Cerpen Ruang Rindu

10
Sri Utami Ruan g Rind u

Transcript of Cerpen Ruang Rindu

Page 1: Cerpen Ruang Rindu

Sri Utami

Ruang Rindu

Page 2: Cerpen Ruang Rindu

Dari ufuk timur sang surya bangun dariperadabannya. Embun segar mengukir dedaunan pagi ini. Ayam berkokok saling bersahutan. Mayvira Siahaan, mahasiswi kedokteran asal Medan sedang merajut ilmu di kota yang terkenal akan makanan tradisionalnya, pempek. Temannya biasamemanggilnya May. Ia baru enam bulan menetap di Palembang. Hari ini, ia dan teman seperjuangannya, Aulia Masayu akan menghadiri seminar mengenai

Pada hari ke empat di bulan Juni, hariperlombaan itu membuat ia terjerumus pada jurang yang ia buat sendiri. Bukan karena kegiatannya, melainkan daya tariknya pada salah satu peserta putra. Sepanjang perlombaan ia seperti paparazzi, menguntit, mengambil foto secara ilegal si peserta yang ia tidak kenal identitasnya. Kim Soo Hyun, nama yang terlintas ketika ia mulai mengaguminya. Parasnya seperti aktor dari negeri ginseng, memiliki kulit putih, tinggi, dan terkesan acuh tak acuh layaknya tipe May. Sejak saat itu May menjulukinya dengan sebutan Kim. Kim berasal dari SMA Negeri 11 Medan. Two as one nama kelompok Kim saat perlombaan. Pada saat kelompok Kim memaparkan desain mereka, sang moderator sangat cepat berkomat-kamit. Akibatnya May tidak bisa mendengar dengan jelas nama Kim yg sebenarnya. Sayangnya pada saat itu, Kim bertugas menjalankan operator dari laptop mereka, sehingga May tidak bisa mendengar suara Kim yang ia kagumi. Perasaannya tumbuh karena parasnya seperti aktor yang ia kagumi saat itu.

organ reproduksi bersama Dr. Thamrin alias dr oz yang biasa tayang di salah satu stasiun televisi di Indonesia. Seminar kali ini mengingatkannya pada kisah asmaranya yang suram. Ia bahkan dijuluki sadness Oleh kedua sahabatnya yang berada di Medan. Semuanya berawal dari perlombaan desain yang ia dan Margaret ikuti di Universitas Sumatera Utara saat SMA.

Page 3: Cerpen Ruang Rindu

Sesi foto bersama peserta pun tiba. Sebelumnya, May sudah menduga akan adanya sesi foto bersama ini, dengan santainya May pun mengatur posisinya. Dengan cekatan ia mengambil baris tepat di depan Kim.

Jam yang bertengger di dinding ruangan seakan berlarian. Tak terasa lomba telah usai, May hanyabisa mengaguminya sekitar enam jam saja. Tiba-tiba May dikejutkan dengan tindakan Margaret di depanpintu ruangan.

“Hai, boleh foto bareng ga?” Margaret memelas dengan kedua tangan yang ia lipatdi dada. Spontan May membulatkan matanya danmelirik Kim. Tanpa suara dan hanya menggaruk kepalanya, Kim akhirnya menyetujui permohonan Margaret. Dengan cepat Margaret menarik lengan May sambil mengedipkan sebelah matanya. Setelah jepretan kedua, Margaret meminta May untuk bergantian. Tak ia sangka Margaret juga mengagumi Kim. May pikir,Margaret termasuk pemilih dalam urusan asmara.

Karena hingga ia menginjak SMA pun ia belum pernah menjalin suatu hubungan khusus. Perlombaan itu meninggalkan jejak foto mereka bersama Kim di ponsel May.

Perlombaan itu membuat perasaan bangga dan sedih menjadi satu. Ia bangga dapat memenangkan lomba desain itu. Namun rasa kehilangan lebih mendominasi saat ia bergegas turun dari lantai dua ke lantai dasar untuk mencari Kim. Setiba di lantai dasar, May mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan. Nihil! Ia tidak menemukan sosok Kim. Dengan langkah yang berat May mengajak Margaret pulang. Sebelum pulang, May mentraktir Margaret atas tindakan spontannya tadi sekaligus merayakan hari ulang tahun May yang sudah lewat.

Page 4: Cerpen Ruang Rindu

Sudah tiga bulan perlombaan itu berlalu, namun kenangannya sangat kental terasa, seakan baru saja terjadi. Di malam hari May sering terhanyut dalam melodi indah yang ia dengar hingga akhirnya membuat linangan indah yang jatuh di sudut mata teduh May.

Suatu malam, dengan penuh pertimbangan, May meminjam ponsel sepupunya yang kebetulan saat itu sedang menginap di rumah May. May punmengirimkan sebuah pesan kepada Kak Yoda selaku panitia lomba. May menunggu balasan pesantersebut dengan was-was. Namun mata May tak bisa diajak kompromi dan ia pun terlelap pulas.

Malam panjang telah berganti menjadi fajar mentari pagi. Udara segar telah berhembus dari arah timur. Samar-samar ia mendengar seseorang memanggilnya. Menyentuh lengannya, memberi sebuah benda yang tak asing baginya. Betapa bahagianya ia, pesannya terbalaskan.

Dengan sedikit loncatan ia pun bangun dan bergegas membersihkan diri. Jarum jam menunjuk ke angka sepuluh. May sudah duduk manis didepan laptopnya, membuka akun twitternya dan langsung memfollow twitter yang kemungkinan adalah akun Kim. Kak Yoda hanya memberi satu akun dari kelompok Kim. Ia pun harus menyeleksi apakah akun yang diberi Kak Yoda ini adalah Kim, karena kelompok Kim terdiri dari tiga putra. Dilihatnya, akun tersebut bernama Donny Alamsyah. Ia mentelusuri following Donny. Hampir seluruhnya adalah member vokal grup aliran pop Jepang, JKT48. Tiba-tiba May teringat sesuatu, May mengaitkannya pada saat perlombaan. Ia ingat denganjelas saat sesi makan siang, saat memasuki ruangan, ia terpanah melihat Kim yang sedang mendengarkan musik menggunakan headseat putihnya. Ia pikir sosok Kim ialah pencinta musik

Page 5: Cerpen Ruang Rindu

Dengan mata berbinar ia pun tersenyum, ia menyimpulkan bahwa Donny adalah Kim. May memulai dengan mengunduh fotonya bersama Donny saat lomba. Hal tersebut terus dilakukan May, namun Donny tak kunjung membalasnya.

Hari demi hari terlewatkan, bulan demi bulan telah berlalu. Muncul sedikit keputusasaan di dalam benaknya. Ia mencoba menghibur dirinya dengan menuangkan peluhnya di blog pribadinya. Jemarinya dengan lantang membuka twitter Donny. Ternyata Donny sedang membeli CD terbaru JKT48 secara online dan ia juga menuliskan alamat emailnya. Dengan cepat May menyimpan email Donny di ponselnya. Akhirnya ia memiliki peluang setelah penantian lamanya. Sudah setengah tahun dari perlombaan, ia masih menyukai Donny. Hanya dengan mengingatnya, cintanya kembali tumbuh.

Malam akhir tahun, malam yang tak ingin terlewatkan bagi May. Sebelum menghabiskan malam panjang, pukul lima sore tadi, May akhirnyamenuangkan kembali perasaanya dengan Donny melalui email. Hatinya lega walaupun secara tersurat. Ia juga mengirimkan sebuah puisi, foto saat lomba, dan dua lagu kesayangannya.

Tahun baru telah berlalu, cintanya telah melawan waktu, bahkan cintanya tak pernah redup. Sepertinya Donny sudah tertanam di raganya. Sore hari yang mendung, puncak keputusasaannya meletus, jari-jemarinya kembali menari di atas keyboard. Tanpa merangkai kata-kata terlebih dahulu, ia lantunkan perasaannya pada email kedua dan mengirimkannya pada Donny untuk yang terakhir kalinya.

Page 6: Cerpen Ruang Rindu

Rembulan pun menemani kesedihannya. Perlahan ia buka memo di ponselnya. Terlukis senyuman dari sudut bibirnya. Besok, orang yang ia idolakan berulang tahun, Kim Soo Hyun. Dilihatnya jam dari sudut ruangan, jarum jam menunjukkan pukul sepuluh malam, maka di Korea tepat pukul 00.00 KST. Jackpot! pikir May. Ia menyusun kalimat di menu pesannya dan mengirimkan ke teman-temannya yang menyukai film Korea. Setelah mengirim pesan, ia terlelap bersama melodi dari ponsel yang lupa iamatikan.

Pagi harinya, May duduk santai di tangga rumahnya, bersandar pada dinding yang dingin. Diaktifkannya paket internetnya dan hanya berapa selang menit, bunyi keras memekik dari ponselnya menandakan banyak pemberitahuan. Dengan malas ia menggulung layar ponselnya. Betapa terkejutnya ia pada salah satu pemberitahuannya. Akhirnya Donny membalas penantian selama ini. Ia pun langsung mengklik pesan di twitternya.

Bagai dihantam petir, hati May runtuh seketika saat ia tau bahwa Donny yang ia ketahui bukanlah Kim. May telah salah menduga selama ini. Betapa banyak rasa malu yang berkecamuk di jiwa May saat itu. Untungnya Donny membalas via pesan twitter, sehingga orang tidak tau apa-apa.

“Gila! Apa? Sis? Sister? Oh My God!” rutuk May.

Kepercayaan yang membuatnya seperti orang bodoh semakin besar. Ini kenangan yang menjadi kelam pikir May. Ia hembuskan nafasnya, berharap kebodohannya akan berkurang. Ia klik akun facebookitu, dan ia hintip sejenak. Kim yang selama ini. Ia cari ternyata seorang maniak game. Perlahan ia arahkan jari telunjuk pada tulisan “tambahkan sebagai teman”.

Page 7: Cerpen Ruang Rindu

Selang berapa menit kemudian Hansen menerima permintaan pertemanannya. Seketika rasa malu yang timbul terkikis sudah oleh rasa bahagia. Seperti sebuah takdir, semuanya terungkap saat hari ulang tahun Kim Soo Hyun, nama julukan Hansen sebelum May tau nama Hansen yang sebenarnya.

Sore harinya ia mencoba untuk memulai percakapan dengan Hansen. Sejak saat itu May mencoba mendekati Hansen, ia selalu memulai percakapan lebih awal. Hatinya tak henti berdebar dan selalu mengukir senyuman di bibirnya. Walaupun hanya sebentar mereka bercakap, tetapi May dapat merasakan kehangatan dari dinginnya angin yang berhembus. Hansen dan May lahir di tahun yang sama, tetapi dalam menempuh pendidikan, Hansen lebih tinggi satu tahun dari May.

Pada pertengahan Mei, Hansen berulang tahun. May sengaja bangun lebih awal agar bisa memberi ucapan selamat kepada Hansen.

Ia juga memberi semangat karena besok Hansen akan menghadapi ujian nasional. Hanya menunggu berapa menit, Hansen berterima kasih kepada May. Dengan terpaksa, ia pun harus menunggu satu minggu untuk tidak berkomunikasi dengan Hansen.

Satu minggu melintas dengan cepat, sebutirbeban sudah berkurang bagi Hansen, saatnya ia lebih memfokuskan pada jalur test yang akan ia ikuti. Hansen akan memilih fakultas paling bergengsi, fakultas Kedokteran. Ia selalu mendukung pilihan Hansen. Tak ia sangka sudah satu tahun ia menyukai seseorang yang ia rahasiakan dari publik.

Page 8: Cerpen Ruang Rindu

Malam bagi rapor memiliki kesan tersendiri bagi setiap pelajar untuk bercengkrama mengenai usaha yang telah mereka lakukan. Dari kamar yang tidak terlalu luas, terdengar isakan yang mengharukan dari seorang gadis. Pilu membasahi jiwanya saat itu. Purnama pun hanya membisu melihat tingkahnya. Tangannya bergetar memegangi ponsel, terdengar suara sahabatnya dari ujung ponsel mencoba meredakannya.

Benar, May telah mengutarakan perasannya pada Hansen. Hansen menolaknya dengan kicauan. Ia mencoba memahami Hansen, walaupun ia adalah orang yang paling terluka saat itu. Ia juga harus memuntahkan kenyataan pahit yang selama ini ia telan. Mereka adalah orang dengan jalan yang berbeda.Hansen dan May memiliki perbedaan keyakinan. Segala perbedaan diantara mereka membuat Hansen jauh dari May. Hansen bahkan tidak memberi ucapan sweetseventeen kepada May. Ia telah sadar, Hansen tidak pernah memberinya kesempatan.

Sejak May mengungkapkan perasaanya, ia sudah jarang berkomunikasi dengan Hansen. Dan ia percaya suatu saat, Hansen akan memahami hatinya walaupun pada perempuan lain.

Satu tahun berlalu dengan cepat. Daun-daun mengering menghadapi musim kemarau yang haus akan cairan. Langkahnya menuaikan serangkaian harapan baru. Di ruang tunggu bandara, May menutup matanya diam-diam. Dua puluh menit lagi May akan take off menuju Palembang. Ia akan melanjutkan studinya di Universitas Sriwijaya yang jauh dari kedua orangtuanya. Sejenak ia teringat pada seseorang yang membuatnya menjadi seperti ini. Lalu ia arahkan jemarinya menyentuh ponsel silver miliknya.

Page 9: Cerpen Ruang Rindu

“Aku tidak bisa berjanji bahwa aku akan melupakanmu, karenaperasaanku bukanlah sebuah kebohongan. Tapi kalau kita

sungguh tidak bisa bersama, kalau aku sungguh bukan untuk mu, tidak masalah bagimu untuk tidak mengenalku” pesan May untuk Hansen.

“Hallo Hansen selamat siang. Sebentar lagi aku akan take off menuju Palembang. Aku kuliah di Universitas Sriwijaya. Semoga kuliah kamu lancar juga ya.. By the way.. kamu masih main game? Gila lo kalo masih, hehe enggak kok bercanda. Hm.. Udah ada pemberitahuan nih. Aku jalan dulu ya. Sampai jumpa Sen”. Kemudian ia tekan tombol send video to Hansen. Beberapa detik kemudian air matanya jatuh membasahi pelipisnya. Dengan cepat, ia seka cairan bening itu. Kenangannya masihmengikutinya. Jiwanya masih berguncang. “sebab cinta bukan mesti bersatu” May menggumam meyakinkan raganya yang bergetar.

FLASHBACK END“Kamu nangis May?” Tanya Aulia heran. May tak menghiraukan pertanyaan temannya itu, ia masih mengingat jelas betapa hancurnya ia saat itu.

“Woy May! Kamu kenapa?.Handphone aku ketinggalan May. Aku pinjam handphone kamu ya? Mau foto bareng sama dr OZ” cibir Aulia. Tet tet tetttt! “Ya ampun Lik hp ku habis batre” omel Aulia. “Baiklah para hadirin sekalian, untuk memperlancar kegiatan, harap agar alat-alat elektroniknya dimatikan selama seminarberlangsung” ucap salah satu kru dari podium. Mendengar arahan dari kru tersebut, May hanya bisa tersenyum sambil melirik Aulia. Tiba-tiba muka May menjadi datar seketika, ia teringat kembali flashbacknya yang terpotong oleh suarakejutan Aulia. Batin May berkata

Page 10: Cerpen Ruang Rindu