Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
-
Upload
muhammad-iqbal -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
Transcript of Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
-
7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
1/18
DIAZEPAM
Paper
disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Farmakologi Veteriner I
oleh
Nama : Muhammad Iqbal
NIM : 1102101010101
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2013
1
-
7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
2/18
BAB I
PENDAHULUAN
Diazepam merupakan obat yang sering digunakan sebagai terapi lini
pertama untuk penatalaksanaan kejang, terutama kejang demam dan status
epileptikus. Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine yang merupakan
sedatif yang berhubungan erat dengan depresi sistem saraf pusat. Obat ini
merupakan obat standar terhadap benzodiazepin lainnya. Diazepam dan
benzodiazepin lainnya bekerja dengan meningkatkan efek GABA (gamma
aminobutyric acid) di otak. GABA adalah neurotransmitter (suatu senyawa
yang digunakan oleh sel saraf untuk saling berkomunikasi) yang menghambat
aktifitas di otak.
Diazepam termasuk obat psikotropika yang penggunaannya tidak bisa
sembarangan dan harus dengan resep dokter. Diazepam merupakan obat
dengan kelas terapi antiansietas, antikonvulsan, dan sedatif. Digunakan pada
pengobatan agitasi, tremor, delirium, kejang, dan halusinasi akibat alkohol.
Dalam mengatasi kejang, diazepam dapat dikombinasikan dengan obat-
obatan lain. Diazepam dimetabolisme di hati dan di eksresikan di ginjal.
Sifat diazepam tidak larut dalam air dan harus berdisosiasi pada pelarut
organik (propylene, glycol, sodium benzoat), rasa sakit mungkin muncul pada
pemberian intramuskuler ataupun pada pemberian intravena. Penggunannya
harus mendapat perhatian terutama pada pasien yang memiliki masalah pada
2
-
7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
3/18
penyakit pernapasan, kelemahan otot/ mystenia gravis, riwayat
ketergantungan obat, kelainan kepribadian yang jelas, hamil dan menyusui.
Diazepam juga memiliki berbagai efek samping dari yang ringan
sampai berat, interaksi obat perlu perhatian bagi kalangan medis dan
penggunanya.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai obat antikonvulsan
diazepam meliputi deskripsi, sifat kimia, farmakodinamik, aktivitas dan
mekanisme kerja, dosis dan cara pemberian, bentuk sediaan dan nama
dagang, indikasi klinis, efek samping, kontraindikasi, interaksi obat dan
stabilisas penyimpanannya dengan tujuan memberikan informasi kepada
pembaca.
3
-
7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
4/18
BAB II
PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI
Diazepam adalah obat turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul
7-kloro-1,3- dihidro- 1- metil- 5- fenil- 2H- 1,4- benzodiazepin- 2- one
(C6H13N2CLO) dengan berat molekul 284,7 g/mol yang bersifat basa. Merupakan
senyawa kristal tidak berwarna atau agak kekuningan yang tidak larut dalam air.
Benzodiazepin adalah sedative yang berhubungan erat dengan depresi sistem saraf
pusat. Benzodiazepin berguna untuk terapi kecemasan, insomnia, kejang, dan
spasme otot.
Gambar 1. Struktur kimiawi diazepam
Secara umum senyawa aktif benzodiazepine dibagi kedalam empat
kategori berdasarkan waktu paruh eliminasinya, yaitu :
1. Benzodiazepin ultrashort-acting
2. Benzodiazepinshort-acting, dengan waktu paruh kurang dari 6 jam. Termasuk
di dalamnya triazolam, zolpidem dan zopiclone.
4
-
7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
5/18
3. Benzodiazepin intermediate-acting, dengan waktu paruh 6 hingga 24 jam.
Termasuk di dalamnya estazolam dan temazepam.
4. Benzodiazepin long-acting, dengan waktu paruh lebih dari 24 jam. Termasuk
di dalamnya flurazepam, diazepam dan quazepam.
B. AKTIVITAS DAN MEKANISME KERJA
Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam
gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistem syaraf pusat
Diazepam berikatan dengan reseptor-reseptor stereospesifik benzodiazepin di
neuron postsinaptik GABA pada beberapa sisi di dalam sistem syaraf pusat (SSP).
Diazepam meningkatkan penghambatan efektifitas GABA dalam
menghasilkan rangsangan dengan meningkatkan permeabilitas membran terhadap
ion klorida. Perubahan ini mengakibatkan ion klorida berada dalam bentuk
terhiperpolarisasi (bentuk kurang aktif / kurang memberikan rangsangan) dan
stabil.
5
-
7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
6/18
-
7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
7/18
Pada fase eliminasi baik pada terapi dosis tunggal maupun multi dosis,
konsentrasi N-Desmetildiazepam dalam plasma lebih tinggi dari diazepam sendiri.
N-Desmetildiazepam dengan bantuan enzim CYP3A4 diubah menjadi oxazepam,
suatu metabolit aktif yang dieliminasi dari tubuh melalui proses glukuronidasi.
Oxazepam memiliki estimasi t1/2 antara 5-15 jam. Metabolit yang ketiga adalah
Temazepam dengan estimasi t1/2 antara 10-20 jam. Temazepam dimetabolisme
dengan bantuan enzim CYP3A4 dan CYP 3A5 serta mengalami konjugasi dengan
asam glukuronat sebelum dieliminasi dari tubuh.
Gambar 3. Jalur metabolisme diazepam
Diazepam memiliki konsentrasi plasma yang berkorelasi buruk dengan
respon terapi, hal ini berhubungan dengan metabolit aktif yang dimiliki.
Konsentrasi obat dalam plasma dalam kadar tertentu dapat menyebabkan efek
yang buruk pada respon terapinya. Sebab kadar yang terlalu tinggi yang melewati
7
-
7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
8/18
kadar terapeutik, maka yang didapat bukanlah efek terapi yang diinginkan
melainkan efek toksik yang didapat. Hal tersebut disebabkan oleh :
1) adanya metabolit aktif yang sifatnya lebih toksik dibandingkan obat asalnya;
2) kualitas yang menyangkut dengan struktur kimianya
3) toleransi dan resistensi yang didapat oleh masing-masing individu
4) terapi dengansingle dose
5) durasi terhadap intensitas exposure
6) waktu tertundanya onset obat tersebut
C. INDIKASI
Diazepam diindikasikan untuk mengatasi status epileptikus, kejang
demam, kejang akibat keracunan, premedikasi, sedasi pada amnesia, serta
digunakan bersama-sama dengan anestesi lokal.
D. KONTRAINDIKASI
Pemberian diazepam harus dihindarkan untuk pasien dengan depresi
napas, kelemahan neuromuskular pada saluran napas termasuk unstable
myastenia gravis, insufiensi paru akut, sindroma sleep apnea,gangguan hepar
berat, tidak boleh digunakan secara tunggal pada depresi atau pada kecemasan
yang disertai depresi.
E. BENTUK SEDIAAN
Formulasi diazepam yang tersedia dipasaran adalah tablet (2 mg, 5 mg, 10
mg), kapsul (15 mg), liquid solusi (1 mg / ml dalam 500 ml kontainer dan unit-
dosis (5 mg & 10 mg); 5 mg / ml dalam30 ml botol penetes), solusio untuk IV/IM
injeksi (5 mg / ml ), solusi rectal, supositoria (5 mg dan 10 mg), rektal tube.
8
-
7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
9/18
F. NAMA DAGANG
Dindonesia terdapat beragam sediaan nama dagang untuk diazepam,
diantaranya adalah :
Diazepam (generic) tablet 2 mg, 5 mg
Lovium (Phapros) tablet 2 mg, 5 mg
Menthalium (Soho) tablet 2 mg, 5 mg, 10 mg
Paralium (Prafa) cairan injeksi 5 mg/5ml
Stesolid (Dumex Alpharma Indonesia)
o Cairan injeksi 10 mg/2ml,
o Enema: 5 mg/ 2,5ml, 10mg/2,5 mL
o Sirup: 2mg/ 5ml
o Tablet: 2 mg, 5 mg
Trankison (Combiphar), tablet 2 mg, 5 mg
Valium (Roche Indonesia) cairan injeksi 5 mg/5ml, tablet 2 mg, 5 mg
Validex (Dexa Medica), tablet 2 mg, 5 mg
Valisanbe (Sanbe), tablet 2 mg, 5 mg
Valdimex (Mesifarma TM), cairan injeksi 10 mg/2ml, tablet 5 mg
G. DOSIS DAN CARA PEMBERIAN
Dosis dan cara pemberian ditujukan sesuai dengan terapi apa yang
hendak diberikan, seperti:
9
-
7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
10/18
Premedikasi,Per oral 2 jam sebelum pembedahan, dewasa dan anak diatas
12 tahun, 5-10mg
Sedasi, dengan infuse intravena lambat segera sebelum prosedur, dewasa
dan anak > 12 tahun, 200 mikrogram/kg
Status epileptikus atau kejang epilepsi berulang , dengan injeksi intravena
lambat (dengan kecepatan rata-rata 5mg/menit), dewasa 10-20 mg, diulang
jika perlu setelah 30-60 menit; dapat diikuti dengan infuse intravena samapai
maksimal 3mg/kg dalam 24 jam; dengan injeksi intravena lambat, anak 200-
300 mikrogram/kg (atau 1 mg / tahun usia); melalui larutan per rectal, dewasa
dan anak lebih dari 10 kg, 500 mikrogram/kg, lansia 250 mikrogram/kg;
diulang jika perlu setiap 12 jam; jika kejang tidak terkontrol maka tindakan
lain harus dilakukan
Kejang demam (tindakan yang dianjurkan), per rectal, larutan (larutan
injeksi dapat digunakan), anak >10 kg, 500 mikrogram/kg (maksimal 10 mg),
dengan dosis dapat diulang jika perlu
Kejang demam ( alternatif), dengan injeksi intravena lambat, anak 200-
300 mikrogram/kg (atau 1 mg/ tahun usia)
Reaksi putus obat atau putus alkohol, injeksi inravena lambat (rata-rata
5mg/menit), dewasa 10 mg; dosis lebih tinggi dapat dibutuhkan tergantung
derajat beratnya gejala
Kejang akibat keracunan, injeksi intravena lambat ( rata-rata 5mg/menit),
dewasa 10-20 mg
10
-
7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
11/18
Ansietas, per oral, dewasa 2 mg 3 x sehari dapat ditingkatkan jika perlu
menjadi 15-30 mg sehari dengan dosis terbagi; lansia (atau kondisi berat)
setengah dosis dewasa
Insomnia, per oral, dewasa 5-15 mg saat tidur
Untuk premedikasi, absorpsi setelah pemberian suntik intramuscular
lambat dan tidak konstan; intramuscular diberikan hanya jika pemberian per oral
dan intravena tidak mungkin dilakukan. Injeksi intravena lambat di dalam vena
besar mengurangi risiko tromboflebitis. Pemberian per rectal dengan dosis 0,5-1
mg/kgBB diazepam untuk bayi dan anak di bawah 11 tahun dapat menghasilkan
kadar 500 g/ml dalam waktu 2-6 menit. Bagi anak yang lebih besar dan orang
dewasa pemberian rectal tidak bermanfaat untuk mengatasi kejang akut ataupun
status epileptikus, karena kadar puncak lambat tercapai dan kadar plasmanya
rendah (absorbsinya terlalu lambat).
Berdasarkan penelitian Sreenath et al, penggunan monoterapi lorazepam
lebih baik dan dianjurkan sebagai terapi status epilepticus daripada terapi
kombinasi diazepam-fenitoin, karena dilaporkan keefektivitasannya yang hampir
sama. Penggunaan monoterapi juga menurunkan efek samping yang kurang baik
bagi pasien.
H. EFEK SAMPING
Efek pada sistem saraf pusat sering terjadi termasuk mengantuk, kepala
terasa ringan pada hari berikutnya, kebingungan dan ataksia (terutama pada lanjut
usia); amnesia; ketergantungan; peningkatan pada agresi; kelemahan otot;
terkadang : sakit kepala, vertigo, gangguan saluran cerna, gangguan penglihatan,
11
-
7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
12/18
disartria, tremor, perubahan libido, inkotinensia, retensi urin; gangguan darah dan
kuning/jaundice; reaksi kulit; peningkatan enzim hati, terasa nyeri dan
tromboemboli pada injeksi intravena.
I. PERINGATAN
Hal-hal yang harus diperhatikan dan menjadi peringatan diantaranya:
menghindari penggunaan pada pasien dengan gangguan napas, myastnia
gravis, penyalahgunaan obat atau alkohol, gangguan kepribadian berat,
hamil, menyusui.
menurunkan dosis pada lansia, ganguan hepar (hindari jika berat) dan
gangguan ginjal.
menghindari pemakaian jangka pajang dan putus obat mendadak setelahnya.
Jika diberikan parenteral harus dipantau ketat
Apabila diberikan secara intravena, maka alat pencegah depresi napas dengan
ventilasi mekanis harus disiapkan
Diazepam diekskresikan melalui air susu dan dapat menembus barier
plasenta, karena itu penggunaan untuk ibu hamil dan menyusui sebisa mungkin
dihindari. Di dalam tubuh embrio bahan metabolit tersebut berpotensi
menginhibisi neuron, meningkatkan pH di dalam sel, dapat bersifat toksik.
Dengan terinhibisinya neuron maka akan terganggu pula transfer neurotransmiter
untuk hormon-hormon pertumbuhan, sehingga mengakibatkan pertumbuhan
embrio yang lambat. Dengan pH yang tinggi mengakibatkan sel tidak dapat
tereksitasi, sehingga kerja hormon pertumbuhan juga terganggu yang akhirnya
pertumbuhan janin juga terganggu. Pada trimester pertama masa kehamilan
12
-
7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
13/18
merupakan periode kritis maka bahan teratogen yang bersifat toksik akan
mempengaruhi pertumbuhan embrio, bahkan dapat mengakibatkan kematian
janin.
Diazepam ini tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang panjang
(tidak boleh lebih dari 3 bulan), karena berakibat buruk bagi tubuh penderita. Hal
ini mungkin dapat disebabkan karena waktu paruh diazepam yang cukup panjang,
ditambah lagi waktu paruh N-Desmetildiazepam yang lebih panjang yaitu, 2 kali
waktu paruh Diazepam. Hal ini berarti setelah konsentrasi diazepam dalam tubuh
habis untuk menghasilkan efek, masih dapat dihasilkan efek bahkan sebesar 2
kalinya yang diperoleh dari N-Desmetildiazepam sebagai metabolit aktif
diazepam. Ditambah lagi persentase metabolit yang terikat protein dalam plasma
(97%), lebih sedikit daripada prosentase diazepam yang terikat protein plasma
(98%-99%). Oleh karena itu penggunaan diazepam dalam terapi pengobatan harus
ekstra berhati-hati, yaitu perlu dipertimbangkan adanya efek yang ditimbulkan
oleh metabolit aktif.
K. INTERAKSI OBAT
Ada banyak sekali adendum yang terjadi antara diazepam dengan obat,
makanan atau zat lainnya yang efeknya harus menjadi perhatian bagi kalangan
medis dan penggunanya. Interaksi yang diuraikan dibawah adalah interaksi yang
terjadi secara farmakokinetik dan farmakodinamik. Adapun interaksi-interaksi
diazepam dengan berbagi obat/zat/makanan antara lain yaitu:
13
-
7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
14/18
Kombinasi diazepam dengan alcohol, anestesi, obat antidepresan, obat
antipsikosis, obat tidur dan barbiturate dapat meningkatkan efek samping
seperti mengantuk, kebingungan, atau kesulitan bernapas.
Kombinasi diazepam dengan jus anggur dapat meningkatkan kadar
diazepam dalam darah sehingga meningkatkan efek samping dari diazepam.
Clearence benzodiazepine dikurangi jika digunakan bersama dengan
Cimetidin atau Omeprazol, dan akan meningkat jika digunakan dengan
Rifamfisin.
Metabolisme diazepam dihambat oleh isoniazid, dan dipecepat oleh
rifamfisin.
Kadar plasma diazepam mungkin ditingkatkan oleh ritonavir.
ACE inhibitor dapat meningkatkan efek hipotensif saat ansiolitik dan
hipnotik diberikan degnan ACE inhibitor
Penyekat neuron adrenergic dapat eningkatkan efek hipotensif saat
ansiolitik dan hipnotik diberikan dengan penyekat neuron adrenergic
Alkohol dapat meningkatkan efek sedasi saat ansiolitik dan hipnotik
diberikan dengan alcohol
Penyekat alfa dapat meningkatkan efek hipotensi dan sedasi saat ansiolitik
dan hipnotik diberikan dengan penyekat alfa
Anastesi umum dapat meningkatkan efek hipotensi dan sedasi saat
ansiolitik dan hipnotik diberikan dengan anastesi umum
Analgesik dapat meningkatkan efek sedasi saat ansiolitik dan hipnotik
diberikan dengan analgesik opioid
14
-
7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
15/18
Angiotensin II reseptor antagonis dapat meningkatkan efek hipotensi saat
ansiolitik dan hipnotik diberikan dengan angiotensin II reseptor antagonis
Antibakterial rifampisin dapat meningkatkan metabolisme diazepam,
mengurangi konsentrasi dalam darah, sedangkan metabolisme diazepam
dihambat oleh isoniazid
Antikoagulan Chloral dan triclofos dapat meningkatkan sementara efek
antikoagulan dari koumarin.
Diazepam dapat meningkatkan atau menurunkan kadar fenitoin dalam
darah dengan saling mempengaruhi farmakokinetiknya, dimana fenitoin dalam
mekanisme kerjanya mengeliminasi CYP2C19 sedangkan diazepam
menghasilkan metabolit aktif CYP2C19.
Diazepam dalam darah mungkin ditingkatkan oleh valproat sehingga
meningkatkan risiko efek samping.
Antihistamin dapat meningkatkan efek sedasi saat ansiolitik dan hipnotik
diberikan dengan antihistamin
Antipsikotik dapat meningkatkan efek sedasi saat ansiolitik dan hipnotik
Antiviral dapat meningkatkan risiko sedasi lebih lama dan depresi napas
(saat alprazolam, clonazepam, diazepam, flurazepam, atau midazolam
diberikan bersama fosamprenavir; ritonavir, nelfinavir dan indinavir)
Barbiturate/ fenobarbital dapat mengurangi kadar diazepam dalam darah
Penyekat beta dapat meningkatkan efek hipotensif saat ansiolitik dan
hipnotik
15
-
7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
16/18
Penyekat kanal kalsium dapat meningkatkan efek hipotensif saat ansiolitik
dan hipnotik
Diazoxide dapat meningkatkan efek hipotensif saat ansiolitik dan hipnotik
Disulfiram menghambat metabolism benzodiazepine, meningkatkan efek
sedasi dan meningkatkan risiko toksisitas tenazepam;
Diuretik dapat meningkatkan efek hipotensif saat ansiolitik dan hipnotik
Benzodiazepine mungkin melawan efek levodopa
Lofexidine, Metildopa, Moxonidine, Pelemas otot (baclofen atau
tizanidine), Nitrat dapat meningkatkan efek sedasi saat ansiolitik dan hipnotik
Estrogen bersama diazepam meningkatka kadar melatonin dalam darah
Esomeprazole dan omeprazole mungkin menghambat metabolisme
diazepam, meningkatkan kadar dalam darah.
Antihipertensi vasodilator (hidralazin, minoxidil, atau sodium
nitropruside) dapat meningkatkan efek hipotensif saat ansiolitik dan hipnotik.
J. STABILITAS PENYIMPANAN
Untuk menjaga kestabilisan sediaan diazepam maka penyimpanan
dilakukan dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya. Untuk sediaan
parenteral lindungi dari cahaya. Khasiat obat bertahan sampai 3 bulan bila
disimpan dalam suhu kamar (20-250), stabil pada pH 4-8, terjadi hidrolisis jika
pH kurang dari 3 dan jangan campur sediaan i.v dengan obat lain. Untuk sediaan
rectal gel penyimpanan yang baik pada suhu 25C (15C - 30C) dan sediaan
tablet pada suhu 15C - 30C.
16
-
7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
17/18
BAB III
PENUTUP
Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine yang merupakan sedatif yang
berhubungan erat dengan depresi sistem saraf pusat, bekerja dengan
meningkatkan efek GABA (gamma aminobutyric acid) di otak. . Diazepam
merupakan obat dengan kelas terapi antiansietas, antikonvulsan, dan sedatif.
Diazepam bersifat lipid-soluble, dengan onset cepat, jika diberikan secara
IV adalah 1-5 menit dan IM 15-30 menit, sedangkan durasinya mulai 15 menit
sampai 1 hari. Diazepam dimetabolisme di hati dan di eksresikan di ginjal.
Pemberian diazepam harus dihindarkan untuk pasien dengan depresi napas,
kelemahan neuromuskular pada saluran napas , sindroma sleep apnea,gangguan
hepar berat, tidak boleh digunakan secara tunggal pada depresi.
Formulasi yang tersedia adalah tablet, kapsul, liquid, solusio untuk IV/IM
injeksi, solusi rectal, supositoria dan memiliki nama dagang yang banyak
diantaranya Valium, Lovium, Menthalium, Paralium. Stesolid dan banyak lagi.
Efek samping penggunaan diazepam terdapat pada sistem saraf pusat,
saluran cerna, saluran pernafasan dan sebagainya. Penggunaannya harus hati-hati
dan hanya boleh diresepkan oleh dokter karena efek samping yang banyak, kadar
terapeutik yang harus dengan monitoring serta interaksinya yang juga harus
sangat di perhatikan.
17
-
7/28/2019 Paper Diazepam (Muhammad Iqbal 11-101)
18/18
DAFTAR PUSTAKA
1. Couper FJ, Logan BK. Diazepam in Drugs and Human
Performance Fact Sheets (electronic version). Washington DC, National
Highway Traffic Safety Administration (NHTSA), 2004.
2. Katzung, Betram G. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta: Salemba
Medika, 2002.
3. Tim Penyusun. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta :
Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) Republik Indonesia, 2008.
4. Gunawan SG. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5. Jakarta : BagianFarmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
5. Anonymous. Diazepam. Diunduh dari URL http://wikipedia.org.id pada
tanggal 16 Juli 2010.
6. Tim Editor.MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 9. Jakarta :
Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia), 2009.
7. Alfred Goodman Gilman. Goodman & Gilmans the
Pharmacological Basis of Therapeutics 11th Edition (electronic version). New
York, Mc-Graw Hill Medical Publishing Division, 2006.
8. Sreenath TG, Gupta P,Sharma KK, Krishnamurthy S. Lorazepam
versus diazepam-phenytoin combination in the treatment of convulsive status
epilepticus in children: a randomized controlled trial.Eur J Paediatr Neurol.
2010 Mar;14(2):162-8.
9. Prasad K, Al-Roomi K, Krishnan PR. Anticonvulsant therapy for
status epilepticus. Br J Clin Pharmacol, 2005;63(6):640.
10. Murphy A. Phenytoin diazepam interaction. The Annals ofPharmacotherapy: 2003: 37(5); h. 659-63.
11. Platt SR, Mc Donnell JJ. Status epilepticus: Patien Management
and Pharmacologic Therapy. Compendium, 2000; 22(8):1-7.
12. Lawn ND, Wijdicks EFM. Status epilepticus: A critical review of
management options. Neurol J Southeast Asia 2002; 7 : 47 59.
18
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Sreenath%20TG%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Gupta%20P%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Sharma%20KK%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Krishnamurthy%20S%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Prasad%20K%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Al-Roomi%20K%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Krishnan%20PR%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Sreenath%20TG%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Gupta%20P%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Sharma%20KK%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Krishnamurthy%20S%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Prasad%20K%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Al-Roomi%20K%22%5BAuthor%5Dhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed?term=%22Krishnan%20PR%22%5BAuthor%5D