Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

download Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

of 18

Transcript of Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

  • 7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

    1/18

    DIAZEPAM

    Paper

    disusun untuk memenuhi tugas mata

    kuliah Farmakologi Veteriner I

    oleh

    Nama : Muhammad Iqbal

    NIM : 1102101010101

    FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

    UNIVERSITAS SYIAH KUALA

    DARUSSALAM, BANDA ACEH

    2013

    1

  • 7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

    2/18

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Diazepam merupakan obat yang sering digunakan sebagai terapi lini

    pertama untuk penatalaksanaan kejang, terutama kejang demam dan status

    epileptikus. Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine yang merupakan

    sedatif yang berhubungan erat dengan depresi sistem saraf pusat. Obat ini

    merupakan obat standar terhadap benzodiazepin lainnya. Diazepam dan

    benzodiazepin lainnya bekerja dengan meningkatkan efek GABA (gamma

    aminobutyric acid) di otak. GABA adalah neurotransmitter (suatu senyawa

    yang digunakan oleh sel saraf untuk saling berkomunikasi) yang menghambat

    aktifitas di otak.

    Diazepam termasuk obat psikotropika yang penggunaannya tidak bisa

    sembarangan dan harus dengan resep dokter. Diazepam merupakan obat

    dengan kelas terapi antiansietas, antikonvulsan, dan sedatif. Digunakan pada

    pengobatan agitasi, tremor, delirium, kejang, dan halusinasi akibat alkohol.

    Dalam mengatasi kejang, diazepam dapat dikombinasikan dengan obat-

    obatan lain. Diazepam dimetabolisme di hati dan di eksresikan di ginjal.

    Sifat diazepam tidak larut dalam air dan harus berdisosiasi pada pelarut

    organik (propylene, glycol, sodium benzoat), rasa sakit mungkin muncul pada

    pemberian intramuskuler ataupun pada pemberian intravena. Penggunannya

    harus mendapat perhatian terutama pada pasien yang memiliki masalah pada

    2

  • 7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

    3/18

    penyakit pernapasan, kelemahan otot/ mystenia gravis, riwayat

    ketergantungan obat, kelainan kepribadian yang jelas, hamil dan menyusui.

    Diazepam juga memiliki berbagai efek samping dari yang ringan

    sampai berat, interaksi obat perlu perhatian bagi kalangan medis dan

    penggunanya.

    Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai obat antikonvulsan

    diazepam meliputi deskripsi, sifat kimia, farmakodinamik, aktivitas dan

    mekanisme kerja, dosis dan cara pemberian, bentuk sediaan dan nama

    dagang, indikasi klinis, efek samping, kontraindikasi, interaksi obat dan

    stabilisas penyimpanannya dengan tujuan memberikan informasi kepada

    pembaca.

    3

  • 7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

    4/18

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. DESKRIPSI

    Diazepam adalah obat turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul

    7-kloro-1,3- dihidro- 1- metil- 5- fenil- 2H- 1,4- benzodiazepin- 2- one

    (C6H13N2CLO) dengan berat molekul 284,7 g/mol yang bersifat basa. Merupakan

    senyawa kristal tidak berwarna atau agak kekuningan yang tidak larut dalam air.

    Benzodiazepin adalah sedative yang berhubungan erat dengan depresi sistem saraf

    pusat. Benzodiazepin berguna untuk terapi kecemasan, insomnia, kejang, dan

    spasme otot.

    Gambar 1. Struktur kimiawi diazepam

    Secara umum senyawa aktif benzodiazepine dibagi kedalam empat

    kategori berdasarkan waktu paruh eliminasinya, yaitu :

    1. Benzodiazepin ultrashort-acting

    2. Benzodiazepinshort-acting, dengan waktu paruh kurang dari 6 jam. Termasuk

    di dalamnya triazolam, zolpidem dan zopiclone.

    4

  • 7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

    5/18

    3. Benzodiazepin intermediate-acting, dengan waktu paruh 6 hingga 24 jam.

    Termasuk di dalamnya estazolam dan temazepam.

    4. Benzodiazepin long-acting, dengan waktu paruh lebih dari 24 jam. Termasuk

    di dalamnya flurazepam, diazepam dan quazepam.

    B. AKTIVITAS DAN MEKANISME KERJA

    Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam

    gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistem syaraf pusat

    Diazepam berikatan dengan reseptor-reseptor stereospesifik benzodiazepin di

    neuron postsinaptik GABA pada beberapa sisi di dalam sistem syaraf pusat (SSP).

    Diazepam meningkatkan penghambatan efektifitas GABA dalam

    menghasilkan rangsangan dengan meningkatkan permeabilitas membran terhadap

    ion klorida. Perubahan ini mengakibatkan ion klorida berada dalam bentuk

    terhiperpolarisasi (bentuk kurang aktif / kurang memberikan rangsangan) dan

    stabil.

    5

  • 7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

    6/18

  • 7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

    7/18

    Pada fase eliminasi baik pada terapi dosis tunggal maupun multi dosis,

    konsentrasi N-Desmetildiazepam dalam plasma lebih tinggi dari diazepam sendiri.

    N-Desmetildiazepam dengan bantuan enzim CYP3A4 diubah menjadi oxazepam,

    suatu metabolit aktif yang dieliminasi dari tubuh melalui proses glukuronidasi.

    Oxazepam memiliki estimasi t1/2 antara 5-15 jam. Metabolit yang ketiga adalah

    Temazepam dengan estimasi t1/2 antara 10-20 jam. Temazepam dimetabolisme

    dengan bantuan enzim CYP3A4 dan CYP 3A5 serta mengalami konjugasi dengan

    asam glukuronat sebelum dieliminasi dari tubuh.

    Gambar 3. Jalur metabolisme diazepam

    Diazepam memiliki konsentrasi plasma yang berkorelasi buruk dengan

    respon terapi, hal ini berhubungan dengan metabolit aktif yang dimiliki.

    Konsentrasi obat dalam plasma dalam kadar tertentu dapat menyebabkan efek

    yang buruk pada respon terapinya. Sebab kadar yang terlalu tinggi yang melewati

    7

  • 7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

    8/18

    kadar terapeutik, maka yang didapat bukanlah efek terapi yang diinginkan

    melainkan efek toksik yang didapat. Hal tersebut disebabkan oleh :

    1) adanya metabolit aktif yang sifatnya lebih toksik dibandingkan obat asalnya;

    2) kualitas yang menyangkut dengan struktur kimianya

    3) toleransi dan resistensi yang didapat oleh masing-masing individu

    4) terapi dengansingle dose

    5) durasi terhadap intensitas exposure

    6) waktu tertundanya onset obat tersebut

    C. INDIKASI

    Diazepam diindikasikan untuk mengatasi status epileptikus, kejang

    demam, kejang akibat keracunan, premedikasi, sedasi pada amnesia, serta

    digunakan bersama-sama dengan anestesi lokal.

    D. KONTRAINDIKASI

    Pemberian diazepam harus dihindarkan untuk pasien dengan depresi

    napas, kelemahan neuromuskular pada saluran napas termasuk unstable

    myastenia gravis, insufiensi paru akut, sindroma sleep apnea,gangguan hepar

    berat, tidak boleh digunakan secara tunggal pada depresi atau pada kecemasan

    yang disertai depresi.

    E. BENTUK SEDIAAN

    Formulasi diazepam yang tersedia dipasaran adalah tablet (2 mg, 5 mg, 10

    mg), kapsul (15 mg), liquid solusi (1 mg / ml dalam 500 ml kontainer dan unit-

    dosis (5 mg & 10 mg); 5 mg / ml dalam30 ml botol penetes), solusio untuk IV/IM

    injeksi (5 mg / ml ), solusi rectal, supositoria (5 mg dan 10 mg), rektal tube.

    8

  • 7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

    9/18

    F. NAMA DAGANG

    Dindonesia terdapat beragam sediaan nama dagang untuk diazepam,

    diantaranya adalah :

    Diazepam (generic) tablet 2 mg, 5 mg

    Lovium (Phapros) tablet 2 mg, 5 mg

    Menthalium (Soho) tablet 2 mg, 5 mg, 10 mg

    Paralium (Prafa) cairan injeksi 5 mg/5ml

    Stesolid (Dumex Alpharma Indonesia)

    o Cairan injeksi 10 mg/2ml,

    o Enema: 5 mg/ 2,5ml, 10mg/2,5 mL

    o Sirup: 2mg/ 5ml

    o Tablet: 2 mg, 5 mg

    Trankison (Combiphar), tablet 2 mg, 5 mg

    Valium (Roche Indonesia) cairan injeksi 5 mg/5ml, tablet 2 mg, 5 mg

    Validex (Dexa Medica), tablet 2 mg, 5 mg

    Valisanbe (Sanbe), tablet 2 mg, 5 mg

    Valdimex (Mesifarma TM), cairan injeksi 10 mg/2ml, tablet 5 mg

    G. DOSIS DAN CARA PEMBERIAN

    Dosis dan cara pemberian ditujukan sesuai dengan terapi apa yang

    hendak diberikan, seperti:

    9

  • 7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

    10/18

    Premedikasi,Per oral 2 jam sebelum pembedahan, dewasa dan anak diatas

    12 tahun, 5-10mg

    Sedasi, dengan infuse intravena lambat segera sebelum prosedur, dewasa

    dan anak > 12 tahun, 200 mikrogram/kg

    Status epileptikus atau kejang epilepsi berulang , dengan injeksi intravena

    lambat (dengan kecepatan rata-rata 5mg/menit), dewasa 10-20 mg, diulang

    jika perlu setelah 30-60 menit; dapat diikuti dengan infuse intravena samapai

    maksimal 3mg/kg dalam 24 jam; dengan injeksi intravena lambat, anak 200-

    300 mikrogram/kg (atau 1 mg / tahun usia); melalui larutan per rectal, dewasa

    dan anak lebih dari 10 kg, 500 mikrogram/kg, lansia 250 mikrogram/kg;

    diulang jika perlu setiap 12 jam; jika kejang tidak terkontrol maka tindakan

    lain harus dilakukan

    Kejang demam (tindakan yang dianjurkan), per rectal, larutan (larutan

    injeksi dapat digunakan), anak >10 kg, 500 mikrogram/kg (maksimal 10 mg),

    dengan dosis dapat diulang jika perlu

    Kejang demam ( alternatif), dengan injeksi intravena lambat, anak 200-

    300 mikrogram/kg (atau 1 mg/ tahun usia)

    Reaksi putus obat atau putus alkohol, injeksi inravena lambat (rata-rata

    5mg/menit), dewasa 10 mg; dosis lebih tinggi dapat dibutuhkan tergantung

    derajat beratnya gejala

    Kejang akibat keracunan, injeksi intravena lambat ( rata-rata 5mg/menit),

    dewasa 10-20 mg

    10

  • 7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

    11/18

    Ansietas, per oral, dewasa 2 mg 3 x sehari dapat ditingkatkan jika perlu

    menjadi 15-30 mg sehari dengan dosis terbagi; lansia (atau kondisi berat)

    setengah dosis dewasa

    Insomnia, per oral, dewasa 5-15 mg saat tidur

    Untuk premedikasi, absorpsi setelah pemberian suntik intramuscular

    lambat dan tidak konstan; intramuscular diberikan hanya jika pemberian per oral

    dan intravena tidak mungkin dilakukan. Injeksi intravena lambat di dalam vena

    besar mengurangi risiko tromboflebitis. Pemberian per rectal dengan dosis 0,5-1

    mg/kgBB diazepam untuk bayi dan anak di bawah 11 tahun dapat menghasilkan

    kadar 500 g/ml dalam waktu 2-6 menit. Bagi anak yang lebih besar dan orang

    dewasa pemberian rectal tidak bermanfaat untuk mengatasi kejang akut ataupun

    status epileptikus, karena kadar puncak lambat tercapai dan kadar plasmanya

    rendah (absorbsinya terlalu lambat).

    Berdasarkan penelitian Sreenath et al, penggunan monoterapi lorazepam

    lebih baik dan dianjurkan sebagai terapi status epilepticus daripada terapi

    kombinasi diazepam-fenitoin, karena dilaporkan keefektivitasannya yang hampir

    sama. Penggunaan monoterapi juga menurunkan efek samping yang kurang baik

    bagi pasien.

    H. EFEK SAMPING

    Efek pada sistem saraf pusat sering terjadi termasuk mengantuk, kepala

    terasa ringan pada hari berikutnya, kebingungan dan ataksia (terutama pada lanjut

    usia); amnesia; ketergantungan; peningkatan pada agresi; kelemahan otot;

    terkadang : sakit kepala, vertigo, gangguan saluran cerna, gangguan penglihatan,

    11

  • 7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

    12/18

    disartria, tremor, perubahan libido, inkotinensia, retensi urin; gangguan darah dan

    kuning/jaundice; reaksi kulit; peningkatan enzim hati, terasa nyeri dan

    tromboemboli pada injeksi intravena.

    I. PERINGATAN

    Hal-hal yang harus diperhatikan dan menjadi peringatan diantaranya:

    menghindari penggunaan pada pasien dengan gangguan napas, myastnia

    gravis, penyalahgunaan obat atau alkohol, gangguan kepribadian berat,

    hamil, menyusui.

    menurunkan dosis pada lansia, ganguan hepar (hindari jika berat) dan

    gangguan ginjal.

    menghindari pemakaian jangka pajang dan putus obat mendadak setelahnya.

    Jika diberikan parenteral harus dipantau ketat

    Apabila diberikan secara intravena, maka alat pencegah depresi napas dengan

    ventilasi mekanis harus disiapkan

    Diazepam diekskresikan melalui air susu dan dapat menembus barier

    plasenta, karena itu penggunaan untuk ibu hamil dan menyusui sebisa mungkin

    dihindari. Di dalam tubuh embrio bahan metabolit tersebut berpotensi

    menginhibisi neuron, meningkatkan pH di dalam sel, dapat bersifat toksik.

    Dengan terinhibisinya neuron maka akan terganggu pula transfer neurotransmiter

    untuk hormon-hormon pertumbuhan, sehingga mengakibatkan pertumbuhan

    embrio yang lambat. Dengan pH yang tinggi mengakibatkan sel tidak dapat

    tereksitasi, sehingga kerja hormon pertumbuhan juga terganggu yang akhirnya

    pertumbuhan janin juga terganggu. Pada trimester pertama masa kehamilan

    12

  • 7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

    13/18

    merupakan periode kritis maka bahan teratogen yang bersifat toksik akan

    mempengaruhi pertumbuhan embrio, bahkan dapat mengakibatkan kematian

    janin.

    Diazepam ini tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang panjang

    (tidak boleh lebih dari 3 bulan), karena berakibat buruk bagi tubuh penderita. Hal

    ini mungkin dapat disebabkan karena waktu paruh diazepam yang cukup panjang,

    ditambah lagi waktu paruh N-Desmetildiazepam yang lebih panjang yaitu, 2 kali

    waktu paruh Diazepam. Hal ini berarti setelah konsentrasi diazepam dalam tubuh

    habis untuk menghasilkan efek, masih dapat dihasilkan efek bahkan sebesar 2

    kalinya yang diperoleh dari N-Desmetildiazepam sebagai metabolit aktif

    diazepam. Ditambah lagi persentase metabolit yang terikat protein dalam plasma

    (97%), lebih sedikit daripada prosentase diazepam yang terikat protein plasma

    (98%-99%). Oleh karena itu penggunaan diazepam dalam terapi pengobatan harus

    ekstra berhati-hati, yaitu perlu dipertimbangkan adanya efek yang ditimbulkan

    oleh metabolit aktif.

    K. INTERAKSI OBAT

    Ada banyak sekali adendum yang terjadi antara diazepam dengan obat,

    makanan atau zat lainnya yang efeknya harus menjadi perhatian bagi kalangan

    medis dan penggunanya. Interaksi yang diuraikan dibawah adalah interaksi yang

    terjadi secara farmakokinetik dan farmakodinamik. Adapun interaksi-interaksi

    diazepam dengan berbagi obat/zat/makanan antara lain yaitu:

    13

  • 7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

    14/18

    Kombinasi diazepam dengan alcohol, anestesi, obat antidepresan, obat

    antipsikosis, obat tidur dan barbiturate dapat meningkatkan efek samping

    seperti mengantuk, kebingungan, atau kesulitan bernapas.

    Kombinasi diazepam dengan jus anggur dapat meningkatkan kadar

    diazepam dalam darah sehingga meningkatkan efek samping dari diazepam.

    Clearence benzodiazepine dikurangi jika digunakan bersama dengan

    Cimetidin atau Omeprazol, dan akan meningkat jika digunakan dengan

    Rifamfisin.

    Metabolisme diazepam dihambat oleh isoniazid, dan dipecepat oleh

    rifamfisin.

    Kadar plasma diazepam mungkin ditingkatkan oleh ritonavir.

    ACE inhibitor dapat meningkatkan efek hipotensif saat ansiolitik dan

    hipnotik diberikan degnan ACE inhibitor

    Penyekat neuron adrenergic dapat eningkatkan efek hipotensif saat

    ansiolitik dan hipnotik diberikan dengan penyekat neuron adrenergic

    Alkohol dapat meningkatkan efek sedasi saat ansiolitik dan hipnotik

    diberikan dengan alcohol

    Penyekat alfa dapat meningkatkan efek hipotensi dan sedasi saat ansiolitik

    dan hipnotik diberikan dengan penyekat alfa

    Anastesi umum dapat meningkatkan efek hipotensi dan sedasi saat

    ansiolitik dan hipnotik diberikan dengan anastesi umum

    Analgesik dapat meningkatkan efek sedasi saat ansiolitik dan hipnotik

    diberikan dengan analgesik opioid

    14

  • 7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

    15/18

    Angiotensin II reseptor antagonis dapat meningkatkan efek hipotensi saat

    ansiolitik dan hipnotik diberikan dengan angiotensin II reseptor antagonis

    Antibakterial rifampisin dapat meningkatkan metabolisme diazepam,

    mengurangi konsentrasi dalam darah, sedangkan metabolisme diazepam

    dihambat oleh isoniazid

    Antikoagulan Chloral dan triclofos dapat meningkatkan sementara efek

    antikoagulan dari koumarin.

    Diazepam dapat meningkatkan atau menurunkan kadar fenitoin dalam

    darah dengan saling mempengaruhi farmakokinetiknya, dimana fenitoin dalam

    mekanisme kerjanya mengeliminasi CYP2C19 sedangkan diazepam

    menghasilkan metabolit aktif CYP2C19.

    Diazepam dalam darah mungkin ditingkatkan oleh valproat sehingga

    meningkatkan risiko efek samping.

    Antihistamin dapat meningkatkan efek sedasi saat ansiolitik dan hipnotik

    diberikan dengan antihistamin

    Antipsikotik dapat meningkatkan efek sedasi saat ansiolitik dan hipnotik

    Antiviral dapat meningkatkan risiko sedasi lebih lama dan depresi napas

    (saat alprazolam, clonazepam, diazepam, flurazepam, atau midazolam

    diberikan bersama fosamprenavir; ritonavir, nelfinavir dan indinavir)

    Barbiturate/ fenobarbital dapat mengurangi kadar diazepam dalam darah

    Penyekat beta dapat meningkatkan efek hipotensif saat ansiolitik dan

    hipnotik

    15

  • 7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

    16/18

    Penyekat kanal kalsium dapat meningkatkan efek hipotensif saat ansiolitik

    dan hipnotik

    Diazoxide dapat meningkatkan efek hipotensif saat ansiolitik dan hipnotik

    Disulfiram menghambat metabolism benzodiazepine, meningkatkan efek

    sedasi dan meningkatkan risiko toksisitas tenazepam;

    Diuretik dapat meningkatkan efek hipotensif saat ansiolitik dan hipnotik

    Benzodiazepine mungkin melawan efek levodopa

    Lofexidine, Metildopa, Moxonidine, Pelemas otot (baclofen atau

    tizanidine), Nitrat dapat meningkatkan efek sedasi saat ansiolitik dan hipnotik

    Estrogen bersama diazepam meningkatka kadar melatonin dalam darah

    Esomeprazole dan omeprazole mungkin menghambat metabolisme

    diazepam, meningkatkan kadar dalam darah.

    Antihipertensi vasodilator (hidralazin, minoxidil, atau sodium

    nitropruside) dapat meningkatkan efek hipotensif saat ansiolitik dan hipnotik.

    J. STABILITAS PENYIMPANAN

    Untuk menjaga kestabilisan sediaan diazepam maka penyimpanan

    dilakukan dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya. Untuk sediaan

    parenteral lindungi dari cahaya. Khasiat obat bertahan sampai 3 bulan bila

    disimpan dalam suhu kamar (20-250), stabil pada pH 4-8, terjadi hidrolisis jika

    pH kurang dari 3 dan jangan campur sediaan i.v dengan obat lain. Untuk sediaan

    rectal gel penyimpanan yang baik pada suhu 25C (15C - 30C) dan sediaan

    tablet pada suhu 15C - 30C.

    16

  • 7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

    17/18

    BAB III

    PENUTUP

    Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine yang merupakan sedatif yang

    berhubungan erat dengan depresi sistem saraf pusat, bekerja dengan

    meningkatkan efek GABA (gamma aminobutyric acid) di otak. . Diazepam

    merupakan obat dengan kelas terapi antiansietas, antikonvulsan, dan sedatif.

    Diazepam bersifat lipid-soluble, dengan onset cepat, jika diberikan secara

    IV adalah 1-5 menit dan IM 15-30 menit, sedangkan durasinya mulai 15 menit

    sampai 1 hari. Diazepam dimetabolisme di hati dan di eksresikan di ginjal.

    Pemberian diazepam harus dihindarkan untuk pasien dengan depresi napas,

    kelemahan neuromuskular pada saluran napas , sindroma sleep apnea,gangguan

    hepar berat, tidak boleh digunakan secara tunggal pada depresi.

    Formulasi yang tersedia adalah tablet, kapsul, liquid, solusio untuk IV/IM

    injeksi, solusi rectal, supositoria dan memiliki nama dagang yang banyak

    diantaranya Valium, Lovium, Menthalium, Paralium. Stesolid dan banyak lagi.

    Efek samping penggunaan diazepam terdapat pada sistem saraf pusat,

    saluran cerna, saluran pernafasan dan sebagainya. Penggunaannya harus hati-hati

    dan hanya boleh diresepkan oleh dokter karena efek samping yang banyak, kadar

    terapeutik yang harus dengan monitoring serta interaksinya yang juga harus

    sangat di perhatikan.

    17

  • 7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)

    18/18

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Couper FJ, Logan BK. Diazepam in Drugs and Human

    Performance Fact Sheets (electronic version). Washington DC, National

    Highway Traffic Safety Administration (NHTSA), 2004.

    2. Katzung, Betram G. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta: Salemba

    Medika, 2002.

    3. Tim Penyusun. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta :

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) Republik Indonesia, 2008.

    4. Gunawan SG. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5. Jakarta : BagianFarmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.

    5. Anonymous. Diazepam. Diunduh dari URL http://wikipedia.org.id pada

    tanggal 16 Juli 2010.

    6. Tim Editor.MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 9. Jakarta :

    Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia), 2009.

    7. Alfred Goodman Gilman. Goodman & Gilmans the

    Pharmacological Basis of Therapeutics 11th Edition (electronic version). New

    York, Mc-Graw Hill Medical Publishing Division, 2006.

    8. Sreenath TG, Gupta P,Sharma KK, Krishnamurthy S. Lorazepam

    versus diazepam-phenytoin combination in the treatment of convulsive status

    epilepticus in children: a randomized controlled trial.Eur J Paediatr Neurol.

    2010 Mar;14(2):162-8.

    9. Prasad K, Al-Roomi K, Krishnan PR. Anticonvulsant therapy for

    status epilepticus. Br J Clin Pharmacol, 2005;63(6):640.

    10. Murphy A. Phenytoin diazepam interaction. The Annals ofPharmacotherapy: 2003: 37(5); h. 659-63.

    11. Platt SR, Mc Donnell JJ. Status epilepticus: Patien Management

    and Pharmacologic Therapy. Compendium, 2000; 22(8):1-7.

    12. Lawn ND, Wijdicks EFM. Status epilepticus: A critical review of

    management options. Neurol J Southeast Asia 2002; 7 : 47 59.

    18

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Sreenath%20TG%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Gupta%20P%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Sharma%20KK%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Krishnamurthy%20S%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Prasad%20K%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Al-Roomi%20K%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Krishnan%20PR%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Sreenath%20TG%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Gupta%20P%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Sharma%20KK%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Krishnamurthy%20S%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Prasad%20K%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Al-Roomi%20K%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Krishnan%20PR%22%5BAuthor%5D