Surakarta: UNS.

Etsa Indra Irawan,dkk. 2008. IPA Fisika untuk SMP/MTs. Kelas VIII. Bandung:

Yrama Widya.

Gino H.J., Suwarni, Suripto, Maryanto, & Sutijan. 1999. Belajar dan

Pembelajaran I. Surakarta : UNS Press

Herbert Druxes, Fritz Siemsen, dan Gernot Born. 1986. Kompendium Didaktik

Fisika. Terjemahan Soeparmo. Bandung: Remadja Karya.

Margono. 1998. Strategi Belajar-Mengajar Buku 1. Surakarta: UNS Press.

Marthen, Kanginan. 2002. Sains FISIKA SMP. Jakarta : Erlangga

Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Rosdakarya.

83

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Mulyani & Johar. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Maulana.

Nana Sudjana. 1996. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.

Ratna Willis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Rini Budiharti. 1998. Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi. Surakarta: UNS

Press

Rosindah Nurmita. 2009. PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN

TGT DITINJAU DARI TINGKAT KEAKTIFAN SISWA PADA

POKOK BAHASAN FLUIDA STATIK DI SMA KELAS XI SEMESTER 2

TAHUN AJARAN 2008/2009. Surakarta: UNS.

Sardiman, AM. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung:

Rajawali Pers

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka

Cipta

Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remadja Rosdakarya

Suharsimi Arikunto. 1995. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

_________. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

_________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka

Cipta

Tabrani Rusyan, J., Atang Kusdinar & Zainal Arifin. 1989. Pendekatan dalam

Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Karya.

Wina, Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media

W.S. Wingkel.1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE DEMONSTRASI

MELALUI QUANTUM LEARNING DAN KETRAMPILAN PROSES

DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA DI SMP

Skripsi

Skripsi

Titik Nur Aini

K 2306037

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE DEMONSTRASI

MELALUI QUANTUM LEARNING DAN KETRAMPILAN PROSES

DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA DI SMP

Oleh :

Titik Nur Aini

K 2306037

Skripsi

Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna

Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji di

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada hari :

Tanggal :

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Jamzuri, M.Pd. NIP. 19521118198103 1 002

Pembimbing II

Drs. Y. Radiono NIP. 19680403 199802 1 001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dra. Rini Budiharti, M. Pd. NIP. 19580728 198403 2 003

( )

Sekretaris : Drs. Darianto NIP. 19460809 198303 1 001

( )

Anggota I : Drs. Jamzuri, M.Pd. NIP. 19521118 198103 1 002

( )

Anggota II : Drs. Y. Radiono NIP. 19680403 199802 1 001

( )

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Titik Nur Aini. PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE DEMONSTRASI MELALUI QUANTUM LEARNING DAN KETRAMPILAN PROSES DITINJAU DARI TINGKAT KEAKTIFAN SISWA DI SMP. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2010.

Tujuan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak adanya: (1) perbedaan

pengaruh antara pembelajaran dengan metode demonstrasi melalui pendekatan

Quantum Learning dan pendekatan keterampilan proses terhadap kemampuan

kognitif Fisika siswa, (2) perbedaan pengaruh antara keaktifan siswa kategori

tinggi dan rendah terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa, (3) interaksi

pengaruh antara penggunaan pendekatan pembelajaran dengan keaktifan siswa

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

Peneliti menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2.

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 18 Surakarta. Populasi penelitian ini

adalah semua siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010

yang terdiri dari 6 kelas, yaitu kelas VIIIA sampai dengan kelas VIIIF. Sample

diambil menggunakan cluster random sampling dari populasi sehingga diperoleh

36 siswa kelas eksperimen VIIIc dan 32 siswa kelas kontrol VIIID. Teknik

dokumentasi digunakan untuk memperoleh data keadaan awal siswa, sedangkan

teknik angket untuk mendapatkan data keaktifan siswa dan teknik tes untuk

memperoleh data kemampuan kognitif Fisika siswa. Data yang ada dianalisis

menggunakan anava dua jalan dengan isi sel tak sama pada taraf signifikansi 5%

dan uji lanjut dengan teknik komparasi ganda metode Scheffe untuk mengetahui

signifikansi rerata penelitian.

Peneliti menyimpulkan bahwa: (1) Ada perbedaan pengaruh antara

pembelajaran dengan metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning

dan pendekatan keterampilan proses terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa

(FA= 8,18 > F0.05; 1.64 = 3,99). Dari Uji Komparasi ganda diperoleh hasil bahwa

metode demonstrasi melalui pendekatan Quantum Learning memberikan

pengaruh yang lebih baik dibanding dengan pendekatan keterampilan proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa )( 21 AA XX > , (2) Ada perbedaan

pengaruh antara keaktifan siswa kategori tinggi dan rendah terhadap kemampuan

kognitif Fisika siswa (FB = 23,14 > F0.05; 1.64= 3,99). Dari uji komparasi ganda

diperoleh hasil bahwa siswa yang mempunyai keaktifan kategori tinggi

mempunyai kemampuan kognitif Fisika yang lebih baik daripada siswa yang

memiliki keaktifan kategori rendah )( 21 BB XX > , (3) Tidak ada interaksi

pengaruh antara penggunaan pendekatan pembelajaran dengan keaktifan siswa

terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa (FAB= 0,63 > F0.05; 1.64 = 3,99). Jadi

antara pendekatan pembelajaran dan keaktifan siswa mempunyai pengaruh

sendiri-sendiri terhadap kemampuan kognitif Fisika siswa.

.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

Titik Nur Aini. PHYSICS LEARNING USING DEMONSTRATION METHOD WITH QUANTUM LEARNING AND PROCESS SKILL APPROACH VIEWED VIEWED FROM THE STUDENTS’ ACTIVITY AT JUNIOR HIGH SCHOOL. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty , Sebelas Maret University, November 2010.

The aim of research is to find out that there is or there is not: The

difference of influence between using demonstration method with Quantum

Learning approach and process skill approach toward the student’s physics

cognitive ability, (2) The difference of influence between high and low category

of student’s activities to student’s cognitive ability in physics, (3) The interaction

of the influence between using of learning approach and student’s activities

toward the students’ cognitive ability in physics.

The researcher uses an experimental method with 2 x 2 factorial design.

The place of this research is in Junior High School 18 Surakarta. This population

of research is all students in eighth grade of Junior High School 18 Surakarta in

the school year of 2009/2010, which is consists of 6 classes, class VIIIA until

VIIIF. Sample is taken by cluster random sampling technique from population

therefore founded 36 students experiment class VIIIC and 32 students control class

VIIID. Documentation technique is used to obtain the data of student’s early

capability score, questionnaire technique to obtain the data of student’s activities

and test to obtain the data of student’s Physics cognitive ability. The data is

analyzed by Anava with different cell at level of signification 5% and advanced

analyze by Scheffe multiple comparison method to find out research mean

significance.

The researcher conclude that: There is different effect between using

demonstration method with Quantum Learning approach and process skill

approach toward the student’s physics cognitive ability (FA= 8,18 > F0.05; 1.64 =

3,99). Based on the multiple comparison method that using Quantum Learning

approach gives a better effect on student’s cognitive capability than the process

skill approach )( 21 AA XX > , (2) There is difference of influence between high

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

and low category of student’s activities to student’s cognitive capability (FB =

23,14 > F0.05; 1.64= 3,99). Based on the multiple comparison method that students

who have high category of activities has the cognitive capability of Physics better

than students who have low category of activities )( 21 BB XX > , (3) There is not

interaction of influence between using of learning approach and student’s

activities to student’s physics cognitive capability (FAB= 0,63 > F0.05; 1.64 = 3,99).

So between learning approach and student’s activities have their own influence to

student’s cognitive capability.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

MOTTO

” Ilmu itu ibarat harta karun, dan kunci untuk menggalinya adalah kesediaan

untuk bertanya. Karena itu, bertanya kamu sekalian hal-hal yang tidak kamu

ketahui. Sesungguhnya dalam proses tanya jawab tersebut akan diberikan pahala

oleh Allah pada 4 golongan: orang yang bertanya, orang yang menjawab, orang

yang mendengarkan dan orang yang mencintai mereka. (HR. Abu Na’im dari Ali

bin Abi Thalib)

“….maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu

tidak mengetahui”. (QS. An Nahl : 43)

” Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai (dari satu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.

(Qs.Insyirah : 6-7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu melimpahkan

doa dan kasih sayang.

2. Kakak-kakakku Muna, Arry dan Tary yang selalu

memberiku semangat.

3. Sahabat-sahabatku Herdyan, Suari, Lia, Eni, Yani,

Eva yang selalu ada di sampingku.

4. Teman-teman P. Fisika angkatan ‘06

5. Teman-teman Program Fisika P. MIPA FKIP UNS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Penyusunan Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian.

2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. Selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah menyetujui permohonan penyusunan Skripsi ini.

3. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd. Selaku Ketua Program Fisika Jurusan P. MIPA

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Sutadi Waskito, M.Pd, M.Si, Selaku Koordinator Skripsi Program

Fisika Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak Drs. Jamzuri, M.Pd, Selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini.

6. Bapak Drs. Y. Radiono, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini.

7. Bapak Triyoto, MM, Selaku Kepala SMP Negeri 18 Surakarta yang telah

mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Ibu Trisakti Suprapti Mahayani Harjanti, S.Pd dan Ibu Ida Indarti, S.Pd

Selaku guru mata pelajaran Fisika SMP Negeri 18 Surakarta yang telah

memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

9. Bapak Drs.Wahyu Suadi, M.Pd, Selaku Kepala SMP Negeri 15 Surakarta

yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan try out.

10. Bapak dan Ibu yang telah memberikan do’a restu, kasih sayang dan dorongan

sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

11. Kakak-kakakku yang selalu mendukung, memberi kasih sayang, semangat dan

warna dalam kehidupanku.

12. Sahabat-sahabat terbaikku yang selalu bersamaku.

13. Teman-teman P. Fisika yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang

selalu mendukung dalam doa dan membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh

karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi

sempurnanya Skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini

bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Surakarta, Desember 2010

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL……………………………………………………

HALAMAN PENGAJUAN …………………………………………….

HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………….

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………..

HALAMAN ABSTRAK ……………………………………………......

HALAMAN MOTTO …………………………………………………...

HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………..

KATA PENGANTAR ………………………………………………….

DAFTAR ISI ……………………………………………………………

DAFTAR TABEL ………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………...

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………..

A. Latar Belakang Masalah…………………………………

B. Identifikasi Masalah……………………………………..

C. Pembatasan Masalah ……………………………………

D. Perumusan Masalah……………………………………..

E. Tujuan Penelitian ……………………………………….

F. Manfaat Penelitian………………………………………

BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………

A. Tinjauan Pustaka…………………………………………

1. Hakikat Belajar……..………………………………..

2. Hakikat Mengajar...………………………………….

3. Hakikat Fisika……………………………………….

4. Pembelajaran Fisika di SMP…………………………

5. Pendekatan Pembelajaran……………………………

6. Metode Pembelajaran Demonstrasi………………….

7. Keaktifan Siswa …………..…………………………

i

ii

iii

iv

v

ix

x

xi

xiii

xvi

xviii

xix

1

1

5

6

6

6

7

8

8

8

16

19

20

22

28

29

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

8. Kemampuan Kognitif Siswa………………….……..

9. Materi Bunyi………………………………………...

B. Kerangka Berfikir...………………………………………

C. Perumusan Hipotesis…………….……………………...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………….

A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………...

1. Tempat Penelitian …………………………………….

2. Waktu Penelitian………………………………………

B. Metode Penelitian ……………………………………….

C. Populasi dan Sampel …………………………………….

1. Populasi Penelitian..………………………………….

2. Sampel Penelitian.……………………………………

3. Teknik Pengambilan Sampel………………………….

D. Variabel Penelitian……………………………………….

1. Variabel Terikat……………………………………….

2. Variabel Bebas.………………………………………..

E. Teknik Pengumpulan Data……………………………….

1. Teknik Dokumentasi…………………………………..

2. Teknik Tes…..…………………………………………

3. Teknik Angket…………………………………………

F. Instrumen Penelitian …………………………………….

1. Instrumen Pelaksanaan Penelitian..…………………..

2. Instrumen Pengambilan Data…………………………

G. Teknik Analisis Data…………………………………….

1. Uji kesamaan Keadaan Awal……………….………...

2. Uji Prasyarat Analisis…………………………………

3. Uji Hipotesis………………………………………….

BAB IV HASIL PENELITIAN ……………………………………….

A. Deskripsi Data …………………………………………...

1. Data keadaan Awal Siswa……………………………..

2. Data Skor Angket Keaktifan Siswa…………...............

32

34

41

44

45

45

45

45

45

46

46

46

47

47

47

47

48

48

48

48

49

49

49

55

55

56

58

64

64

64

68

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

3. Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Siswa…….....

B. Hasil Analisis Data………………………………………

1. Uji Kesamaan Keadaan Awal Siswa…………………

2. Uji Prasyarat Analisis…...................... ……………...

3. Hasil Pengujian Hipotesis……………….……………

C. Pembahasan Hasil Analisis Data ………………………..

1. Uji Hipotesis Pertama…………………………………

2. Uji Hipotesis Kedua…………………………………..

3. Uji Hipotesis Ketiga…………………………………..

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ………………

A. Kesimpulan ………………………………………………

B. Implikasi Hasil Penelitian.……. ……………………….

C. Saran …………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..

LAMPIRAN……………………………………………………………..

68

72

72

73

73

77

77

78

79

81

81

81

82

83

85

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1

Tabel 2.2

Tabel 2.3

Tabel 3.1

Tabel 3.2

Tabel 3.3

Tabel 3.4

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5

Tabel 4.6

Tabel 4.7

Tabel 4.8

Tabel 4.9

Tabel 4.10

Tabel 4.11

Tabel 4.12

Tabel 6.1

Hubungan antara Fase Belajar dan Acara Pembelajaran

Hubungan Antara Suhu dengan Cepat Rambat Bunyi

Deretan Nada dan Perbandingan Frekuensinya

Desain Eksperimen

Rancangan Data Sel

Rancangan Rerata Sel AB

Rancangan Rangkuman ANAVA

Deskripsi Data Nilai Kemampuan Awal Fisika Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol

Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen

Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi

Kuadrat

Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol

Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi

Kuadrat

Deskripsi Data Nilai Kemampuan Kognitif Fisika Kelas

Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika

Siswa Kelas Eksperimen

Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi

Kuadrat

Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Fisika

Siswa Kelas Kontrol

Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi

Kuadrat

Rangkuman Analisis Variansi (Anava) Dua Jalan sel tak

sama

Rangkuman Komparasi Ganda

Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen

12

34

35

46

59

60

62

64

65

65

66

67

68

69

69

70

71

74

76

197

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

Tabel 6.2

Tabel 6.3

Tabel 6.4

Tabel 6.5

Tabel 6.6

Tabel 6.7

Tabel 6.8

Tabel 6.9

Tabel 6.10

Tabel 6.11

Tabel 6.12

Tabel 6.13

Tabel 6.14

Tabel 6.15

Tabel 6.16

Tabel 6.17

Tabel 6.18

Tabel 6.19

Tabel 6.20

Tabel 6.21

Tabel 6.22

Tabel 6.23

Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen

Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi

Kuadrat

Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol

Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol

Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi

Kuadrat

Tabel Kerja Untuk Menghitung c2

Tabel Bantuan Uji t

Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Kelas Eksperimen

Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas

Eksperimen

Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi

Kuadrat

Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Kelas Kontrol

Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif Siswa Kelas

Kontrol

Normalitas Distribusi Frekuensi Dengan Metode Chi

Kuadrat

Tabel Kerja Untuk Menghitung 2X

Data Induk Penelitian Kelas Eksperimen

Data Induk Penelitian Kelas Kontrol

Data Sel Uji Analisis Variansi

Rerata Sel AB Uji Analisis Variansi

Rangkuman Anlisis Variansi

Hipotesis dan Komparasi Uji Pasca Analisis Variansi

Data Sel Jumlah AB

Rangkuman Komparasi Ganda

198

199

200

201

202

203

205

209

211

212

213

215

216

217

219

220

223

223

226

227

227

229

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Gambar 2.3

Gambar 2.4

Gambar 2.5

Gambar 2.6

Gambar 2.7

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Komponen Belajar

Resonansi pada Garputala

Resonansi pada Ayunan Bandul

Skema Pipa Organa Tertutup

Skema Pipa Organa Terbuka

Hukum Pemantulan Bunyi

Kerangka Berpikir

Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa

Kelas Eksperimen

Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Siswa

Kelas Kontrol

Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif

Siswa Kelas Eksperimen

Kurva Normalitas Distribusi Frekuensi Kemampuan Kognitif

Siswa Kelas Kontrol

11

36

36

37

38

39

43

66

67

70

71

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Jadwal Penelitian

2. Satuan Pelajaran

3. Rencana Pembelajaran I

4. Rencana Pembelajaran II

5. Rencana Pembelajaran III

6. Rencana Pembelajaran IV

7. Lembar Kerja Siswa I

8. Lembar Kerja Siswa II

9. Lembar Kerja Siswa III

10. Lembar Kerja Siswa IV

11. Kisi-Kisi Soal Uji Coba Kemampuan Kognitif Fisika Siswa

12. Soal Try Out/Uji Coba Kemampuan Kognitif Siswa

13. Kunci Jawaban Try Out/ Tes Uji Coba Kemampuan Kognitif

14. Lembar Jawab Soal Try Out Kemampuan Kognitif

15. Kisi-Kisi Try Out / Uji Coba Angket Keaktifan Siswa

16. Try Out/Uji Coba Angket Keaktifan Siswa

17. Kunci Jawaban Try Out / Uji Coba Angket Keaktifan Siswa

18. Lembar Jawab Try Out / Uji Coba Angket Keaktifan Siswa

19. Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa

20. Soal – Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa

21. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Kognitif Siswa

22. Lembar Jawab Tes Kemampuan Kognitif Siswa

23. Kisi-Kisi Angket Keaktifan Siswa

24. Angket Keaktifan Siswa

25. Kunci Jawaban Angket Keaktifan Siswa

26. Lembar Jawab Angket Keaktifan Siswa

27. Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran, dan Daya Beda Soal

28. Uji Validitas dan Realibilitas Angket Keaktifan Siswa

85

87

96

106

117

127

137

140

143

145

147

148

158

159

160

161

167

168

169

170

177

178

179

180

185

186

187

192

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

29. Data Keadaan Awal Nilai Físika Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol

30. Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen

31. Grafik Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen

32. Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol

33. Grafik Keadaan Awal Siswa Kelas Kontrol

34. Uji Homogenitas Keadaan Awal Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol

35. Uji Kesamaan Keadaan Awal Siswa dengan Uji–t Dua Ekor

36. Data Nilai Kemampuan Kognitif Siswa

37. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen

38. Grafik Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Eksperimen

39. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Kontrol

40. Grafik Kemampuan Kognitif Fisika Siswa Kelas Kontrol

41. Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan

Kontrol

42. Data Induk Penelitian Kelas VIII SMP Negeri 18 Surakarta

43. Uji Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Frekuensi Sel Tak Sama

44. Uji Lanjut ANAVA Dengan Uji Komparasi Ganda Dengan Metode

Scheffe

45. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 18 Surakarta

46. Tabel-Tabel Statistik

47. Perijinan

196

197

198

200

201

203

205

208

209

211

213

215

217

219

221

227

230

231

238