Ilmu Penyakit Parasiter

Blood Protozoa

LABORATORIUM PARASITOLOGI VETERINER

FKH - UB

Topics

Trypanosomiasis

Leishmaniasis (Kala-azar)

Leucocytozoonosis (Malaria-Like Disease)

Haemoproteosis

Theileriasis

Malaria (Plasmodium)

Babesiosis

Anaplasmosis

Trypanosomiasis

Indonesia

A = T. theileri, B= T. cruzi, C= T.congolense,D= T.vivax, E= T.equiperdum,F= T. brucei

T. evansiT. simiae

T. equiperdum

Struktur Trypanosoma

• HOSPES

• horses, buffalo, cattle, camel, sheep and goats, pigs, dogs, cats

Source : DGLS 2014

Outbrake Surra 2012-2014

Surra outbrake 2012-2014

No report

Surra Case

The DGLS, in the year of 2013 declare surra is an important parasitic disease that included at the list “Strategic Animal Contagious Disease of Livestock in Indonesia” and planning to implement a national control program.

Siklus hidup Trypanosoma spp.

Salivarian

Stercorarian

Penularan Trypanosoma spp.

• Langsung

• Biologis

• Mekanis

• Latrogenik

• Cyclical transmission

Tabanid Stomoxy Triatominae Hippoboscidaetsetse fly flea

Epidemiologi

• Infeksi penyakit Surra dikaitkan dengan keberadaan vektor lalat Tabanus sepanjang tahun.

• Penyakit Surra diketahui mortalitasnya rendah, namun morbiditasnya sangat tinggi.

• Menyebar di seluruh Indonesia, Papua belum banyak dilaporkan.

• Wabah Surra yang paling besar dan menimbulkan banyak kematian pada sapi dan kerbau telah terjadi pada tahun 1968-1969 pada saat penyakit tersebut menyerang Jawa Tengah.

• Pada tahun 1988, wabah terjadi di Pulau Madura.

• Pertama kali ditemukan oleh Griffiths Evans (1980) menginfeksi kuda di India, sehingga diberi nama Trypanosoma evansi.

Patologi

• Trypanosoma evansi parasit darah, namun bentuk visceralnya dapat juga dijumpai di dalam jantung, otak, hepar, ren dan pulmo.

• Lamanya infeksi dan derajat patogenesitasnya tergantung pada spesies dan virulensi dari strain Trypanosoma evansi.

• Pada trypanosoma yang menginfeksi tikus dan anjing dapat menurunkan jumlah eritrosit dan hemoglobin dalam darah.

• Anemia yang terjadi terkait dengan munculnya reaksi imunologis.

Kelemahan, emasiasi,

demam

Odema abdominal

Konjunktivitis, abortus,

anemia

Mati

Surra pada kuda

Pembesaran testis

Surra pada kuda

17

Berat badan turun

Diarrhea, salivasi

Mata melotot

Demam, kelemahan

Pertumbuhan terhambat dan anemia

Kegagalan reproduksi

Mati

Pada kerbau

Buffalo with surra in Esperanza, Agusan del Sur

18

Surra pada kuda dan sapi

Desquesnes et al., 2013

• DEMAM – ANEMIS

• LEMAH – ROBOH – 1-2 Minggu/ KAKEKSIA

• EDEMA BAWAH DADA – PERUT – BUAH ZAKAR – KAKI BELAKANG

• ABORTUS (BETINA BUNTING)

Hewan lain yang rentan

Babi, kambing, sapi

21

Diagnosa

• Secara umum gejala-gejala klinis T. evansi tidak cukup hanya dilihat dari gejala pathognomonis

• Perlu metode laboratoris untuk mendeteksi adanya parasit.

• Pemeriksaan darah hewan seringkali menjadi masalah mengingat trypanosoma terdeteksi hanya pada saat parasitemia tinggi.

• Oleh karena parasitemia terjadi sewaktu-waktu, kemungkinan peneguhan diagnosa yang didasarkan hanya pada penemuan langsung parasit adalah relatif kecil.

• Metode diagnosa lain perlu dilakukan seperti wet blood film(WBF), pengecatan preparat darah tipis dan tebal (stained thin and thick blood smears).

• Selain di dalam darah, parasit juga dapat ditemukan dalam pemeriksaan cairan tubuh dan jaringan.

Metode Diagnostik

Gejala klinisInokulasi hewanPreparat apusAglutinasi…….

Deteksi Ab dan Ag (ELISA…)In vitro cultureDNA hybridizationPCR…….

Metode lapangan

Metode laborat.

Mudah digunakanDapat diandalkan

Gejala klinis tidak spesifik

Spesifitas rendahSensitifitas rendah

Spesifitas tinggiSensitifitas

tinggiRumitMahalLama

Card agglutination test for

trypanosomosis (CATT)

Targets RoTat 1.2 antibody

Magnus et al 1978

Antibody-ELISA (enzyme-linked

immunosorbent assay)

Reid et al 2002Positive reaction in CATT

Serologis

24

CATT Test

Uji Diagnostik trypanosoma

• Metode Observasi Langsung

• simple dan murah

• Kurang sensitif

• Metode Serologis

• Mendeteksi antibodi atau antigen

• Spesifitas rendah

• Metode Polymerase chain reaction (PCR)

• Metode sangat sensitif

• Untuk periode prepaten dan fase kronis

Surra, highly associated with reproductive problems & calf death

A T. evansi-infected buffalo cow that aborted 4x

Reproductive failure

Terapi

diminazen aceturat (Berenil) quinapyraminesulphate dan chloride (Triquin, AntrycideProsalt) dan Quinapyramine sulphate (Triquin-S dan Antrycide)

Diminazena obat yang efektif untuk mengobati Trypanosomiasis pada kerbau., sejak suramin, tribazene hydrochloride dan cymelarsan sulit didapat di pasaran.

Studi komparasi terhadap efikasi diminazene, suramin dan quinapyramine terhadap T. evansi juga telah dilakukan pada tikus-tikus yang diujicoba.

Leismaniasis

Morphology

Species

• Genus Leismania mempunyai dua bentuk:

• 1. amastigote ditemukan pada hospes vertebrata

• 2. Promastigote pada invertebrate

• Hospes : mamalia

• Vector : sand flies

LEISHMANIA

New England Journal of Medicine

https://speciality.medicaldialogues.in/case-of-cutaneous-leishmaniasis-reported-in-nejm

A punch-biopsy specimen pada tepi ulcer menunjukkaninfiltrate limfosit dan histiosit dengan organismaintraseluler leishmania amastigotes (gambar B).

PCR pada lesi diidentifikasi bahwa speciesnya adalah Leishmania panamensis.

Treatment : oral miltefosine (at a dose of 50 mg three times daily for 28 days)

https://speciality.medicaldialogues.in/case-of-cutaneous-leishmaniasis-reported-in-nejm

• (A–C) Multiple maculo-nodular skin lesions of 1 cm in diameter in arms, shoulder and upper back.

• (D) Histology from skin biopsy showing amastigotes

• Leishmania tropica in an Afghan woman.

• A. dry, plaque-like lesion with central nodule on the forearm.

• B. Intracellular parasites in vacuoles of a giant cell (arrowheads).

• C.Leishmania in macrophages (arrowheads).

Leucocytozoonosis (Malaria-Like Disease)

Leucocytozoonosis(Malaria-Like)

Penyebab : L. caulleryi , L.sabrozesi (ayam)

L. simondi (itik), L. smiti (kalkun)

Penularan : vector Culicoides/Simulium

GEJALA KLINIS :• FESES HIJAU

• DEPRESI

• HILANG NAFSU MAKAN

• MUNTAH DARAH

• KELUMPUHAN dan KEMATIAN

Morphology (Gamet)

PERUBAHAN Patologi Anatomi :

▪Bercak darah pada otot paha, dada, perut, kulitdan kulit sekitar mata

▪Perdarahan pada seluruh organ dalam (paru, hati, limpa, pankreas, usus, ginjal, proventriculus, bursa fabrisius)

▪Dapat ditemukan gumpalan darah pada ronggaperut dan sal. pernapasan

Patologi Anatomi Leucocytozoonosis

31

2

4

5

DIAGNOSA BANDING

▪ ILT

▪ GUMBORO

▪ KERACUNAN SULFA

▪ MALARIA UNGGAS

PENGENDALIAN

➢ KONTROL VEKTOR PENULAR

➢ KEBERSIHAN LINGKUNGAN (DARI SEMAK)

➢ VAKSIN (SPOROZOIT, SUB UNIT/2GS)

PENGOBATAN : CLOPIDOL

OBAT MALARIA LAIN

Diagnosa Laboratorium

• Ulas darah

• Gerusan jaringan(histopatologi)

• Serologis (Elisa)

Haemoproteosis

GAMET DI ERITROSIT

SKIZON Haemoproteus sp.DI JARINGAN

PENYEBAB : Haemoproteus columbae

HOSPES: UNGGAS (terutama : MERPATI)

PENULARAN : GIGITAN HIPPOBOSCIDAE, CHRYSOPS,CULICOIDES

P. CANARIEMSIS (merpati)

GEJALA KLINIS :

❖UMUMNYA ASIMTOMATIS

❖ANOREKSIA

❖ANEMIS

❖BURUNG SELALU TIDURAN --- KEMATIAN (AKUT)

Gejala klinis

torticollis

frequent circling movements

ruffled feathers

depressed behavior

PERUBAHAN Patologi Anatomi

PEMBESARAN LIMPA DAN HATI GINJAL DAN BERWARNA GELAP

DIAGNOSA LABORATORIUM :

ULAS DARAH (DITEMUKAN GAMET SEPERTI HALTER)

DIAGNOSA BANDING : MALARIA UNGGAS

PENGENDALIAN :

KONTROL VEKTOR LALAT

SANITASI KANDANG

PENGOBATAN :

Two injections of Buparvaquone (5 mg/kg, intramuscularly) 3 days apart (Raval et al. 2016).

Multivitamin liquid (0.2 ml per os, twice daily for 2 weeks, in drinking water) (Maharana and Kumar 2016)

Theileriasis

theileria

Siklus hidup

• CAUSA : Theleria sp.

T.parva (East Coast fever)

T. annulata (Theileriosis tropis)

T. mutans

• MORPHOLOGI

- BENTUK merozoit: BUNDAR, OVOID, TONGKAT, KOMA

- UKURAN : 1,5 – 2 x 0,5 – 1 mikron

• PREDILEKSI : Limfosit, Eritrosit, Histiosit

Siklus Hidup

PATOGENESIS

MORTALITAS : 90 – 100 %

Skizogoni Pembekakan Kelj. Limfe, organ limfoid

Perubahan Patologi Anatomi

• Limpa, hepar, limfoglandula, ginjal, paru

Sel terinfeksi menyumbat kapiler CNS ischaemicnecrosis Gang. Syaraf TURNING SICKNESS

GEJALA KLINIS

• MASA INKUBASI 10 – 25 HARI

• DEMAM 40 – 41,7 C

• NAFSU MAKAN MENURUN

• PEMBENGKAAN LGL SUPERFISIAL

• DISCHARGE NASAL

• LACRIMASI

• KELOPAK MATA & TELINGA BENGKAK

• DIARHAE + DARAH & MUKUS

POST MORTEM

- LIMPA, LIVER Bengkak dan berwarna COKLAT – KUNING

- LGL bengkak, HIPERAEMIC

- GINJAL HAEMORAHAGIE – PUTIH KEHIJAUAN

- PARU OEDEMA

- CAIRAN Dalam THORAX

- ULCERA ABOMASUM & USUS BESAR

- CAIRAN CEREBRO SPINAL

- PERDARAHAN DI CORTEX

- NECROSE DI OTAK SCHIZONT

DIAGNOSIS

• GEJALA KLINIS

• Ulas Darah, Cairan Limfe

• Biopsi Limfonodus, hati

• TES SEROLOGIS (IFAT, IHA)

• PCR

- PEMBERANTASAN CAPLAK

- SANITASI KANDANG

- LALU LINTAS HEWAN

PENCEGAHAN

TERAPI• OXYTETRACYCLINE

• CHLOR TETRACYCLINE

• MENOCTONE

• C2 HYDROXY 3 – 8 CYCLO HEXYLLOCTYL

• 4 – NAOH THOQUINON

• TRYPAN BLUE 1 – 2 % 100 CC

• PIREVAN 5 % 1 CC/50 kg bb SC

• PHENAMIDINE 12 mg/kg bb sc 40 %

• BERENIL 2 – 3,5 mg/kg bb im

Malaria (plasmodiosis)

MALARIA UNGGAS

PENYEBAB : P. JUXTANUCLEARE, P. DURAE

P. GRIFFITHSI (Ayam dan Kalkun)

P. IONOPHURAE (Itik)

P. FALLAX (Ayam dan Itik)

P. HERMANI (Kalkun)

P. RELICTUM, P. ELONGATUM dan

P. CATHEMERIUM (Ayam)

P. GALLINACEUM, P. CIRCUMFLEXUM (Ayam)

VEKTOR : Culex sp., Aedes aegypty, Armigeres obturbans

Siklus Hidup

GEJALA KLINIS

SUHU NAIK TURUN

DEMAM

BULU KUSUT

NAFSU MAKAN TURUN

DIARE KEHIJAUAN

ANEMIA

GANGGUAN KESEIMBANGAN

KELUMPUHAN KEMATIAN

PERUBAHAN Patologi Anatomi

PEMBESARAN LIMPA, GINJAL

KARKAS PUCAT

PERDARAHAN PADA ORGAN DALAM DAN OTOT DADA

DIAGNOSA Ulas darah ditemukan GAMET dan SKIZON

DIAGNOSA BANDING : LEUCOCYTOZOONOSIS

PENGENDALIAN :KONTROL NYAMUK PENULAR (LINGKUNGAN dan TEMPAT MINUM)

PENGOBATAN :CHLOROQUINE, herbal medicine (in research)

Babesiosis

BABESIOSIS(Redwater Disease, Texas Fever)

• CAUSA : Babesia sp.B. divergens (bovine babesiosis)

(Zoonosis)

SIKLUS HIDUP

CARA PENULARAN

• tick-transmitted intraerythrocytic protozoan parasites

• ONE HOST TICK TRANSOVARIAL

TWO/THREE HOST TOCK TRANSOVARIAL /TRANSTADIAL

. ALAT KEDOKTERAN Mekanik

GEJALA KLINIK

• MASA INKUBASI 8 – 15 HARI

• PANAS

• MUKOSA PUCAT

• ANEMIA

• Hb URIA

• IKTERUS

• Depresi

• Peristaltik Diare Konstipasi

• respirasi dan detak jantung meningkat

• anorexia

• splenomegaly

• kematian (Krn gagal jantung, ginjal dan hepar)

PATHOGENESIS

• LISIS ERITROSIT mengakibatkan ANEMIA

• HAEMOGLOBIN DARAH menurun

• GINJAL rusak menyebabkan Hb URIA, sehingga URINE MERAH

• Icterus jaringan :

BILIRUBIN DALAM DARAH

Patologi anatomi

• OEDEMA

• IKTERUS JARINGAN

• LIMPA LEMBEK & GELAP

• HATI MEMBESAR KUNING KECOKLATAN

• ABOMASUM & USUS HALUS PERDARAHAN & OEDEMA

• URINE MERAH

DIAGNOSA

• Gejala Klinis

• LABORATORIUM

1. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK (Giemsa-

or acridine orange)

2. PEMERIKSAAN BIOLOGIK

3. PEMERIKSAAN SEROLOGIK (IFAT, ELISA)

4. PCR

• DIAGNOSA BANDING

1. ANAPLASMOSIS

2. THEILERIOSIS

3. LEPTOSPIROSIS

• Imidocarb dipropionate (drug of choice). Anjing: 5 mg/kgBB, im 1x2 minggu, 2x

iv > toxic• quinuronium sulfate• amicarbalide isethionate• diminazene aceturate• Clindamycin>Vaksinasi:

live, dead , crude extracts, vaksin hidup: terbaik < 1 th

• Pencegahan (acaricid padahabitat caplak)

• Terapy :

Anaplasmosis

Causa : A.marginale, A.central, A.ovis

• MORPHOLOGI

BENTUK : BULAT (initial bodies: 4-8)

diameter : 0,2 – 0,5 um

• PREDILEKSI : ERITROSIT

• HOST : Sapi, kerbau, Kambing, Domba, Rusa

Siklushidup

PENULARAN

PATOGENESIS & GEJALA

KLINIS

• Akut: 70% RBC terinfeksi

• periode prepaten: 7- 60 hr (28), jml infeksi

• Eritrosit difagosit menyebabkan Anemia

• Demam, BB , abortus, lesu, ikterus, kematian (>2 th), survive akan menjadikan hewan sebagai“carrier”

Pencegahan: control artropoda & sterilisasi instrumen

Pengobatan: Tetrasiklin

Vaksinasi: hidup, dilemahkan, dimatikan, protein antigenik (adesin, MSP), Rekombinan.

Finish