Modul Deskripsi Luka

download Modul Deskripsi Luka

of 29

description

Deskripsi Luka pada tutorial blok forensik

Transcript of Modul Deskripsi Luka

  • LAPORAN PBL

    SISTEM FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

    MODUL LUKA TEMBAK

    KELOMPOK 5 :

    1. ANDI SUCI KUMALA SARI ( K1A109064 ) 2. ALMINSYAH ( K1A110025 ) 3. AULIA ULFA RAMDANI ( K1A110080 ) 4. AULIA FADHILAH TASRUDIN ( K1A110068 ) 5. ANDI FAHRIANTI ( K1A110012) 6. DIAN SARI ENIMOSA (K1A110044 ) 7. HARNITA ( K1A110056 ) 8. LUCKY NURFITRIYAH ( K1A110050 ) 9. NURFAJRYANTI RAMLI ( K1A110006 ) 10. NUR INDRIA RESKY ( K1A110032 ) 11. NOFRYANTI RESTU HANDAYANI ( K1A110074 ) 12. SITTI NURSANTI ( K1A110038 ) 13. VANIA TRSYA SILONDAE (K1A110062 ) 14. ZUREZKY YUANA YAFIE ( K1A110019 )

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HALUOLEO

    KENDARI

    2012

  • SKENARIO Seorang pria 48 tahun dibawa ke PUSKESMAS diantaar oleh polisi. Ia ditemukan tewas pagi ini sekitar

    pukul 7 pagi disekitar daerah dimana sehari sebelumnya polisi melakukan penggerebekan perjudian

    ilegal. Beberapa bunyi tembakan terdengar saat itu, namun tidak ada seorang punyang dilaporkan

    tertembak.

    Kata/kaliat Kunci :

    1. Laki laki 48 tahun 2. Ditemukan tewas pukul 7 pagi ini,disekitar daerah pengrebekan perjudian illegal.

    3. Sehari sebelumnya polisi melakukan pengrebekan perjudian illegal

    4. Beberapa tembakan terdengar , tidak ada seorangpun dilaporkan tertembak.

    Pertanyaan :

    1. Bagaimana hubungan luka dengan histologi , fisiologi dari scenario ? 2. Menjelaskan patomekanisme luka/trauma ? 3. Karakteristik luka secara umum ? 4. Menjelaskan karakteristik luka pada scenario ? 5. Menjelaskan karakteristik kemungkinan agen penyebab luka pada scenario ? 6. Menjelaskan waktu terjadinya luka/trauma ? 7. Jelaskan apakah luka tersebut sebelum atau sesudah kematian ? 8. Menetapkan penyebab kematian paling mungkin dengan pendekatan (PMA) ? 9. Menjelaskan keparahan /derajat luka yang ditemukan sesuai hokum yang berlaku ?

    Jawaban :

  • 1. Bagaimana hubungan luka dengan histologi , fisiologi dari scenario ?

    Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan

    terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis,

    labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak

    tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis

    yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm

    sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan

    suatu lapisan jaringan ikat.

    EPIDERMIS

    Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng

    bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada

    berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya

    sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas

    lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam):

    a. Stratum Korneum Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.

    b. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan.

    Tidak tampak pada kulit tipis.

    c. Stratum Granulosum Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh

    granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya

    akan histidin. Terdapat sel Langerhans.

    d. Stratum Spinosum Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filamenfilamen

    tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi

    terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan

    mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum

    spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.

    e. Stratum Basale (Stratum Germinativum) Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel

    epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan,

    hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung

    melanosit.

    Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan

    mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).

    DERMIS

    Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai True Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis.

  • Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua

    lapisan :

    Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.

    Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

    Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut

    elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira

    5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan

    serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak

    mempunyai banyak keriput. Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga

    mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.

    Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis :

    struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon

    inflamasi

    SUBKUTIS

    Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini

    terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya.

    Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.

    Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis :

    melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock

    absorber.

    VASKULARISASI KULIT

    Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan

    retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan

    pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu

    cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis

    melalui membran epidermis

    FISIOLOGI KULIT

    Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan

    bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh

    (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari

    kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi

    mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon

    rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit

    berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh

    hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss

    dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi

    pembuluh darah kulit. Bila temperature meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian

    tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal

    kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh

    darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.

    PENYEMBUHAN LUKA

    Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi.

    Komponen utama dalam proses penyembuhan luka adalah kolagen disamping sel epitel. Fibroblas

  • adalah sel yang bertanggung jawab untuk sintesis kolagen. Fisiologi penyembuhan luka secara alami

    akan mengalami fase-fase seperti dibawah ini :

    a. Fase inflamasi Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Segera setelah terjadinya luka,

    pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi hemostasis

    karena agregasi trombosit yang bersama jala fibrin membekukan darah. Komponen

    hemostasis ini akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang meliputi Epidermal Growth

    Factor (EGF), Insulin-like Growth Factor (IGF), Plateled-derived Growth Factor (PDGF)

    dan Transforming Growth Factor beta (TGF-) yang berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Keadaan ini disebut fase inflamasi.

    Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear

    (PMN). Agregat trombosit akan mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth

    Factor beta 1 (TGF 1) yang juga dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF 1 akan

    mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis kolagen.

    b. Fase proliferasi atau fibroplasi Fase ini disebut fibroplasi karena pada masa ini fibroblas sangat menonjolperannya.

    Fibroblas mengalami proliferasi dan mensintesis kolagen. Serat kolagen yang terbentuk

    menyebabkan adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini mulai terjadi

    granulasi, kontraksi luka dan epitelialisasi

    c. Fase remodeling atau maturasi Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan luka.

    Terjadi proses yang dinamis berupa remodelling kolagen, kontraksi luka dan pematangan

    parut. Aktivitas sintesis dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan. Fase ini

    berlangsung mulai 3 minggu sampai 2 tahun . Akhir dari penyembuhan ini didapatkan parut

    luka yang matang yang mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal Tiga fase tersebut diatas

    berjalan normal selama tidak ada gangguan baik faktor luar maupun dalam.

    2. Menjelaskan patomekanisme luka/trauma ?

    Patomekanisme luka tembak

    Peluru mengenai kulit kulit teregang robekan gerakan rotasi peluru gesekan badan

    peluru dgn tepi robekan kelim lecet ( abrasion ring )

    Pd senjata terawat baik kelim lecet dijumpai pewarnaan kehitaman akibat minyak pelumas

    kelim kesat / kelim lemak ( grease ring; grease mark )

    Peluru masuk densitas rendah luka yg terjadi berbentuk bundar

    Peluru masuk densitas besar ( mis : tulang) sebagian tenaga dr peluru yg disertai dgn gas yg

    terbentuk memantul & mengangkat kulit diatasnya robekan mjd tdk beraturan atau

    berbentuk bintang.

    Peluru yg hanya menyerempet tubuh korban robekan dangkal Bullet slap atau Bullet graze

    Bila peluru menyebabkan luka terbuka LTM bersatu dgn LTK Gutter wound

  • 3. Karakteristik luka secara umum ?

    . Mekanik

    a. Kekerasan oleh benda tumpul

    I. Memar (kontusio, hematom)

    II. Luka lecet (ekskoriasi, abrasi)

    III. Luka terbuka/robek (vulnus laseratum)

    b. Kekerasan oleh benda tajam

    I. Luka iris/sayat

    II. Luka tusuk

    III. Luka bacok

    c. Tembakan senjata api

    I. Luka tembak temple (contact wound)

    II. Luka tembak jarak dekat (close range wounds)

    III. Luka tembak jarak jauh (long range wounds)

    a. Kekerasan oleh Benda Tumpul (Budiyanto dkk 1997)

    Benda benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka

    seperti ini adalah benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang

    terjadi dapat berupa memar (kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi,

    abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum).

    1. Luka Memar (Kontusio, Hematom)

    Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit atau kutis akibat

    pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul (Budiyanto

    dkk 1997).Memar banyak terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat

    (Catanese 2010).Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan

    dapat menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya

    (Catanese 2010). Lokasi dari adanya luka memar disebabkan adanya gaya gravitasi

  • sehingga lokasi luka memar letaknya mungkin jauh dari letak benturan (Budiyanto dkk

    1997). Letak, bentuk, luas dan adanya luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor

    seperti (Budiyanto dkk 1997 & Kumar et all 2007) :

    1. Besarnya kekuatan

    - Semakin besar kekuatan yang diterima maka akan adanya luka memar lebih

    besar.

    2. Kondisi dan jenis jaringan (jaringan ikat longgar, jaringan lemak)

    - Semakin sedikit kandungan jaringan ikat longgar dan jaringan lemak maka

    semakin mudah juga adanya luka memar.

    3. Usia

    - Semakin usia tua maka lebih mudah adanya luka memar, karena pada usia tua

    lapisan kulit (epidermis dan dermis) lebih tipis, keelastisitas kulit, dan pembuluh

    darah pada usia tua sudah rapuh.

    4. Jenis kelamin

    - Pada wanita lebih mudah untuk menimbulkan adanya luka memar, karena

    lapisan kulit pada wanita lebih tipis.

    5. Corak dan Warna kulit - Memar akan mudah terlihat pada kulit yang berwarna

    lebihterang/putih.

    6. Kerapuhan Pembuluh darah

    - Semakin rapuh pembuluh darah maka semakin mudah adanya luka memar, ini

    sejalan dengan bertambahnya umur.

    7. Lokasi

    - Lokasi yang memiliki pembuluh darah lebih banyak semakin memudah adanya

    luka memar.

  • Secara histologi Kulit manusia terdiri atas 2 lapisan, yaitu epidermis yang

    merupakan epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk dan dermis yang mempunyai

    korium berupa jaringan ikat (Paparo LL 1996).Lapisan kulit pada perempuan lebih tipis

    dibandingkan laki-laki (Snell RS2006).Dermis terdiri atas jaringan ikat padat yang

    mengandung banyak pembuluh darah, pembuluh limfatik, dan saraf.Dibawah bagian

    epidermis dan dermis terdapat hipodermis (Subkutan/Fasia superficial) / lapisan bawah

    kulit yang merupakan bukan bagian dari kulit, tetapi sebagai perluasan bagian dalam

    dermis yang mempunyai jaringan ikat longgar dan lemak (Paparo LL 1996).Dengan

    adanya jaringan ikat longgar ini memungkinkan keleluasaan gerak kulit diatasnya,

    kecuali pada telapak tangan dan kaki karena pada lokasi tersebut tergolong kulit tebal dan

    memiliki jaringan ikat longgar yang serat-seratnya saling mencekram sehingga

    keleluasaan gerak terbatas (Paparo LL 1996).Kepadatan dan susunan lapisan

    subkutanmenentukan morbilitas kulit dibawahnya (Paparo LL 1996).Jaringan ikat

    longgar berfungsi juga untuk melekatkan jaringan epitel ke struktur dibawahnya Sel

    lemak juga terdapat disini yang jumlahnya lebih banyak pada perempuan dibandingkan

    laki-laki, tetapi jumlah sel lemak tergantung pada keadaan gizi (Sherwood 2001). Pada

    bayi, luka memar cenderung lebih mudah terjadi karena sifat kulit yang longgar dan

    masih tipisnya jaringan lemak subkutan, demikian pula pada usia lanjut sehubungan

    dengan menipisnya jaringan lemak subkutan dan penurunan struktur dan ketebalan

    pembuluh darah sehingga pembuluh darah mudah rapuh dan kurang terlindung

    (Budiyanto dkk 1997). Usia luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui

    perubahan warnanya (Budiyanto dkk 1997). Pada saat timbul, memarberwarna merah,

    kemudian berubah menjadi ungu atau hitam, setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang

    kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7-10 hari, dan akhirnya menghilang dalam

    14-15 hari (Budiyanto dkk 1997). Itu semua disebabkan oleh aktivitas dari hemoglobin

    (Kumar et all 2007). Dimana hemoglobin ini akan keluar ke ruang ekstravaskular akibat

    dari kekerasan benda tumpul. Setelah itu Hb akan di fagositosis oleh makrofag dan

    degradasi yang berurutan dari Hb kemudian menjadi biliverdin lalu bilirubin dan terakhir

    menjadi hemosiderin (Who Do BruisesChange Colour ? and Other Question about Blood

    2003). Dimana Hb ini akan memberikan warna merah pada memar, biliverdin

    memberikan warna hijau, bilirubin memberikan warna kuning, dan hemosiderin

  • memberikanwarna emas/warna coklat (Gordon, Sharon, and Varquis, N 2002). Selain itu

    juga perubahan itu disebabkan oleh faktor oksigen, dimana ketika perubahan dari merah

    ke biru disebabkan Hb yang kehilangan oksigen dan ketika hijau berubah menjadi kuning

    yangmerupakan disintegrasi dan penyerapan darah secara bertahap (Royston, Angela, FL

    2004). Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan

    darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat

    menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan kematian (Knight 1996). Yang kedua

    adalah terjadinya agregasi darah dibawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena

    pada organ yang terkena sehingga dapat menyebabkan ganggren dan kematian jaringan.

    Yang ketiga, memar dapat menjadi tempat media berkembang biak kuman (Knight

    1996). Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah sirkulasi

    menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup,

    kuman tersering adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangren

    (Knight 1996).Pada identifikasi forensik jenazah terkadang antara luka memar dengan

    lebam mayat sulit dibedakan, karena keduanya secara kasat mata terlihat berwarna merah

    kehitam-hitaman.Cara membedakannya adalah dengan melakukan penyayatan pada

    lokasi adanya luka memar ataupun lebam mayat (Budiyanto 1997).Setelah dilakukannya

    penyayatan maka langkah selanjunya adalah dengan mengaliri daerah luka memar

    ataupun lebam mayatnya dengan air yang mengalir (Budiyanto 1997). Maka pada luka

    memar penampang sayatan yang dialiri air akan tetap memberikan gambaran yang merah

    kehitam-hitaman dan darah akan tetap mengalir dikarenakan pada luka memar tumpukan

    darah terjadi di ruang ekstravaskular karena robeknya pembuluh darah, sedangkan pada

    lebam mayat setelah dialiri air maka, pada lebam mayat penampang sayatan akan terlihat

    bersih dan tidak ada darah yang mengalir dikarenakan pada lebam mayat tumpukan darah

    terjadi di ruang intravaskular karena warna merah kehitam-hitamannya hanya berasal dari

    tumpukan eritrosit di bagian terbawah tubuh di vena dan venulanya (Budiyanto 1997).

    2. Luka Lecet

    Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda

    yang memiliki permukaan kasar atau runcing.Misalnya pada kecelakaan lalu lintas, tubuh

  • terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan

    dengan kulit. Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan

    sebagai luka gores (scratch), luka lecet serut (graze), luka lecet tekan (impression,

    impakabrasion), dan geser.

    1. Luka Lecet Gores/Scratch : Diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku

    jari yang menggores kulit) yang menggeser permukaan kulit (epidermis) di depannya dan

    mengakibatkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat menunjukan arah kekerasan

    yang terjadi. Berbeda dengan luka iris dimana pada luka gores jaringan yang rusak

    menyobek bukan mengiris.

    2. Luka Lecet Serut (Graze) : Adalah variasi dari luka gores yang daerah

    persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan

    melihat letak tumpukan epitel.

    3. Luka Lecet Tekan : Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit.

    Gambaran luka lecet tekan yang ditemukan pada mayat adalah daerah kulit yang kaku

    dengan warna lebih gelap dan sekitarnya akibat menjadi lebih padatnya jaringan yang

    tertekan serta terjadinya pengeringan yang berlangsung pasca mati.

    4. Luka Lecet Geser

    Disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus

    gantung atau jerat serta korban pecut.

    3. Luka Robek

    Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang

    menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka

    akan terjadi robekan pada kulit. Luka robek disebabkan oleh benda yang permukaannya

    runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan

    menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit (Catanese 2010).Tepi dari

    laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian

    yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi (Catanese 2010). Luka ini

    mempunyai ciri bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata,

  • tampak jembatan jaringan antar kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan,

    seiring tampak luka lecet atau lukamemar di sisi luka, ujung luka tidak runcing, akar

    rambut tampak hancur atau tercabut.

    b. Kekerasan oleh benda tajam

    LUKA IRIS

    - Incised wound,cut, slash

    LUKA TUSUK

    - Penetrating wound, stab, puncture, perforation

    LUKA BACOK

    - Chop wound

    1. Luka Iris (Incised Wound)

    Luka iris adalah luka yang panjang tetapi dangkal dengan pinggirluka yang rata

    Disebabkan gerakan menyayat dengan memakai benda tajam seperti pisau atau silet.

    Karena gerakan tersebut, luka biasa tidak dalam.

    Ciri-ciri luka iris:

    - Panjang luka lebih besar daripada dalamnya luka

    - Tepi luka rata, ujung luka runcing

    - Rambut ikut teriris

    - Tidak ada jembatan jaringan

    - Perdarahan lebih banyak bila pembuluh darah ikut teriris

    - Semua senjata bermata tajam berpotensi sebagai penyebab luka iris sehingga

    identifikasi alat tidak bermakna.

    2. Luka Tusuk (Stab Wound)

  • Diakibatkan oleh benda tajam/benda runcing,mengenai tubuh dengan arah tegak

    lurus/kurang lebih tegak lurus. Merupakan luka terbuka, kedalaman luka lebih daripada

    panjang luka. Tepi luka biasanya rata dengan sudut luka yang runcing pada sisi tajam

    benda penyebab luka tusuk.

    3. Luka Bacok (Chop Wound)

    Luka yang disebabkan oleh benda bermata tajam atau agak tumpul, yang berat

    atau ukurannya besar, akibat suatu ayunan yang disertai tenaga yang besar.Contoh benda

    : golok, mandau, kapak, clurit, pedang, sabit, baling-baling kapal.Dapat memotong,

    merobek dan menghancurkan tulang.Luka bacok dihasilkan dari gerakkan merobek atau

    membacok.

    Ciri-ciri Luka Bacok:

    - Ukuran luka biasanya besar

    - Tepi luka tergantung pada mata senjata

    - Sudut luka tergantung pada mata senjata

    - Hampir selalu mengakibatkan kerusakan pada tulang.

    - Kadang-kadang memutuskan bagian tubuh yang terkena bacokan.

    - Di sekitar luka dapat kita temukan luka memar (contussion) atau luka lecet

    (abrasion) atau aberasi.

    c. Tembakan senjata api

    1. Luka Tembak Masuk:

    luka tembak tempel

    luka tembak jarak dekat

    luka tembak jarak jauh

    2. Luka Tembak Keluar (luka tembus)

  • Tabel. Perbedaan luka tembak masuk dan keluar

    Luka tembak masuk Luka tembak keluar

    Ukurannya kecil (berupa satu

    titik/stelata/bintang), karena peluru

    menembus kulit seperti bor dengan

    kecepatan tinggi

    Ukurannya lebih besar dan lebih tidak

    teratur dibandingkan luka tembak

    masuk, karena kecepatan peluru

    berkurang hingga menyebabkan

    robekan jaringan.

    Pinggiran luka melekuk kearah dalam

    karena peluru menmebus kulit dari

    luar

    Pinggiran luka melekuk keluar karena

    peluru menuju keluar.

    Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami abrasi.

    Bisa tampak kelim lemak. Tidak terdapat kelim lemak

    Pakaian masuk kedalam luka, dibawa

    oleh peluru yang masuk.

    Tidak ada

    Pada luka bisa tampak hitam,

    terbakar, kelim tato atau jelaga.

    Tidak ada

    Pada tulang tengkorak, pinggiran luka

    bagus bentuknya.

    Tampak seperti gambaran mirip

    kerucut

    Bisa tampak berwarna merah terang

    akibat adanya zat karbon monoksida.

    Tidak ada

    Disekitar luka tampak kelim ekimosis. Tidak ada

    Luka tembak masuk Luka tembak keluar

    Perdarahan hanya sedikit. Perdarahan lebih banyak

    Pemeriksaan radiologi atau analisis

    aktivitas netron mengungkapkan

    Tidak ada

  • adanya lingkaran timah / zat besi di

    sekitar luka.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi cedera akibat senjata api :

    Jenis peluru

    Kecepatan peluru

    Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat penembakan

    Densitas jaringan tubuh dimana peluru masuk

    Jarak antara senjata api dengan tubuh korban saat penembakan

    1. Jika senjata ditembakkan pada jarak yang sangat dekat atau menempel dengan kulit :

    Jaringan subkutan 5 sampai 7,5 cm disekitar luka tembak masuk mengalami laserasi

    Kulit disekitar luka terbakar atau hitam karena asap. Kelim tato terjadi karena bubuk

    mesiu senjata yang tidak terbakar.

    Rambut di sekitar luka hangus.

    Pakaian yang menutupi luka terbakar karena percikan api dari senjata.

    Walaupun jarang bisa ditemukan bercak berwarna abu-abu atau putih di sekitar luka.

    Hal ini terjadi jika bubuk mesiu tidak berasap dan tidak terdapat bagian kehitaman pada

    kulit.

    2. Tembakan jarak dekat

    Jaraknya adalah 30-45 cm dari kulit.

    Ukuran luka lebih kecil dibandingkan peluru

    Warna hitam dan kelim tato lebih luar disekitar luka

    Tidak ada luka bakar atau kulit yang hangus.

    3. Tembakan jarak jauh

    Jaraknya adalah di atas 45 cm.

    Ukuran luka jauh lebih kecil dibandingkan peluru.

    Kehitaman atau kelim tato tidak ada

  • Bisa tampak kelim lecet. Jika peluru menyebabkan gesekan pada lubang tempat masuk

    dan menyebabkan lecet, maka di sebut kelim lecet.

    4. Menjelaskan karakteristik luka pada scenario ?

    Deskripsi Luka Tembak

    1. Lokasi

    jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis pertengahan tubuh

    lokasi secara umum terhadap bagian tubuh 2. Deskripsi luka luar

    ukuran dan bentuk lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya luka bakar lipatan kulit, utuh atau tidak tekanan ujung senjata

    3. Residu tembakan yang terlihat

    grains powder deposit bubuk hitam, termasuk korona tattoo metal stippling

    4. Perubahan

    oleh tenaga medis oleh bagian pemakaman

    5. Track

    penetrasi organ arah kerusakan sekunder kerusakan organ individu

    6. Penyembuhan luka tembakan

    titik penyembuhan tipe misil tanda identifikasi susunan

    7. Luka keluar

    lokasi karakteristik

  • berdasarkan data diatas maka deskripsi luka pada scenario adalah

    lokasi : tidak dapat ditentukan

    bentuk : bundar/seperti lingkaran

    warna : hitam

    ukuran : +/- 1 cm

    tepi : tidak rata

    luka tembak masuk dan luka tembak jarak jauh

    5. Menjelaskan karakteristik kemungkinan agen penyebab luka pada scenario ? Berdasarkan gambar pada scenario dapat dismpulkan bahwa luka yang dialami oleh korban

    adalah luka tembak dengan cirri-ciri luka berbentuk bundar, disekitar luka berbintik-bintik

    berwarna hitam gelap akibat bubuk mesiu yang tidak terbakar/tattoo

    6. Menjelaskan waktu terjadinya luka/trauma ? Untuk menentukan kapan waktu kematian berdasarkan scenario, kurang bisa di lakukan.

    Karena kata kunci yang diberikan masih kurang, dan perlu dilakukan pemeriksaan lebih

    lanjut akan hal itu. Untuk waktu kematian bias di tentukan berdasarkan

    a. Livor mortis,

    b. Algor Mortis,

    c. Rigor mortis dan

    d. Pembusukan.

    Tanda Kematian Pasti :

    Lebam mayat (livor mortis)

    Kaku mayat (rigor mortis)

    Penurunan suhu tubuh (algor mortis)

    Pembusukan (decomposition, putrefaction)

    Adiposera atau lilin mayat

    Mumifikasi Terjadinya adipocere dan mummifikasi dapat dikatakan jarang dijumpai oleh karena memerlukan

    berbagai factor, kondisi yang tidak selamanya ada, khususnya di Indonesia.

    Perubahan post mortem :

    Kulit wajah pucat : krn sirkulasi berhenti, darah mengendap terutama pembuluh darah besar

    Relaksasi primer : krn tonus otot tidak ada rahang bawah melorot

    Perubahan pada mata : pandangan mata kosong, refleks (-)

    10-12 jam keruh kornea

    Penurunan suhu mayat (algor mortis): karena perpindahan panas ke dingin melalui konduksi, konveksi dan radiasi serta evaporasi

    Penurunan suhu = 10x(37-temperatur rektal) = ..... jam

    8

    Definisi Mati

    Berhentinya ketiga sistem yaitu kardiovaskular, respirasi , dan sistem saraf pusat, yang

    merupakan satu unit kesatuan dan tidak terkonsumsinya oksigen.

  • Saat kematian (dalam jam) dapat dihitung rumus Post Mortem Interval (PMI) oleh Glaister dan

    Rentoul :

    - Formula untuk suhu dalam derajat Celcius

    PMI = 37 o C - RT

    o C +3

    - Formula untuk suhu dalam derajat Fahrenheit

    PMI = 98,6 o F - RT

    o F

    Perubahan biokimia Ada 3 contoh perubahan biokimia pada fase lanjut post mortem, yaitu :

    1. Perubahan plasma, yaitu peningkatan kadar kalium, pospor, CO & asam laktat dan

    penurunan kadar glukosa & pH.

    1. Perubahan humor vitreus yang berupa peningkatan kadar kalium yang terjadi antara 24 sampai 100 jam post mortem.

    2. Perubahan jantung berupa adanya chicken fat clot (bekuan lemak ayam) yaitu bekuan darah post mortem menyerupai lemak ayam yang berwarna merah kekuningan. Bekuan ini biasanya kita

    temukan pada jantung mayat yang mati dengan proses kematian lama.

    Perubahan pada kulit : Lebam mayat (livor mortis, post mortum lividity, post mortum suggilation, post mortum hypostasis) :

    terjadi karena pengendapan butir-butir ertirosit karena adanya gaya gravitasi sesuai dengan tubuh,

    berwarna biru ungu tetapi masih dalam pembuluh darah. Timbul 20-30 menit dan setelah 6-8 jam

    lebam mayat masih bisa ditekan dan masih bisa berpindah tempat. Suhu tubuh yang tinggi dapat

    mempercepat timbulnya lebam mayat.

    Terbentuknya lebam mayat terjadi karena kegagalan sirkulasi, dan aliran balik vena gagal

    mempertahankan darah mengalir melalui saluran pembuluh darah kapiler akibatnya butir sel darahnya

    saling tumpuk memenuhi saluran tersebut dan sukar dialirkan di tempat lain (fenomena kopi tubruk).

    Gaya gravitasi meyebabkan darah yang terhenti tersebut mengalir ke area terendah.

    Korban meninggal peredaran darah berhenti stagnasi akibat gravitasi darah mencari

    tempat yang terendah terlihat bintik-bintik merah kebiruan.

    Timbul : 30 menit setelah kematian somatis dan intensitas maksimal (menjadi lengkap) setelah 8-12

    jam post mortal. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih dapat berpindah-pindah, jika posisi mayat

  • diubah, misalnya dari terlentang menjadi tengkurap. Namun setelahnya, lebam mayat sudah tidak

    dapat hilang (fenomena kopi tubruk).

    Tidak hilangnya lebam mayat pada saat itu, dikarenakan telah terjadinya perembesan darah kedalam

    jaringan sekitar akibat rusaknya pembuluh darah akibat tertimbunnya sel sel darah dalam jumlah

    yang banyak, adanya proses hemolisa sel-sel darah dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah.

    Dengan demikian penekanan pada daerah lebam yang dilakukan setelah 8 12 jam tidak akan

    menghilang. Hilangnya lebam pada penekanan dengan ibu jari dapat memberi indikasi bahwa suatu

    lebam belum terfiksasi secara sempurna. Atas dasar keadaan tersebut, maka dari sifat-sifat serta

    distribusi lebam mayat dapat diperkirakan apakah pada tubuh korban telah terjadi manipulasi

    merubah posisi korban.

    Lokalisasi : tempat yang terendah

    Kecuali : bagian tubuh yang

    - tertekan dasar

    - tertekan pakaian

    Perbedaan antara lebam mayat & hematom lihat bab traumatologi

    letak lebam mayat tidak berubah, bila posisi mayat tidak diubah.

    Warna lebam mayat:

    - Normal : Merah kebiruan

    - Keracunan CO : Cherry red

    - Keracunan CN : Bright red

    - Keracunan nitrobenzena : Chocolate brown

    - Asfiksia : Dark red

    Warna Lebam Mayat

    Lebam mayat sering berwarna merah kebiru-biruan, tetapi bervariasi, tergantung oksigenasi sewaktu

    korban meninggal. Bila terjadi bendungan, hipoksia, mayat memiliki warna lebam yang lebih gelap

    karena adanya hemoglobin tereduksi dalam pembuluh darah kulit. Lebam mayat merupakan

    indikator kurang akurat dalam menentukan mekanisme kematian, dimana tidak ada hubungan antara

    tingkat kegelapan lebam mayat dengan kematian yang disebabkan asfiksia. Sering kematian sebab

    wajar oleh karena gangguan koroner atau penyakit lain memiliki lebam yang lebih gelap. Terkadang

  • area lebam mayat berwarna terang dan dilanjutkan dengan area lebam mayat berwarna lebih gelap.

    Hal ini akan berubah seiring memanjangnya interval post mortem. Sering kali warna lebam mayat

    merah terang atau merah muda. Kematian yang disebabkan hipotermia atau terpapar udara dingin

    selama beberapa waktu, seperti tenggelam, dimana warna lebam mayat dapat menentukan penyebab

    kematian, tetapi relatif tidak spesifik oleh karena mayat yang terpapar udara dingin setelah mati

    (terutama bila mayat yang di dalam lemari es mayat) dapat terjadi perubahan lebam dari merah

    padam menjadi merah muda.

    Mekanismenya belum pasti, tetapi sangatlah jelas merupakan hasil dari perubahan hemoglobin

    tereduksi menjadi oksihemoglobin. Hal ini dapat dimengerti pada kasus hipotermia, dimana

    metabolisme reduksi dari jaringan gagal mengambil oksigen dari sirkulasi darah.

    Diketahui bahwa lebam mayat yang merah padam berubah menjadi merah muda pada batas

    horizontal anggota tubuh bagian atas, warna lebam pada anggota tubuh bagian bawah tetap gelap,

    sehingga perubahan secara kuantitatif lebam dapat ditentukan, dimana hemoglobin lebih mudah

    mengalami reoksigenasi karena eritrosit kurang mengendap pada bagian lebam.

    Perubahan lainnya pada warna lebam lebih berguna. Pada keracunan gas karbonmonoksida, lebam

    mayat akan berwarna merah bata atau cherry red, yang merupakan warna dari karboksi-hemoglobin

    (COHb). Keracunan sianida akan memberikan warna lebam merah terang. Oleh karena kadar oksi

    hemoglobin (HbO) dalam darah vena tetap tinggi. Pada keracunan zat yang dapat menimbulkan

    methemoglobinemia, seperti pada keracunan kalium khlorat, kinine, anilin, asetanilid dan

    nitrobensen, lebam akan berwarna coklat-kebiruan (slaty) oleh karena adanya methemoglobin yang

    berwarna coklat serta adanya sianosis. Pada kasus tenggelam atau pada kasus dimana tubuh korban

    berada pada suhu lingkungan yang rendah, maka lebam mayat khususnya yang dekat letaknya

    dengan tempat yang bersuhu rendah, akan berwarna merah terang. Ini disebabkan karena suhu yang

    rendah akan mempengaruhi kurva dissosiasi dari oksi-hemoglobin. Kematian yang disebabkan sepsis

    dimana Clostridium perfringens sebagai agen infeksi, bercak berwarna pucat keabuan dapat

    terkadang terlihat pada kulit, Walaupun hal ini tidak timbul pada lebam. Pemeriksaan laboratorium

    sederhana yaitu test resistensi alkali dapat juga dilakukan, yaitu dengan menetesi contoh darah yang

    telah diencerkan dengan NaOH/KOH 10%. Pada CO, warna tetap beberapa saat oleh karena

    resistensi, sedangkan pada CN, warna segera menjadi coklat oleh karena terbentuknya hematina

    alkali. Pada anemi berat, lebam mayat yang terjadi sedikit, warna lebih muda dan terjadi biasanya

    lebih lambat. Begitu juga pada kematian dengan perdarahan yang banyak, maka warna lebam mayat

    akan berwarna lebih muda. Pada poliasitemia sebaliknya lebam mayat lebih cepat terjadi.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan lebam mayat adalah: viskositas darah,

    termasuk berbagai penyakit yang mempengaruhinya, kadar Hb, dan perdarahan (hipovolemia).

    Kepentingan mediko-legal

    Secara medikolegal yang terpenting dari lebam mayat ini adalah letak dari warna lebam itu sendiri

    dan distribusinya. Perkembangan dari lebam mayat ini terlalu besar variasinya untuk digunakan

  • sebagai indikator dari penentuan saat mati. Sehingga lebih banyak digunakan untuk menentukan

    apakah sudah terjadi manipulasi posisi pada mayat.

    Kegunaan lebam mayat pada kedokteran forensik yaitu:

    1. Merupakan tanda pasti dari kematian.

    2. Dapat dipakai untuk menaksir saat kematian.

    3. Dapat menentukan apakah posisi jenasah pernah dirubah atau tidak

    4. Kadang kadang dapat untuk menduga sebab kematian.

    Perubahan pada otot Rigor mortisberasal dari bahasa latin Rigor berarti stiff atau kaku, dan mortis yang berarti tanda

    kematian (sign of death). Livor mortis terjadi karena adanya kelenturan otot setelah mati karena

    adanya metabolisme tingkat selular masih berjalan berupa pemecahan cadangan

    glikogenenergiADP ATP. Selama masih ada energiaktin miosin masih regang.

    Jika glikogen otot habis dan energi tidak ada maka ADP tidak bisa jadi ATP ADP . Menurut

    Szent-Gyorgyi di dalam pembentukan rigor mortis peranan ATP sangat penting. Rigor mortis terjadi

    akibat hilangnya ATP. ATP digunakan untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi

    relaksasi otot. Namun karena pada saat kematian proses metabolisme tidak terjadi sehingga tidak ada

    produksi ATP. Karena kekurangan ATP sehingga kepala miosin tidak dapat dilepaskan dari filamen

    aktin, dan sarkomer tidak dapat berelaksasi. Karena hal ini terjadi pada semua otot tubuh maka

    terjadilah kekakuan dan tidak dapat digerakkan.ATP dibutuhkan untuk mengambil kembali kalsium

    ke dalam retikulum sarkoplasma dari sarkomer. Untungnya ketika otot berelaksasi, kepala miosin

    dikembalikan keposisinya, siap dan menunggu untuk berikatan dengan sisi dari filamen aktin. Sebab

    tidak ada ATP yang bisa digunakan, pelepasan ion kalsium tidak dapat kembali ke retikulum

    sarkoplasma. Ion kalsium bergerak melingkar di samping sarkomer dan menemukan cara untuk

    berikatan dengan sisi filamen tebal dari protein regulator.

  • Skema Terjadinya Rigor Mortis

    Timbul : 1-3 jam postmortem (rata-rata 2 jam), dipertahankan 6-24 jam, dimulai dari otot kecil :

    rahang bawah, anggota gerak atas, dada, perut dan anggota bawah kemudian kaku lengkap. Menurun

    setelah 24 jam.

    Faktor yang mempercepat terjadinya rigor mortis, yaitu :

    o Aktivitas fisik pra kematian / pre mortal. Pada orang yang melakukan aktivitas yang berlebihan sebelum kematiannya, rigor mortis akan

    terjadi lebih cepat. Onset dari rigor mortis menjadi cepat dan durasinya menjadi singkat juga

    dapat terjadi pada penyakit yang menyebabkan kelelahan otot yang sangat sehingga

    katabolismenya meningkat seperti kolera, cacar, tifus abdominalis, tuberkulosis, kanker, uremia,

    penyakit ginjal kronis, tetanus, serangan epilepsi, hidrofobia, skorbut, rematik akut, meningitis,

    septikemia, piemia dan penyakit abdomen lainnya. Pada keadaan ini rigor mortis hanya

    berlangsung 1 2 jam saja, sehingga sering tidak terlihat oleh pemeriksa. Pada kasus tersambar

    petir, dimana rigor mortis terjadi secara cepat dan menghilang secara cepat sering tidak terlihat

    pada waktu pemeriksaan. Keracunan striknin dosis kecil, racun slinal, natrium salisilat, racun

    penyebab kejang, alkaloid, karbon monoksida, dinitroortocresol (DNOC) pentachlorphenol, dan

    penghambat cholinesterase, luka gorok pada leher, luka listrik dan luka tembak menyebabkan

    onset dari rigor mortis yang berlangsung cepat dan mempunyai durasi yang berlangsung singkat.

    o Suhu tubuh tinggi. o Konstitusi berupa tubuh kurus. o Suhu lingkungan tinggi.

  • Pada lingkungn yang bersuhu tinggi dan lembab, seperti pada daerah tropis, onset rigor mortis

    berlangsung cepat dan durasinya pun berlangsung singkat. Sebaliknya pada lingkungan bersuhu

    rendah dan kering, onset rigor mortis ini berlangsung lambat dan durasinyapun berlangsung lebih

    lama. Pada daerah yang sangat dingin, rigor mortis dapat terhambat munculnya secara tak

    terbatas dan bila sudah muncul dapat menetap sampai lebih dari 3 minggu

    o Umur yaitu anak-anak dan orang tua. o Gizi yang jelek. Kekakuan yang menyerupai kaku mayat :

    1. Cadaveric spasm (instantaneous rigor)

    o akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal

    o kaku mayat timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer, mayat langsung mengalami kekakuan secara terus-menerus sampai terjadi relaksasi sekunder

    o Terlihat pada kasus : bunuh diri dengan pistol atau senjata tajam, mati tenggelam, mati mendaki gunung, pembunuhan dimana korban menggenggam robekan pakaian pembunuh.

    Tabel. Perbedaan Rigor Mortis dan Cadaveric Spasm

    Pembeda Rigor Mortis Cadaveric Spasm

    Waktu timbul Dua jam setelah meninggal.

    Rigor mortis lengkap setelah 12 jam.

    Sesaat sebelum meninggal (intravital)

    dan menetap.

    Faktor

    predisposisi

    - Kelelahan, emosi hebat, ketegangan,

    dll.

    Etiologi Habisnya cadangan glikogen secara

    general.

    Habisnya cadangan glikogen pada otot

    setempat.

    Pola

    terjadinya

    kaku otot

    Sentripetal, dari otot-otot kecil

    kemudian otot besar.

    Kaku otot pada satu kelompok otot

    tertentu.

    Kepentingan

    medikolegal

    Untuk penentuan saat kematian. Untuk menunjukkan sikap terakhir

    masa hidupnya. Biasanya pada kasus

    pembunuhan, bunuh diri, dan

    kecelakaan.

    Suhu mayat Dingin. Hangat.

    Kematian sel. Ada. Tidak ada.

    Relaksasi Ada Tidak ada

  • primer

    Timbulnya Lambat Cepat

    Lamanya Cepat hilang Lambat hilang (dipertahankan)

    Koordinasi

    otot

    Kurang Baik

    Lokasi otot Menyeluruh Setempat (yang aktif)

    Rangsangan

    sel.

    Tidak ada respon otot. Ada respon otot.

    Kaku otot. Dapat dilawan dengan sedikit tenaga. Perlu tenaga kuat untuk melawannya.

    2. Heat stiffening :

    o kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas o serabut-serabut ototnya memendek sehingga menimbulkan fleksi leher, siku, paha dan

    lutut,membentuk sikap petinju (pugilistic attitude) pada kasus mati terbakar

    3. Cold stiffening

    o terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot

    Pembusukan : a. Autolisis

    o Tubuh membentuk enzim merusak sel dari nukleussitoplasmadindinghancur b. Mikroorganisme : bakteri patogen dalam sekum

    o Setelah mati daya tahan tubuh turun karena leukosit menurun kuman mudah masuk ke pembuluh darah media baik untuk tumbuh kuman hancurkan darah dan bentuk amonia dan H2S pertama kali terlihat didaerah kanan pada fossa iliaka kanan tepatnya disekum terlihat warna ungu (livide) yang merupakan reaksi Hb dan H2S methsulf Hb.

    o Gas pembusukan masuk ke pembuluh darah pembuluh darah melebar sehingga perut menggembung pecahnya kapiler di alveoli keluar darah lewat hidung.

    o Pembusukan dimulai 48 jam postmortem, belatung pada 36 jam kemudian. Proses pembentukan belatung:

    Mayat dihunggapi lalatlalat bertelur di mayat larva belatung.

    c. Pembusukan dapat dikenali dari adanya warna hijau kemerah-merahan pada dinding perut bagian kanan bawah berlanjut dengan terbentuknya gelembung-gelembung yang berisi cairan kehitaman tubuh menggelembung, lidah keluar, bibir membengkak dan mencucur, bola mata menonjol keluar, kulit ari mngelupas pecahnya dinding perut dan hancurnya bagian tubuh yg lunak.

  • Tabel . Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembusukan mayat

    Faktor dari dalam Faktor dari Luar

    Umur

    Bayi yang belum makan apa-apa paling lambat

    terjadi pembusukan

    Mikroorganisme/sterilitas

    Konstitusi tubuh

    Tubuh gemuk lebih cepat membusuk daripada

    tubuh kurus

    Suhu optimal

    yaitu 21-380C (70-100

    0F) mempercepat

    pembusukan. Berhenti pada suhu 2120F

    Keadaan saat mati

    Udem, infeksi dan sepsis mempercepat

    pembusukan. Dehidrasi memperlambat

    pembusukan

    Kelembaban udara

    Kelembaban udara yang tinggi mempercepat

    pembusukan

    Seks

    Wanita baru melahirkan (uterus post partum)

    lebih cepat mengalami pembusukan

    Sifat medium.

    Hukum Casper Udara : air : tanah = 8 : 2 : 1

    (di udara pembusukan paling cepat, di tanah

    paling lambat).

    kaedaan mayat setelah 1 minggu di udara

    terbuka sama dengan 2 minggu di dalam air

    sma dengan 8 minggu keadaan mayat di dalam

    tanah atau kuburan

    Golongan alat tubuh berdasarkan kecepatan terjadi pembusukan :

    a. cepat : otak, lambung, usus, uterus hamil/post partum b. lambat : jantung, paru, ginjal, diafragma c. paling lambat : prostate, uterus yang tidak hamil

    Tabel. Perbedaan Bulla Intravital dan Bulla Pembusukan

    Bulla

    Intravital

    Perbedaan Bulla Pembusukan

    Kecoklatan Warna kulit ari Kuning

  • Tinggi Kadar albumin & klor Bulla Rendah atau tidak ada

    Hiperemis Dasar bulla Merah pembusukan

    Intraepidermal Jaringan yang terangkat Antara epidermis & dermis

    Ada Reaksi jaringan & respon darah Tidak ada

    Variasi-variasi pembusukan:

    a. Mummifikasi o Terjadi bila temperatur turun, kelembaban turun dehidrasi viceral sehingga kuman-kuman

    tidak berkembang tidak terjadi pembusukan mayat mengecil, bersatu berwarna coklat kehitaman, struktur anatomi masih lengkap sampai bertahun-tahun.

    o Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan

    o Syarat terjadinya mummifikasi : Suhu relatif tinggi Kelembaban udara rendah Aliran udara baik Waktu yang lama (12-14 minggu)

    o Yang terlihat pada mummifikasi adalah penyusutan bentuk tubuh, kulit padat hitam seperti kertas perkamen

    b. Adipocare o Terjadi karena hidrogenisasi asam lemak tidak jenuh (asam palmitat, asam stearat, asam

    oleat) dihidrogenisasi menjadi asam lemak jenuh yang relatif padat .

    o Suhu tinggi kelembaban tinggi lemak asam lemak pH turun kuman tidak bisa berkembang asam lemak dehigrogenase penyabunan mayat menjadi kebalikannya mumifikasi.

    o Syarat terjadinya adiposera : Suhu rendah, kelembaban tinggi Lemak cukup Aliran udara rendah Waktu yang lama

    Perkiraan Saat Kematian

    Perubahan pada mata : Kekeruhan menyeluruh pada kornea terjadi kira-kira 10-12 jam pasca mati

    Perubahan dalam lambung : Pengosongan lambung yang terjadi dalam 3-5 jam setelah makan terakhir, misalnya sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan makan besar membtuhkan

    waktu 3 sampai 5 jam untuk dicerna.Kecepatan pengosongan lambung ini dipengaruhi oleh penyakit-

    penyakit saluran cerna, konsistensi makanan dan kandungan lemaknya.

    Perubahan rambut : Panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian, kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4 mm/hari

    Pertumbuhan kuku : Pertumbuhan kuku yang diperkirakan sekitar 0,1 mm/hari

  • Perubahan dalam cairan serebrospinal : Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg% menunjukkan kematian belum lewat 10 jam, Kadar nitrogen non protein kurang 80 mg%

    menunjukkan kematian belum 24 jam

    Metode Entomologik : Larva Musca domestica mencapai panjang 8 mm pada hari ke-7, berubah menjadi kepompong pada hari ke-8, menjadi lalat pada hari ke-14. Larva Sarcophaga cranaria

    mencapai panjang 20 mm pada hari ke-9, menjadi kepompong pada hari ke-10 dan menjadi lalat pada

    hari ke-18. Necrophagus species akan memakan jaringan tubuh jenazah. Sedangkan predator dan

    parasit akan memakan serangga Necrophagus. Omnivorus species akan memakan keduanya baik

    jaringan tubuh maupun serangga. Telur lalat biasanya akan mulai ditemukan pada jenazah sesudah 1-

    2 hari postmortem. Larva ditemukan pada 6-10 hari postmortem. Sedangkan larva dewasa yang akan

    berubah menjadi pupa ditemukan pada 12-18 hari.

    Reaksi supravital : Reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup. Rangsang listrik dapat menimbulkan kontraksi otot mayat

    hingga 90-120 menit pasca mati, mengakibatkan sekresi kelenjar sampai 60-90 menit pasca mati,

    trauma masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1 jam pasca mati

    7. Jelaskan apakah luka tersebut sebelum atau sesudah kematian ?

    Luka intravital dan postmortem

    Pada luka di tubuh jenazah perlu ditentukan apakah luka tersebut terjadi sebelum atau sesudah

    kematian sehingga perlu dicari adanya tanda-tanda intravital. Tanda intravital merupakan tanda yang

    menunjukkan bahwa :

    - Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma. Gambaran secara umumnya berupa: - Retraksi jaringan - Reaksi vaskuler - Reaksi mikroorganisme/infeksi - Reaksi biokimiawiang hidup akan menimbulkan perdarahan

    - Organ dalam masih berfungsi ketika terjadi. Gambaran secara umumnya berupa: - Perdarahan hebat - Emboli udara - Emboli lemak - Pneumotoraks - Krepitasi kulit 1

    Retraksi jaringan pada luka intravital terjadi karena serabut-serabut elastis dibawah kulit terpotong

    dan kemudian mengkerut sambil menarik kulit diatasnya.1

    Pada luka akibat trauma biasanya terjadi reaksi vaskuler berupa memar atau contusio. Pada luka yan

    terjadi pada korban yang masih hidup luka akan berwarna merah kecoklatan atau kekuningan sedang luka

    yang terjadi setelah korban meninggal akan terlihat nerwarna abu-abu muda atau kuning.1,2

    Infeksi dapat terjadi pada korban dalam keadaan hidup yang mendapatkan trauma terbuka.Luka yang

    mengalami infeksi akan menunjukkan cirri-ciri sebagai berikut:

    - Warna kemerahan - Bengkak

  • - Pus - Jaringan granulasi pada luka lama

    Trauma yang terjadi pada orang hidup akan menimbulkan perdarahan yang banyak sebab jantung

    masih bekerja sehingga darah rang terpompa akan terus keluar lewat luka tersebut. Pada luka postmortem

    darah hanya keluar secara pasif karena pengaruh ravitasi sehingga darah yang keluar hanya sedikit1

    Tattoase merupakan reaksi pada luka tembak jarak menengah yang hanya terjadi pada luka

    intravital. Karena itu tattooase dapat digunakan untuk membedakan apakah luka tersebut merupakan luka

    intravital atau posrmortem. Pada luka tembak intravital jarak sedang tattoase akan berwarna merah

    kecoklatan atau merah kekuningam. Pada luka postmortem mesiumenimbulkan luka yang berwarna abu-

    abu muda atau kekuningan.2

    8. Menetapkan penyebab kematian paling mungkin dengan pendekatan (PMA) ? korban pada kasus diatas mengalami kematian akibat perdarahan hebat sehingga volume

    darah korban mengalami penurunan yang menyebabkan aliran darah balik jantung rendah

    dan cardioutput rendah yang menyebabkan kebutuhan jaringan lain akan nutrisi dan

    oksigen dan cairan berkurang korban mengalami syok hipovolemik yang berujung pada

    gagal sirkulasi kemudian kematian

    1a = gagal sirkulasi

    1b = syok hipovolemik

    1c = Perdarahan Hebat

    1d = luka tembak

    Etiologi vulnus

    Mekanik : benda tajam, benda tumpul, tembakan/ledakan, gigitan binatang

    Non mekanik:

    bahan kimia, suhu tinggi, radiasi

    Traumatic jaringan

    Terputusnya kontinuitas

    jaringan

    Kerusakan pembuluh darah

    Kerusakan intergritas kulit

    Rusaknya barrier pertahanan

    primer

    Kerusakan integritas jaringan

  • 9. Menjelaskan keparahan /derajat luka yang ditemukan sesuai hukum yang berlaku ?

    Luka ringan / luka derajat I/ luka golongan C Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau tidak

    menghalangi pekerjaan korban. Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal 352 ayat

    Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B Luka derajat II adalah apabila luka tersebut menyebabkan penyakit atau menghalangi

    pekerjaan korban untuk sementara waktu.

    Luka berat / luka derajat III / luka golongan A Luka derajat III menurut KUHP pasal 90 ada 6, yaitu:

    - Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa bahaya maut (NB : semua luka tembus yang mengenai kepala, dada atau perut dianggap membawa bahaya maut)

    - Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban selamanya - Hilangnya salah satu panca indra korban - Cacat besar - Terganggunya akan selama > 4 minggu - Gugur atau matinya janin dalam kandungan ibu

    Kerusakan syaraf perifer

    Stimulasi neurotransmitter (histamine, prostaglandin,

    bradikinin)

    Pendarahan berlebih

    Keluarnya cairan tubuh

    Resiko syok :hipovolomik

    Terpapar lingkungan

    Resiko tinggi infeksi

    peritonitis

    Gagal sirkulasi

    kematian

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Dahlan S. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Semarang:

    Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2007; p.77-80.

    2. Di Maio, Vincent. Gunshot wounds. 2nd Edition. New York: CRC Press

    1. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara.

    2. Amir, Amri. 2010. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Medan: Ramadhan.

    3. Budiyanto, A. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Jakarta:Bagian Kedokteran Forensik

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    4. James, Jason Payne at all.2005. Encylopedia of Forensic and Legal Medicine. First Edition. London:

    Elsevier.

    5. Satyo, Alfed C. 2004. Traumatologi, edisi II (revisi) cetakan III. Medan: UPT Penerbitan dan

    percetkan Universitas Sumatera Utara.

    6. Anonim. 2002. Romans Forensic. Edisi 20. Diterjemahkan oleh Syaulia Andirezeki. Pdf .

    7. Satyo, Alfed C. 2006. Aspek Medikolgal Luka. Jakarta: Majalah Kedokteran Nusantara.

    8. Chadha, P. Vijay.1995. Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi kelima. Jakarta: Widya Medika.

    9. Wully, W. Traumatologi Forensik diunduh dari: www.google.com. diakses 10 Juni 2011.