digilib.uns.ac.id/Deiksis...digilib.uns.ac.id
Embed Size (px)
Transcript of digilib.uns.ac.id/Deiksis...digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS TAHUN 2011
DAN SUMBANGANNYA TERHADAP MATERI PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA DI SMK
SKRIPSI
Oleh:
ADITYA RAHARDANI
K1208001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Aditya Rahardani
NIM : K1208001
Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul DEIKSIS DALAM TAJUK
RENCANA HARIAN SOLOPOS TAHUN 2011 DAN SUMBANGANNYA
TERHADAP MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI
SMK ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber
informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Mei 2012
Yang membuat pernyataan
Aditya Rahardani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS TAHUN 2011
DAN SUMBANGANNYA TERHADAP MATERI PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA DI SMK
Oleh:
ADITYA RAHARDANI
K1208001
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Tuhan hanya ada ketika manusia membiarkanNya masuk
(Author Unknown)
Tujuan kita hidup adalah untuk melahirkan apa-apa yang terbaik yang ada di
dalam diri kita
Gods promises are like the stars :
The darker the night, the brighter they shine
(David Nicholas)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur, karya ini
kupersembahkan untuk :
1. Ayahanda Hardi dan Ibunda Nanik
Bapak.. Ibu.. Terima kasih untuk doa
yang senantiasa iringi langkahku.. Kasih
sayang yang begitu sempurna untukku..
Kalian adalah motivasi hidupku..
2. Betty Novarina Handini, Canggih Jalu
Prakusya, dan Lisandra Anandita
Terima kasih karena selalu
membuatku merasa damai di samping
kalian.. Bangganya memiliki adik
kalian..
3. Dino Kusuma
Terima kasih untuk semangat,
inspirasi, dukungan, dan perhatian yang
kamu berikan setiap saat. Terima kasih telah
mewarnai hari-hariku. Kamu membuatku
merasa beruntung memilikimu...
4. Pepi, Nana, dan Ayuk
Terima kasih untuk saran dan
nasihat di kala aku salah arah. Semoga
persahabatan kita abadi...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Aditya Rahardani. K1208001. DEIKSIS DALAM TAJUK RENCANA
HARIAN SOLOPOS TAHUN 2011 DAN SUMBANGANNYA TERHADAP
MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMK. Skripsi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) bentuk-bentuk
deiksis yang terdapat dalam tajuk rencana harian SOLOPOS tahun 2011, (2)
distribusi deiksis dalam tajuk rencana harian SOLOPOS tahun 2011, (3)
kecenderungan pemakaian deiksis dalam tajuk rencana harian SOLOPOS tahun
2011, dan (4) sumbangannya terhadap materi pembelajaran bahasa Indonesia di
SMK.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
menggunakan pendekatan analisis isi (content analysis). Sumber data berupa
dokumen atau arsip, yaitu tajuk rencana harian SOLOPOS tahun 2011. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan analisis dokumen atau arsip. Validitas data diuji
menggunakan triangulasi teori dan triangulasi peneliti. Analisis data
menggunakan teknik analisis mengalir atau jalinan (flow model of analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) bentuk-bentuk deiksis yang
terdapat dalam tajuk rencana harian SOLOPOS tahun 2011, antara lain: (a)
bentuk-bentuk deiksis persona yang digunakan, yaitu kami, kita, mereka, dia, dan
-nya; (b) bentuk-bentuk deiksis tempat yang digunakan adalah (negara) ini,
tempat itu (RUTAN), ke sana (Mekkah), dan (sekolah) itu; (c) bentuk-bentuk
deiksis waktu yang dipakai, yaitu sekarang, pekan lalu, beberapa hari terakhir,
tahun lalu, tahun ini, saat ini, beberapa waktu lalu, kini, selama ini, dan dulu; (d)
bentuk-bentuk deiksis anafora yang dipakai, yaitu mereka, dia, ini, itu, tersebut,
dan bentuk tertikat nya; (e) bentuk-bentuk deiksis katafora yang digunakan
antara lain yaitu, seperti, ini, dan adalah; (2) distribusi atau letak kata atau frase
yang bersifat deiksis dalam tajuk rencana harian SOLOPOS tahun 2011 terdapat di
awal, di tengah, dan di akhir; (3) pemakaian deiksis dalam tajuk rencana harian
SOLOPOS tahun 2011 cenderung memakai deiksis persona, meliputi bentuk
persona pertama jamak, persona ketiga tunggal, dan persona ketiga jamak; dan (4)
sumbangannya terhadap materi pembelajaran bahasa Indonesia di SMK, yaitu
teori maupun hasil dari penelitian ini yang mengkaji tentang deiksis baik eksofora
maupun endofora relevan dengan materi pembelajaran di SMK yang berkaitan
dengan deiksis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................... v
HALAMAN MOTTO .................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................... vii
HALAMAN ABSTRAK ............................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN .............................................................. xiii
KATA PENGANTAR .................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ....................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ..................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ............................................................... 5
B. Penelitian yang Relevan .............................................. 29
C. Kerangka Berpikir ....................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................... 33
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................. 33
C. Data dan Sumber Data ............................................... 34
D. Teknik Pengambilan Sampel..................................... . 34
E. Pengumpulan Data .................................................... . 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
F. Uji Validitas Data ..................................................... . 35
G. Analisis Data .............................................................. 35
H. Prosedur Penelitian ..................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian ............................................ 38
B. Deskripsi Temuan Penelitian ..................................... 38
C. Pembahasan ................................................................ 88
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................... 93
B. Implikasi ..................................................................... 94
C. Saran .......................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 96
LAMPIRAN ................................................................................. 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Skema Kerangka Berpikir ...................................................... 32
2 Skema Analisis Mengalir (flow model of analysis)................ 36
3 Skema Prosedur Penelitian ...................................................... 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Data bulan Oktober 2011 ................................................ 100
2 Data bulan November 2011 ............................................ 106
3 Data bulan Desember 2011 ............................................. 110
4 Silabus SMK kelas X ...................................................... 113
5 Data Mentah .................................................................... 114
6 Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi ...................... 132
7 Surat Keputusan Dekan FKIP ......................................... 133
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR SINGKATAN
1. D1, D.... Data ke....
2. SP SOLOPOS
3. Okt Oktober
4. Nov November
5. Des Desember
6. 11 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
KATA PENGANTAR
Ungkapan rasa syukur teramat dalam penulis panjatkan pada Allah SWT
yang memberikan segala karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul Deiksis dalam Tajuk Rencana Harian Solopos Tahun 2011 dan
Sumbangannya terhadap Materi Pembelajaran bahasa Indonesia di SMK .
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Muhammad Rohmadi, S. S., M. Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni.
3. Dr. Kundharu Saddhono, S. S., M. Hum., selaku Ketua Program Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Drs. Edy Suryanto, M. Pd., selaku Pembimbing I yang selalu memberikan
motivasi, arahan, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dr. Budhi Setiawan, M. Pd., selaku Pembimbing II yang selalu memberikan
pengetahuan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Pihak-pihak yang tak dapat penulis sebut satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Semoga skripsi ini dapat menambah wawasan dan memberikan manfaat.
Surakarta, Juni 2012
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi. Untuk keperluan berkomunikasi
tersebut, bahasa dapat berupa bahasa lisan yang berbentuk ujaran dan bahasa tulis
yang berbentuk kalimat. Tujuan utama dari komunikasi lisan dan tertulis adalah
untuk dapat menyampaikan atau menstransaksikan pesan secara komprehensif
melalui deiksis dan anafora dalam pragmatik (Morales, 2011: 68). Salah satu
media penuang gagasan secara tertulis melalui media massa cetak yang diminati
masyarakat adalah surat kabar. Setiap hari masyarakat dapat memperoleh
informasi terbaru dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara
melalui surat kabar harian.
Surat kabar harian SOLOPOS merupakan sebuah media komunikasi
tertulis yang di dalamnya banyak memuat tulisan dan paparan informasi meliputi
aspek sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olahraga
bahkan entertainmen. Surat kabar bisa sampai ke tangan pembaca melalui
beberapa proses dan tahap pengemasan dari segi bahasa maupun tampilan.
Terdapat enam jenis wacana jurnalistik, yaitu berita, laporan, tuturan, tajuk
rencana, artikel, dan kolom. Salah satu wacana yang selalu ada dalam surat kabar
dan mencerminkan sikap atau pandangan pengelola surat kabar yang bersangkutan
adalah tajuk rencana (Dawud dan Pratiwi, 2004: 134). Wacana tajuk rencana
berisi pendapat atau ulasan redaksi terhadap suatu masalah. Bentuk wacana ini
mengikuti bentuk umum yang terdiri dari pendahuluan, uraian, dan kesimpulan.
Dalam tajuk rencana ini dapat diketahui pemecahan masalah mutakhir yang
menjadi perhatian masyarakat. Bahasa yang digunakan lebih singkat dibandingkan
dengan wacana lainnya.
Fungsi bahasa sebagai komunikasi tersebut tentu tidak lepas dari peran
deiksis yang berfungsi sebagai pengemas bahasa yang efektif dan efisien. Dalam
sebuah tulisan atau karangan hampir sebagian besar mengandung deiksis. Deiksis
ini muncul di dalam sebuah wacana. Sebagaimana deiksis yang muncul dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
kolom tajuk rencana pada surat kabar harian SOLOPOS yang menggunakan
bahasa jurnalistik, yaitu teks atau wacana itu harus disajikan dalam bentuk yang
singkat tanpa harus merusak dan mereduksi pesan. Teks yang singkat dengan
mengandung pesan yang utuh akan menghemat waktu dan tenaga dalam
memahaminya.
Ketika kita mendengar sebuah percakapan, biasanya kita tidak saja
mencoba memahami makna kata-kata dalam ujaran itu, tetapi juga makna yang
dikehendaki oleh penutur. Menurut Yule (dalam Cahyono, 1995: 213), cabang
ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna yang dikehendaki oleh penutur itu
disebut pragmatik. Dalam pragmatik, makna ujaran dikaji menurut makna yang
dikehendaki oleh penutur dan menurut konteksnya. Di samping itu, dalam
pragmatik juga dilakukan kajian tentang deiktik, praduga, dan tindak tutur
(Djajasudarma, 1994: 56).
Fenomena deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk
menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu
sendiri. Deiksis baru diketahui maknanya jika diketahui pula siapa, di mana, dan
kapan kata itu diucapkan. Jadi, pusat orientasi deiksis adalah penutur. Dengan
demikian, deiksis merupakan identifikasi makna sebuah bahasa yang hanya dapat
diketahui bila sudah berada dalam peristiwa bahasa karena dipengaruhi oleh
konteks situasi pembicaraan yang diacu oleh penutur. Misalnya: Mereka akan
mengabarkan hal itu besok, tetapi mereka tidak berada di sini sekarang.
Apabila tidak diketahui konteksnya, kalimat tersebut sangat kabur maknanya.
Kalimat tersebut banyak mengandung deiksis (mereka, itu, besok, di sini,
sekarang) yang maknanya tergantung pada konteks saat pengucapan kalimat itu.
Jadi, bahasa hanya dapat dimengerti menurut makna yang dimaksud penutur.
Persoalan lain yang menarik mengenai deiksis adalah kenyataan bahwa
tidak semua kata-kata selalu bermakna deiksis. Misalnya: (1) Kunang-kunang
adalah binatang malam,dan (2) Malam ini saya akan menjemput keluarga ibu.
Kata malam pada kalimat (1) bukan ungkapan deiksis. Namun, dalam kalimat (2)
kata malam bersifat deiksis meskipun kedua kalimat tersebut sama-sama
menggunakan kata malam. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
lebih dalam mengenai pemakaian deiksis dalam kolom tajuk rencana harian
SOLOPOS.
Sumbangannya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, yaitu
dalam materi pelajaran bahasa Indonesia di SMK kelas X terdapat kompetensi
dasar Menulis dengan Memanfaatkan Kategori/Kelas Kata. Pada bab ini siswa
akan mempelajari kelas kata, frase, dan macamnya serta bagaimana
memanfaatkan kelas kata dalam perincian dengan memperhatikan keefektifan.
Kata ganti (pronomina) merupakan salah satu jenis kelas kata yang dibahas dalam
pembelajaran tersebut. Peneliti meneliti deiksis yang terdapat dalam kolom tajuk
rencana maka secara langsung maupun tidak langsung peneliti akan menggali
secara lebih dalam mengenai kata ganti yang merupakan bagian dari materi
pembelajaran kelas X di SMK.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut, peneliti terpanggil untuk menalaah
lebih lanjut mengenai deiksis yang terdapat dalam tajuk rencana harian
SOLOPOS, karena pemakaian bahasa dalam kalimat tajuk rencana berbeda
dengan yang lainnya. Bahasa dalam tajuk rencana merupakan opini redaksi
terhadap suatu permasalahan yang sedang hangat dibicarakan atau menonjol pada
saat media itu terbit. Masalah yang disoroti dalam tajuk rencana dapat dinyatakan
secara eksplisit atau implisit, yaitu berupa kebijakan pemerintah, perkembangan
situasi sosial dan politik, peristiwa tertentu dalam masyarakat, atau tokoh
berpengaruh.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada tiga masalah yang perlu dibahas
dalam penelitian ini.
1. Bagaimanakah bentuk-bentuk deiksis yang terdapat dalam tajuk rencana
harian SOLOPOS tahun 2011?
2. Bagaimanakah distribusi deiksis dalam tajuk rencana harian SOLOPOS
tahun 2011?
3. Bagaimanakah kecenderungan pemakaian deiksis dalam tajuk rencana
harian SOLOPOS tahun 2011?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
4. Bagaimanakah sumbangannya terhadap materi pembelajaran bahasa
Indonesia di SMK ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan :
1. Bentuk-bentuk deiksis yang terdapat dalam tajuk rencana harian SOLOPOS
tahun 2011.
2. Distribusi deiksis dalam tajuk rencana harian SOLOPOS tahun 2011.
3. Kecenderungan pemakaian deiksis dalam tajuk rencana harian SOLOPOS
tahun 2011.
4. Sumbangannya terhadap materi pembelajaran bahasa Indonesia di SMK.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan
praktis.
1. Manfaat Teoretis
a. Sebagai sumber informasi dan tambahan ilmu pengetahuan
mengenai kajian deiksis.
b. Memperkaya kajian linguistik, terutama kajian pragmatik.
c. Memberikan gambaran mengenai penggunaan bahasa yang
dihubungkan dengan konteks dan situasi pemakainya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, dapat memperluas wawasan dan memperdalam ilmu
pengetahuan tentang deiksis secara umum.
b. Bagi pengajaran Bahasa Indonesia, dapat dijadikan bahan bacaan
untuk lebih memperdalam kajian deiksis secara umum.
c. Bagi peneliti berita, dapat memberikan informasi tentang bahasa,
khususnya pemakaian deiksis dalam tajuk rencana harian
SOLOPOS tahun 2011 dan memberikan masukan dalam
pemakaian deiksis secara benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Bahasa
a. Pengertian Bahasa
Wibowo (2001: 57) mengungkapkan bahwa bahasa adalah
kombinasi kata yang diatur secara sistematis, sehingga bisa dipakai
sebagai alat komunikasi, sedangkan kata itu sendiri merupakan bagian
integral dari simbol yang dipakai oleh kelompok masyarakatnya.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh
sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan
(Chaer dan Agustina, 2004: 11). Bloomfield (dalam Sumarsono, 2008:
18) mendefinisikan bahasa sebagai sistem lambang berupa bunyi yang
bersifat sewenang-wenang (arbitrar) yang dipakai oleh anggota-
anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi.
Bahasa adalah sistem lambang bunyi oral yang arbitrar yang digunakan
oleh sekelompok manusia (masyarakat) sebagai alat komunikasi atau
berinteraksi (Oka dan Suparno, 1994: 3).
Menurut pandangan sosiolinguistik bahasa itu juga mempunyai
ciri sebagai alat interaksi sosial dan sebagai alat mengidentifikasi diri.
Menurut Djojosuroto (2007: 45), bahasa adalah alat verbal yang
digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah proses
penyampaian informasi dalam berkomunikasi itu.
Tarigan (1990:2) mengemukakan adanya delapan prinsip dasar
hakikat bahasa, yaitu (1) bahasa adalah suatu sistem, (2) bahasa adalah
vokal, (3) bahasa tersusun daripada lambang-lambang arbitrari, (4)
setiap bahasa bersifat unik, (5) bahasa dibangun daripada kebiasaan-
kebiasaan, (6) bahasa ialah alat komunikasi, (7) bahasa berhubungan
erat dengan tempatnya berada, dan (8) bahasa itu berubah-ubah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Pendapat ini tidak berbeda dengan yang dikatakan Brown (dalam
Tarigan, 1990:4), yaitu:
(1) bahasa adalah suatu sistem yang sistematik, barang kali
juga untuk sistem generatif, (2) bahasa adalah seperangkat
lambang-lambang arbitrari, (3) lambang-lambang tersebut,
terutama sekali bersifat vokal tetapi mungkin juga bersifat
visual, (4) lambang-lambang itu mengandung makna
konvensional, (5) bahasa dipergunakan sebagai alat
komunikasi, (6) bahasa beroperasi dalam suatu masyarakat
bahasa atau budaya, (7) bahasa pada hakikatnya bersifat
kemanusiaan, walaupun mungkin tidak terbatas pada manusia
sahaja, (8) bahasa diperoleh semua orang/bangsa dengan cara
yang hampir/banyak persamaan dan (9) bahasa dan belajar
bahasa mempunyai ciri kesejagatan.
Dengan melihat definisi tentang bahasa di atas, dapat
disimpulkan bahwa cukup banyak dan bervariasi definisi tentang
bahasa yang bisa kita temui. Ada yang menekankan bahasa pada fungsi
komunikasi, ada yang mengutamakan bahasa sebagai sistem, ada pula
yang memposisikan bahasa sebagai alat. Pengertian bahasa sangat
bergantung pada dari sisi apa kita melihat bahasa. Dalam pengertian
umum bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi berartikulasi
yang bersifat arbitrar dan sebagai alat komunikasi.
b. Karakteristik bahasa
Bahasa memiliki beberapa karakteristik antara lain (1) oral,
yaitu bahasa adalah bunyi; (2) sistematis, sistemis, dan komplit yang
berarti bahwa dalam bahasa itu terdapat aturan atau kaidah; (3) arbitrar
dan simbolis, yaitu bahasa bersifat sewenang-wenang dalam
menentukan lambang; (4) konvesional, yaitu bahwa sifat bahasa
merupakan hasil kesepakatan masyarakat; (5) unik dan universal, yakni
bahasa memiliki ciri khasnya sendiri dan memiliki ciri yang berlaku
pada semua bahasa; (6) beragam, yaitu perwujudan bahasa tidaklah
monolitik; (7) berkembang, yaitu bahwa bahasa mengalami bentukan
baru menggantikan bentukan lama; (8) produktif, yakni lambang-
lambang yang terbatas dapat dikreasi menjadi hal-hal baru; (9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
merupakan fenomena sosial, yaitu bahwa bahasa tidak dapat
dipisahkan dari kebudayaan; dan (10) bersifat insani yang berarti
bahwa hanya manusialah yang mempunyai kemampuan berbahasa
(Oka dan Suparno, 1994: 10).
c. Fungsi Bahasa
Bahasa memiliki fungsi beragam. Halliday (dalam Rahardi,
2009: 6) menunjukkan tujuh fungsi bahasa sebagai berikut.
1) Fungsi instrumental, yaitu bahwa bahasa itu dapat dugunakan
untuk melayani lingkungannya.
2) Fungsi regulatif adalah bahwa entitas bahasa itu dapat dugunakan
untuk mengawasi serta mengendalikan peristiwa-peristiwa tertentu
dalam masyarakat.
3) Fungsi representasional adalah fungsi bahasa untuik membuat
pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta dan pengetahuan,
menjelaskan peristiwa, melaporkan sesuatu, dan seterusnya.
4) Fungsi interaksional, yaitu bahwa bahasa itu dapat dugunakan
untuk menjamin terjadinya interaksi, memantapkan komunikasi,
dan mengukuhkan komunikasi antarwarga masyarakat itu sendiri.
5) Fungsi personal adalah bahwa bahasa itu dapat dugunakan untuk
mengekspresikan maksud pribadi, menyatakan emosi, perasaan dan
lain-lain.
6) Fungsi heuristik, yaitu berkaitan erat dengan kegunaan bahasa
untuk mempelajari pengetahuan, mencari ilmu, dan
mengembangkan tekonologi.
7) Fungsi imajinatif, yakni fungsi bahasa yang berkenaan dengan
penciptaan imajinasi.
Fungsi bahasa di atas merupakan fungsi bahasa yang bersifat
khusus. Fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Untuk
kepentingan apa saja dalam bermasyarakat, pada hakikatnya adalah
bahwa bahasa digunakan manusia sebagai alat komunikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Hakikat Pragmatik
a. Pengertian Pragmatik
Istilah pragmatik pertama digunakan oleh Charles Morris (1938).
Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah pragmatik secara berbeda-
beda. Menurut Nababan (dalam Setiawan, 2012: 7), meskipun banyak
yang dapat diartikan dengan istilah pragmatik, kesemuanya akan ada
hubungannya dengan penggunaan bahasa bukan bahasa sebagai sistem.
Levinson (dalam Rohmadi, 2004: 4) memberikan beberapa batasan
tentang pragmatik. Beberapa batasan yang dikemukakan Levinson, antara
lain mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa
dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Dalam batasan
ini berarti untuk memahami pemakaian bahasa kita dituntut memahami
pula konteks yang mewadahi pemakaian bahasa tersebut. Batasan lain
yang dikemukakan Levinson mengatakan bahwa pragmatik adalah kajian
tentang kemampuan pemakai bahasa untuk mengaitkan kalimat-kalimat
dengan konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu.
Menurut Verhaar (2001: 14), pragmatik merupakan cabang
linguistik yang membahas apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat
komunikasi antara penutur dan pendengar, serta sebagai pengacuan tanda-
tanda bahasa pada kalimat-kalimat eksternal yang dibicarakan. Pragmatik
adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi
ujar (speech situation) ( Leech, 1993: 8). Menurut Schiffrin (2007: 269)
pragmatik adalah studi tentang bagaimana interpreter menggunakan atau
mengikutsertakan pemakai tanda atau penerima tanda pada saat
memaparkan (pengontruksian dari interpretan) tanda itu sendiri. Pragmatik
adalah studi tentang kemampuan pemakai bahasa untuk menyesuaikan
kalimat-kalimat yang digunakan dengan konteksnya. Hubungan antara
bahasa dengan konteks merupakan dasar penentuan pemahaman (Ardika,
2011: 75).
Menurut Noss dan Llamzon (dalam Pariawan, 2009) pragmatik
pada dasarnya memperhatikan aspek-aspek proses komunikatif. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
kajian pragmatik ada empat unsur pokok, yaitu: (1) hubungan antarperan;
(2) latar peristiwa; (3) topik; dan (4) medium yang digunakan. Pragmatik
mengarah kepada kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi
yang menghendaki adanya penyesuaian bentuk (bahasa) atau ragam
bahasa dengan faktor-faktor penentu tindak komunikatif. Faktor-faktor
tersebut, yaitu siapa yang berbahasa, dengan siapa, untuk tujuan apa,
dalam situasi apa, dalam konteks apa, jalur yang mana, media apa, dan
dalam peristiwa apa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pragmatik adalah kajian tentang penggunaan bahasa sesungguhnya yang
pada hakikatnya mengarah pada perwujudan kemampuan pemakai bahasa
untuk menggunakan bahasanya sesuai dengan faktor-faktor penentu dalam
tindak komunikatif dan memperhatikan prinsip penggunaan bahasa secara
tepat atau sesuai dengan konteksnya.
b. Konteks
Menurut Purwo (1984: 4), konteks adalah pijakan utama dalam
analisis pragmatik. Konteks ini meliputi penutur dan petutur, tempat,
waktu, dan segala sesuatu yang terlibat di dalam ujaran tersebut. Setiawan
(2011: 49) juga menjelaskan bahwa beberapa unsur yang paling jelas
memerlukan informasi kontekstual adalah bentuk-bentuk deiktis seperti di
sini, sekarang, saya, kamu, ini, dan itu. Untuk menafsirkan unsur-unsur itu
perlu diketahui siapa penutur dan pendengarnya, dan waktu serta tempat
produksi wacana itu.
Menurut Hymes (dalam Djajasudarma, 1994: 29-31), konteks
dipisahkan menjadi delapan jenis, yaitu: (1) latar (setting, waktu, tempat)
mengacu pada tempat (ruang-space) dan waktu atau tempo (ritme)
terjadinya percakapan; (2) peserta (participant) mengacu pada peserta
percakapan, yakni pendengar dan pembicara; (3) hasil (ends) mengacu
pada hasil percakapan dan tujuan percakapan; (4) amanat (message)
mengacu pada bentuk dan isi amanat; (5) cara (key) mengacu pada
semangat melaksanakan percakapan; (6) sarana (instrument) mengacu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pada apakah pemakaian bahasa dilaksanakan secara lisan atau tulis dan
mengacu pada variasi bahasa yang digunakan; (7) norma mengacu pada
perilaku peserta percakapan; dan (8) jenis (genre) mengacu pada kategori
bentuk dan ragam bahasa.
Ciri-ciri konteks menurut Hymes (dalam Setiawan, 2011: 51)
meliputi :
1) Chane atau saluran: bagaimana hubungan antara para peserta dalam
peristiwa dipelihara dengan wicara, tulisan, tanda-tanda.
2) Kode: bahasa, dialek atau gaya bahasa yang digunakan.
3) Message-form atau bentuk pesan, yaitu bentuk apa yang dimaksudkan,
misalnya obrolan, perdebatan, khotbah, dongeng, dan lain-lain.
4) Event atau peristiwa.
Menurut Schiffrin (2007: 547), konteks adalah sebuah dunia yang
diisi orang-orang yang memproduksi tuturan. Konteks berhubungan
dengan situasi berbahasa. Unsur-unsur konteks ialah pembicara,
pendengar, pesan, latar/situasi, saluran, dan kode (Stubbs dalam Shriffin
2007: 548).
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan
mengenai konteks, yaitu hal yang berada bersama teks dan menjadi
lingkungan atau situasi penggunaan bahasa. Pengguna bahasa harus
memperhatikan konteks agar dapat menggunakan bahasa secara tepat dan
menentukan makna secara tepat pula. Dengan kata lain, pengguna bahasa
senantiasa terikat konteks dalam menggunakan bahasa.
c. Pengertian Deiksis
Salah satu kajian di dalam ilmu pragmatik adalah deiksis. Deiksis
berasal dari kata Yunani Deiktikos adalah suatu kata yang memiliki
referen (rujukan) yang hanya dapat diidentifikasi dengan memperhatikan
identitas pembicara serta saat dan tempat diutarakannya tuturan yang
mengandung unsur yang bersangkutan (Suwandi, Setiawan, dan Suhita,
2000: 25). Deiksis menurut Nababan (1987: 19) adalah kata atau frase
yang menghunjuk kepada kata, frase, atau ungkapan yang telah dipakai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
atau yang akan diberikan. Menurut Cahyono (1995: 217) yang dimaksud
deiksis adalah suatu cara untuk mengacu ke hakikat tertentu dengan
menggunakan bahasa yang hanya dapat ditafsirkan menurut makna yang
diacu oleh penutur dan dipengaruhi situasi pembicaraan. Kalau salah satu
segi makna dari kata atau kalimat berganti karena penggantian konteks
maka kata atau kalimat tersebut mempunyai makna deiksis (Setiawan,
2011: 70).
Ogeyik (2007: 8) menyatakan bahwa kata-kata dan struktur yang
digunakan dalam setiap situasi bahasa membutuhkan petunjuk untuk
memahami wacana dalam konteks. Bentuk deiksis juga kata-kata yang
melibatkan referensi implisit dan perlu dirujuk dalam konteks. Deikis
adalah istilah untuk kata atau frase yang secara langsung berhubungan
ucapan ke suatu tempat, waktu atau orang (Richards dalam Ogeyik, 2007:
8). Kategori-kategori dari deixis adalah pribadi, temporal, spasial, wacana
dan sosial.
Di dalam Tata Bahasa Baku Indonesia (Alwi, 2000: 42) dijelaskan
bahwa deiksis adalah gejala semantis yang terdapat pada kata atau
konstruksi yang hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan
mempertimbangkan situasi pembicara. Contoh deiksis dapat dilihat pada
kalimat-kalimat di bawah ini.
1) Ada dua orang di kebun, mereka sedang menanam pisang.
2) Berenang adalah senam yang lebih sehat dari jalan kaki. Namun, saya
lebih suka yang kedua dari yang pertama.
3) Contohnya dapat dilihat dalam kalimat yang berikut.
Dalam kalimat penggantian seperti ini disebut anafora (merujuk pada yang
sudah disebutkan, seperti (1) mereka merujuk pada dua orang, dalam
kalimat (2) frase yang kedua merujuk pada jalan kaki dan frase yang
pertama merujuk pada berenang. Perujukan seperti itu menghindari
perulangan kata atau frase yang telah dipakai sebelumnya. Dalam kalimat
(3) frase yang berikut merujuk pada paragraf yang akan mengikutinya,
yang akan mengandung contoh yang dimaksud. Dalam linguistik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
perujukan atau nomor (1) dan (2)) dan katafora (merujuk pada yang akan
disebutkan, seperti pada nomor (3)).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tentang deiksis di atas, dapat
diambil sebuah kesimpulan bahwa deiksis adalah bentuk bahasa yang
referennya berpindah-pindah tergantung pada situasi penggunanya.
d. Macam-macam Deiksis
Deiksis dalam bahasa Indonesia dapat digolongkan menjadi
beberapa macam. Dalam kajian pragmatik dikenal 5 macam deiksis, yakni
(1) deiksis orang; (2) deiksis tempat; (3) deiksis waktu; (4) deiksis
wacana; dan (5) deiksis sosial (Setiawan, 2012: 18). Purwo (1984: 19)
membagi deiksis menjadi deiksis luar-tuturan (eksofora) dan deiksis
dalam-tuturan (endofora). Deiksis luar-tuturan meliputi deiksis persona,
ruang, dan waktu. Deiksis dalam-tuturan meliputi anafora dan katafora.
1) Deiksis Luar-Tuturan (Eksofora)
Eksofora adalah pemberian petunjuk kepada pendengar atau
pembaca supaya melihat di luar teks untuk menemukan atau
mengidentifikasi apa yang sedang diacu. Deiksis ini terbagi menjadi
tiga, yaitu deiksis persona, deiksis tempat atau ruang, dan deiksis
waktu.
a) Deiksis Persona
Deiksis persona (orang) ditentukan menurut peran peserta
dalam peristiwa bahasa. Peran peserta itu dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu (1) orang pertama, (2) orang kedua, dan (3) orang ketiga.
Orang pertama ialah kategori rujukan pembicara kepada dirinya
atau kelompok yang melibatkan dirinya, misalnya saya, kita, dan
kami. Orang kedua ialah kategori rujukan pembicara kepada
seorang pendengar atau lebih yang hadir bersama orang pertama,
misalnya kamu, kalian, Saudara. Orang ketiga ialah kategori
rujukan kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran
itu, baik hadir maupun tidak, misalnya dia dan mereka (Cahyono,
1995: 218).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Kata ganti persona pertama dan kedua rujukannya bersifat
eksoforis. Hal ini berarti bahwa rujukan pertama dan kedua pada
situasi pembicaraan (Purwo, 1984: 106). Oleh karenanya, untuk
mengetahui siapa pembicara dan lawan bicara kita harus
mengetahui situasi waktu tuturan itu dituturkan. Lebih lanjut
Purwo (1984: 22) menjelaskan bahwa di antara ketiga kata ganti
persona hanya kata ganti persona pertama dan kedua yang hanya
menyatakan orang. Kata ganti ketiga dapat menyatakan orang
maupun benda (misalnya binatang).
Dalam bahasa Indonesia dikenal tiga bentuk kata ganti
persona atau pronomina persona, yaitu persona pertama, persona
kedua dan persona ketiga. Pronomina persona adalah kata ganti
yang dipakai untuk mengacu ke orang. Pronomina dapat mengacu
pada diri sendiri (persona pertama), mengacu pada orang yang
diajak bicara (persona kedua), atau mengacu pada orang yang
dibicarakan (persona ketiga).
(1) Pronomina Persona
(a) Persona Pertama
Deiksis persona pertama adalah kategori rujukan pembicara
kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan dirinya
(Cahyono, 1995: 218). Dalam bahasa Indonesia, pronomina
persona pertama tunggal adalah saya dan aku. Bentuk saya,
biasanya digunakan dalam tulisan atau ujaran yang resmi.
Bentuk saya, dapat juga dipakai untuk menyatakan hubungan
pemilikan dan diletakkan di belakang nomina yang dimilikinya,
misalnya: rumah saya, paman saya. Pronomina persona
pertama aku, lebih banyak digunakan dalam situasi non formal
dan lebih banyak menunjukkan keakraban antara
pembicara/peneliti dan pendengar/pembaca. Pronomina
persona aku mempunyai variasi bentuk, yaitu -ku dan ku-.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Selain pronomina persona pertama tunggal, Bahasa
Indonesia mengenal pronomina persona pertama jamak, yakni
kami dan kita. Purwo (1984: 24) menyebutkan bahwa kami
bersifat eksklusif, artinya pronomina itu mencakupi
pembicara/peneliti dan orang lain dipihaknya, tetapi tidak
mencakupi orang lain dipihak pendengar/pembacanya.
Sebaliknya, kita bersifat inklusif, artinya pronomina itu
mencakupi tidak saja pembicara/peneliti, tetapi juga
pendengar/pembaca, dan mungkin pula pihak lain.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa deiksis
persona pertama merupakan bentuk kata ganti yang mengacu
kepada diri pembicara atau kelompok yang melibatkan
pembicara dalam peristiwa bahasa.
(b) Persona Kedua
Pronomina persona kedua tunggal mempunyai beberapa
wujud, yakni engkau, kamu, Anda, dikau, kau- dan -mu.
Pronomina persona kedua engkau, kamu, dan -mu, dapat
dipakai oleh orang tua terhadap orang muda yang telah dikenal
dengan baik dan lama; orang yang status sosialnya lebih tinggi;
dan orang yang mempunyai hubungan akrab, tanpa
memandang umur atau status sosial.
Pronomina persona kedua Anda dimaksudkan untuk
menetralkan hubungan. Selain itu, pronomina Anda juga
digunakan dalam hubungan yang tak pribadi, sehingga Anda
tidak diarahkan pada satu orang khusus; dalam hubungan
bersemuka, tetapi pembicara tidak ingin bersikap terlalu formal
ataupun terlalu akrab.
Pronomina persona kedua juga mempunyai bentuk jamak,
yaitu bentuk kalian , Anda sekalian, dan kamu sekalian.
Pronomina persona kedua yang memiliki varisi bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
hanyalah engkau dan kamu. Bentuk terikat itu masing-masing
adalah kau- dan -mu.
Jadi, yang dimaksud dengan persona kedua adalah bentuk
kata ganti yang merujuk kepada mitra tutur yang terikat
langsung dalam peristiwa bahasa.
(c) Persona Ketiga
Pronomina persona ketiga tunggal terdiri atas ia, dia, -nya
dan beliau. Dalam posisi sebagai subjek, atau di depan verba,
ia dan dia sama-sama dapat dipakai. Akan tetapi, jika berfungsi
sebagai objek, atau terletak di sebelah kanan dari yang
diterangkan, hanya bentuk dia dan -nya yang dapat muncul.
Pronomina persona ketiga tunggal beliau digunakan untuk
menyatakan rasa hormat, yakni dipakai oleh orang yang lebih
muda atau berstatus sosial lebih rendah daripada orang yang
dibicarakan. Dari keempat pronomina tersebut, hanya dia, -nya
dan beliau yang dapat digunakan untuk menyatakan milik.
Pronomina persona ketiga jamak adalah mereka.
Berdasarkan uraian diatas, persona ketiga adalah bentuk
kata ganti yang acuannya ditujukan kepada seseorang yang
dijadikan objek pembicaraan dalam peristiwa bahasa.
(2) Sifat khas leksem persona dalam bahasa Indonesia (Setiawan,
2011: 73)
Beberapa macam sifat khas leksem persona dalam bahasa
Indonesia, diantaranya sebagai berikut.
(a) Dapat dirangkai dengan pronomina demonstratif.
Wanita macam apa kamu itu tega membuang anak sendiri.
(b) Bentuk terikat persona yang berada dalam konstruksi
posesif dapat pula dirangkaikan dengan kata ini atau itu.
Sepatuku ini baru.
(c) Pronomina persona dapat direduplikasikan dengan tujuan
memberi warna emosi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Mengapa hanya aku-aku saja yang dimarahi sedangkan
dia tidak.
(d) Pronomina ketiga tidak dapat direduplikasikan tetapi dapat
dirangkai dengan bentuk nya.
Dianya yang telepon, bukan aku.
(e) Apabila menjadi topik utama mereka dapat
direduplikasikan.
Mereka-mereka yang belum terdaftar diharap
mendaftarkan diri.
(f) Di antara pronomina persona hanya bentuk dia yang dapat
dirangkaikan dengan kata sandang si yang biasanya
dirangkaikan dengan nama diri.
Si Pepi terkenal sebagai mahasiswi tercantik di
kampusnya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa deiksis persona
adalah unsur bahasa yang berupa kata atau frase yang menyatakan
orang atau persona yang acuannya tergantung pada peran peserta
dalam peristiwa bahasa.
b) Deiksis Tempat atau Ruang
Deiksis tempat ialah pemberian bentuk pada lokasi menurut
peserta atau penutur dalam peristiwa bahasa (Cahyono, 1995: 218).
Semua bahasa -termasuk bahasa Indonesia- membedakan antara
yang dekat kepada pembicara (di sini) dan yang bukan dekat
kepada pembicara (termasuk yang dekat kepada pendengar -di
situ) (Nababan, 1987: 41). Sebagai contoh penggunaan deiksis
tempat.
(1) Dilarang mengail di sini.
(2) Di sini kami tidak diperkenankan memiliki pistol.
Dalam kedua contoh di atas, di sini memiliki arti beragam menurut
situasinya. Di sini pada contoh (1) berarti kolam atau danau
karena disarankan oleh mengail (tentunya di tempat berair dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
banyak ikan). Dalam contoh (2) di sini mengacu ke negara karena
peraturan melarang warga Indonesia memiliki pistol secara pribadi.
Leksem ruang seperti kanan dan kiri tidak bersifat deiksis
apabila dirangkaikan dengan benda bernyawa. Demikian juga
dengan kata depan dan belakang tidak bersifat deiksis bila
dirangkaikan dengan nomina (seperti manusia dan rumah) yang
mempunyai bagian depan dan belakang secara jelas.
Berikut merupakan macam-macam leksem ruang baik yang
deiksis maupun yang tidak deiksis.
(1) Leksem ruang dekat, jauh, tinggi, dan pendek bila terdapat
dalam konstruksi yang tidak mengandung unsur persona
dianggap tidak deiksis. Contoh :
Salatiga dekat dengan boyolali.
Menurut ukuran orang Arab Betty termasuk pendek.
Kata dekat dan pendek dalam kalimat tersebut bukanlah
deiksis. Dapat bersifat deiksis bila dirangkai dengan bentuk
persona berikut ini
Rumah Jalu dekat dengan rumah Lisa.
Menurutku Betty itu tinggi tetapi menurut Aziz Betty itu
pendek.
(2) Leksem ruang kanan dan kiri tidak deiksis bila dirangkaikan
dengan benda bernyawa. Akan berubah menjadi deiksis apabila
dirangkaikan dengan benda tidak bernyawa. Contoh :
Dila duduk di sebelah kanan Andi
Anwar berdiri di sebelah kiri mobil biru menunggu ibunya
datang.
Kalimat pertama tidak deiksis karena penentuan leksem ruang
didasarkan pada orang yang berada disampingnya dan bukan
oleh pembicara. Sedangkan kalimat kedua merupakan deiksis
karena untuk mengetahui maksud kata kiri kita harus
mengetahui tempat si pembicara berada pada waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
mengucapkan kalimat tersebut. Syarat lain kita dan pembicara
harus memiliki orientasi yang sama dalam menghadapi benda
yang menjadi pokok pembicaraan.
(3) Leksem ruang depan dan belakang tidak deiksis bila
dirangkaikan dengan nomina yang mempunyai bagian depan
dan belakang yang pasti. Hal itu akan menjadi deiksis bila
dirangkaikan dengan nomina yang tidak memiliki bagian depan
dan belakang yang jelas.
Pencuri itu masuk lewat belakang rumah
Anak yang sedang dicari berdiri di depan saya.
Kata depan dan belakang pada kalimat di atas bukan deiksis
karena tanpa melihat di mana pembicara berada kita telah tahu
pasti makna dari kata depan dan belakang. Hal ini dikarenakan
nomina seperti rumah dan saya mempunyai bagian depan dan
belakang yang jelas.
Singa itu mengintai mangsanya dari belakang pohon ara.
Hari duduk termangu di depan tong sampah.
Yang dimaksud depan dan belakang pada kalimat di atas
adalah bagian nomina yang dilihat oleh pembicara. Seperti
singa pada kalimat pertama berada di balik pohon ara yang
dilihat pembicara sehingga pembicara mengatakan bahwa singa
berada di belakang pohon. Sama halnya dengan kalimat kedua
Hari duduk diantara si pembicara dengan tong sampah
sehingga si pembicara mengatakan Hari duduk di depan tong
sampah. Kata depan dan belakang pada dua kalimat di atas
merupakan deiksis dikarenakan untuk mengetahui maksud
katanya kita harus mengetahui dulu prespektif dari si
pembicara. Kimbal (dalam Pariawan, 2009) menyatakan bahwa
perbedaan deiksis dan tidak deiksis tersebut si atas
dimungkinkan karena pohon memiliki orientasi tempelan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
(induced orientation), sedangkan rumah dan saya mempunyai
orientasi bawaan (inherent orientation).
(4) Hal ruang yang ditunjukkan oleh preposisi dapat bersifat statis
(menggambarkan hal yang diam) dan bersifat dinamis
(menggambarkan hal yang bergerak).
Jadi, yang dimaksud dengan deiksis tempat atau ruang
adalah pemberian bentuk pada lokasi atau berupa tempat dengan
acuan posisi penutur atau pemeran dalam peristiwa bahasa tersebut.
Leksem tempat akan bersifat deiksis apabila leksem tersebut
dirangkai dengan leksem persona.
c) Deiksis Waktu
Deiksis waktu ialah pemberian bentuk pada rentang waktu
seperti yang dimaksudkan penutur dalam peristiwa bahasa
(Cahyono, 1995: 218). Menurut Yule (2006: 22), deiksis waktu
adalah pengungkapan bentuk waktu dilihat dari waktu ujaran
tersebut dibuat (peristiwa berbahasa), misalnya: sekarang, pada
waktu itu, kemarin, bulan ini, dan sebagainya. Contoh pemakaian
deiksis waktu :
(1) Banyak jalan tol dibuat sekarang.
(2) Jangan pulang sekarang.
Deiksis sekarang dalam contoh tersebut memiliki makna yang
berbeda. Pada contoh (1) sekarang dapat mengacu ke waktu
selama lima tahun, sedangkan pada contoh (2) sekarang mengacu
ke waktu beberapa detik atau menit saja.
Kata kerja juga dapat digunakan untuk mengungkapkan deiksis
waktu (Cummings, 2007: 36).
Purwo (1984: 71) menjelaskan bahwa leksem waktu seperti
pagi, siang, sore, dan malam tidak bersifat deiksis karena
perbedaan masing-masing leksem itu ditentukan berdasarkan
patokan posisi bumi terhadap matahari. Hal itu akan berubah
menjadi deiksis jika yang menjadi patokan adalah pembicara pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
saat diucapkan tuturan tersebut. Jadi leksem waktu akan bersifat
deiksis jika acuannya ditentukan oleh pembicara saat tuturan
berlangsung. Contoh:
Bulan selalu muncul pada malam hari.
Malam nanti Ayah akan datang.
Kata malam pada kalimat pertama tidak deiksis karena yang
menjadi patokan adalah posisi bumi terhadap matahari, sedang
kalimat kedua bersifat deiksis karena yang menjadi patokan adalah
pembicara, yaitu arti malam menurut pandangan si pembicara.
Berikut adalah beberapa leksem waktu baik yang deiksis
maupun tidak deiksis:
(1) Leksem waktu yang tidak deiksis
Beberapa leksem waktu seperti saat, waktu, masa, tempo,
kala, dan kali berbeda dalam jangkauan waktunya.
Kasih ibu sepanjang masa.
Beberapa leksem waktu dibedakan akibat perputaran buni
mengelilingi matahari yang menyebabkan gelap atau terang.
Batas waktu antara yang disebut pagi, siang, sore, dan malam
dalam setiap bahasa tidaklah sama. Dalam bahasa Indonesia
kata pagi berarti waktu antara pukul tiga sebelum matahari
terbit sampai pukul sepuluh sesudah matahari terbit. Kata siang
berarti waktu antara matahari terbit dan terbenam dan
merupakan antonim dari kata malam yang berarti saat matahari
terbenam sampai matahari terbit. Purwo (1984 : 70)
berpendapat bahwa pukul empat merupakan batas siang dan
petang. Yang dikatakan malam adalah waktu antara pukul tujuh
setelah matahari terbenam hingga pukul dua menjelang
matahari terbit. Pukul 12 malam sering disebut tengah malam.
(2) Leksem waktu yang deiksis
Leksem waktu bersifat deiksis apabila yang menjadi
patokan adalah pembicara. Kata sekarang bertitik labuh pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
saat pembicara mengungkapkan kata itu. Kata kemarin bertitik
labuh pada saat satu hari sebelum saat tuturan.
Penentuan leksem deiksis seperti dulu, tadi, nanti, dan
kelak tidak tertentu dan relatif. Kata dulu dan tadi bertitik
labuh pada waktu sebelum terjadinya tuturan. Sedang kata
nanti dan kelak bertitik labuh pada waktu sesudah saat tuturan.
Keduanya sama-sama merujuk pada pada waktu jauh ke depan.
Kelak aku akan datang melamarmu.
Nanti semuanya akan berakhir.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
deiksis waktu adalah pemberian bentuk pada rentang waktu seperti
yang dimaksudkan penutur yang berupa keterangan waktu (siang,
sore, malam, sekarang, nanti, tadi, dulu, kemarin, dan kelak)
dalam peristiwa bahasa dengan referensi yang berganti-ganti
tergantung pada saat tuturan tersebut diucapkan.
2) Deiksis dalam-Tuturan (Endofora)
Deiksis dikatakan bersifat endofora jika berada di dalam teks.
Endofora adalah pemberian petunjuk kepada pendengar atau pembaca
supaya melihat di dalam teks untuk menemukan apa yang sedang
diacu. Djajasudarna (1994: 51) membagi endofora menjadi dua
macam, yaitu endofora yang bersifat anaforis dan endofora yang
bersifat kataforis berdasarkan posisi acuannya. Anafora merujuk silang
pada unsur yang disebutkan terdahulu atau merujuk pada yang sudah
disebutkan dan katafora merujuk silang pada unsur yang disebutkan
kemudian atau merujuk pada yang akan disebutkan.
Nababan (1987: 40) berpendapat apabila suatu referen
merujuk pada konstituen yang sudah lewat atau sudah disebutkan
dinamakan anafora. Apabila suatu referen merujuk pada konstituen
yang akan disebutkan dinamakan katafora. Contoh: Andi anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
terpandai di kelasnya. Dia selalu menjadi juara (Kata dia merujuk pada
Andi yang telah disebutkan terlebih dahulu).
Pemarkah anafora dapat mengacu pada insan maupun bukan
insan. Pemarkah anafora berupa insan hanya terdapat pada kata ganti
orang ketiga, seperti dia, mereka, dan bentuk terikat -nya. Hal ini
dipertegas oleh Purwo (1984: 105) bahwa di antara bentuk-bentuk
persona hanya kata ganti persona ketiga yang dapat menjadi pemarkah
anafora dan katafora.
Contoh.
Adit mahasiswi UNS. Dia mengambil Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
(Kata dia pada kalimat di atas menyatakan Adit yang telah disebutkan
terlebih dahulu sehingga bersifat anaforis.)
Gaya bicaranya yang khas, membuat Dino mudah dikenali. (Bentuk
terikat -nya dalam kalimat di atas bersifat kataforis karena mengacu
pada konstituen di sebelah kanannya, yaitu Dino.)
Kata dia dan mereka hanya dapat mengacu pada insan,
sedangkan bentuk terikat -nya dapat menyatakan insan dan bukan
insan. Pemarkah anafora dapat berupa kata tersebut, begitu, demikian,
dan sebagainya. Pemarkah katafora berupa kata yaitu, ialah, dan
adalah.
3. Hakikat Tajuk Rencana
a. Pengertian Tajuk Rencana
Setiap surat kabar atau majalah yang terbit hampir selalu
menyajikan tajuk rencana mengenai sesuatu yang menjadi berita hangat
dalam masyarakat, baik secara nasional maupun internasional. Dawud dan
Pratiwi (2004: 134), menyatakan bahwa tajuk rencana berisi opini (sikap
dan pandangan) yang ditulis oleh seorang peneliti tetap, wartawan, atau
pihak tim redaksi terhadap berbagai persoalan yang tengah berlangsung
dalam masyarakat. Tajuk sekaligus mewakili sikap media tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
terhadap persoalan yang dibicarakan itu. Tajuk lazimnya ditulis pada sisi
tepi kiri atas salah satu halaman surat kabar.
Suara tajuk rencana bukan suara perseorangan atau pribadi
melainkan suara kolektif seluruh wartawan dan karyawan dari suatu
lembaga penerbitan pers, maka apa pun yang dibahas atau diulas, tajuk
rencana tidak boleh mengesampingkan pendapat redaksi. Selain itu tajuk
tidak bisa mengupas suatu kejadian yang sudah lama berlangsung. Tajuk
juga menggambarkan falsafah dan pandangan hidup dari penerbitnya
(Djuroto, 2000: 78).
Dalam tajuk rencana biasanya diungkapkan adanya informasi atau
masalah aktual, penegasan pentingnya masalah, opini redaksi tentang
masalah tersebut, kritik dan saran atas permasalahan, dan harapan redaksi
akan peran serta pembaca. Spencer (dalam Assegraff, 1983: 63)
mengemukakan batasan tajuk rencana sebagai pernyataan mengenai fakta
dan opini secara singkat, logis, menarik ditinjau dari segi penulisan dan
bertujuan untuk mempengaruhi pendapat, atau memberikan interpretasi
terhadap suatu berita yang menonjol sebegitu rupa, sehingga bagi
kebanyakan pembaca surat kabar akan menyimak akan pentingnya arti
berita yang ditajukkan tadi. Pernyataan tersebut senada dengan Anwar
(1984: 1) bahwa bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas, yaitu singkat,
padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik. Badudu (dalam Anwar,
1984) juga mengatakan bahwa :
Bahasa surat kabar harus singkat, padat, sederhana, jelas, lugas
tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi oleh bahasa
surat kabar mengingat bahwa surat kabar dibaca oleh lapisan
masyarakat yang tidak sam tingkat pengetahuannya. Mengingat
bahwa orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya dengan
membaca surat kabar. Harus lugas, tetapi jelas, agar mudah
dipahami. Orang tidak perlu mengulang-ulang apa yang
dibacanya karena ketidakjelasan bahasa yang digunakan dalam
surat kabar itu (hlm.2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Unsur Tajuk Rencana
Suherman (dalam Santana, 2005: 66) mengungkapkan ada tiga unsur
penting dalam tajuk rencana, yaitu:
1) Fakta. Berdasar fakta, berbagai opini tajuk rencana dibuat. Gambaran
permasalahan dideskripsikan, dan dicarikan atau diusulkan jalan
keluarnya. Tanpa landasan fakta, opini sebuah media akan dinilai
fitnah.
2) Interpretasi. Interpretasi di sini merupakan perpaduan antara kegiatan
memahami suatu fenomena dengan kegiatan mengungkapkan
fenomena tersebut menjadi suatu pesan yng siap untuk
dikomunikasikan.
3) Opini. Opini di sini merupakan pernyataan media terhadap persoalan
yang tengah dibahasnya. Melalui pernyataan-pernyataannya, sikap
sebuah media terlihat.
c. Fungsi Tajuk Rencana
Menurut Pujanarko (2005) fungsi tajuk rencana biasanya
menjelaskan berita, artinya, dan akibatnya pada masyarakat. Tajuk rencana
juga mengisi latar belakang dari kaitan berita tersebut dengan kenyataan
sosial dan faktor yang mempengaruhi dengan lebih menyeluruh. Dalam
tajuk rencana terkadang juga ada ramalan atau analisis kondisi yang
berfungsi untuk mempersiapkan masyarakat akan kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi, serta meneruskan penilaian moral
mengenai berita tersebut.
Umumnya para ahli menyebutkan ada empat fungsi tajuk rencana
sebagai berikut (Assegraff, 1983: 64).
1) Menjelaskan berita. Dalam fungsi ini tajuk rencana bertindak sebagai
seorang guru yang menjelaskan sesuatu berita atau peristiwa. Dalam
hal-hal pemberitahuan tentang kebijakan yang diambil, penulis tajuk
rencana akan menjelaskan apa arti kebijakan yang diambil dan apa
akibatnya kepada masyarakat. Penulis tajuk rencana bebas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
memberikan interpretasinya untuk menjelaskan berita kepada
pembaca.
2) Mengisi latar belakang. Dalam fungsi ini tajuk rencana memberikan
kaitan suatu berita dengan kenyataan-kenyataan sosial lainnya. Penulis
tajuk rencana dapat melengkapi berita dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dengan memberikan bahan tambahan, pembaca
akan dapat lebih memahami suatu berita.
3) Meramalkan masa depan. Dalam fungsi ini, penulis tajuk rencana
mencoba memberikan ramalan apa yang akan terjadi dan karena itu
dapat berjaga-jaga atau memanfaatkan sesuatu di masa depan.
4) Meneruskan suatu penilaian moral. Dalam fungsi ini, penulis tajuk
rencana memberikan penilaian dan sikapnya atas sesuatu kejadian.
Keempat fungsi di atas sekaligus menunjukkan tujuan tajuk
rencana. Fungsi-fungsi tersebut disampaikan melalui materi-materi
tertentu. Materi tajuk bisa bersifat menjelaskan, argumentatif, membujuk,
memuji, dan menghibur.
d. Sifat Tajuk Rencana
Tajuk rencana mempunyai beberapa sifat (Gustiana, 2011), antara
lain sebagai berikut.
1) Krusial dan ditulis secara berkala, tergantung dari jenis terbitan
medianya bisa harian (daily), atau mingguan (weekly), atau dua
mingguan (biweekly) dan bulanan (monthly).
2) Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas baik itu
aspek sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan,
atau olah raga bahkan entertainmen, tergantung jenis liputan
medianya.
3) Memiliki karakter atau konsistensi yang teratur, kepada para
pembacanya terkait sikap dari media massa yang menulis tajuk
rencana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
4) Terkait erat dengan kebijakan media yang bersangkutan. Karena
setiap media mempunyai perbedaan iklim tumbuh dan berkembang
dalam kepentingan yang beragam, yang menaungi media tersebut.
e. Jenis dan Model Tajuk Rencana
Flournoy (1989: 129) menjelaskan tentang beberapa jenis tajuk
rencana, yaitu tajuk rencana yang bersifat argumentatif, informatif, dan
aneka rupa. Tajuk rencana yang bersifat argumentatif adalah yang
membela suatu pandangan tertentu. Argumen-argumen yang diajukan
melalui tajuk rencana bisa berupa imbauan jelas untuk bertindak atau
isyarat untuk menggiring pembaca ke arah jalan yang dikehendaki oleh
redaktur. Tajuk bersifat informatif merupakan usaha redaktur untuk
memberikan keterangan-keterangan masalah tertentu kepada pembaca.
Tajuk aneka rupa adalah tajuk yang berusaha untuk menghibur pembaca
dan bukan memberikan interpretasi tentang kejadian yang bernilai berita
atau upaya mempengaruhi. Sementara itu, Malarangeng (dalam Panuju,
2005: 81) membagi tajuk rencana ke dalam tiga model, yakni:
1) Tajuk Model Jalan Tengah (MJT). Walaupun mengandung unsur
kritis, sering ditulis sedemikian rupa sehingga terkesan terlalu santun,
berputar-putar dan cenderung mengaburkan pesan yang hendak
disampaikan.
2) Tajuk Model Angin Surga (MAS). Oleh penulisnya, tajuk model ini
ditulis sebagai imbalan serta harapan. Didalamnya terdapat ungkapan-
ungkapan kunci, antara lain kebersamaan, duduk bersama mencari
solusi, kewajiban moral, kewajiban kita semua, dan semacamnya.
3) Tajuk Model Anjing Penjaga (MAP). Di dalamnya dapat terbaca
dengan jelas apa yang hendak diperjuangkan dan dikatakan oleh
penulisnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
4. Hakikat Materi Pembelajaran Bahasa
a. Pengertian Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran bahasa Indonesia selain menjadi wahana penciptaan
bentuk hubungan sosial juga menjadi sumber pengetahuan dan
pemahaman. Pembelajaran bahasa Indonesia dan sastra bukan hanya dapat
dijadikan medan pengembangan kemampuan menyimak, wicara,
membaca, dan menulis, tetapi juga dapat dijadikan wahana
pemberwacanaan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, maupun
dalam kehidupan sosial masyarakat pada umumnya (Ardika, 2012: 75).
Menurut Panen (2001:15), istilah pembelajaran merupakan
terjemahan dari instruction. Menurut Gagne (1988:17) pembelajaran
adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan
terjadinya proses belajar pada siswa. Corey (dalam Sagala, 2007: 61)
menjelaskan bahwa konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia
turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
mengahsilkan respons terhadap situasi tertentu.
Dari pengertian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
pembelajaran merupakan kegiatan belajar agar dapat mempelajari sesuatu
yang efektif dan efisien. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Pembelajaran
bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik
secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil
karya kesastraan manusia Indonesia (Depdiknas, 2006:260).
b. Materi Pembelajaran Bahasa
Ciri utama pembelajaran adalah meningkatkan dan mendukung
proses belajar siswa. Ini menunjukkan bahwa unsur kesengajaan dari pihak
di luar individu yang melakukan proses belajar merupakan ciri utama dari
konsep pembelajaran. Di samping itu, ciri lain pembelajaran adalah adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
interaksi antara peserta didik dan guru dalam rangka mencapai tujuan
(Rusyan, 1997:4). Komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama
lainnya juga merupakan ciri pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain
(1996:48) komponen-komponen tersebut adalah: (1) tujuan; (2) materi; (3)
kegiatan pembelajaran; (4) metode; (5) alat; (6) evaluasi; dan (7) sumber
pembelajaran.
Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam
pembelajaran. Materi pembelajaran bahasa adalah segala sesuatu yang
dibahas dalam pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
c. Sumber-sumber Pemilihan Materi Ajar
Bahan atau materi ajar adalah alat dan media yang memberi siswa
peluang untuk memperoleh pengalaman belajar. Guru harus memilih
bahan pelajaran dari berbagai sumber kemudian mengintegrasikan menjadi
kesatuan bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa (Hanafi
dkk, 1981: 10).
Dalam proses pengajaran bahasa, guru hendaknya memanfaatkan
buku pelajaran sebagai (a) sumber ide, (b) sumber model pemakaian
bahasa, dan (c) pengarah pengajaran menuju ke tujuan pengajaran bahasa
(Dawson dan Zollinger dalam Hanafi dkk, 1981: 15).
Menurut Oka (dalam Hanafi dkk, 1981: 19), buku pelajaran bahasa
Indonesia yang baik memuat perangkat ciri penanda sebagai berikut:
1) Memuat contoh atau model beberan bahasa Indonesia yang baik.
2) Bahan-bahan latihannya diangkat dari analisis linguistis terhadap
sistem dan struktur bahasa Indonesia yang meliputi fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik.
3) Bahan-bahan latihan diangkat dari materi bahasa Indonesia yang baku,
ditulis dengan sistem ejaan yang berlaku.
4) Bahan-bahan latihannya merupakan sarana dan media langsung yang
menunjang serta memperlancar proses pembelajaran bahasa Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
B. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian Deiksis dalam Tajuk Rencana
Harian SOLOPOS Tahun 2011 dan Sumbangannya terhadap Materi Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMK adalah penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2007)
dalam penelitiannya Penggunaan Deiksis Pronomina Persona pada Serial Pendek
Dua Tengkorak Kepala. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
bentuk deiksis pronomina persona berupa: (a) pertama tunggal, meliputi: aku,
saya, dan ku, (b) pertama jamak, meliputi: kami dan kita, (c) kedua tunggal,
meliputi: kamu, Anda, -mu, dan kau, (d) kedua jamak, meliputi: kalian, (e)
persona ketiga tunggal, meliputi: dia, ia, -nya, dan beliau, (f) ketiga jamak,
meliputi: mereka, (2) peran deiksis, meliputi: (a) sebagai pembicara, (b) sebagai
lawan bicara atau pendengar, (c) sebagai sasaran atau yang dibicarakan, (3) variasi
semantis yang ditemukan dalam serial pendek Dua Tengkorak Kepala, yaitu
persona kedua untuk merujuk persona pertama.
Penelitian relevan yang kedua adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh
Muryani berupa skripsi tahun 2006 berjudul Deiksis dalam Berita Utama Harian
SOLOPOS (Desember 2005-Februari 2006). Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa pemakaian bentuk deiksis yang paling banyak ditemukan
adalah deiksis persona. Distribusi deiksis dalam berita tersebut terdapat di awal
kalimat, di tengah kalimat, dan di akhir kalimat.
Penelitian relevan yang ketiga adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh
Kusumawati berupa skripsi tahun 2006 berjudul Analisis Deiksis Persona dan
Sosial Wacana Berita Patroli dalam Surat Kabar Harian Umum Solopos Tahun
2004. Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk-bentuk deiksis persona dan sosial
yang terdapat dalam wacana berita Patroli dalam surat kabar harian umum
Solopos edisi Oktober-Desember 2004 adalah: (a) deiksis persona, bentuk deiksis
persona dan yang paling sering muncul adalah bentuk persona ketiga, (b) deiksis
sosial, bentuk deiksis sosial dan yang paling sering muncul adalah bentuk
honorifics. Kedua, kategorisasi deiksis persona dan sosial yang terdapat dalam
wacana berita Patroli dalam surat kabar harian umum Solopos edisi Oktober-
Desember 2004 adalah: (a) kategorisasi dalam deiksis persona, yaitu: (1) deiksis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
persona pertama tunggal, (2) deiksis persona pertama jamak, (3) deiksis persona
kedua tunggal, (4) deiksis persona ketiga tunggal, dan (5) deiksis persona ketiga
jamak. Ketiga, fungsi pemakaian deiksis persona dan sosial yang terdapat dalam
wacana berita Patroli dalam surat kabar harian umum Solopos edisi Oktober-
Desember 2004 adalah: (a) fungsi pemakaian deiksis persona, yaitu: (1) Merujuk
pada diri orang yang sedang berbicara, (2) Merujuk pada nama orang yang
memegang jabatan, (3) Merujuk pada orang yang sedang dibicarakan, (4)
Meyebutkan orang dalam jumlah banyak, (5) Menunjukkan bentuk inklusif, dan
bentuk ekslusif; (b) fungsi pemakaian deiksis sosial, yaitu: (1) Sebagai salah satu
bentuk efektivitas kalimat, (2) Sebagai pembeda tingkat sosial seseorang, (3)
Untuk menjaga sopan santun berbahasa, dan (4) Untuk menjaga sikap sosial
kemasyarakatan.
Relevansi dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu sama-
sama meneliti tentang deiksis. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya, yaitu penelitian sebelumnya lebih memfokuskan pada kajian deiksis
pronomina persona, deiksis persona atau deiksis sosial saja, sedangkan penelitian
ini memaparkan deiksis secara umum. Penelitian ini juga dikaitkan dengan materi
pembelajaran di sekolah khususnya SMK sedangkan penelitian sebelumnya tidak.
C. Kerangka Berpikir
Kajian pragmatik terkait langsung dengan fungsi utama bahasa, yaitu
sebagai alat komunikasi. Deiksis merupakan kajian dari pragmatik yang
berkenaan dengan makna suatu kata atau kalimat yang berganti karena bergantian
konteks. Deiksis adalah kata yang acuannya selalu berganti-ganti yang
dipengaruhi konteks yang melingkupinya. Realitas dari pemakaian deiksis dapat
ditemukan pada suatu kata atau kalimat dalam suatu wacana kebahasaan,
contohnya pada surat kabar berupa tajuk rencana. Tajuk rencana menjadi fokus
dalam penelitian ini.
Bahasa yang terdapat dalam kolom tajuk rencana harian SOLOPOS dipilih
antara kalimat yang mengandung kata atau frase yang bersifat deiksis dan kalimat
yang tidak mengandung deiksis. Kalimat yang mengandung deiksis kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dianalisis dan diklasifikasikan berdasarkan macam-macam deiksis, yaitu deiksis
luar-tuturan (eksofora) terdiri dari: deiksis persona, waktu, ruang, dan deiksis
dalam-tuturan (endofora) terdiri dari anafora dan katafora. Setelah kalimat
tersebut diklasifikasikan berdasarkan jenis deiksisnya, maka akan terdeskripsi
mengenai jenis-jenis deiksis yang dipakai dalam tajuk rencana tersebut. Letak atau
distribusi deiksis juga akan ditemukan setelah semua kalimat dianaliis dan diberi
tanda pada bagian kata atau frase yang berdeiksis. Apabila jenis-jenis deiksis yang
dipakai dalam tajuk rencana tersebut sudah ditemukan, maka kecenderungan
pemakaian deiksis yang terdapat dalam tajuk rencana tersebut juga akan
ditemukan dengan melihat hasil atau presentase terbanyak. Setelah ketiga
rumusan ini terjawab, maka hasilnya dikaitkan dengan materi pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMK.
Kerangka pemikiran yang dikemukakan di atas dapat dilihat pada Gambar
1 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Bahasa Tajuk rencana
Harian SOLOPOS
Kalimat berdeiksis kalimat tidak berdeiksis
Deiksis luar-tuturan Deiksis dalam-tuturan
Persona Ruang Waktu Anafora Katafora
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Analisis Bentuk-
bentuk Deiksis
Analisis kecenderungan
pemakaian deiksis Analisis Distribusi
Deiksis
Sumbangan terhadap Materi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini tidak terikat lokasi atau tempat penelitian karena objek yang
diteliti berupa deiksis yang terdapat dalam tajuk rencana harian SOLOPOS.
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan, yakni bulan Februari, Maret, April,
Mei, dan Juni 2012.
Untuk rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel
1 berikut.
Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Waktu
Kegiatan
Februari Maret April Mei Juni
A. Persiapan
1. Menyusun proposal
2. Konsultasi proposal
3. Mengajukan perizinan
penelitian skripsi
B. Pelaksanaan penelitian
1. Pengumpulan data
2. Analisis data
C. Penyusunan laporan
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi
(content analysis) karena teknik ini yang paling abstrak untuk menganalisis data-
data kualitatif (Bungin, 2005: 84). Weber (dalam Muryani, 2006: 14) menyatakan
bahwa analisis kontens atau kajian isi adalah suatu bentuk teknik penelitian yang
memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik simpulan yang sahih dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
sebuah buku atau dokumen. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif. Peneliti mencatat dengan cermat dan teliti data yang berwujud kata-
kata, frase, dan klausa yang merupakan deiksis dalam tajuk rencana harian
SOLOPOS.
C. Data dan Sumber data
Data dan sumber data dalam penelitian ini berupa arsip atau dokumen.
Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah tajuk rencana
harian SOLOPOS. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
adalah website data yang diperoleh dari internet berupa pengertian deiksis dan
macam-macam deiksis, buku-buku yang membahas tentang deiksis, dan hasil
penelitian lain yang relevan sebagai bahan pembanding.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitan ini dilakukan dengan
menggunakan purposive sampling. Purposive sampling, yaitu pengambilan
sampel yang didasarkan pertimbangan tertentu (Sutopo, 2002: 53). Pertimbangan
tertentu, artinya disesuaikan dengan kebutuhan atau tujuan penelitian. Sampel
dalam penelitian ini adalah kalimat yang di dalamnya mengandung deiksis yang
menurut peneliti mampu mewakili data yang ada.
E. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
arsip atau dokumen, yaitu teknik mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
dan sebagainya (Arikunto, 1998: 236). Dokumentasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dokumentasi yang berupa surat kabar. Pengumpulan data
dikerjakan dengan mengumpulkan data yang berupa dokumen tajuk rencana
harian SOLOPOS bulan Oktober-Desember 2011. Hal yang dilakukan, yaitu: (1)
mengumpulkan data yang ditandai dengan pencatatan, (2) memilih dan memilah
data yang diperlukan, dan (3) mencatat data sesuai dengan jenis klasifikasinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
F. Uji Validitas Data
Dalam penelitian kualitatif untuk menjamin data yang diperoleh, validitas
datanya dapat dilakukan dengan beberapa cara. Sutopo (2002: 79) menyebutkan
adanya empat jenis triangulasi, yaitu (1) triangulasi data, (2) triangulasi teori, (2)
triangulasi peneliti, dan (4) triangulasi metode. Dari keempat triangulasi tersebut,
peneliti menggunakan triangulasi teori dan triangulasi peneliti. Peneliti
menggunakan triangulasi teori karena penelitian yang dilakukan menggunakan
perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang diambil. Dari
beberapa perspektif teori itu akan diperoleh pandangan yang lebih lengkap, tidak
hanya sepihak sehingga bisa dianalisis dan ditarik kesimpulan yang lebih utuh dan
menyeluruh. Selain menggunakan triangulasi teori, peneliti juga menggunakan
triangulasi peneliti, yaitu hasil dari penelitian deiksis dalam penelitian ini, baik
data maupun simpulan mengenai bagian tertentu ataupun keseluruhannya di uji
validitasnya dengan peneliti lain atau ahli bahasa.
G. Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis mengalir atau jalinan (flow model of analysis). Hal ini mengacu pada teori
Sutopo (2002: 95) tentang analisis mengalir (jalinan) yang terdiri dari tiga
komponen pokok, yaitu: (1) reduksi data (data reduction); (2) sajian data (data
display); dan penarikan simpulan (conclusion drawing). Ketiga komponen analisis
ini saling menjalin dan dilakukan terus-menerus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Berdasarkan penjabaran di atas dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
Pengumpulan data Penelitian laporan
Reduksi data
Sajian data
Penarikan kesimpulan/verifikasi
Gambar 2. Analisis Mengalir (jalinan) (Sutopo, 2002:95)
Adapun penjelasan dari gambar di atas, yaitu pada awal pengumpulan
data, peneliti harus mengerti hal-hal yang akan dikaji. Hal-hal yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah deiksis yang merupakan salah satu kajian pragmatik
yang terdapat dalam tajuk rencana harian SOLOPOS bulan Oktober-Desember
2011. Setelah semua dirumuskan, pengumpulan data dilakukan dengan mencatat
data lain yang relevan dan mendukung objek kajian. Data yang diperoleh
kemudian diseleksi dengan memilah data yang terpakai dan data yang tidak
terpakai. Data yang telah terseleksi dan yang telah dianalisis tidak menutup
kemungkinan untuk menerima masukan data atau informasi lain yang akan
memperjelasnya. Kesimpulan akhir diambil setelah melewati proses perulangan
analisis dan replikasi data yang ada, sehingga akan didapat kesimpulan yang lebih
rinci, eksplisit, dan berlandaskan kuat.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian merupakan suatu proses, jadi harus ada tahapan-tahapan yang
harus dilakukan dari awal hingga akhir penelitian. Pelaksanaan penelitian dibagi
menjadi tiga tahapan, yaitu : (1) prapenelitian; (2) pelaksanaan penelitian; dan (3)
penelitian laporan. Prosedur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Gambar 3. Prosedur Penelitian (Mahsun, 2005: 29)
Keterangan:
1. Tahap prapenelitian. Tahapan ini merupakan tahapan penyusunan desain
penelitian (proposal). Peneliti berusaha merumuskan secara jelas tentang
masalah yang hendak dipecahkan melalui penelitian.
2. Tahap pelaksanaan penelitian. Pada tahapan ini meliputi tiga tahapan
pokok, yaitu penyediaan atau pengumpulan data, analisis data, dan
membuat rumusan hasil analisis yang diwujudkan dalam bentuk kaidah-
kaidah. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengumpulan data
dari tajuk rencana harian SOLOPOS bulan Oktober-Desember 2011. Data
yang terkumpul diolah dan dianalisis berdasarkan kajian pragmatik.
3. Tahap penelitian laporan. Pada tahap ini peneliti membuat laporan dari
penelitian yang dilakukan yang disertai konsultasi dengan pembimbing.
prapenelitian (1)
pelaksanaan
penelitian (2)
Penulisan laporan (3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian
Penelitian ini tidak terikat lokasi karena objek yang diteliti
merupakan deiksis dalam kolom tajuk rencana harian SOLOPOS. Objek
penelitian ini berupa kalimat yang di dalamnya mengandung deiksis yang
diambil dari kolom tajuk rencana harian SOLOPOS edisi Oktober sampai
Desember 2011. Tajuk rencana pada harian SOLOPOS dapat peneliti
temukan di halaman empat di sebelah kiri atas. Harian SOLOPOS
mencantumkan tajuk rencana di dalamnya setiap hari, kecuali pada hari
Minggu. Tajuk rencana pada harian ini menyajikan kurang lebih 20 sampai
30 kalimat tergantung permasalahan yang dibahas. Dari beberapa kalimat
tersebut tidak semua kalimat mengandung deiksis. Peneliti memilih dan
memilah kalimat-kalimat yang mengandung deiksis sesuai dengan tujuan
penelitian, yaitu mengenai: (1) bentuk-bentuk deiksis yang terdapat dalam
tajuk rencana harian SOLOPOS tahun 2011; (2) distribusi deiksis dalam
tajuk rencana harian SOLOPOS tahun 2011; (3) kecenderungan pemakaian
deiksis dalam tajuk rencana harian SOLOPOS tahun 2011; dan (4)
sumbangannya terhadap materi pembelajaran bahasa Indonesia di SMK.
B. Deskripsi Temuan Penelitian
1. Bentuk-bentuk Deiksis yang terdapat dalam Tajuk Rencana
Harian SOLOPOS Tahun 2011
a. Deiksis Luar-Tuturan (Eksofora)
Eksofora adalah pemberian petunjuk kepada pendengar atau
pembaca supaya melihat di luar teks untuk menemukan atau
mengidentifikasi apa yang sedang diacu. Deiksis ini terbagi menjadi
tiga, yaitu deiksis persona, deiksis tempat atau ruang, dan deiksis
waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
1) Deiksis Persona
Deiksis persona merupakan bentuk kata ganti yang mengacu
kepada diri pembicara atau kelompok yang melibatkan pembicara
dalam peristiwa bahasa.
a) Bentuk Persona Pertama
Deiksis persona pertama adalah kategori rujukan pembicara
kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan dirinya (Cahyono,
1995: 218).
a.1 Dalam kondisi seperti ini kita tak boleh pesimistis. (D1, SP 1
Okt 11)
a.2 Kita harus yakin kita mempunyai potensi untuk memperluas
pasar ekspor. (D1, SP 1 Okt 11)
a.3 Demikian kalimat bijak yang sering kita dengar. (D3, SP 4 Okt
11)
a.4 Makna kalimat ini kami rasa sangat tepat jika dikaitkan dengan
dua kisah kecil terkait pendidikan kita. (D3, SP 4 Okt 11)
a.5 Secara umum pendidikan kita memang terlalu mekanis. (D3,
SP 4 Okt 11)
a.6 Kami yakin setiap operator mendapatkan keuntungan dari
modus pencurian pulsa yang senilai minimal Rp300 juta per
hari per operator itu(D4, SP 7 Okt 11)
a.7 Inilah yang kami perkirakan akan menciptakan sinetron
reshuffle kabinet. (D5, SP 10 Okt 11)
a.8 Kami, dan seluruh rakyat negeri ini, sudah bosan dengan
sinetron politik para elite di Jakarta.(D5, SP 10 Okt 11)
a.9 Kami, dan seluruh rakyat negeri ini, sudah bosan dengan
sinetron politik para elite di Jakarta.(D5, SP 10 Okt 11)
a.10 Kini, ketidakadilan menjadi beban kita bersama. (D6, SP 11
Okt 11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
a.11 Kami sama sekali tak sepakat dengan aksi kekerasan,
kriminal,(D6, SP 11 Okt 11)
a.12 Perparkiran, dalam pandangan kami, adalah salah satu sektor
yang langsung terkait dengan kepentingan masyarakat. (D7, SP
13 Okt 11)
a.13 Kami yakin itu faktual. (D7, SP 13 Okt 11)
a.14 Kesimpulan kami, ketika pengelolaan sektor pengelolaan
publik di landasi oleh kepentingan politik praktis,(D74, SP
13 Okt 11)
a.15 Kita harus membaca UU ini dengan kritis. (D8, SP 14 Okt 11)
a.16 Tapi, belakangan ini, kita disuguhi data yang membuat kita
khawatir. (D10, SP 17 Okt 11)
a.17 Dalam tataran nomatif, alasan itu bisa saja kita terima. (D10,
SP 15 Okt 11)
a.18 Musuh kita sebenarnya sudah sangat jelas, yaitu koruptor
beserta para kroni dan jaringan mafia mereka. (D10, SP 15 Okt
11)
a.19 Senyampang rencana besar itu belum terwujud, kami
mengajak elemen masyarakat kota Solo(D11, SP 18 Okt 11)
a.20 Ini bisa menjadi angin segar bagi pendidikan kita. (D14, SP
21 Okt 11)
a.21 Kami berpandangan, pendidikan adalah langkah seumur
hidup. (D16, SP 24 Okt 11)
a.22 Perubahan udara dan temperatur sedikit banyak...tubuh kita
otomatis(D17, SP 25 Okt 11)
a.23 Menurut hemat kami butuh kesadaran semua pihak untuk
mencari solusi te